Anda di halaman 1dari 20

25

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hernia
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum
dapat menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi
oleh serosa dan disebut kantung hernia (Robbins & Cotran : 2010 )

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat
& Wim de Jong : 2005)

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus


yang terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis
inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif
Mansjoer : 2000)

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah


penonjolan isi suatu organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung
kemih melalui bagian yang lemah dari dinding abdomen sehingga
menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan penyebab
congenital ataupun yang didapat.

Nervus ilioinguinalis dan nervus iliofermoralis mempersarafi otot di regio


inguinalis, sekitar kanalis inguinalis dan tali sperma, serta sensibilitas kulit
regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian
proksimomedial.
26

B. Etiologi

Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan


terjadinya hernia adalah :

1. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made
Kusala, 2009).

2. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
(Giri Made Kusala, 2009).

3. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
27

4. Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.

5. Obesitas

Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,


termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

6. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi


tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.

7. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat


menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.

8. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal


daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
(Giri Made Kusala, 2009).
28

C. Klasifikasi Hernia

Hernia menurut klasifikasinya dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Berdasarkan Terjadinya

a. Hernia Bawaan atau Kongenital

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis
yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka
pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat,
kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateralis akuisita (Erfandi, 2009).

b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)

Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia


akuisita / didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut
ditemukan pada orang dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada
bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni penyakit yang
muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui
penyebabnya (Erfandi, 2009).
29

2. Berdasarkan Sifatnya

a. Hernia reponibel/reducible

Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri
atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).

b. Hernia ireponibel

Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam


rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada
peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta
(accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri
ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).

c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer


= penjara)

Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata


berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata.Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera (Erfandi, 2009).

3. Berdasarkan Letaknya

a. Hernia Femoralis

Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari


ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan
inkarserasi hernia femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada
30

perempuan tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki.


Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama
pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan tekanan intra
abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus
femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis
yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis sepanjang
kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha
(Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin


femoral dan lebih umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari
inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

b. Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus


yang hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira
20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada
perbedaan angka kejadian antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia
umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut
yang masuk melalui cincin umbilikus akibat peninggian tekanan
intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia umumnya tidak
menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa


lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal.
Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe
hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
31

secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi,


nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.

c. Hernia sikatriks atau hernia insisional

Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada nervus
mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang
dilayani oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).

d. Hernia Inguinalis

Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus


masuk melalui sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding
perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah
zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum
bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan (kongenital)
dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik
dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam
skrotum (Asep Subarkah, 2008).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi


menjadi 2 yaitu:

1. Hernia inguinalis indirek

Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari


rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak
lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali
sperma (Syamsuhidayat, 2004).
32

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin


inguinalis dan melewati korda spermatikus melalui kanalis
inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan
tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali.

2. Hernia inguinalis direk

Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke


depan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh
ligamentuminguinale di bagian inferior, pembuluh epigastrika
inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di bagian medial.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis
yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Hernia medialis, karena tidak keluar melalui
kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak disertai
strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).

Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen


di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia
inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang
lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta
karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga
meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau
mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari
33

masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada anulus
inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.

D. Manifestasi Klinik
Menurut Arief Mansjoer (2004), manifestasi klinis dari hernia adalah
sebagai berikut :
a. Adanya benjolan (biasanya asimptomatik)
Keluhan yang timbul berupa adanya benjolan di daerah inguinal dan
atau skrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan tekanan
intra peritoneal misalnya mengedan, batuk-batuk, tertawa, atau menangis.
Bila pasien tenang, benjolan akan hilang secara spontan.
b. Nyeri
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan
di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral akibat
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke
dalam kantung hernia (Jennifer, 2007). Bila usus tidak dapat kembali
karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah
dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut
hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah rasa sakit yang
terus menerus.
c. Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas
ke medial bawah. Palpasi: kantong hernia yang kosong dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut
tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.
Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi
mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi
34

hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus


sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak.
Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam
annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh
ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari
ovarium.

E. Penatalaksanaan Hernia
Penatalaksanaan herdia dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat
kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara
bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis
dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan kiri memegang
isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya
ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai
terjadi reposisi. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan
vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa.
Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak.
Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi gagal segera operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin
di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
35

sclerosis atau penyempitan sehingga isis hernia keluar dari cavum


peritonii.
c. Sabuk Hernia
Diberikan pada pasien dengan hernia yang masih kecil dan
menolak dilakukan operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular.
Kepala sabuk ditempatkan tepat di pintu hernia supaya menghalangi
keluarnya organ intra abdomen.e. Pengobatan dengan pemberian obat
penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi
infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi
lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen
dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus
internus abdominus ke ligamen inguinal.
36

INSTEK HERNIOTOMI
HERNIOTOMY HERNIORAPHY (HTHR)
A. Definisi
Herniotomy adalah membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikannya isi kantong hernia ke dalam cavum abdominalis,
sedangkan hernioraphy yaitu mengikat leher hernia dan menggantungkannya
ke conjoint tendon.

B. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Kondisi lokasi operasi
3. Kondisi fisik dan psikis
4. Kelengkapan dari instrumen

C. Persiapan pasien dan lingkungan


1. Persetujuan operasi.
2. Alat-alat dan obat-obatan.
3. Puasa
4. Lavement
5. Skiren
6. Setelah penderita dilakukan anaesthesi mengatur posisi terlentang
7. Memasang plat diatermi di bawah paha penderita

D. Persiapan Alat
1. Alat On Steril
a. Meja operasi

b. Lampu operasi
37

c. Mesin suction dan mesin coutter

d. Tempat sampah

2. Alat Steril
a. Di Meja Linen
Duk besar :2

Duk sedang :4
38

Duk kecil :4

Gaun steril :4

Handuk steril / perlak : 4/2

Instrumen steril :1
39

b. Di Baskom Steril
Baskom besar :2

Bengkok / kom / cucing : 2/2/1

kabel coutter :1

c. Di Meja Mayo
Handle Mess no 3 : 1

Gunting Metzenbaum / gunting jaringan : 1/1


40

Pinset anatomis / pinset cirurgis : 2/2

Disinfeksi klem / duk klem / mosquito : 1/5/2

Pean bengkok sedang / kokher bengkok sedang : 4/8

Kokher lurus / Needle holder / gunting benang : 3/2/1

Langenbeck / krop sonde / staples kulit : 2/1/1


41

3. Bahan Habis Pakai


a. Handscone steril / Mess no 10 : 4/1

b. Kassa / deepers / deepers kacang / rol pita : 2/5/1/30cm

c. Povidon iodine 10% / NS 0,9 % : 100 cc/ 500 cc

d. Vicryl no 2-0 / plain no 2-0 / proline 2-0 : 1/1/1

e. merslin mesh / klip kulit : 1/secukupnya


42

E. Standar Prosedur Operasional Instek Herniotomy Hernioraphi


Pengertian Instek herniotomy hernioraphi ialah suatu tata cara
menyiapkan alat untuk operasi herniotomy hernioraphi dan
proses instrumentasinya
Tujuan Sebagai acuan untuk menetapkan langkah-langkah dalam
tehnik instrument Herniotomy hernioraphy dalam pelayanan
kamar operasi.
Kebijakan 1. Instek herniotomy hernioraphi dilakukan pada pasien
dengan persiapan operasi herniotomy hernioraphi
2. Instek herniotomy hernioraphy dapat dilakukan sebagai
penunjang medis
3. Tindakan ini dilakukan oleh perawat instrumen
Prosedur 1. Setelah pasien diberikan anestesi SAB dan diposisikan
supinasi, kemudian pasang bough di atas dada lalu
pasang arde dibawah kaki.
2. Perawat sirkuler membersihkan lapang operasi dengan
povidon iodine 10% dan kassa kering (antisepsis),
perawat instrumen melakukan surgical scrubing.
3. Perawat instrumen mengenakan gaun steril dan
handscone steril kemudian membantu operator dan
asisten untuk mengenakan gaun dan handscone.
4. Berikan disinfeksi klem (1), deepers dan povidon iodine
10% dalam cucing pada asisten untuk melakukan
disinfeksi pada lap operasi.
5. Lakukan drapping dengan memberikan:
a. Duk besar (2) untuk bagian atas+bawah
b. Duk sedang (2) untuk bagian kanan/kiri, Fiksasi
dengan duk klem (4).
c. Duk kecil (1) untuk bawah simpisis
43

6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter


dan fiksasi dengan duk klem (1).
7. Berikan kassa basah dan kering pada operator untuk
membersihkan lap operasi dari povidon iodine.
8. Berikan pada operator pinset cirugis untuk menandai
area insisi.
9. Berikan Handvat Mess no 10 pada operator untuk
dilakukan insisi pada kulit dan berikan kassa
kering+mosquito pada asisten dan rawat perdarahan
dengan coutter. Insisi dengan coutter pada fat.
10. Berikan langenbeck (2) untuk melebarkan lap operasi.
Pada lapisan fasia berikan hanvat mess (1) dan kokher
lurus (2) untuk menjepit fasia proximal dan distal, dan
berikan gunting jaringan untuk melebarkan incisi.
11. Setelah fasia dilebarkan ditemukan muskulus, kemudian
di split dengan stiil deepers (kacang yang dibasahi NS
lalu dijepit dengan kokher lurus)
12. Berikan pinset anatomis (2) dan kassa basah untuk
mencari kantong dan menemukan preperitonial fat.
13. Setelah kantong ditemukan kemudian di buka dengan
gunting metsembum, dengan memberikan kokher (2) +
gunting metzenbaum untuk memotong kantong.
14. Setelah itu berikan klem kokher + pean di temukan
omentum dalam kantong lalu di lakukan Omintektomi
dan di jahit dengan Slik 2-0, Operator membebaskan
perlengketan dengan pinset anatomis (1) dan kassa basah
pada kantong proximal.
15. Operator mengangkat kokher+pean serta melakukan
penjahitan. Berikan needle holder dan vicryl 2-0 untuk
melakukan jahitan tabagzaknat pada kantong proximal,
lalu potong sisa kantong dengan coutter (herniotomy)
16. Kemudian Merselin mess di bentuk seperti contong / roll
44

lalu di masukan ke dalam lubang kantong dan di jahit


proline 2-0 dikaitkan dengan conjoint tendon
(hernioraphy)
17. Setelah itu dilakukan jahitan dalam (musculus s/d fat)
dengan vicryl 2-0
18. Berikan pinset cirurgis (1) + staples kulit untuk menjepit
kulit.
19. Luka tertutup bersihkan dengan kassa basah dan kering
lalu tutup dengan supratule + kassa kering + hipavik.
20. Operasi selesai, rapikan pasien. Perawat instrumen
menginventaris alat-alat dan bahan habis pakai pada
depo farmasi, kemudian mencuci dan menata kembali
alat-alat pada intrumen set (yang akan disterilkan), serta
merapikan kembali ruangan.
Unit Terkait 1. Unit Rekam Medik
2. Bidang Perawatan
3. Kelompok Kerja Fungsional Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai