Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia

Vol. 13 No. 1 / April 2014

Evaluasi Manajemen Limbah Padat Dan Cair Di Rsud Mimika

Evaluation Of Solid And Waste Water Management At Rsud Mimika

Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

ABSTRACT
Background: RSUD Mimika has implemented its solid and waste management. However, it has not been
implemented properly. This research aimed to evaluate the solid waste and waste water management from input,
process and output aspects.
Methods: The research applied an observational technique from the input, process, to output stages. The
research attempted to find out problems during the management of solid waste and waste water. Data consisted
of primary data from observation and secondary data from documents. The data processing was done by
comparing them according to the hospital waste management standards to find out whether problems arise,
which can be used for giving recommendation to waste-related problem-solving.
Results: The research resulted in as follows: no waste management for 821 kilograms of 95 drug items; 54.31
kg/day (92%) of medical solid wastes were well managed; 4.5 kg/day (8%) of medical solid wastes were poorly
managed; 101.9 kg/day (96.8%) of non medical solid wastes were well managed; 3.1 kg/day (3.2%) of non
medical solid wastes were poorly managed. The hospital produced 35.56 m3/day of waste water and excessive
9.11 mg/l NH3-free waste water.
Conclusion: solid waste and waste water management at RSUD Mimika had not been effectively and efficiently
implemented due to problems related to input, process and output aspects.

Keywords: Hospital, Solid Waste, Waste Water, Input, Process, Output.

PENDAHULUAN
Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari
Pengelolaan rumah sakit meliputi berbagai aspek
aspek manajemen maupun operasional sangat termasuk pengelolaan limbah rumah sakit yang
dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan,
mempunyai dampak negatif. Pengelolaan limbah
yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut untuk
rumah sakit memerlukan manajemen yang baik dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan
mengelolanya, tanpa manajemen yang baik akan
biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan
menimbulkan kerugian besar bagi kesehatan,
berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan lainnya
lingkungan, keuangan, maupun citra rumah sakit
adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya sendiri.
merupakan masalah yang kompleks karena Data World Health Organization (WHO) 1999,
dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme
dikutip dari laporan yang diajukan oleh US
pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia yang
Environmental Protection Agency di depan kongres
dimiliki (profesionalitas) dan yang tidak kalah penting
Amerika menyajikan perkiraan kasus infeksi Hepatitis
adalah perkembangan teknologi dari rumah sakit itu
B (HBV) akibat cedera oleh benda tajam di kalangan
sendiri.1 tenaga medis dan pengelolaan limbah rumah sakit.
Jumlah kasus infeksi HBV per-tahun di AS akibat
Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian
pajanan limbah Rumah Sakit adalah sekitar 162-321
dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
kasus dari jumlah total pertahun yang mencapai
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
300.000 kasus. Pada fasilitas layanan kesehatan di
Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah sakit
manapun, perawat dan tenaga kebersihan merupakan
mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat
kelompok utama yang berisiko mengalami cedera,
kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan
jumlah yang bermakna justru berasal dari luka teriris
perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi
satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologidan tertusuk limbah benda tajam.3
kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harusRumah sakit merupakan sarana kesehatan yang
diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian
menghasilkan limbah yang besar baik limbah padat,
pelayanan yang bermutu, membuat semakin limbah cair maupun limbah gas, baik medis maupun
kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit.2 non medis. Jumlah limbah yang dihasilkan per hari
dan per tempat tidur sangat berbeda dari rumah sakit
__________________________________________________
Misgiono, ST, M.Kes, RSUD MIMIKA PAPUA
dr. Onny Setiani, Ph.D, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP
Budiyono, SKM, M.Kes, Program Magister Kesehatan Lingkungan UNDIP

1
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

satu dengan rumah sakit lainnya, dan dari satu negara bersamaan alat pengangkut bersamaan dengan sampah
dengan negara lain, tergantung pada situasi rumah non medis dalam kantong hitam sehingga sering
sakit. Sekitar 85 persen limbah rumah sakit adalah non terjadi pencampuran sampah dan adanya tumpahan
medis, sedangkan sisanya 15 persen terkontaminasi cairan pada dasar bak pengangkut.8
dengan agen infeksius (misalnya, mikrobiologi, darah Beberapa kegiatan yang telah dilakukan
dan produk darah, cairan tubuh, limbah isolasi dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk
pasien dengan penyakit menular, spesimen patologis mengembangkan program rumah sakit yang
dan benda tajam).4 berwawasan lingkungan antara lain dengan
Hasil dari penilaian yang dilakukan WHO pada mengirimkan profil evaluasi kinerja pengelolaan
tahun 2002 di 22 negara-negara berkembang lingkungan ke beberapa rumah sakit di Pulau Jawa
menunjukkan bahwa proporsi fasilitas pelayanan dan Bali. Dari hasil lapangan ditemui bahwa 53,4%
kesehatan yang menggunakan metode pembuangan rumah sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah
limbah yang tidak tepat berkisar dari 18% menjadi cair dengan instalasi IPAL dan septic tank, sedangkan
64%. Rata-rata produksi limbah layanan kesehatan per 67% kualitas dari limbah rumah sakit di atas baku
tempat tidur adalah 1,8 kilogram per hari (minimal: mutu limbah cair yang ditetapkan Pemerintah
0,24 kilogram per hari dan maksimum 4,29 kilogram (Kepmen LH 58 Tahun 1995), sedangkan untuk
per hari).5 pengelolaan limbah padat sebagian besar sudah
Menurut Moreira dan Gunther (2010), dari hasil melakukan pemisahan antara limbah infeksius dan
studi penelitian menunjukkan bahwa, sampai saat ini limbah domestik, tetapi dalam masalah pewadahan
perhatian yang kurang untuk masalah limbah di Brasil, baru 22 % yang menggunakan pewadahan khusus
terutama mengacu pada unit kecil kesehatan dengan warna dan tanda yang berbeda. Untuk limbah
masyarakat, di mana para profesional tidak infeksius 62 % dibakar dengan incinerator, 14%
memperhatikan tentang penerapan praktek-praktek dengan landfill sedangkan sisanya dengan cara lain.9
yang lebih aman dari penanganan atau meminimalisasi Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 1997
produksi limbah. Manajemen limbah medis tidak bisa diungkapkan seluruh rumah sakit di
hanya terpusat dalam pemenuhan penegakkan Indonesia berjumlah 1.090 dengan 121.996 tempat
peraturan dan penerapan teknologi baru. Hal ini juga tidur. Hasil kajian terhadap 100 rumah sakit di Jawa
mengharuskan perubahan dalam perilaku para dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi
profesional yang terlibat.6 sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter
Kalaivani (2009) pada RS di India menunjukkan per tempat tidur per hari. Analisis lebih jauh
kebutuhan untuk penegakan ketentuan hukum dan menunjukkan, produksi sampah (limbah padat) berupa
sistem manajemen lingkungan yang lebih baik untuk limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa
pembuangan limbah di rumah sakit. Studi ini juga limbah infektius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan
menyimpulkan bahwa pengelolaan limbah layanan secara nasional produksi sampah (limbah padat) RS
kesehatan harus melampaui kompilasi data, penegakan sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah
peraturan dan akuisisi peralatan yang lebih baik. Ini sebesar 48.985,70 ton per hari.10,11
harus didukung melalui pendidikan yang tepat, Rumah Sakit Umum Daerah Mimika, merupakan
pelatihan dan komitmen dari staf manajemen rumah sakit Pemerintah Daerah Kabupaten Mimika,
kesehatan dan manajer kesehatan dalam sebuah mulai beroperasi sejak 12 Nopember 2008. Data dari
kebijakan yang efektif dan kerangka legislatif. bagian kesekertariatan dan rekam medis tenaga
Status pengelolaan sampah yang buruk saat ini di pelayanan kesehatan, yakni : tenaga medis sebanyak
kota menimbulkan risiko besar terhadap kesehatan 22 orang, tenaga keperawatan sebanyak 159 orang,
pada masyarakat atau pasien secara profesional, baik tenaga paramedis non keperawatan sebanyak 65
langsung maupun tidak langsung melalui degradasi orang, tenaga umum sebanyak 117 orang. Selama tiga
lingkungan. Hal ini dilihat dengan munculnya bulan terakhir (Juli - September 2011), jumlah tempat
penyakit menular seperti gastro-enteritis, hepatitis-A tidur 129. Rata-rata tempat tidur BOR (Bed
dan B, infeksi pernapasan dan penyakit kulit yang Occupancy Rate) adalah 59,75 %, sedangkan (LOS =
berhubungan dengan limbah rumah sakit baik secara Lenght of Stay) rata-rata lama waktu tinggal pasien di
langsung sebagai akibat dari cedera limbah tajam rumah sakit adalah 3,09 hari. Jumlah pasien dirawat/
atau melalui saluran-saluran transmisi lainnya.7 hari 136 orang. Data BOR menunjukkan berapa
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paramita banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan
(2007) pada RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dalam jangka waktu tertentu, dan data LOS
ditemukan pengumpulan limbah medis secara umum menunjukan lamanya waktu tinggal pasien di rumah
belum memenuhi persyaratan untuk mengemasnya sakit. Dengan mengetahui jumlah kapasitas tempat
dalam tempat tersendiri sebelum dimasukkan dalam tidur, jumlah pasien dirawat, jumlah pasien bedah
kantong sehingga sering ditemukan kantong-kantong yang tinggal di rumah sakit dalam jangka tertentu,
yang sobek karena adanya jarum suntik atau benda dapat diperkirakan jumlah limbah yang dihasilkan
tajam lain. Kemudian kekurangan dalam dalam setiap harinya. Limbah yang dihasilkan harus
pengangkutan medis ini adalah digunakannya secara segera di tangani pihak RSUD Mimika, serta

2
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

bagaimana cara-cara penanganannya. Semakin tinggi sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan mampu
angka BOR maka diperkirakan jumlah sampah medis memberikan pelayanan sanitasi yang baik, namun
semakin banyak yang dihasilkan. belum pernah mengikuti pelatihan di bidang sanitasi
Instalasi sanitasi RSUD Mimika yang mempunyai rumah sakit. Melihat kondisi ini terbukti bahwa
tugas dan tanggung jawab mengelola lingkungan pengelolaan limbah di RSUD Kabupaten Mimika
rumah sakit diharapkan mampu mengelola lingkungan terdapat permasalahan dan hingga saat ini belum
rumah sakit. Berdasarkan survey pendahuluan pernah dilakukan evaluasi, sehingga perlu
didapatkan data produksi limbah padat triwulan 3 dilakukannya evaluasi tentang manajemen limbah
(JuliSeptember 2011) limbah padat non medis dalam rangka perbaikan dan peningkatan pelayanan
sebesar 7.985 kg atau rata-rata perhari sebesar 88,72 oleh pihak manajemen.
kg, dan limbah padat medis 4.906 kg atau rata-rata
perhari sebesar 54,5 kg. Untuk tempat limbah padat MATERI DAN METODE
non medis kapasitas 75 liter sebanyak 11 unit, Jenis penelitian ini adalah observasional yaitu
kapasitas 36 liter sebanyak 108 unit, kapasitas 7 liter menggambarkan pengelolaan limbah padat dan
sebanyak 42 unit dan kapasitas 5 liter sebanyak 6 unit limbah cair di RSUD Mimika mulai dari input, proses,
yang semuanya sudah menggunakan pelapis kantong dan output untuk memperoleh informasi mengenai
plastik warna hitam sedangkan tempat limbah padat masalah-masalah yang ada dalam sistem pengelolaan
medis kapasitas 36 liter sebanyak 95 unit sudah limbah padat dan limbah cair di RSUD Mimika.
menggunakan kantong plastik warna kuning dengan Penelitian ini menggunakan analisa kualitatif yaitu
simbol biohazard. Dari segi kapasitas tempat limbah menganalisa beberapa variabel yang diteliti (sumber
padat sudah memenuhi kebutuhan namun dari segi daya manusia, keuangan/rencana anggaran, metode,
kuantitas berdasarkan hasil pengamatan masih kurang sarana dan prasarana, volume limbah yang dihasilkan,
karena beberapa tempat tidak disediakan tempat teknik operasional, institusi pengelola limbah,
limbah padat sehingga pengunjung membuang limbah pengaturan/regulasi, keuangan/dana yang dialokasikan
padat atau sampahnya di halaman. untuk pengelolaan limbah, peran serta masyarakat).
Informasi dari instalasi sanitasi pengelolaan Selanjutnya berpedoman pada beberapa
limbah padat masih ditemukan tempat sampah persyaratan atau teori yang dikemukakan dalam
infeksius masih terdapat limbah padat domestik yang tinjauan pustaka, variabel kajian tersebut berupa data-
sengaja dibuang ke dalam tempat limbah infeksius, data kualitatif yang akan dideskripsikan untuk
belum ada sosialisasi standar operasional prosedur memperoleh keterangan yang memadai dengan tujuan
yang ada tentang pengelolaan limbah padat. Suhu untuk mengetahui tingkat pengelolaan limbah padat
pembakaran pada insinerator berdasarkan dan limbah cair di RSUD Mimika. Selain itu juga
Kep.Men.Kes nomor 1204 tahun 2004 adalah sekitar menggunakan analisa kuantatif yaitu pendekatan sains
1200oC sedangkan suhu insinerator yang ada di RSUD menggunakan data mentah (data hasil wawancara
Mimika tidak terkontrol dikarenakan rusaknya dengan responden), yang selanjutnya diolah menjadi
pengukur suhu dan tidak berfungsinya insinerator informasi yang bermanfaat untuk dipergunakan dalam
dengan baik. pengambilan keputusan.
Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas rumah Tahapan analisis data adalah data hasil wawancara
sakit juga mengalami permasalahan tidak diketahuinya dengan pengelola limbah dan masyarakat di RSUD
secara pasti debit limbahnya karena tidak dilengkapi Mimika dan data checklist hasil observasi, kemudian
flow meter atau alat pengukur debit, hasil uji dibandingan dengan standar pengelolaan limbah
laboratorium yang harus dilaksanakan secara berkala rumah sakit yang telah ditetapkan sehingga dapat
belum sepenuhnya dilaksanakan, belum ada SOP diketahui ada atau tidaknya masalah dalam
(Standart Operating Procedure) tentang pengelolaan pengelolaan limbah RSUD Mimika kemudian di
limbah cair sehingga terkesan tidak terkelola dengan analisis dengan cara kualitatif mencari penyebab
baik. Diperkirakan limbah cair yang dihasilkan per permasalahan dan memberikan masukan penyelesaian
tempat tidur terhuni sebesar 416,8 liter berarti volume masalah limbah di RSUD Mimika.
limbah cair rata-rata bulan Juli sampai dengan
September 2011 sebesar 32,4 m3/hari, hasil
pemeriksaan limbah cair oleh Balai Laboratorium HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesehatan Jayapura bulan Juli 2011 sebagai berikut: Pengelolaan Limbah Padat RSUD Mimika
Ammonia (NH3-N): 8,41 mg/lt, Biological Oxygen Sumber daya manusia
Demand (BOD5): tidak diperiksa, Chemical Oxygen Kepala instalasi sanitasi yang mempunyai
Demand (COD): 96 mg/lt, Phosphat (PO4-P): 2,16 tanggung jawab sebagai penyusun program
mg/lt, hasil pemeriksaan laboratorium tersebut masih sanitasi diharapkan mampu melaksanakan
melebihi baku mutu Kep.Men.LH No.58 tahun 1995. tanggung jawab tentang kondisi sanitasi rumah
Aspek perencanaan program kerja dan perencanaan
sakit termasuk mengenai pengelolaan limbah,
keuangan belum dilakukan kajian secara mendalam
sehingga masih banyak kegiatan pengelolaan limbah penyusunan program kerja pengelolaan limbah,
tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Segi perencanaan sarana dan prasarana belum
dilaksanakan sehingga kegiatan yang

3
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

berlangsung hanya berdasarkan rutinitas saja. sistim bottom-up dimana instalasi sanitasi mengetahui
Ketidakadaannya program kerja dan perencanaan programnya sendiri diberikan kesempatan untuk
sarana prasarana menyebabkan tidak optimalnya penyusunan ke dalam anggaran keuangan.13 Dalam
pengelolaan limbah sehingga perlu meningkatkan DPA atau daftar pelaksanaan anggaran mengalami
penurunan sebesar Rp. 808.296.250,00 sehingga total
kemampuan dan keterampilan melalui pelatihan,
anggaran Rp. 3.592.260.000,00, anggaran yang ada
mengingat hingga saat ini kepala instalasi sanitasi dinilai sudah cukup terbukti bahwa dalam pelaksanaan
belum pernah mengikuti pelatihan baik sanitasi pengelolaan limbah padat tidak ada hambatan yang
rumah sakit maupun pengelolaan limbah rumah berkaitan dengan keuangan, cuma anggaran yang
sakit Pengembangan kualitas tenaga melalui tersedia haruslah dilakukan rincian kegiatan yang
pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan akurat sehingga anggaran tersedia dapat dioptimalkan
keahlian dan keterampilan teknis pelaksanaan yang menunjang pengelolaan limbah padat.
pekerjaan tenaga sehingga pengelolaan limbah Anggaran yang tersedia bisa dioptimalkan apabila
bisa berjalan optimal.12 diawali dari perencanaan yang matang, perencanaan
Unit 3 Sanitasi merupakan bagian dari yang matang berasal dari prioritas masalah yang
diperoleh identifikasi masalah, identifikasi masalah
instalasi sanitasi yang mempunyai tanggung
diperoleh berasal dari evaluasi kegiatan atau program
jawab sebagai koordinator bidang Pengelolaan yang sudah dilaksanakan, sedangkan kegiatan atau
limbah, Pengelolaan tempat pencucian linen program berasal dari perencanaan. Siklus perencanaan
(laundry) dan Dekontaminasi melalui disinfeksi tersebut diatas merupakan upaya memperbaiki sistem
dan sterilisasi. Tugas sebagai koordinator bidang pengelolaan limbah yang ada di RSUD Mimika
pengelolaan limbah untuk limbah padat adalah karena siklus ini belum diterapkan, dengan
melakukan pengawasan mulai dari pemilahan, menerapkan siklus ini diharapkan pengelolaan limbah
pengumpulan, pengangkutan dan penanganan padat dapat berjalan efektif dan efisien dalam
akhir dengan uraian tugas pengelolaan limbah pengelolaan anggaran.12,14,15
diatas belum dilaksanakan secara terprogram Perhitungan anggaran untuk penambahan tenaga
operator insinerator dapat dilakukan perhitungan
karena belum adanya program kerja instalasi
berdasarkan hak-hak yang diterima pegawai kontrak
sanitasi sehingga hanya berdasarkan rutinitas saja RSUD Mimika yang diterima sebagai berikut: gaji
yang mengakibatkan pengelolaan limbah tidak sebesar Rp. 950.000,00, insentif sebesar Rp.
optimal. Untuk mengoptimalkan pengelolaan 1.750.000,00, uang makan sebesar Rp. 780.000,00
limbah selain program kerja yang jelas perlunya jadi total dalam satu bulan sebesar Rp. 3.480.000,00
penanggung jawab unit 3 sanitasi diberikan sehingga anggaran yang dibutuhkan selama satu tahun
kesempatan mengikuti pelatihan pengelolaan sebesar Rp. 41.760.000,00
limbah rumah sakit mengingat hingga saat ini Perhitungan perencanaan anggaran untuk
yang bersangkutan belum pernah mengikuti kebutuhan habis pakai pengelolaan limbah padat,
pelatihan. berdasarkan data pemakaian habis pakai bulan
Desember 2011 kantong plastik limbah medis 903
Pengelolaan limbah padat dilakukan oleh
lembar, kantong plastik limbah non medis 1423
petugas ruangan dan cleaning service termasuk lembar dan safety box 20 biji, harga kantong plastik
petugas pengangkut limbah padat yang berasal limbah medis perlembar Rp. 1.950,00, kantong plastik
dari cleaning service tiap shift terdiri 1 orang, limbah non medis Rp. 1.500,00 dan safety box per biji
pelatihan untuk tenaga cleaning service dalam Rp. 37.500,00 sehingga kantong plastik limbah padat
hal pengelolaan limbah belum pernah dilakukan, medis butuh anggaran Rp. 1.760.850,00, kantong
kegiatan selama ini berdasarkan pembinaan dari plastik limbah padat non medis Rp. 2.134.500,00 dan
instalasi sanitasi dan dari petugas ruangan. safety box Rp 750.000,00. total anggaran yang
dibutuhkan dalam satu tahun Rp. 55.744.200,00, jadi
anggaran ini bisa digunakan oleh instalasi sanitasi
Keuangan untuk menghitung kebutuhan habis pakai limbah
Total anggaran yang direncanakan seperti dalam padat.
RKA 2011 sebesar Rp. 4.400.556.250,00 disusun Bahan bakar untuk insinerator perjamnya adalah
langsung oleh pihak manajemen bukan berdasarkan 20 liter solar atau minyak tanah tidak menjadi masalah
pengusulan dari perencanaan instalasi sanitasi. karena anggaran solar sebesar Rp 48.960.000,00 untuk
Pendekatan anggaran ini menggunakan pendekatan pembakaran setiap hari selama 1 jam, anggaran
otoritarian atau top-down, yang sedikit mengambil tersebut cukup untuk 544 hari namun bila
negoisasi antara instalasi sanitasi dan pihak menggunakan lama pembakaran 2 jam anggaran
manajemen, pendekatan ini memiliki manfaat secara tersebut cukup untuk 272 hari dengan asumsi per liter
relatif cepat dan efisien serta mencerminkan perspektif solar Rp. 4.500,00, disini operator tinggal
manajemen. Namun dengan pendekatan ini kebutuhan menyesuaikan dengan kondisi limbah yang akan
dari instalasi sanitasi tidak terakomodir secara spesifik
dan terperinci, sehingga juga harus menggabungkan

4
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

diinsinerasi, jadi bahan bakar untuk operasional yang terbawa. Sementara tercampurnya limbah padat
insinerator tidak ada masalah. medis dengan benda tajam sangat membahayakan
petugas pengelola limbah, benda tajam yang terbuang
Metode mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh,
Perencanaan metode yang dipilih untuk mencapai bahan mikrobiologi, dan beracun citotoksik. Benda
tujuan pengelolaan limbah sangat penting guna tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang
memperbaiki sistem pengelolaan limbah rumah sakit dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena
dalam pengelolaan limbah padat RSUD Mimika mengandung bahan kimia beracun, potensi untuk
mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan nomor menularkan penyakit akan sangat besar bila benda
1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan tajam digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau
lingkungan rumah sakit. penyakit infeksi.(26) Upaya yang harus dilakukan agar
Pemilahan dalam pengelolaan limbah yang ada pemilahan dan pengumpulan bisa dilaksanakan sesuai
dengan memilah limbah padat medis yaitu infeksius ketentuan dengan ada inisiatif dari instalasi sanitasi
dan benda tajam serta limbah padat non medis untuk melakukan koordinasi antar instalasi dalam
merupakan upaya yang sangat minimal atau rangka pengelolaan limbah padat tentang kebijakan
sederhana, pemilahan yang cermat merupakan kunci pengelolaan limbah berdasarkan Kep.Men.Kes no
upaya minimisasi limbah sehingga limbah bisa 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
dilakukan 3 R (Reuse, Reduse, Recycle). Upaya 3 R lingkungan rumah sakit. Hal ini ditempuh merupakan
belum menjadi suatu program kerja di instalasi solusi sebelum SOP disyahkan serta disosialisasikan
sanitasi dan seharusnya upaya ini mulai bisa dilakukan atau karena belum adanya SOP.
misalnya dengan penggunaan botol infus yang bisa Peletakan pengumpulan terutama limbah padat
dikelola tersendiri sehingga tidak jadi beban medis karena penuh diletakkan pada tempat yang tidak
insinerator, karena botol infus bisa di olah kembali aman kasus ini terjadi di UGD dan OK, limbah padat
melalui penampung barang bekas, tentu saja tetap medis yang penuh diletakan diluar gedung dekat jalan
memperhatikan keselamatan pekerja dari umum tanpa menggunakan tempat atau kontener atau
terkontaminasinya botol tersebut.16,17Upaya reuse hanya kantong plastik kuning membahayakan
dalam skala kecil sudah dilakukan oleh beberapa pengunjung karena proses untuk diangkut
petugas untuk kepentingan pribadi misalnya sisa membutuhkan waktu lebih dari 1 jam, kebocoran
makanan untuk makan ternak, botol bekas antibiotik kantong plastik sangat mungkin yang mengakibatkan
untuk kerajinan tangan di rumah. cairan infeksius keluar dan mengotori lokasi akan
Pengumpulan merupakan proses untuk terjadi kontaminasi oleh organisme patogen.18
menampung atau mengumpulkan limbah padat yang Pengangkutan limbah padat dari ruangan-ruangan
sudah dipilah menurut karakteristiknya tidak adanya ke tempat penampungan dengan menggunakan satu
SOP atau sosialisasi kebijakan pemilahan dan troly saja ini menyebabkan potensi bahaya tersendiri
pengumpulan limbah merupakan permasalahan utama dalam pengelolaan limbah, selain itu proses
dalam hal pengelolaan limbah padat pada sumber atau pembersihan dan disinfeksi troly selesai digunakan
penghasil limbah ditambah sikap dan perilaku petugas tidak dilakukan sehingga proses kontaminasi limbah
maupun pengunjung yang masa bodoh. Upaya medis ke non medis akan terjadi, didesinfeksi troly
pengumpulan sesuai dengan karakteristiknya sudah merupakan sesuatu yang harus dilakukan pada troly
ditunjang dengan disediakan sarana dan prasarana pengangkut limbah medis, terjadinya kontaminasi
pengumpulan antara lain tersedianya tempat atau akan membahayakan pengelola limbah non medis
kontener untuk limbah padat medis, benda tajam dan maupun masyarakat yang ada di TPA.19
limbah padat non medis namun karena perilaku tadi Penanganan akhir limbah padat medis setelah
proses pemilahan pada penampungan belum 100% pengangkutan adalah penimbangan kemudian
terpilah sesuai karakteristiknya, berdasarkan survey dilakukan insinerasi, proses insinerasi dengan
yang dilakukan selama satu minggu didapatkan dari menggunakan insinerator kapasitas 0,6 m3 suhu
215 kantong limbah padat medis terdapat 65 atau 30% pembakaran hanya mencapai 522oC serta tidak sesuai
kantong yang tercampur oleh limbah padat non medis, dengan spesifikasi insinerator yaitu 630oC, suhu
tercampurnya limbah padat non medis pada kantong pembakaran cuma 522oC mengakibatkan pembakaran
limbah medis akan menjadi beban pada penanganan yang kurang sempurna, campuran material tersebut
akhir yaitu insinerasi yang pada akhirnya menambah jika dibakar pada suhu antara 250oC sampai dengan
biaya operasional, kondisi ini bisa ditekan apabila 600oC sangat berpotensi terbentuk dioksin, apalagi
SOP sudah disosialisasikan serta menumbuhkan jika pembakarannya tidak sempurna, kekurangan
kesadaran terhadap petugas. oksigen dan pemanasannya tidak merata. Dioksin
Tercampurnya limbah padat non medis dengan sebagian besar (98%) terbentuk di fly ash (abu hasil
limbah padat medis merupakan permasalahan serius pembakaran) dan bukan di asapnya.20 Akibat suhu
karena pengelolaan limbah padat non medis terakhir yang tidak optimal diakibatkan tidak berfungsinya
dibuang di TPA, ini berarti proses kontaminasi limbah insinerator residu sisa pembakaran ditemukan material
padat non medis oleh limbah medis membahayakan yang tidak terbakar dengan sempurna.
masyarakat di sekitar TPA akibat dari kuman patogen

5
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

Residu pembakaran sisa pembakaran ini diangkut Insinerator pirolitik yang dimiliki RSUD Mimika
dengan troly/gerobak untuk dilakukan penimbunan, kapasitas 0,6 m3 dengan suhu pembakaran 630oC
troly yang digunakan pengangkut residu sudah tidak untuk ruang pembakar utama sedangkan untuk ruang
layak karena terdapat lubang yang dapat bakar kedua suhu pembakaran 1200oC tidak
mengakibatkan tercecernya residu pembakaran. memenuhi kriteria terutama untuk ruang bakar utama,
Penimbunan residu hasil pembakaran merupakan untuk pengolahan limbah layanan kesehatan harus
proses selanjutnya dari penanganan akhir untuk dioperasikan pada suhu antara 900oC dan
limbah padat medis, penimbunan residu dilakukan 1200oC.16,17,20 Insinerator yang ada mengalami
pada areal khusus yang diberi pagar pembatas, namun kerusakan dikarenakan tidak adanya operator
proses penimbunan tidak memenuhi ketentuan hanya tersendiri untuk mengoperasikannya sehingga
digali sekitar 30 cm, ini akan menimbulkan potensi pemeliharaan secara rutin tidak dilakukan
bahaya bagi pekerja limbah mengingat residu tersebut sebagaimana mestinya, insinerator pirolitik harus
juga terdapat jarum atau benda tajam yang tidak dioperasikan dan dipantau oleh operator atau teknisi
sepenuhnya terbakar sempurna, penimbunan residu ini yang terlatih dengan baik yang dapat mempertahankan
harusnya dilakukan dengan prinsip sanitary landfill kondisi yang diperlukan, bahkan mengendalikan
sehingga juga berfungsi mencegah kontaminasi tanah sistem secara manual. Pengoperasian yang benar
dan air permukaan serta air tanah.16 sangat penting, bukan saja untuk memaksimalkan
Perlindungan terhadap pekerja atau petugas untuk efisiensi dan meminimalkan dampak buangan
pengelolaan limbah padat dimulai dari pemilahan, terhadap lingkungan, tetapi juga mengurangi biaya
pengumpulan, pengangkutan dan penanganan akhir pemeliharaan dan memperpanjang usia peralatan.
terhadap materi yang berpotensi membahayakan,
penggunaan APD dilingkungan rumah sakit sudah Regulasi
menjadi kesadaran mulai dari proses pemilahan, Kebijakan pengelolaan limbah memiliki banyak
pengumpulan, pengangkutan dan penanganan akhir acuan yang berlaku namun RSUD Mimika baru
namun untuk petugas pengangkutan maupun menggunakan rujukan Kep.Men.Kes RI No 1204
penanganan akhir alat pelindung diri yang harus tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
digunakan antara lain: penutup kepala, masker, safety rumah sakit selain menggunakan acuan tersebut diatas
goggle, overall( pakaian kerja), celemek industri, seharusnya tetap membuat aturan atau ketentuan
sepatu boot, sarung tangan.16,17,22 untuk pekerja limbah pelaksanaan yang dituangkan dalam SOP, adanya
di RSUD Mimika untuk petugas pengangkut dan SOP merupakan upaya legal dalam menata
penanganan akhir belum menggunakan pelindung pengelolaan limbah padat, sehingga pengelolaan
kepala dan safety goggle hal ini penting digunakan limbah menjadi lebih terarah memberikan kepastian
karena pada waktu penanganan limbah tersebut serta dapat dipertanggungjawabkan.
dikuatirkan percikan limbah bisa mengenai kepala dan
mata.
Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat yang ada di rumah sakit
Sarana dan prasarana terutama pengunjung haruslah dilakukan pembinaan
Sarana dan prasarana yang ada di RSUD Mimika karena areal rumah sakit merupakan areal khusus yang
baik disediakan oleh pihak RSUD Mimika maupun mempunyai potensi menularkan penyakit, promosi
pihak cleaning service sudah cukup memadai mulai mengenai penanganan dan pembuangan limbah
dari tempat atau kontener untuk limbah padat kesehatan yang tepat sangat penting bagi masyarakat,
termasuk kantong plastik, di laboratorium dan nifas dan setiap masyarakat berhak mendapatkan informasi
menggunakan tempat atau kontener untuk benda tajam tentang bahaya yang mungkin ditimbulkan limbah
tidak sesuai standar dari rumah sakit, yaitu hanya tersebut bagi kesehatan.16
berupa kardus biasa harusnya dihindari karena kardus
yang digunakan tidak untuk peruntukan benda tajam
selain tidak ada gambar biohazard dikuatirkan terjadi Jumlah limbah padat
kesalahan penanganan yang harusnya di insinerasi tapi Limbah farmasi yang berasal dari obat kadaluarsa
malah bercampur dengan limbah padat non medis dan sangat besar jumlahnya sampai Desember 2011
terbuang ke TPA. sebanyak 95 item dengan berat 821 kg belum
Troly untuk pengangkut limbah padat sebanyak 2 dilakukan penanganan merupakan masalah tersediri
unit sudah bisa memenuhi kebutuhan dengan dalam pengelolaan limbah karena limbah farmasi
meningkatkan frekwensi pengangkutan terutama memerlukan penanganan khusus, pengelola limbah
untuk limbah padat non medis, pemeliharan troly harus mampu menyiapkan teknis pengelolaan limbah
harus selalu dilakukan terutama dalam kondisi rusak tersebut. Untuk limbah farmasi ini tidak mungkin
sehingga troly untuk limbah padat dapat berfungsi dikembalikan ke distributor karena justru menjadi
dengan baik, pembersihan dan didisinfeksi harus mahal biayanya, pengelolaan limbah farmasi
selalu dilakukan agar mikroorganisme patogen dapat dilakukan agar tidak disalah gunakan oleh pihak-pihak
dihilangkan agar tidak menimbulkan permasalahan tertentu dengan mengambil limbah berupa obat untuk
kesehatan terhadap pekerja.16,23,24 dijual kambali selain itu juga harus tetap

6
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

memperhatikan dampak terhadap lingkungan jangan pengelolaan limbah cair kegiatan hanya bersifat
sampai menjadi sumber pencemar. insidental semata yaitu apabila ada permasalahan.
Pemusnahan limbah farmasi tersebut diatas metode Upaya yang harus dilakukan dengan menyusun
yang mungkin dilakukan adalah dengan insinerasi, ini program kerja dengan baik agar pengelolaan limbah
merupakan cara terbaik untuk membuang limbah cair dapat optimal, penyusunan program bisa
sediaan farmasi, limbah harus dibuang bersama kardus berdasarkan dari permasalahan-permasalahan tahun
kemasannya, dan mungkin dengan limbah infeksius sebelumnya agar tidak timbul masalah kembali selain
dan materi mudah terbakar lainnya, untuk itu program pelatihan bagi staf harus menjadi prioritas
mewujudkan kondisi pembakaran yang optimum, untuk menunjang pengetahuan dan keterampilan.
namun insinerasi suhu < 800oC hanya memberikan
pengolahan terbatas untuk limbah jenis ini dan harus Keuangan
dilanjutkan dengan pembakaran pada bilik kedua yang Perencanaan keuangan sangat dipengaruhi oleh
beroperasi pada suhu1000oC untuk membakar gas program kerja dari instalasi sanitasi, program kerja
buang toksik yang mungkin dihasilkan. Kondisi disusun berdasarkan pengetahuan dan keterampilan
insinerator RSUD Mimika suhu pembakaran 522oC teknis oleh instalasi sanitasi dengan program kerja
masih memungkinkan untuk membakar limbah yang baik anggaran yang digunakan akan lebih efektif
farmasi apabila bilik pembakaran kedua dapat berfunsi dan efisien. Anggaran untuk pengelolaan limbah cair
dengan suhu pembakaran 1200oC. Cara lain yang disusun belum melalui perencanaan yang baik dan
dimungkinkan untuk penanganan limbah farmasi detail dalam RKA tahun 2011 anggaran untuk limbah
adalah encapsulation dimana limbah padat, cair dan cair sebesar Rp. 221.346.000,00 sedangkan dalam
semi cair dapat dipadatkan dengan campuran semen DPA tahun 2011 sebesar Rp. 59.346.000,00
dalam drum.16,17,20 mengalami penurunan sebesar Rp. 162.000.000,00.
Limbah padat medis yang terkelola oleh instalasi Anggaran sebesar Rp. 59.346.000,00 uraian
sanitasi sebesar 54,74 kg/hari atau 92%, sedangkan kegiatannya tidak jelas penggunaan anggaran hanya
yang tidak terkelola sebesar 4,5 kg/hari atau 8%. berdasarkan kebutuhan kerusakan dan bukan
Untuk limbah yang tidak terkelola atau digunakan pemeliharaan yang terencana secara baik, dari
untuk kepentingan pribadi haruslah tetap mendapatkan anggaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut Rp.
pengawasan agar jumlah dan beratnya tetap terpantau, 50.000.000,00 untuk kegiatan pemeliharaan instalasi
selain itu juga untuk menghindari barang yang air dan plumbing harus diuraikan dengan jelas
digunakan masih memiliki potensi bahaya terhadap sehingga permasalahan yang terjadi dapat
kesehatan, penyuluhan atau promosi kesehatan diselesaikan.
lingkungan harus selalu dilakukan secara berkala agar Anggaran untuk pengawasan kualitas air limbah
pengelolaan limbah dapat berjalan dengan baik, tidak sebesar Rp.5.500.000,00 untuk pemeriksaan
menimbulkan dampak negatif terhadap petugas, laboratorium sebanyak 4 kali dalam satu tahun tidak
pasien dan pengunjung. mencukupi karena sekali pemeriksaan limbah cair
Limbah padat non medis yang terkelola oleh anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp. 5.420.000,00
instalasi sanitasi dengan berat 101,9kg/hari atau 97% sudah termasuk akomodasi petugas yang mengirim,
sedang yang tidak terkelola 3,1 kg/hari atau 3%. karena pemeriksaan dilakukan di Jayapura yang
Limbah yang tidak terkelola berasal dari instalasi gizi menggunakan transportasi udara. Anggaran yang
berupa sisa makanan pasien karena dimanfaatkan oleh seharusnya ada untuk pemeriksaan limbah cair selama
petugas gizi untuk makanan ternak harus juga satu tahun dengan 4 kali pemeriksaan adalah Rp.
diketahui beratnya oleh instalasi sanitasi sehingga data 21.680.000,00. Kondisi ini yang menyebabkan
jumlah limbah padat dapat diketahui secara pasti. pengiriman sampel untuk tahun 2011 hanya 2 kali
penyebabnya adalah masalah perencanaan yang
Pengelolaan Limbah Cair RSUD Mimika kurang akurat. Akibat kekurangan anggaran ini
Sumber daya manusia kegiatan pemantauan limbah cair tidak bisa berjalan
Sumber daya manusia sebagai pengelola limbah sesuai dengan Kep. Men. LH nomor 58 tahun 1995.
cair terdiri dari satu orang yang berasal dari unit 3 Anggaran untuk penyusunan SOP sebesar Rp.
sanitasi sekaligus menangani limbah padat, sebagai 3.846.000,00 penggunaannya belum diketahui
penanggung jawab pengelola limbah cair mempunyai hasilnya karena SOP masih dalam proses penyusunan,
uraian kerja melaksanakan pengawasan sumber dengan adanya anggaran ini seharusnya SOP
limbah cair, pengawasan saluran limbah cair, pengelolaan limbah cair bisa diwujudkan sehingga
pengawasan penampungan limbah cair, pengawasan pengelolaan limbah cair lebih terarah dan terprogram
pengolahan limbah cair, melaksanakan pemeriksaan dengan baik.
parameter lapangan, pengambilan sampel limbah cair
dan perbaikan kualitas limbah cair. Uraian kerja untuk Metode
unit 3 sanitasi sudah jelas namun belum terperinci, Pengelolaan limbah cair di RSUD Mimika dimulai
belum adanya program kerja menyebabkan uraian dari sumber limbah cair yang meliputi: kamar mandi,
tugas tidak berjalan, kegiatan yang ada hanya wc, washtafel, handscrub, spolhook dan urinoir
berdasarkan rutinitas saja namun begitu untuk kemudian dari sumber disalurkan menggunakan pipa

7
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

pvc 3 yang ada di dalam gedung selanjutnya Penampungan limbah cair yang memiliki volume
menggunakan saluran pipa 4 dari sini disalurkan 38,26 m3 secara teknis berfungsi sebagai:
menuju jaringan pipa pvc 5 dan disalurkan menuju a. Meredam beban kejut akibat adanya fluktuasi
jaringan induk pipa pvc 6, untuk mengontrol beban organik yang dapat mengganggu proses
penyaluran dilengkapi dengan bak kontrol sebanyak biologis.
20 unit menuju bak equalisasi, untuk ruang perawatan b. Mengendalikan pH limbah cair melalui
A3 dan A4 dilengkapi pretreatment 3 unit septictank pencampuran limbah asam dan limbah basa,
yang disalurkan ke jaringan induk, selain diruang sehingga mengurangi biaya pengolahan.
perawatan tersebut untuk instalasi gizi atau dapur juga c. Mencegah konsentrasi bahan beracun yang
dilengkapi dengan pretreatment berupa greastrap memasuki bak pengolah biologis sehingga
untuk menangkap lemak dan minyak. Semua limbah mematikan mikroorganisme yang ada.22
cair yang berasal dari sumber masuk ke bak equalisasi Volume bak equalisasi 38,29 m3 dengan perkiraan
yang tidak dilengkapi barscreen yang mengakibatkan debit 38 m3/hari berdasarkan kriteria desain untuk bak
kotoran berupa plastik, bungkus sabun, bungkus equalisasi waktu detensi 4 8 jam, dengan debit
sampo dan pembalut wanita masuk ke bak equalisasi sekarang ini berarti waktu detensi yang ada sebesar 24
selanjutnya dipompakan ke unit pengolahan atau jam berarti volume bak saat ini masih cukup untuk
IPAL dengan sistem anaerobic bio filter yang menampung limbah dengan waktu detensi yang
memiliki bagian-bagian sedimentasi, unit biologis, memenuhi kriteria desain, sedangkan kalau kita
Sistem Aliran Bawah Permukaan (Sub Surface Flow - analisa dengan volume yang ada bak equalisasi
Wetlands) dan indikator biologi selanjutnya limbah tersebut masih mampu menampung limbah 228
cair dibuang ke saluran drainase yang menuju sungai m3/hari dengan waktu detensi 4 jam. Masalah pompa
disekitar RSUD Mimika. yang ada tidak dilengkapi otomatis agar dilengkapi
Kondisi unit sumber limbah cair kamar mandi otomatis, karena yang terjadi pompa hanya menghisap
sebanyak 157 unit yang tidak baik/rusak sebanyak 15 angin akibat limbah cair tidak mencukupi dengan
unit atau 9,5%, wc sebanyak 160 unit yang tidak baik kapasitas pompa. Pemasangan bar screen harus segera
sebanyak15 unit atau 9,4%, washtafel sebanyak 138 dilakukan agar tidak mengganggu proses pengolahan
unit yang tidak baik sebanyak 11 unit atau 7,9%, serta menyebabkan kerusakan pompa
handscrub sebanyak 6 unit semua dalam kondisi baik, Pengolahan limbah cair mempunyai tujuan utama
spolhook sebanyak 7 unit semua dalam kondisi baik, adalah mengurangi BOD, partikel tercampur, serta
sedangkan urinoir sebanyak 17 unit semua dalam membunuh organisme patogen. Berikut ini kegiatan
kondisi tidak baik atau 100%. Kerusakan ini pengolahan yang ada:
diakibatkan oleh jaringan air bersihnya yang tidak a. Bak pretreatment
berfungsi, adanya kebocoran serta tersumbatnya Septictank sebanyak 3 unit merupakan upaya
jaringan saluran pembuangan. Adanya permasalahan- untuk mengolah faces dari wc. Septictank
permasalahan disumber seharusnya dijadikan data merupakan pengolahan limbah paling sederhana
untuk perencanaan sehingga permasalahan tersebut menggunakan sistem anaerobic, pengolahan
bisa diselesaikan dengan anggaran yang sudah menggunakan septictank ini dipengaruhi oleh
direncanakan. Limbah yang berasal dari proses film waktu detensi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
dari radiologi langsung dibuang ke jaringan limbah, memberikan kesempatan agar kotoran atau limbah
ini merupakan permasalahan serius karena larutan cair yang masuk untuk mengalami proses
pencuci foto(fixer dan developer). Larutan fixer pengendapan dan proses penguraian awal oleh
biasanya mengandung 5 10% hidroquinon, 1 5% bakteri. 22 adanya septictank ini beban
kalium hidroksida dan maksimal 1 % perak. Larutan dipenyaluran dan IPAL dapat berkurang.
developer mengandung sekitar 45% glutaraldehid. Greastrap terdapat diarea dapur fungsinya
Asam asetat juga digunakan baik dalam larutan pada adalah untuk memisahkan lemak atau minyak
bak perendaman maupun dalam larutan fixer.16 dengan limbah cair agar tidak menyebabkan
Penyaluran limbah cair yang dimulai dari sumber penyumbatan pada saluran dan unit pengolahan,
limbah cair haruslah selalu mendapatkan perhatian sebanyak 1 unit dengan volume 4,4 m3. Harus
yang cukup permasalahan tersumbatnya jaringan selalu dilakukan pembersihan secara berkala agar
berasal karena sebagian dari lubang pembuangan tidak bisa berfungsi secara optimal.22,24,28
dilengkapi penyaring sehingga kotoran, sampah b. Bak pengendapan
masuk kedalam saluran yang menyebabkan tersumbat Terdapat 2 bak pengendapan yang berfungsi
sehingga sumber limbah cair tidak berfungsi. untuk mereduksi zat padat tersuspensi yang ada
Diameter pipa pvc dari sumber 3 tidak memenuhi dalam limbah cair, kebanyakan material zat padat
ketentuan seharusnya minimal menggunakan pipa pvc tersuspensi secara alamiah berbentuk flokulan(41).
4 merupakan upaya untuk menghindari Waktu detensi dalam bak pengendapan mencapai 2
penyumbatan.23,25 Upaya yang harus dilakukan untuk 4 jam. Kondisi dilapangan Bak pengendapan 1
menghindari penyumbatan adalah memasang saringan dengan volume 37,14 m3 dengan debit limbah cair
pada lubang pembuangan kamar mandi. 38 m3/hari akan memiliki waktu detensi selama
23,5 jam sedangkan untuk bak pengendapan 2

8
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

dengan volume 106,57 m3 akan memiliki waktu tersuspensi limbah cair menjadi lebih jernih.
detensi selama 67,4 jam. Sehingga total waktu Menurut Tangahu & Warmadewanthi (2001),
tinggal dibak pengendapan selama 3,78 hari atau bahwa pengolahan air limbah dengan sistem
90.9 jam berarti waktu tinggal dibak pengendapan tersebut lebih dianjurkan karena beberapa alasan
yang ada sudah lebih dari cukup.20,29 limbah cair sebagai berikut:
dari bak pengendap ini selanjutnya di alirkan ke a) Dapat mengolah limbah domestik, pertanian
bak pengolahan biologis. dan sebagian limbah industri termasuk logam
c. Bak pengolahan biologis berat.
Terdapat 8 ruangan dengan volume total 295, b) Efisiensi pengolahan tinggi (80 %).
83 m3 yang diletakkan batu vulkanik yang c) Biaya perencanaan, pengoperasian dan
berfungsi sebagai tempat menempelnya biofilm pemeliharaan murah dan tidak
atau attached growth reactor adalah proses d) membutuhkan ketrampilan yang tinggi.58,59
pengolahan dimana mikroorganisme atau bakteri e. Indikator biologi
anaerob melekat pada media batu vulkanik yang Indikator biologi menggunakan tanaman air
tumbuh membentuk biofilm dengan populasi apu-apu (Pristia stratiotes) atau kapu-kapu atau
tinggi berperan terhadap proses mengurangi atau kiambang atau kayambang berfungsi seperti
menghilangkan pencemar organik yang terdapat tanaman yang ada di Sistem Aliran Bawah
dalam limbah cair.20,22,24,31 dengan kontak pada Permukaan (Sub Surface Flow - Wetlands).
media secara bertahap senyawa organik dalam Pemantauan limbah cair harus dilakukan setiap
limbah cair (surfactant) akan diuraikan pula secara hari agar terpantaunya pengelolaan limbah cair,
bertahap, sehingga hasil akhir akan diperoleh terutama kualitas limbah cair yang akan masuk
limbah cair yang lebih bening dengan beban unit pengolahan, pemantauan kualitas harian
organik kecil. Makin luas bidang kontak maka berdasarkan parameter lapangan yaitu: pH, suhu
efisiensi penurunan konsentrasi senyawa organik dan debit limbah cair.
(BOD) makin luas, selain menghilangkan BOD,
sistem ini mampu pula mengurangi kandungan Sarana dan prasarana
padatan tersuspensi (suspended solid) dan total Sarana dan prasarana yang ada untuk pengelolaan
nitrogen dan phospat. Keuntungan sistem ini limbah cair masih membutuhkan tambahan yaitu bak
adalah prosesnya sangat sederhana, biaya clorinasi yang belum ada di unit IPAL RSUD Mimika
opersionalnya murah dan tidak menggunakan yang bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
bahan kimia, sedikit menghasilkan lumpur.20 mikroorganisme patogen yang ada di dalam air
Selanjutnya limbah cair yang sudah melewati limbah. Mekanisme pembunuhan sangat dipengaruhi
pengolahan biologis dialirkan ke Sistem Aliran oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan
Bawah Permukaan (Sub Surface Flow - Wetlands) mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh
d. Sistem Aliran Bawah Permukaan (Sub Surface kimia termasuk klorin dan komponennya memastikan
Flow - Wetlands) bakteri dengan cara merusak atau menginaktifkan
Sistem yang menggunakan tanaman enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel.
makrophyta yang akarnya tenggelam atau sering Mekanisme lain dari desinfeksi adalah dengan
disebut juga amphibiuos plants dan biasanya merusak langsung dinding sel seperti yang dilakukan
digunakan untuk Lahan Basah Buatan tipe Aliran apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas.44
Bawah Permukaan (Subsurface FlowWetlands) Penambahan alat untuk proses pemantauan yaitu
SSF-Wetlands. (Suriawiria, 1993). Proses ini flow meter atau alat pengukur debit limbah cair ini
bertujuan mengacu dari definisi Wetlands dari Met mutlak diperlukan untuk mengetahui volume dan debit
Calf & Eddy (1993), maka proses pengolahan limbah cair yang sudah melalui proses pengolahan.
limbah pada Lahan Basah Buatan Aliran Bawah Selain itu juga pengukur pH dan suhu juga diperlukan
Permukaan (SSF-Wetlands) dapat terjadi secara untuk mengetahui secara langsung kualitas limbah cair
fisik, kimia maupun biologi. Proses secara fisik dimana dilakukan pengukuran. pH harus selalu
yang terjadi adalah proses sedimantasi, filtrasi, terpantau karena konsentrasi ion hidrogen adalah
adsorpsi oleh media yang ada. Menurut Wood ukuran kualitas dari air limbah. Adapun kadar yang
dalam Tangahu & Warmadewanthi (2001), dengan baik adalah kadar dimana masih memungkinkan
adanya proses secara fisik ini hanya dapat kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik.
mengurangi konsentrasi COD & BOD solid Limbah cair dengan konsentrasi limbah cair tidak
maupun TSS, sedangkan COD & BOD terlarut netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga
dapat dihilangkan dengan proses gabungan kimia mengganggu proses pengolahan di IPAL, dengan
dan biologi melalui aktivitas mikroorganisme terkontrolnya pH akan cepat diketahui dan diambil
maupun tanaman. untuk memisahkan padatan yang tindakan agar proses pengolahan biologis di IPAL
tersuspensi dengan limbah cair yang sudah tidak terganggu.24,30
melewati pengolahan biologis dengan media batu
kerikil, dan ditumbuhi tanaman jenis Phragmites
australis dengan terpisahkannya padatan

9
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

Regulasi pokok penerapan asas-asas manajemen pada


Banyak peraturan yang mengatur mengenai pengembangan program kesehatan adalah upaya
pengelolaan limbah yang digunakan sebagai acuan, peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya untuk
namun tidak semua peraturan bisa diikuti atau menunjang pelaksanaan program pengelolaan limbah,
dilaksanakan oleh RSUD Mimika karena adanya peningkatan efektivitas pelaksanaan kegiatan untuk
keterbatasan masalah sosialisasi, persyaratan maupun mencapai target terkelolanya semua limbah yang
anggaran. Namun peraturan pengelolaan limbah cair dihasilkan serta kualitasnya memenuhi baku mutu,
yang sudah bisa diterapkan haruslah dijabarkan secara dan setiap pengambilan keputusan dapat dilakukan
operasional untuk mencapai tujuan menggunakan SOP secara rasional karena didasari pemanfaatan data
agar pengelolaan limbah cair bisa terarah dan bisa secara tepat.
dipertanggung jawabkan namun kondisi dilapangan
secara operasional belum diatur menggunakan SOP. Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi yang terpenting karena
Volume limbah cair merupakan awal dan arah dari proses manajemen
Hasil pengukuran limbah cair didapatkan hasil limbah secara keseluruhan. Perencanaan program
bahwa debit limbah cair rata-rata 0,4 liter/detik atau limbah terdiri dari:
24 liter/menit atau 35,56 m3/hari. Hasil pengukuran ini a. Menjelaskan berbagai masalah atau identifikasi
masih dibawah perkiraan debit limbah cair 38 m3/hari masalah
yang akan melalui proses pengolahan di IPAL, selain Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
itu juga debit sekarang masih dibawah dari kapasitas diketahui berbagai masalah yang ada dalam
IPAL itu sendiri. pengelolaan limbah di RSUD Mimika, seperti:
kekurangan tenaga operator insinerator, pelatihan
Kualitas limbah cair tenaga pengelola limbah, SOP belum ada, teknik
Hasil pemeriksaan laboratorium limbah cair operasional yang belum memenuhi ketentuan,
ditemukan kadar NH3 bebas 9,11 mg/l yang masih anggaran yang tidak detail, sarana dan prasarana
melebihi baku mutu yang seharusnya 0,1 mg/l, serta yang belum lengkap.
kemungkinan MPN-koli. Nitrogen dan fosfor b. Menentukan prioritas masalah
merupakan kunci penyebab pencemar dalam limbah Penetapan prioritas masalah adalah sebuah
cair. Proses denitrifikasi terjadi karena terdapat keharusan karena begitu kompleksnya masalah dan
pseudomonas denitrificans. Ammonia dihasilkan oleh terbatasnya sumber daya yang tersedia, prioritas
dekomposisi senyawa organik terdapat dalam limbah masalah dijadikan dasar untuk menentukan tujuan
cair yang harus dihilangkan sebab ammonia bersifat perencanaan program pengelolaan limbah.
toksik atau beracun terhadap kehidupan ikan air tawar c. Menetapkan tujuan dan indikator keberhasilannya
jika konsetrasi ammonia dalam air lebih dari 3 mg/l Apabila prioritas program sudah ditetapkan,
dan senyawa ammonia akan dioksidasi oleh mikroba langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan,
menjadi nitrat dengan menggunakan oksigen. Limbah misalnya untuk pengelolaan limbah adalah
cair RSUD Mimika kadar NH3 bebas sebesar 9,11 terkelolanya limbah padat sebesar 100% dan
mg/l harus dilakukan upaya untuk mengurangi atau limbah cair yang sudah melalui pengolahan
menekan sehingga memenuhi baku mutu, proses memenuhi baku mutu.
penghilangan ammonia dalam limbah cair dilakukan d. Mengkaji hambatan dan kendala
dengan proses aerobik pada ammonia dan oksidasi Seperti diketahui hambatan dan kendala
nitrit, bakteri yang digunakan dalam oksidasi dari pengelolaan limbah di RSUD Mimika adalah
nitrit menjadi nitrat adalah Nitrobacter, Nitrococcus, sumber daya yang meliputi, jumlah SDM,
dan Nitrospira.55 MPN koli yang terpantau lebih dari pelatihan SDM, sarana dan prasarana.
1600/100 ml harus diwaspadai karena bisa jadi e. Menyusun rencana kerja operasional
melebihi baku mutu sebesar 10.000/100 ml, Dengan rencana kerja operasional akan
melengkapi IPAL dengan unit disinfeksi harus memudahkan untuk mengetahui sumber daya yang
dilakukan karena pada dasarnya pengolahan limbah dibutuhkan dan sebagai alat untuk pemantauan
menggunakan mikroorganisme keberadaannya harus program menyeluruh.15
ditekan atau dikurangi sebelum dibuang ke badan air
penerima. Pengorganisasian
Dari struktur organisasi instalasi sanitasi diketahui
mekanisme pelimpahan wewenang dari kepala
Penerapan Fungsi Manajemen
instalasi kepada staf sesuai dengan tugas-tugas yang
Penerapan fungsi manajemen limbah yang ada di
diberikan. Adanya rapat yang diselenggarakan dapat
RSUD Mimika masih belum memenuhi, banyak aspek
digunakan sebagai sarana koordinasi serta sinkronisasi
belum dilaksanakan namun idialnya seharusnya
pengelolaan limbah dengan unit atau bagian lain yang
sebagai berikut fungsi manajemen limbah yang
ada di RSUD Mimika. Penetapan hubungan dalam
dipakai adalah perencanaan, pengorganisasian,
suatu organisasi merupakan salah satu syarat
pergerakan-pelaksanaan dan pengawasan. Tiga prinsip
terciptanya kerja sama (team work), antara karyawan

10
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

dengan karyawan, dan antara instalasi dengan 2. Teknik operasional limbah padat yang dimulai
instalasi.17 dari pemilahan 30% kantong limbah padat medis
tercampur limbah padat non medis, pengumpulan
Penggerakan-pelaksanaan limbah padat medis peletakan menunggu
Keberhasilan pengembangan fungsi manajemen pengangkutan sebagian kurang aman,
limbah sangat dipengaruhi oleh keberhasilan kepala pengangkutan belum menggunakan troly yang
instalasi sanitasi menumbuhkan motivasi kerja staf terpisah antara limbah medis dan non medis,
dan semangat kerja sama antara staf dengan staf insinerator tidak berfungsi optimal, suhu
lainnya di RSUD Mimika. pembakaran hanya 522oC dan penimbunan residu
sisa pembakaran belum memenuhi ketentuan.
3. Unit pengelola limbah belum menangani
Pengawasan pengelolaan limbah secara optimal, pengawasan
Tolak ukur keberhasilan program pengelolaan pengelolaan limbah padat tidak dilakukan setiap
limbah sudah ditetapkan malalui rencana kerja hari, operator insinerator dirangkap oleh
operasional yang telah disusun. Tanggung jawab koordinator unit 3 sanitasi.
pengawasan program pengelolaan limbah berada 4. Keuangan yang dianggarkan sebesar Rp
ditangan kepala instalasi sanitasi tetapi wewenang 3.592.260.000,00 mengalami penurunan sebesar
dilapangan dilimpahkan kepada koordinator unit 3 Rp. 808.296.250,00 namun anggaran tersebut bisa
sanitasi. Langkah penting fungsi pengawasan adalah: dioptimalkan dengan dilakukan perincian yang
a. Menilai apakah ada kesenjangan. jelas dan detail.
b. Menganalisis faktor-faktor penyebab timbulnya 5. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah
kesenjangan tersebut. padat belum sepenuhnya sadar dengan membuang
c. Merencanakan dan melaksanakan langkah-langkah limbah padat pada tempatnya.
untuk mengatasi permasalahan yang muncul 6. Limbah farmasi belum dikelola sama sekali oleh
berdasarkan faktor-faktor penyebab yang sudah instalasi sanitasi dengan berat limbah dalam tahun
diidentifikasi. 2011 sebesar 821 kg yang terdiri dari 95 item
Upaya pengawasan dilaksanakan secara rutin obat. Limbah padat medis padat medis yang
dengan menggunakan tolak ukur keberhasilan terkelola rata-rata 54,31 kg/hari atau 92%.
program pengelolaan limbah sebagai pedoman kerja. Limbah padat non medis yang terkelola sebesar
Hasilnya akan dapat digunakan sebagai umpan balik 101,9 kg/hari atau 96,8%.
untuk memperbaiki proses perencanaan pengelolaan Aspek input, proses dan output belum dilakukan
limbah.15 perencanaan SDM, Keuangan, Metode, regulasi dan
sarana prasarana mengakibatkan pelaksanaan
Analisis SWOT pengelolaan limbah tidak berjalan optimal sehingga
Berdasarkan analisa instalasi sanitasi mempunyai tidak efektif dan efisien.
kekuatan dan peluang sehingga strategi yang disusun
dengan cara menggunakan semua kekuatan untuk Pengelolaan limbah cair
merebut peluang sebagaimana uraian dibawah ini: 1. Sumber daya manusia yang mengelola limbah
a) Meningkatkan kemampuan instalasi sanitasi cair sebanyak satu orang dari unit 3 sanitasi yang
dalam pengelolaan limbah rumah sakit. juga merangkap pengelola limbah padat dan
b) Meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan. belum pernah mengikuti pelatihan mengenai
c) Mengoptimalkan anggaran untuk meningkatkan limbah cair.
pengelolaan limbah. 2. Volume limbah cair yang dihasilkan diperkirakan
d) Memanfaatkan uraian tugas dalam rangka rata-rata sebesar 38 m3/hari.
menangani pengelolaan limbah 3. Teknik operasional dimulai sumber limbah cair
e) Memanfaatkan dan meningkatkan sarana prasana kamar mandi 9,5% tidak berfungsi, wc sebanyak
pengelolaan limbah dengan kerjasama antar 9,4% tidak berfungsi, washtafel sebanyak 7,9%
instansi tidak berfungsi dan urinoir 100% tidak berfungsi.
f) Meningkatkan kerjasama antar instalasi dalam Penyaluran, penampungan, pengolahan berfungsi
rangka pengelolaan limbah dengan menjalankan dengan baik namun pemantauan tidak dilakukan
aturan untuk meningkatkan mutu rumah sakit. sesuai ketentuan.
4. Penerapan kebijakan belum sepenuhnya
dilaksanakan serta SOP pengelolaan limbah cair
SIMPULAN
belum ada.
Pengelolaan limbah padat 5. Keuangan yang ada dianggaran sebesar Rp.
1. Regulasi yang digunakan masih menggunakan 59.346.000,00 mengalami penurunan sebesar Rp.
Kep.Men.Kes. RI nomor 1204/tahun 2004 162.000.000,00 dengan anggaran yang ada belum
sedangkan SOP yang sudah dibuat belum diuraikan secara rinci dan detail.
disahkan serta belum disosialisasikan. 6. Volume limbah cair hasil pengukuran limbah cair
didapatkan hasil bahwa debit limbah cair rata-

11
Misgiono, Onny Setiani, Budiyono

rata 0,4 liter/detik atau 24 liter/menit atau 35,56


m3/hari. 3. USU. Determinan Tindakan Perawat Dalam
7. Hasil pemantauan limbah cair hasil pemeriksaan Membuang Limbah. [cited 2011 1 Oktober ];
limbah cair pada titik outlet hanya NH3 bebas Available from:
9,11 mg/l yang masih melebihi baku mutu, http://www.google.co.id/search?q=jumlah+limba
sedangkan untuk pemantauan harian belum h+rumah+sakit&hl=id&biw=1366&bih=641&pr
dilakukan. md=ivns&ei=LuO_Tua3FsWsrAfd3rXPAQ&sa
Evaluasi input, proses dan output belum =N&oq=jumlah+limbah+rumah+sakit&aq=f&aq
dilakukan perencanaan peningkatan kualitas SDM, i=&aql=&gs_sm=s&gs_upl=6104l7649l0l10496l
Keuangan, Metode, regulasi dan sarana prasarana 7l7l0l0l0l1l324l593l2-1.1l2l0
mengakibatkan pelaksanaan pengelolaan limbah cair 4. Srinivasan AV. Managing a Modern Hospital.
hanya bersifat insidental bila ada permasalahan New Delhi: Sage; 2008.
sehingga hasil dari pengelolaan limbah cair tidak 5. WHO. Management of Solid Health-Care Waste
sesuai dengan ketentuan. at Primary Health-Care A Decision-Making
Analisa SWOT menunjukkan bahwa instalasi Guide. Geneva: WHO; 2005.
sanitasi mempunyai kekuatanpeluang yang besar, 6. Moreira AMM, Gnther WMR. Evaluation of
selanjutnya menyusun formula strategisnya yang Medical Waste Management applied to a Small
pertama adalah meningkatkan kemampuan instalasi Capacity Healthcare Unit in Brazil. Faculdade de
sanitasi dalam pengelolaanl imbah rumah sakit. Sade Pblica da Universidade de So Paulo.
2010.
SARAN 7. K.Kalaivani. A Case Study of Biomedical Waste
1. Bagi manajemen RSUD Mimika perlu Management in Hospitals. Global Journal of
penambahan tenaga untuk operator insenerator Health Science. 2009;1.
dengan kualifikasi SLTA, besarnya anggaran 8. Paramita N.Evaluasi Pengelolaan Sampah
yang dibutuhkan untuk gaji serta hak-hak lainnya Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
dalam satu tahun sebesar Rp. 41.760.000,00. Soebroto. Presipitasi. 2007;2.
2. Bagi manajemen RSUD Mimika anggaran 9. Said NI. Teknologi Pengelolaan Limbah
kebutuhan bahan habis pakai limbah padat Layanan Kesehatan. Jakarta: BPPT; 2009.
meliputi, kantong plastik limbah padat dan safety 10. Limbah RS. [cited 2011 13 Nopember];
box dalam satu tahun dibutuhkan anggaran Available
sebesar Rp. 55.744.200,00 from:http://www.scribd.com/doc/59271743/limb
3. Bagi manajemen RSUD Mimika anggaran yang ah-RS#archive
dibutuhkan untuk pemeriksaan laboratorium 11. Bio S. Penanganan dan Pengolahan Limbah
limbah cair 4 kali dalam satu tahun sebesar Rp. Rumah Sakit. [cited 2011 10 Oktober];
21.680.000,00 Available
4. Bagi kepala instalasi sanitasi agar membuat from:http://shantybio.transdigit.com/?Biology_D
perencanaan untuk pemeliharaan serta pengadaan asar_Pengolahan_Limbah:Penanganan_dan_Pen
sarana dan prasarana meliputi: perbaikan golahan_Limbah_Rumah_Sakit
insinerator, pengadaan troly residu, pengadaan 12. Purwanto I. Manajemen Strategis. Bandung: CV
bak disinfeksi untuk limbah cair dan pengadaan Yrama Widya; 2008.
flow meter untuk mengukur debit limbah cair 13. Ikhsan A, Dharmanegara IBA. Akuntansi dan
5. Bagi kepala instalasi sanitasi untuk membuat Manajemen Keuangan Rumah Sakit.
pengusulan tentang pelatihan limbah rumah sakit Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
dan segera menyusun serta mensosialisasikan 14. Muninjaya AAG.Manajemen Kesehatan. Jakarta:
SOP pengelolaan limbah. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
6. Bagi koordinator unit 3 sanitasi agar pengawasan 15. Hasibuan MSP. Manajemen Dasar, Pengertian,
dan pemantauan limbah dilakukan secara rutin Dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara; 2009.
termasuk pengawasan penimbunan residu dengan 16. Pruss A, E.Giroult, Rushbrook P. Safe
benar serta pemantauan parameter lapangan untuk Management of Waste from Health-Care
limbah cair. Activities. Geneva: WHO; 1999.
17. Kep.Men.Kes RI No 1204 tahun 2004 tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
18. Adisasmito W. Sistem Manajemen Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA Rumah Sakit. Jakarta: PT,RajaGrafindo Persada;
2007.
1. BPK. Rumah Sakit Pemerintah Daerah Sebagai 19. William C. Blackman J. Basic Hazardous Waste
Badan Layanan Umum (BLU). Management. Third ed. Boca Raton: Lewis
2. Undang-undang Republik Indonesia No 44 Publishers; 2001.
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

12
Evaluasi Manajemen Limbah Padat

20. Depkes.RI. Pedoman Penatalaksanaan


Pengelolaan Limbah Padat dan Limbah Cair di
Rumah Sakit: Depkes RI; 2006.
21. Suharto I. Limbah Kimia dalam Pencemara
Udara dan Air. Yogyakarta: Andi Offset; 2011.
22. Purwanto DS. Pengelolaan Limbah Cair Teori
Praktis untuk Calon Tenaga Sanitasi. Surabaya:
Jurusan Kesehatan Lingkungan POLTEKKES
Surabaya; 2004.
23. Reese CD. Handbook of Safety and Health for
the Service Industry, Industrial Safety and Health
for People-Oriented Services. Boca Raton: CRC
Press; 2009.
24. Sugiharto. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah.
Jakarta: Universitas Indonesia; 1987.
25. Maczulak A. Waste Treatment Reducing Global
Waste. New York: An Imprint of Info Base;
2010.
26. Depkes.RI. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di
Indonesia. Jakarta: Depkes.RI; 2002.
27. Sabarguna BS. Buku Pegangan Mahasiswa
Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Sagung Seto;
2011.
28. H.F.Liu D, Liptak BG. Environmental Engineers
Handbook CRCnetBASE. New Jersey: CRC
Press LLC; 1999.
29. Rubaya BSSAK. Sanitasi Air dan Limbah
Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Jakarta: Salemba Medika; 2011.
30. Nemerow NL, Agardy FJ, Sullivan P, Salvato
JA. Environmental Engineering Water,
Wastewater, Soil and Ground Water Treatment
and Remediation. Sixth ed. New Jersey: John
Wiley & Sons; 2009.
31. Asano T. Water Reuse Issue, Technologies and
Applications. New York: Metcalf & Eddy;
2007.1.

13

Anda mungkin juga menyukai