Anda di halaman 1dari 37

ALAT PELINDUNG DIRI

(APD)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

ALAT PELINDUNG DIRI


(APD)

I. LATAR BELAKANG
Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas

yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh

petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan duh

tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen

ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan

kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di kamar

bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada resiko pemaparan

terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian bagian lainnya

( Gershon dan Vlavov 1992 ). Karena resiko yang tinggi ini, panduan

dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk

melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang

tahu cara melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh

tubuh dan secara konsisten menggunakan tindakan tindakan ini akan

membantu melindungi pasien pasiennya juga.


Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C

meningkat, dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja,

banyak petugas kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko.

Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak secara teratur menggunakan

perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau paraktik praktik

lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.

II. PERLENGKAPAN PERLINDUNGAN DIRI


Pelindung pembatas sekarang umumnya diacu sebagai

Perlengkapan Perlindungan Diri ( PPD ), telah digunakan bertahun

tahun lamanya untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang

terdapat pada petugas yang bekerja pada suatu tempat perawatan

kesehatan. Akhir akhir ini, dengan timbulnya AIDS dan HCV dan

munculnya kembali Tuberkulosis di banyak Negara, penggunaan PPD

manjadi sangat penting untuk melindungi petugas.


PPD seperti sarung tangan pemeriksaan yang bersih dan tidak

steril sangat penting dalam mengurangi resiko penularan, namun yang

lainnya ( seperti pakaian, topi, dan sepatu tertutup ) terus dipakai

tanpa bukti yang meyakinkan tentang efektivitasnya ( Larson dkk

1995 ). Kenyataannya, beberapa praktik yang biasa, seperti semua

petugas di ruang operasi, bukan hanya tim bedah saja, harus memakai

masker, akan meningkatkan biaya, sedangkan perlindungan yang

diberikan sangat minimal, kalaupun ada, perlindungan bagi pasien dan

staf (Mitcell 1991 ). Tambahan lagi, demi efektivitasnya, PPD harus

digunakan dengan tepat. Umpamanya, gaun bedah dan kain penutup

telah menunjukkan dapat mencegah infeksi luka hanya kalau kering.

Kalau basah, kain yang bersifat spons yang mengisap bakteri dari kulit

atau peralatan dapat menembus kain yang kemudian dapat

mengkontaminasi luka bedah.


Sebagai akibatnya, administrator rumah sakit, penyelia, dan

petugas pelayanan kesehatan harus menyadari bukan hanya

keuntungan dan keterbatasan PPD yang khusus, melainkan juga

peranan PPD dalam mencegah infeksi, agar dapat digunakan secara

efektif dan efisien.


III.APA PERLENGKAPAN PELINDUNG DIRI ITU ?
Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD

dipakai setelah usaha rekayasa ( engineering ) dari cara kerja yang

aman.
Kelemahan penggunaan APD :
( a ) Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna
( b ) Sarung APD tidak di pakai karena kurang nyaman
Peralatan pelindung pribadi meliputi sarung tangan, masker /

respirator, pelindung mata ( perisai muka, kacamata ), kap, gaun,

apron, dan barang lainnya. Di banyak Negara kap, masker, gaun dan

duk terbuat dari kain atau kertas. Penahan yang sangat efektif, terbuat

dari kain yang di olah atau bahan sintetis yang dapat menahan air atau

caran lain ( darah atau duh tubuh ) untuk menembusnya. Bahan

bahan tahan cairan ini, tidak tersedia secara luas karena mahal. Di

banyak Negara, kain katun yang enteng ( dengan hitungan benang 140

/ inci ) adalah bahan yang sering dipakai untuk pakaian bedah

( masker, kap dan gaun ) dan duk. Sayangnya, katun enteng itu tidak

memberikan tahanan efektif, karena basah dapat menembusnya

dengan mudah, yang membuat kontaminasi. Kain dril, kanvas dan kain

dril yang berat, sebaliknya, terlalu rapat untuk ditembus uap ( tidak

dapat disterilkan ), sangat sukar di cuci dan makan waktu untuk

dikeringkan. Kalau dipakai kain, warnanya harus putih atau terang agar

kotoran dan kontaminasi dapat terlihat.

Kap, masker, dan tirai yang terbuat dari kertas tidak boleh dipakai
ulang karena tidak ada cara untuk membersihkannya. Kalau Anda
tidak dapat mencucinya, jangan dipakai ulang !

IV. JENIS - JENIS ALAT PELINDUNG DIRI


1. ALAT PELINDUNG KEPALA
Berdasarkan fungsinya dapat di bagi 3 bagian :
Topi pengaman ( Safety Helmet )
Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda

benda.
Topi / tudung
Untuk melindungi kepala dari api, uap uap korosif, debu, kondisi

iklim yang buruk.


Tutup kepala
Untuk menjaga kebersihan kepala dan rambut atau mencegah

lilitan rambut dari mesin.


Alat pelindung kepala ini dapat dilengkapi dengan alat pelindung diri

yang lain, yaitu:


Kaca Mata ( gogles )
Penutup muka
Penutup telinga
Respirator, dll

2. ALAT PELINDUNG TELINGA


Alat pelindung telinga ada 2 jenis :
Sumbatan telinga ( ear plug )
Sumbat telinga yang baik adalah memakai frekuensi tertentu

saja. Sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya tidak terganggu.

Tutup telinga (ear muff )


Tutup telinga jenisnya sangat beragam. Tutup telinga mempunyai

daya pelindung ( Attenuasi ) berkisar antara 25 30 DB. Untuk

keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga

dengan sumbat telinga, sehingga dapat mempunyai daya lindung

yang lebih besar.

GAMBAR
3. SARUNG TANGAN
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan infeksius dan

melindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat

ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah

penyebaran infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu

pasien ke pasien lainnya untuk mencegah kontaminasi silang.

Umpamanya, sarung tangan pemeriksaan harus dipakai kalau

menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi ( kecuali

keringat ), alat atau permukaan yang terkontaminasi dan kalau

menyentuh kulit nonintak atau selaput lendir.

INGAT ! Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan


tindakan mencuci tangan atau pemakaian antiseptik yang
digosokkan pada tangan.

Penggunaan sarung tangan dan kebersihan tangan, merupakan


komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran penyakit dan
mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi ( Garner dan
Favero 1986 ). Selain itu, pemahaman mengenai kapan sarung
tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan
sarung tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar
dapat menghemat biaya dengan tetap menjaga keamanan pasien
dan petugas.

JENIS SARUNG TANGAN


Ada 3 jenis sarung tangan :
1. Sarung tangan bedah
Dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau pembedahan
2. Sarung tangan pemeriksaan
Dipakai untuk melindungi petugas kesehatan sewaktu melakukan

pemeriksaan atau pekerjaan rutin


3. Sarung tangan rumah tangga
Diapakai sewaktu memproses peralatan, menangani bahan bahan

terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang

terkontaminasi
Sarung tangan bedah yang baik terbuat dari bahan lateks, karena

elastis, sensitive dan tahan lama, dan dapat disesuaikan dengan

ukuran tangan. Karena meningkatnya masalah alergi lateks, sedang

dikembangkan bahan serupa, yang disebut nitril yang merupakan

bahan sintetik seperti lateks.


Bahan ini tidak menimbulkan reaksi alergi. Di beberapa negara jenis

sarung tangan pemeriksaan yang tersedia adalah dari vinil, suatu

bahan sintetik yang lebih murah daripada lateks. Namun, vinil tidak

elastis, sehingga kurang pas dan mudah robek. Sarung tangan

pemeriksaan yang berkualitas baik yang terbuat dari kabel tebal,

kurang fleksibel dan sensitive, dan dapat memberi perlindungan

maksimum sebagai pelindung pembatas.

KAPAN PEMAKAIAN SARUNG TANGAN DIPERLUKAN


Meskipun efektifitas pemakaian sarung tangan dalam mencegah

kontaminasi dari petugas kesehatan telah terbukti berulang kali

( Tenorio et al. 2001 ) tetapi pemakaian sarung tangan tidak

menggantikan kebutuhan untuk mencuci tangan. Sebab sarung

tangan bedah lateks dengan kualitas terbaik sekalipun, mungkin

mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat, sarung tangan mungkin

robek pada saat digunakan atau tangan terkontaminasi pada saat

melepas sarung tangan ( Bagg. Jenkins dan Barker 1990; Davis 2001 )

INGATLAH UNTUK : Mencuci tangan atau menggunakan antiseptik


cair yang digosokkan di tangan sebelum memakai sarung tangan dan
setelah melepas sarung tangan.

Tergantung keadaan, sarung tangan periksa atau serbaguna bersih

harus digunakan oleh semua petugas ketika :


Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh

lain, membran mukosa atau kulit yang terlepas


Melakukan prosedur medis yang bersifat invasive misalnya

menusukkan sesuatu ke dalam pembuluh darah, seperti memasang

infus
Menangani bahan bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi

atau menyentuh permukaan yang tercemar


Menerapkan Kewaspadaan Berdasarkan Penularan Melalui

Kontak ( yang diperlukan pada kasus penyakit menular melalui

kontak yang telah diketahui atau dicurigai ), yang mengharuskan

petugas kesehatan menggunakan sarung tangan bersih, tidak

steril ketika memasuki ruangan pasien. Petugas kesehatan

harus melepas sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan

ruangan pasien dan mencuci tangan dengan air dan sabun atau

dengan handrub berbasis alkohol.

Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien,

sebagai upaya menghindari kontaminasi silang ( CDC 1987 ).

Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan

yang masih bersarung tangan, ketika berpindah dari satu pasien ke

pasien yang lain atau ketika melakukan perawatan di bagian tubuh

yang kotor kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan

merupakan praktek yang aman. Doebbeling dan Colleagues (1988)

menemukan bakteri dalam jumlah bermakna pada tangan petugas

yang hanya mencuci tangan dalam keadaan masih memakai sarung

tangan dan tidak mengganti sarung tangan ketika berpindah dari satu

pasien ke pasien lainnya.


HAL YANG HARUS DILAKUKAN BILA PERSEDIAAN SARUNG TANGAN
TERBATAS

Bila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak

memadai, sarung tangan bedah sekali pakai ( disposable ) yang sudah

digunakan dapat diproses ulang dengan cara :

Dekontaminasi dengan meredam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10

menit

Dicuci dan bilas, serta dikeringkan

Sterilkan dengan menggunakan autoklaf atau disinfeksi tingkat tinggi (

dengan di kukus )

Dahulu perebusan telah direkomendasikan sebagai cara untuk

disinfeksi tingkat tinggi sarung tangan bedah. Namun sulit untuk

mengeringkan sarung tangan tanpa mengkontaminasinya. Karena

pengukusan lebih mudah dilakukan dan sama sama efektif, maka

cara ini yang sekarang direkomendasikan untuk disinfeksi tingkat

tinggi sarung tangan bedah.

Jangan memproses ulang sarung tangan yang retak, mengelupas atau


memiliki lubang atau robekan yang dapat terdeteksi ( Bagg, Jenkins
dan Barker 1990 )

Bila sarung tangan rumah tangga tidak tersedia, gunakan dua lapis

sarung tangan periksa atau sarung tangan bedah yang telah diproses

untuk memberikan perlindungan yang cukup bagi petugas kebersihan,

petugas laundry, pekarya serta petugas yang menangani dan membuang

limbah medis.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMAKAIAN SARUNG

TANGAN

Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk

sarung tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran

tangan dapat mengganggu keterampilan dan mudah robek.

Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan resiko sarung tangan

robek.

Tarik sarung tangan ke atas manset gaun ( jika anda memakainya )

untuk melindungi pergelangan tangan.

Gunakan pelembab yang larut dalam air ( tidak mengandung lemak )

untuk mencegah kulit tangan kering / berkerut.

Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak

sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks.

Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum

karena dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu

panas atau terlalu dingin misalnya di bawah sinar matahari langsung, di

dekat pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin

rontgen, karena dapat merusak bahan sarung tangan sehingga

mengurangi efektifitasnya sebagai pelindung.


REAKSI ALERGI TERHADAP SARUNG TANGAN

Reaksi alergi terhadap sarung tangan lateks semakin banyak dilaporkan

oleh berbagai petugas di fasilitas kesehatan, termasuk bagian rumah

tangga, petugas laboratorium dan dokter gigi. Jika memungkinkan, sarung

tangan bebas lateks ( nitril ) atau sarung tangan lateks rendah allergen

harus digunakan, jika dicurigai terjadi alergi ( reaksi alergi terhadap nitril

juga terjadi, tetapi lebih jarang ). Selain itu, pemakaian sarung tangan

bebas bedak juga direkomendasikan. Sarung tangan dengan bedak dapat

menyebabkan reaksi lebih banyak, karena bedak pada sarung tangan

membawa partikel leteks ke udara. Jika hal ini tidak memungkinkan,

pemakaian sarung tangan kain atau vinil di bawah sarung tangan lateks

dapat membantu mencegah sensitisasi kulit. Meskipun demikian, tindakan

ini tidak akan dapat mencegah sensitisasi pada membran mukosa mata

dan hidung. ( Garner dan HICPAC 1996 ).

Pada sebagian besar orang yang sensitif, gejala yang muncul adalah

warna merah pada kulit, hidung berair dan gatal gatal pada mata, yang

mungkin berulang atau semakin parah misalnya menyebabkan gangguan

pernafasan seperti asma. Reaksi alergi terhadap lateks dapat muncul

dalam waktu 1 bulan pemakaian. Tetapi pada umumnya reaksi baru

terjadi setelah pemakaian yang lebih lama, sekitar 3 5 tahun., bahkan

sampai 15 tahun ( Baumann 1992 ), meskipun pada orang yang rentan.

Belum ada terapi atau desensitisasi untuk mengatasi alergi lateks, satu

satunya pilihan adalah menghindari kontak.


4. MASKER
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian

bawah dagu, dan rambut pada wajah ( jenggot ). Masker dipakai untuk

menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau

petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah

percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut

petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan,

maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal

tersebut.

Masker yang ada, terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan,

kain kassa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa di antaranya

tahan cairan. Masker yang di buat dari katun atau kertas sangat

nyaman tetapi tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter.

Masker yang dibuat dari bahan sintetik dapat memberikan

perlindungan dari tetesan partikel berukuran besar ( > 5 m ) yang

tersebar melalui batuk atau bersin ke orang yang berada di dekat

pasien ( kurang dari 1 meter ). Namun masker bedah terbaik sekalipun

tidak dirancang untuk benar benar menutup pas secara erat

( menempel sepenuhnya pada wajah ) sehingga mencegah kebocoran

udara pada bagian tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat

secara efektif menyaring udara yang dihisap ( Chen dan Welleke

1992 ) dan tidak dapat direkomendasikan untuk tujuan tersebut.


GAMBAR

Ketika melepas masker, pegang bagian talinya karena bagian tengah


masker merupakan bagian yang paling banyak terkontaminasi
( Rothrock, Mc. Ewen dan Smith 2003 )

Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita

penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan

harus dapat mencegah partikel mencapai membran mukosa dari

petugas kesehatan.

MASKER DENGAN EFISIENSI TINGGI

Masker dengan efisiensi tinggi merupakan jenis masker khusus yang

direkomendasikan, bila penyaringan udara dianggap penting misalnya

pada perawatan seseorang yang telah diketahui atau dicurigai

menderita flu burung atau SARS. Masker dengan efisiensi tinggi

misalnya N95 melindungi dari partikel dengan ukuran 5 mikron yang

di bawa oleh udara. Pelindung ini terdiri dari banyak lapisan bahan

penyaring dan harus dapat menempel dengan erat pada wajah tanpa

ada kebocoran. Dilain pihak pelindung ini juga lebih mengganggu

pernafasan dan lebih mahal daripada masker bedah. Sebelum petugas

memakai masker N95 perlu diadakan fit test pada setiap

pemakaiannya.
Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai

menderita penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti

misalnya flu burung atau SARS, petugas kesehatan harus

menggunakan masker efisiensi tinggi. Pelindung ini merupakan

perangkat N-95 yang telah disertifikasi oleh US National Institute for

Occupational Safety dan Health ( NIOSH ), disetujui oleh European CE,

atau standard nasional / regional yang sebanding dengan standar

tersebut dari Negara yang memproduksinya. Masker efisiensi tinggi

dengan tingkat efisiensi lebih tinggi dapat juga digunakan. Masker

efisiensi tinggi, seperti khususnya N-95, harus di uji pengepasannya (

fit test ) untuk menjamin bahwa perangkat tersebut pas dengan benar

pada wajah pemakainya.

GAMBAR

PEMAKAIAN MASKER EFISIENSI TINGGI

Petugas Kesehatan harus :

Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat

apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak

atau kotor, buang masker tersebut. Selain itu, masker yang ada
keretakan, terkikis, terpotong atau terlipat pada sisi dalam masker,

juga tidak dapat digunakan.

Memeriksa tali tali masker untuk memastikan tidak terpotong atau

rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik sambungan.

Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam ( jika ada )

berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.

Fit test untuk masker efisiensi tinggi

Fungsi masker akan terganggu / tidak efektif, jika masker tidak dapat

melekat secara sempurna pada wajah, seperti pada keadaan di bawah

ini :

Adanya janggut, cambang atau rambut yang tumbuh pada wajah

bagian bawah atau adanya gagang kacamata.

Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi

perlekatan bagian wajah masker.

Apabila klip hidung dari logam dipencet, dijepit, karena akan

menyebabkan kebocoran. Ratakan klip tersebut di atas hidung

setelah anda memasang masker, menggunakan kedua telunjuk

dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.

Jika mungkin, dianjurkan fit test dilakukan setiap saat sebelum

memakai masker efisiensi tinggi.

KEWASPADAAN
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa digunakan

oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup

waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik

sebelum bertemu dengan pasien.

5. ALAT PELINDUNG MATA


Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan
cara melindungi

Mata. Pelindung mata mencakup kacamata ( goggles ) plastik bening,

kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Kacamata koreksi

atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan, tetapi hanya

jika ditambahkan pelindung pada bagian sisi mata. Petugas kesehatan

harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung

wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan

cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia

pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata

pelindung atau kacamata biasa serta masker.

Ada beberapa jenis alat pelindung mata diantaranya :

1. Kaca Mata Biasa ( Spectacle Gogles )

Kaca mata terutama pelindung mata dapat dengan mudah atau


tanpa pelindung samping.

Kaca mata dengan pelindung samping lebih banyak memberikan


perlindungan.

2. Gogles
Mirip kacamata, tetapi lebih protektif dan lebih kuat terikat karena
memakai ikat

kepala. Dipakai untuk pekerjaan yang amat membahayakan bagi


mata.

GAMBAR

6. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN


Ada 3 jenis alat pelindung pernafasan :

Respirator yang sifatnya memurnikan udara

Respirator yang mengandung bahan kimia

- Topeng gas dengan kamister

- Respirator dengan cartridge

Respirator dengan filter mekanik

- Bentuk hampir sama dengan respirator cartridge kimia,


tapi udara berupa saringan / filter

- Biasanya di gunakan pada pencegahan debu

Respirator yang mempunyai filter mekanik dan bahan kimia

Respirator yang dihubungkan dengan supply udara


bersih. Supply udara berasal dari :

Saluran udara bersih atau kompresor

Alat pernafasan yang mengandung udara ( SCBA )


Biasanya berupa tabung gas yang berisi :

- Udara yang dimampatkan

- Oksigen yang dimampatkan

- Oksigen yang dicairkan

Respirator dengan supply oksigen

Biasanya berupa Self .. Breathing . Yang harus


diperhatikan pada respirator jenis tersebut di atas :

- Pemilihan yang tepat sesuai dengan jenis bahaya

- Pemakaian yang tepat

- Pemeliharaan dan pencegahan terhadap penularan


penyakit

GAMBAR

7. TOPI
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga

serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selam

pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua

rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan

pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi

pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau

menyemprot.

8. GAUN PELINDUNG
Gaun pelindung digunakan untuk menutupi atau mengganti

pakaian biasa atau seragam lain, pada saat merawat pasien yang
diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet

/ airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk

melindungi baju dan kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi.

Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita

penyakit menular tersebut, petugas kesehatan harus mengenakan

gaun pelindung setiap memasuki ruangan untuk merawat pasien

karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah, cairan

tubuh, sekresi atau eksresi. Pangkal sarung tangan harus menutupi

ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan gaun sebelum

meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa

pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial

tercemar, lalu cuci tangan segera untuk mencegah berpindahnya

organisme.

Gaun pelindung harus dianggap sebagai alat pelindung diri. Gaun

pelindung khusus untuk pekerjaan dengan sumber sumber

bahaya tertentu seperti :

Terhadap Radiasi Panas

Gaun pelindung untuk radiasi panas, radiasi harus dilapisi bahan

yang bisa merefleksikan panas, biasanya Alumunium dan

berkilau. Bahan bahan pakaian lain yang bersifat isolasi

terhadap panas adalah : 1000 C, katun, asbes ( kalau sampai

500 C ).
Terhadap Radiasi Mengion

Gaun pelindung harus dilapisi dengan timbal biasanya berupa

apron. Pakaian ini sering digunakan di bagian radiologi.

Terhadap cairan dan bahan bahan kimia.

Biasanya terbuat dari bahan plastic atau karet

9. APRON
Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang

tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan.

Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun

penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,

membersihkan pasien, atau melakukan prosedur dimana ada resiko

tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting jika

gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh

pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

GAMBAR

10. PELINDUNG KAKI


Pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat

benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak

sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal. sandal jepit aau

sepatu yang terbuat dari bahan lunak ( kain ) tidak boleh

dikenakan. Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup

memberikan lebih banyak perlindungan., tetapi harus dijaga tetap

bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh

lain. Penutup sepatu tidak diperlukan jika sepatu bersih. Sepatu

yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di

kamar bedah. Sebuah penelitian menyatakan bahwa penutup

sepatu dari kain atau kertas dapat meningkatkan kontaminasi

karena memungkinkan darah merembes melalui sepatu dan

seringkali digunakan sampai di luar ruang operasi. Kemudian

dilepas tanpa sarung tangan sehingga terjadi pencemaran.

( Summers et.al. 1992 )

GAMBAR
PERANAN DUK
Di banyak negara duk biasanya dibuat dari linen persegi yang dijahit dari

berbagai ukuran. Dipakai untuk menciptakan medan operasi di seputar

suatu sayatan, membungkus instrumen dan barang barang lainnya

untuk sterilisasi, penutup meja di ruang operasi dan membuat hangat

pasien selama prosedur bedah ( OR Manager 1990a ). Jenis utama duk

ialah :

DUK KECIL / LAP

Dipakai untuk mengeringkan tangan, membuat medan operasi segi

empat ( untuk ini diperlukan beberapa duk kecil ), dan membungkus

instrumen kecil serta semprit. Biasanya dibuat dari kain katun lebih

tebal dari pada linen lainnya, yang menjadikannya lebih tahan air.

DUK SEPRAI

Dipakai untuk membatasi medan operasi dan menciptakan ruang

kerja, maupun untuk membungkus perangkat instrumen. Biasanya

dibuat dari katun ringan dan hanya memberikan sedikit perlindungan.

DUK BOLONG

Mempunyai lobang yang bundar di tengahnya yang ditempatkan pada

medan operasi yang dipersiapkan. Duk ini terutama digunakan untuk

prosedur prosedur bedah minor ( sayatan kecil ).


GAMBAR

DUK PEMBUNGKUS

Duk luas yang menjadi penutup meja sewaktu bungkus instrumen

dibuka. Duk penutup ini harus cukup luas untuk menampung isi suatu

bungkusan sewaktu di buka, dan dapat menutupi seluruh permukaan

meja.

PEMAKAIAN DUK UNTUK PROSEDUR BEDAH


Duk kecil yang steril terbuat dari kain dapat ditempatkan di sekeliling

sayatan bedah yang ditempatkan di sekeliling sayatan bedah yang

dipersiapkan, untuk menciptakan suatu area kerja. Walaupun area ini

sering disebut medan steril , sesungguhnya tidak steril. Sebagaimana

dipertunjukkan pada gambar, duk kain membiarkan kebasahan merembes

dan membantu menyebarkan organisme dari kulit ke dalam sayatan

walau setelah pembersihan area bedah dengan antiseptik. Jadi, baik

tangan yang bersarung tangan ( steril atau didisinfeksi tingkat tinggi )

maupun instrumen steril atau yang didisinfeksi tingkat tinggi dan barang

barang lainnya hanya menyentuh duk setelah ia diletakkan di tempatnya.

Karena duk kain tidak efektif sebagai pembatas, duk kecil yang kering dan

bersih dapat digunakan jika duk kecil steril tidak tersedia.

Cara mempersiapkan medan operasi dan memasang duknya tergantung

dari jenis tindakan yang akan dilakukan. Berikut ini panduan cara
memasang duk untuk menghindari pemborosan duk steril dan

penggunaan yang tidak perlu :

Semua duk harus ditempatkan di sekeliling area yang kering sama

sekali, dan dipreparasi secara luas.

Kalau dipakai duk yang steril, sarung tangan steril atau didisinfeksi

tingkat tinggi harus dipakai sewaktu menempatkan duk di tempatnya,

( hati hati jangan sampai menyentuh tubuh pasien dengan tangan

yang bersarung tangan )

Duk harus ditangani sesedikit mungkin dan jangan sekali sekali

digosok atau dilipat. Selalu memegang duk di atas area yang harus

dipasang duk, dan buang duk itu kalau jatuh ke bawah.

PROSEDUR BEDAH MINOR ( INSERSI IMPLAN


NORPLANT ATAU PENGANGKATANNYA ATAU
LAPAROTOMI MINI )
Pakailah duk bolong sehingga sekurang kurangnya 5 cm dari kulit

terbuka di sekeliling sayatan. ( Kalau tidak ada duk steril,

bagaimanapun, duk yang bersih dan kering dapat dipakai )

GAMBAR

Tempatkan lubang duk di atas bidang insisi yang telah disiapkan dan

jangan pindahkan duk steril, setelah menyentuh kulit.


Jika duk bolong tidak steril, pakai sarung tangan steril atau DTT setelah

menempatkan duk pada pasien untuk menghindari sarung tangan

terkontaminasi.

PROSEDUR BEDAH MAYOR ( LAPAROTOMI ATAU


SEKSIO SESAREA )
Pakai lembaran duk yang luas untuk menutupi tubuh pasien kalau

diperlukan untuk membuat tubuhnya panas. Duk itu tidak perlu steril

karena tidak akan dekat tempat insisi ( Belkin 1992 ). Tapi harus bersih

dan kering.

Setelah membersihkan kulit dengan antiseptik, tempatkan duk kecil

untuk mempersegikan tempat insisi ( biarkan sekurang kurangnya 5

cm dari kulit terbuka di sekeliling sayatan ).

Mulai dengan menempatkan duk kecil yang terdekat dengan anda

untuk mengurangi kontaminasi. Dengan memegang satu sisi dari duk,

biarkan sisi yang lain menyentuh kulit abdomen kira kira 5 cm di luar

tempat sayatan. Perlahan lahan letakkan sisa duk pada abdomen.

Setelah terletak pada tempatnya, jangan sekali kali memindahkannya

mendeteksi insisi. Boleh, kalau ditarik menjauhi insisi.

Pasang tiga duk lainnya untuk menjadikan area kerja menjadi persegi

empat, seperti dipertunjukkan pada gambar.


GAMBAR

Pakai duk klip untuk menguatkan sudut sudut duk kecil

SEWAKTU MELAKUKAN PROSEDUR


Jangan memakai tubuh pasien atau area yang memakai duk untuk

menempatkan instrumen. Menempatkan instrumen steril atau yang

didisinfeksi tingkat tinggi di atas duk, sekalipun semula steril, akan

terkontaminasi. Dengan meletakkan instrumen di atas duk, akan sukar

ditemukan dan bisa menyebabkan jatuhnya instrumen dari meja operasi

kalau pasien bergerak. Kalau meja instrumen ( Mayo ) tidak ada, baki

plastik atau metal yang steril atau didisinfeksi tingkat tinggi dapat

ditempatkan di atas duk yang menutupi pasien dan digunakan untuk

menempatkan instrumen selama prosedur / tindakan.

Kalau duk robek atau terpotong sewaktu prosedur / tindakan, harus

ditutup dengan duk yang baru. Jangan, menempatkan duk baru di atas
duk yang sudah basah. Cara ini tidak terbukti efektif untuk menciptakan

pembatas ( OR Manager 1990b )

Kalau duk menjadi using dan diperlukan duk baru, usahakan duk
pengganti yang memiliki benang yang rapat.

MEMBUAT TEMPAT KERJA LEBIH AMAN


Di samping terbatasnya kesuksesan program pendidikan yang ditujukan
kepada perubahan

perilaku petugas pelayanan kesehatan dalam menggunakan PPD lainnya,

perlindungan utama harus terus berlanjut menjadi focus kegiatan di masa

depan. Untuk lebih sukses, usaha untuk membuat lingkungan kerja lebih

aman harus diarahkan kepada semua kader petugas pelayanan kesehatan

bukan hanya dokter dan perawat. Umpamanya di beberapa negara,

kecuali petugas ruang operasi, petugas rumah tangga mengalami

perlukaan tusukan jarum paling tinggi, disebabkan kesalahan membuang

jarum bekas ke tempat sampah.

Memperbaiki kepatuhan setelah usaha pendidikan dan perubahan perilaku

dapat ditingkatkan kalau :


Ada dukungan konsisten dari administrator rumah sakit dalam usaha

usaha keamanan yang dianjurkan ( umpamanya, kekurangan yang

ditemukan segera diperbaiki, praktik praktik yang berbahaya segera

dilenyapkan, dan para petugas secara aktif didorong untuk mencari

solusi solusi yang mudah dan murah.

Para penyelia secara teratur memberikan umpan balik dan

menghargai perilaku yang tepat ( umpamanya, cuci tangan jika kontak

di antara pasien ke pasien )

Contoh teladan, khususnya dokter dan staf senior dan staf fakultas

lainnya, secara aktif mendukung pencegahan infeksi yang dianjurkan

dan menjadi contoh / model perilaku yang tepat. ( Lipscomb dan

Rosenstock 1997 ).

Lagi pula, dengan membuat rekomendasi yang tepat, mudah digunakan

dan dipantau akan meningkatkan kepatuhan petugas dan keamanan kerja

petugas kesehatan lebih baik. Akhirnya, karena perawatan kesehatan

merupakan profesi yang penting dan berguna, merupakan tanggung

jawab dari semua profesi perawatan kesehatan untuk membantu

menciptakan lingkungan yang lebih aman untuk pasien dan para

pekerjanya.
PEMAKAIAN APD DI SARANA PELAYANAN

KESEHATAN : BAGAIMANA MENGENAKAN,

MENGGUNAKAN DAN MELEPAS APD

FAKTOR FAKTOR PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA


PEMAKAIAN APD

Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum

memasuki ruangan
Gunakan dengan hati hati jangan menyebarkan kontaminasi

Lepas dan buang secara hati hati ke tempat sampah infeksius yang

telah disediakan di ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan

Segera lakukan pencucian tangan dengan 7 langkah higiene tangan

MENGENAKAN APD
Urutan mengenakan APD :

1. Pelindung kaki

2. Apron, gaun pelindung dan topi

3. Masker

4. Kacamata atau pelindung wajah

5. Sarung tangan

GAUN PELINDUNG

Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga

bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.

Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

GAMBAR
MASKER

Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher

Pastikan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung

Pastikan dengan erat pada wajah dan di bawah dagu sehingga

melekat dengan baik

Periksa ulang pengepasan masker

GAMBAR

KACAMATA ATAU PELINDUNG WAJAH

Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas

SARUNG TANGAN

Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi

CARA MELEPAS APD


Kecuali masker, lepaskan APD di pintu atau di anteroom. Masker

dilepaskan setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup

pintunya.

URUTAN MELEPASKAN APD

1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung
wajah
3. Apron, gaun pelindung dan
topi
4. Masker
5. Pelindung kaki

SARUNG TANGAN

Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi

Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,

lepaskan

Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan

tangan yang masih memakai sarung tangan

Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di

bawah sarung tangan yang belum di lepas di pergelangan tangan

Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama

Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius

GAMBAR
KACA MATA ATAU PELINDUNG WAJAH

Ingatlah bahwa bagian luar kaca mata atau pelindung wajah telah

terkontaminasi

Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata

Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau

dalam tempat sampah infeksius

GAMBAR

GAUN PELINDUNG

Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah

terkontaminasi

Lepas tali

Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun

pelindung saja
Balik gaun pelindung

Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah

disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat sampah

infeksius

GAMBAR

MASKER

Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi JANGAN

SENTUH !

Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas

Buang ke tempat sampah infeksius

GAMBAR
Semua alat pelindung diri harus di rawat sedemikian rupa sehingga

alat itu tetap memberikan perlindungan yang berhasil guna. Terhadap

faktor faktor yang berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja.

Hal ini berarti bahwa prosedur yang cocok untuk melaporkan

kerusakan pemeriksaan rutin, pembangunan perbaikan dan

pembersihan harus dilaksanakan.

Alat pelindung diri harus di lokasi dimana alat alat itu kemungkinan

besok akan di pakai dan di simpan baik baik supaya tidak memburuk

dan rusak. Perawatan dan kontrol terhadap alat pelindung diri penting

agar fungsi alat pelindung diri tetap baik.

Alat pelindung diri harus tetap dipelihara agar selalu dalam kondisi

yang baik, tetap bersih dan terawat. Pada saat tidak dipakai harus di

simpan baik untuk mencegah kerusakan dan hilang.

Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan usaha untuk mengurangi

resiko secara maksimal, namun apabila pemakaian tidak tepat dapat

membahayakan atau menyebabkan kecelakaan kerja.

Perawatan Alat Pelindung Diri ( APD ) dilakukan dengan maksud agar

semua pelindung diri tetap memberikan perlindungan yang efektif

terhadap faktor faktor yang berbahaya bagi keselamatan dan

kesehatan kerja.

Untuk mencegah kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus di

simpan dengan baik sesuai dengan ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai