Anda di halaman 1dari 58

Kelompok 5

Riza Fahlevi
Rizqi Zakaria
Nur
Rohmah
Itsnawati
Rudi Handoko
Septian Ika
ABSTRAK

Kami melakukan percobaan untuk menentukan titik berat dari sebuah benda datar yang
tidak beraturan. Titik berat atau disebut juga pusat massa yaitu suatu titik dimana massa
sistem dapat dikonsentrasikan yang jika diberikan gaya pada titik tersebut maka sistem akan
bergerak translasi murni.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan titik berat benda datar tidak
beraturan. Percobaan ini dilakukan dengan cara menentukan tiga garis berat pada sisi yang
berbeda, kemudian menentukan titik perpotongan dari garis-garis berat tersebut. Titik
perpotongan dari beberapa garis berat adalah pusat massa atau titik berat benda.

Kata kunci: Vektor, Benda Tegar, Torsi, Momen Inersia, Titik Berat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat melaksanakan kegiatan praktikum
menentukan titik berat bidang datar tak beraturan serta menyusun laporan kegiatan praktikum
menentukan titik berat.

Kegiatan praktikum bertujuan untuk menentukan titik berat atau pusat massa dari
sebuah benda/bidang datar yang bentuknya tidak beraturan (poligon). Metode yang digunakan
untuk menentukan titik berat benda adalah dengan metode garis berat. Sementara penyusunan
laporan kegiatan praktikum menentukan titik berat benda bertujuan untuk melaporkan
struktur, proses, hasil, dan kesimpulan yang kami peroleh dari kegiatan praktikum kami.

Keberhasilan kami dalam melaksanakan praktikum serta menyelesaikan penyusunan


laporan praktikum tidak lepas dari dukungan serta bantuan langsung dari berbagai pihak.
Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:

1.) Kepala SMA Negeri Ajibarang, Bapak Drs.Arif Priadi, M,Ed Terima kasih kami ucapkan
atas bimbingan dan dukungan yang senantiasa diberikan kepada seluruh stakeholders
demi pembangunan sekolah kita tercinta;
2.) Bapak dan Ibu Guru SMA Negeri Ajibarang. Terima kasih kami ucapkan dan penghargaan
yang setinggi-tingginya atas didikan, motivasi, serta ilmu yag senantiasa ditularkan
kepada kami sepanjang waktu;
3.) Orang tua kami tercinta, Ayah dan Bunda yang telah membesarkan dan mendidik kami.
Terima kasih atas doa yang selalu kalian panjatkan demi kesuksesan kami serta dukungan
yang tiada henti;
4.) Guru mata pelajaran Fisika kelas XI selaku pembimbing kegiatan praktikum kami, Bapak
Drs. Kusno. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya serta penghargaan yang setinggi-
tingginya atas bimbingan, tuntunan, didikan, serta motivasi tiada henti yang selalu Bapak
berikan pada kami;
5.) Siswa-siswi SMA Negeri Ajibarang, khususnya siswa-siswi kelas XI-IPA 2. Yang
senantiasa menemani kami menjalani hari-hari dalam suka dan duka. Terima kasih kami
sampaikan atas dukungan yang senantiasa kawan berikan.
6.) Pihak-pihak lan yang turut mendukung dan membantu kegiatan praktikum dan
penyusunan laporan yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya atas dukungan dan bantuan anda.

Kami berharap agar kegiatan praktikum dan laporan yang sederhana ini tidak
hanya sekedar untuk memenuhi tugas belaka. Namun seyogyanya laporan ini dapat
memberikan manfaat yang lebih bagi kami sebagai penyusun serta bagi pembaca
sekalian untuk menambah khazanah pengetahuan keilmuan.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar laporan ini dapat disusun
sedemikian baik, namun kami tentu menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan
kekeliruan. Maka, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan
pengguna laporan ini demi perbaikan pada penyusunan laporan-laporan selanjutnya.

Ajibarang, Januari 2012

Penyusun
MOTTO

Hidup adalah drama penuh improvisasi,tanpa scenario,tanpa tahu apa yang akan
terjadi, siapa yang akan kau temui, atau tempat-tempat mana yang akan kau pijak. Katakan
ya. Dan jika kau beruntung, kau akan bertemu dengan seseorang yang akan mengatakan
ya kembali padamu. Apakah dengan berkata ya bisa mengantarkanmu pada kesulitan?
Apakah dengan berkata ya bisa menyebabkan kau melakukan suatu kesalahan? Ya,tentu
bisa. Tapi jangan takut membuat kesalahan. Ingat, kau tak bisa menjadi muda dan bijak
dalam waktu bersamaan. Orang muda yang berlagak bijak dan mengerti tentang hidup,
kebanyakan adalah orang-orang sinis. Merka tidak akan belajar apapun. Karena sikap sinis
berarti membutakan diri sendiri,penolakan terhadap dunia luar karena selalu ketakutan jika
dunia luar akan menyakiti dan mengecewakan. Orang-orang sinis selalu berkata tidak.
Tetapi dengan berkata ya berarti memulai sesuatu yang baru. Berkata ya
mengantarkanmu pada pengetahuan baru. Jadi, selama kau mempunyai kekuatan, katakan
ya

.:: Stephen Colbert


DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................

Kata Pengantar...........................................................................................................

Motto..........................................................................................................................

Daftar isi.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Praktikum
4. Manfaat Praktikum
BAB II LANDASAN TEORI

A. Analisis Vektor
B. Kinematika Rotasi
C. Dinamika Rotasi
D. Titik Berat
E. Kesetimbangan Benda Tegar
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Praktikum


B. Desain Praktikum
C. Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Proses Praktikum
B. Bidang Datar Tak Beraturan
C. Data Hasil Praktikum
D. Pembahasan
BAB V PENUTUP

A. Tes Komprehensif
B. Tes Formatif
C. Kesimpulan
D. Saran
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Sains semakin pesat seiring dengan semakin
meningkatnya taraf hidup manusia di era modernisasi. Sains semakin
mantap kedudukannya dalam kehidupan manusia, tidak sekedar
untuk menjelaskan dan mempelajari fenomena-fenomena alam,
tetapi tendensinya semakin mengarah ke aplikasi dalam berbagai
produk teknologi dari hasil pengembangan dan pengkajian
penemuan-penemuan dan teori-teori yang telah diungkap manusia.
Sebagai rujukan, adalah bagaimana teori-teori tentang gelombang
elektromagnetik yang pada awalnya hanya sekedar rumusan-
rumusan matematis, sekarang telah membawa revolusi dalam
kehidupan dan budaya manusia setelah diaplikasikan ke dalam
berbagai produk teknologi yang senantiasa dikembangkan, seperti
gelombang radio untuk telekomunikasi dan kepentingan militer, sinar-
X dan sinar gamma digunakan dalam teknologi medis. Kemajuan
ilmu-ilmu murni telah menjadi sumber bagi ilmu-ilmu terapan seiring
semakin bijak dan berkembangnya dimensi pemikiran manusia.
Selama ini kebanyakan orang di Indonesia adalah pelanggan
setia dari produk-produk teknologi yang berkembang sedemikian
pesatnya. Mereka adalah objek statis, konsumen dari produk-produk
teknologi yang jarang berpikir bagaimanakah prinsip kerja dari
produk-produk teknologi yang mereka gunakan. Apalagi berinisiatif
untuk menciptakan inovasi dalam bidang teknologi sains.
Urgensi yang krusial saat ini adalah bagaimana menciptakan
atmosfer courage and interest terhadap perkembangan teknologi
terutama bagi generasi muda. Tidak sekedar mengikuti
perkembangan teknologi, tetapi juga mampu menguasai,
memanfaatkan, serta diharapkan mampu memberikan sumbangsih
bagi perkembangan teknologi. Jalan terbaik agar dapat menguasai,
memanfaatkan, serta menciptakan inovasi teknologi adalah dengan
mempelajari, menguasai, dan menerapkan Sains.
Dalam mempelajari Sains, langkah awal yang terbaik adalah
dengan mempelajari dasar-dasar sains. Dasar-dasar tersebut berupa
konsep dan prinsip suatu fenomena alam dalam sebuah disiplin ilmu.
Konsep-konsep dan prinsip tersebut merupakan konsep dan prinsip
yang ilmiah, yang menjelaskan fenomena-fenomena dalam kehidupan
sehari-hari.Tahap selanjutnya yang sangat krusial adalah menerapkan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip tersebut untuk menjelaskan prinsip
kerja dari suatu produk teknologi. Bahkan, bagi siswa yang memiliki
kreativitas dan pemikiran ilmiah, mengaktualisasikan diri untuk
menciptakan inovasi produk teknologi berdasarkan konsep dan
prinsip ilmiah yang telah dikuasai merupakan langkah emas menuju
teciptanya sumber daya unggul.
Semangat dan motivasi untuk mempelajari dan menguasai
konsep dan prinsip ilmiah yang menjelaskan fenomena natural dalam
kehidupan sehari-hari adalah pemicu yang mendorong kami untuk
mempelajari konsep dan prinsip titik berat dalam disiplin ilmu Fisika.
Diharapkan, setelah mempelajari konsep dan prinsip titik berat, kami
dapat menguasai konsep dan prinsip tersebut, kemudian
mengaplikasikannya dalam keidupan sehari-hari agar mendatangkan
manfaat.
Konsep titik berat, yang berhubungan erat dengan dinamika
rotasi dan kesetimbangan benda tegar adalah konsep yang sangat
penting dan diterapkan secara meluas di berbagai bidang dalam
kehidupan manusia. Hal itulah yang menarik minat kami untuk
mempelajarinya. Penerapan dari konsep titik berat meliputi bidang
arsitektur, teknik sipil, olahraga, dan banyak bidang lainnya.Sehingga
penguasaan konsep titik berat dapat memberikan prospek bagi
pilihan karier di masa depan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka rumusan masalah dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Bagaimana cara menentukan titik berat dari suatu benda datar
yang bentuknya tidak beraturan?
2. Bagaimana hubungan antara titik berat suatu benda dengan titik
berat dari bagian-bagian benda yang dipisahkan kemudian
digabungkan kembali?
3. Bagaimana cara menentukan titik berat sistem benda yang
merupakan gabungan dari beberapa benda?

C. Tujuan Praktikum

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas, kegiatan praktikum


menentukan titik berat benda datar tak beraturan dan penulisan
laporan kegiatan praktikum memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum (Tujuan Kegiatan Praktikum)
Kegiatan Praktikum menentukan titik berat benda datar tak
beraturan bertujuan:
a. Untuk menentukan titik berat suatu benda datar tak beraturan
dengan metode menentukan beberapa garis berat yang saling
berpotongan pada suatu titik;
b. Untuk membuktikan bahwa titik berat suatu sistem benda sama
dengan titik berat dari gabungan benda-benda yang merupakan
hasil pemisahan dari sistem benda tersebut.
2. Tujuan Khusus
Kegiatan praktikum menentukan titik berat suatu benda datar tak
beraturan dan laporan kegiatn praktikum tersebut bertujuan untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Fisika bab Kesetimbangan Benda
Tegar, serta untuk mengaktualisasikan diri dalam aktifitas akademik
ilmiah secara mandiri.

D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan dari kegiatan praktikum dan
penulisan laporan praktikum, maka manfaat yang dapat diperoleh
adalah sebagai berikut:
1. Dapat memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip mengenai
kesetimbangan benda tegar beserta konsep, prinsip dan metode
menentukan titik berat suatu benda menggunakan metode garis
berat benda;
2. Dapat membuktikan bahwa titik berat suatu sistem benda sama
dengan titik berat gabungan dari benda-benda yang merupakan
penyusun dari benda tersebut;
3. Dapat mengaktualisasikan diri dalam suatu kegiatan akademik
yang menyangkut kajian ilmiah, sehingga dapat meningkatkan
taraf pengetahuan dan penerapan Sains;
4. Dengan pemahaman yang mendalam tentang konsep dan prinsip
ilmu Fisika, terutama dalam bab kesetimbangan benda tegar dan
titik berat benda, maka siswa dapat memiliki modal dasar yang
krusial bagi mereka yang hendak meneruskan jenjang
pendidikannya di tingkat universitas pada jurusan arsitektur
maupun teknik sipil.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ANALISIS VEKTOR
I. Besaran Vektor dan Besaran Skalar

Besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Contoh dari
besaran vektor adalah perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Sementara besaran
skalar adalah besaran yang hanya mempunyai besar,tetapi tidak mempunyai arah.
Contoh dari besaran skalar adalah massa, energi, dan volume.

Suatu besaran vektor dapat digambarkan dengan sebuah anak panah yang
memiliki suatu titik tangkap dan ujung anak panah yang menyatakan arah vektor.
Berikut adalah notasi dari sebuah besaran vektor.

O A

Gambar II.A.1 Vektor OA

Keterangan:
O adalah titik tangkap vektor
Aadalah ujung vektor
OA adalah panjang vektor yang menyatakan besar vektor
OA adalah arah anak panah yang menyatakan arah vektor
Suatu vektor dapat dituliskan dengan satu huruf, berupa huruf kecil atau huruf
besar, misalnya a atau A . Vektor dapat pula dituliskan dengan dua huruf besar,
misalnya AB.
II. Resultan Dua Buah Vektor
Penjumlahan (resultan) dua buah vektor dapat dilukiskan dengan tiga
metode,yaitu;
1. Metode Jajaran Genjang
2. Metode Segibanyak (Poligon)
3. Metode Analitis

Untuk menggambarkan resultan dua buah vektor dengan metode jajaran genjang,
caranya adalah dengan menggambarkan dua vektor dalam satu pangkal, kemudian
lukiskanlah garis yang ditarik dari ujung masing-masing vektor yang sejajar dengan
vektor lainnya, kemudian tariklah sebuah vektor resultan yang pangkalnya ditarik dari
titik yang sama dari pangkal kedua vektor dan berujung di titik perpotongan dari garis-
garis yang ditarik dari ujung masing masing vektor dan sejajar dengan vektor lainnya.
Berikut adalah contoh lukisan penjumlahan dua buah vektor yang saling tegak lurus.

A+B= C

A C

Gambar II.A.2 Melukiskan resultan 2 vektor dengan metode jajaran genjang

Untuk melukiskan resultan dua vektor dengan metode segibanyak (poligon),


misalnya p + q = r, langkah-langkahnya sebagai berikut. Dari ujung vektor p,
diteruskan dengan pangkal vektor q, lalu gambarlah resultan vektor p + q yang dilukis
dari titik tangkap/pangkal vektor p dan berujung di ujung vektor q

r
q
p

Gambar II.A.3 Melukiskan resultan 2 vektor dengan metode segibanyak


(poligon)

Besar dari resultan dua buah vektor dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

R = a +b +2 ab cos
2 2
(1-1)

Keterangan :

o a = besar vektor a
o b = besar vektor b
o = sudut apit terkecil yang dibentuk oleh vektor a dan vektor b
o R = besar resultan dua buah vektor
Dari persamaan (1-1) terlihat bahwa jumlah dua buah vektor bergantung pada
sudut apit yang dibentuk oleh kedua vektor tersebut.
Jika dua buah vektor searah dijumlahkan, maka vektor resultannya searah dengan
kedua vektor itu dan besarnya sama dengan jumlah aljabar kedua vektor tersebut.
Jika dua buah vektor yang saling tegak lurus dijumlahkan, maka besar vektor
resultannya dapat dihitung dengan dalil phytagoras untuk segitiga siku-siku.
Jika dua buah vektor yang berlawanan arah dijumlahkan, maka arah vektor
resultannya searah dengan vektor yang terbesar dan besarnya sama dengan besar
vektor yang terbesar dikurangi dengan besar vektor yang terkecil.
Dalam kasus mengurangkan 2 buah vektor, misalnya c = a b sama dengan
menjumlahkan vektor c = a + (-b). Pengurangan vektor (selisih 2 buah vektor) dapat
dilukiskan sebagai berikut:
b

-b c
Gambar II.A.4 Melukiskan pengurangan vektor a - b = c

III. Menguraikan Vektor Menjadi Komponen-Komponen Sumbu Koordinat Cartesius


Setiap vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya pada sumbu-
sumbu dalam koordinat Cartesius. Misalkan vektor V diuraikan, maka komponen
vektor V pada sumbu X ditulis Vx, sementara komponen vektor V pada sumbu Y
ditulis Vy. Jika sudut yang dibentuk oleh vektor V terhadap sumbu X positif adalah ,
maka berdasarkan rumus perbandingan trigonometri pada segitiga siku siku AOB
diperoleh:

Vx
cos = V (1-4 a)
Vx = V cos
Vy
sin = V Vy = V sin (1-4 b)

Bila besar komponen Vx dan Vx diketahui maka besar sudut yang


dibentuk oleh vektor V terhadap sumbu x-positif dapat dicari sebaga berikut:

tan = (1-5)

IV. Menjumlahkan Vektor Secara Analitis


Menjumlahkan secara analitis adalah menjumlahkan komponen-komponen vektor
pada sumbu x dan sumbu y. Langkah-langkah menjumlahkan vektor secara analitis
adalah sebagai berikut:
1. Uraikan setiap vektor menjadi komponen-komponennya padda sumbu x dan sumbu
y, kemudian hitung besar komponen-komponen tersebut dengan persamaan:

Vx = V cos Vy = V sin
2. Jumlahkan komponen-komponen vektor pada sumbu x dan sumbu y
Rx = Vx

= V1x + V2x + V3x + ....... + Vnx


Ry = Vy

Ry = V1y + V2y + V3y + ....... + Vny

3. Hitung besar dan arah resultan vektor dengan dalil phytagoras

R= Rx 2+ Ry 2 Ry
V. Perkalian Vektor tan = Rx
Terdapat 2 (dua) macam perkalian vektor, yaitu:
1. Perkalian Skalar
2. Perkalian Vektor
1. Perkalian Skalar

Perkalian skalar antara dua vektor a dan b, yang dituliskan sebagai a . b


(dibaca a dot b), menghasilkan sebuah skalar yang didapat dengan mengalikan
besar a dan besar b serta cosinus sudut apit terkecil antara kedua vektor.

a.b = a.b cos


a = besar vektor a

b = besar vektor b

= sudut apit terkecil antara vektor a dan b.


b

Contoh besaran fisika yang merupakan hasil perkalian skalar ialah


usaha,yang dirumuskan sebagai:

W =F.s

= F.s cos

Dengan=

W = usaha (joule)

F = vektor gaya
F = besar gaya

s = vektor perpindahan

s = besar perpindahan (m)

= sudut apit F dan s

Operasi perkalian skalar mengikuti hukum komutatif dalam


matematika,yaitu:

a.b = b.a

2. Perkalian Vektor

Perkalian vektor antara dua vektor a dan b, yang ditulis sebagai a b

(dibaca a cross b), menghasilkan sebuah vektor yang besarnya dirumuskan oleh:

|a b a . b sin
Dengan:

a = besar vektor a

b = besar vektor b

= sudut apit terkecil antara antara kedua vektor a dan b.

Vektor | a b tegaklurus dengan bidang yang yang dibentuk oleh

vektor a dan vektor b.

Perkalian vektor tidak bersifat komutatif, tetapi anti komutatif.

Contoh besaran fisika yang merupakan hasil perkalian vektor adalah luas,
momen gaya, dan gaya lorentz.

Luas jajaran genjang contohnya, didefinisikan sebagai:

| A | = A = p.l sin

Dengan p dan l adalah vektor-vektor yang membentuk jajaran genjang.


VI. Vektor Satuan

Suatu vektor yang terletak bidang 2 dimensi dapat diuraikan menjadi komponen-
komponen vektor dalam sumbu X dan sumbu Y. Sementara vektor yang yang terletak
dalam ruang, maka vektor tersebut juga dapat diuraikan menjadi komponen-komponen
pembentukya pada sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Gambar II.E.1 menunjukkan
vektor A yang terletak dalam ruang diuraikan menjadi komponen-komponen
pembentuknya, yaitu Ax, Ay, dan Az. Dengan demikian vektor A dapat ditulis sebagai
berikut:
A = Ax + Ay + Az

Untuk memudahkan analisis maka ditetapkanlah vektor-vektor satuan pada sumbu


X, sumbu Y, dan sumbu Z. Lihat gambar II.E.1

Ay

A
j i
X
k Ax
Az

Z Keterangan

Vektor A

Sumbu-sumbu koordinat Cartesius

Komponen-komponen vektor A pada sumbu koordinat

Vektor-vektor satuan pada sumbu koordinat


Vektor satuan adalah vektor sebuah vektor yang besarnya sama dengan satu.
Vektor satuan pada sumbu X diberi lambang I, pada sumbu Y diberi lambang j, dan
pada sumbu Z diberi lambang k. Sesuai dengan definisi vektor datuan maka;

|i|=|j|=|j|=1

Berdasarkan vektor satuan ini maka vektor A dinyatakan dengan:

A = A x + Ay +
Az
A = Axi + Ayj
+Ak
Pada gambar II.E.1,zvektor A merupakan diagonal ruang bangun berbentuk balok
dengan rusuk-rusuk Ax, Ay, dan Az, sehingga berlaku:

A = A x
2
+ A y 2 + A z2

1. Penjumlahan Vektor Satuan

Penjumlahan vektor satuan identik dengan penjumlahan suku-suku aljabar.

ai + bj + ck + di + ej + fk = (a+d)i
+ (b+e)j + (c+f)k

2. Perkalian Skalar Dua Buah Vektor Satuan


Perkalian Skalar Vektor Satuan yang Sejenis

i.i = | i |.| i | cos 0o

= (1) . (1)(1)

i.i = 1

jadi, kesimpulan untuk perkalian vektor satuan yang sejenis adalah:

i.i = j.j = k.k = 1


Perkalian skalar Vektor Satuan yang Tidak Sejenis

i.j = | i |.| j | cos 90o

= (1) . (1)(0)

i.j = 0

Jadi, perkalian skalar vektor-vektor satuan yang tidak sejenis rumusnya adalah

i.j = j.k = i.k = 0


Perkalian vektor-vektor satuan sama dengan satu jika vektor-vektor satuan
tersebut sejenis, dan sama dengan nol jika keduanya tidak sejenis.

Rumus perkalian skalar dua buah vektor

Jika vektor A dan B dinyatakan dengan vektor-vektor satuan sebagai berikut:

A = Axi + Ayj + Azk dan B= Bxi + Byj + Bzk

Maka dengan menggunakan rumus perkalian skalar dua buah


vektor satuan, diperoleh:

A.B = (Ax i + Ay j + Az k) . (Bx I + By j + Bz k)

A.B = Ax Bx + Ay By + Az

3. Perkalian Vektor Dua Buah Bz Vektor Satuan


Perkalian Vektor Dua Buah Vektor Satuan Yang Sejenis:
| i x i | = | i |.| i | sin 0o
= (1) . (1)(0)
|ix i|=0
i.i = 0
Jadi, perkalian vektor dua vektor satuan yang sejenis:

ixi=jxj=kxk=0
Perkalian Vektor Dua Buah Vektor Satuan Yang Tidak Sejenis
Untuk memperoleh hasil perkalian vektor dua buah vektor satuan yang tidak
sejenis digunakan diagram lingkaran putar kiri, sebagai berikut:
+

Dari diagram lingkaran putar kiri, diperoleh:


ixj =k
jxk =i
kxi =j
kxj = -i
jxi = -k
ixk = -j
Penghitungan perkalian vektor beberapa vektor satuan tidak sejenis juga dapat
diselesaikan dengan metode yang lebih cepat menggunakan determinan yang
menggunakan cara Sarrus.

a11 a12 a13 a11 a12 = a11 a22 a33 + a12 a 23 a31 +
a21 a22 a23 a21 a22 a13 a21 a32 a13 a 22 a31 -
a31 a32 a33 a31 a32 a11 a23 a32 a12 a21 a33
Contoh E.2 1
Tentukan hasil perkalian vektor dari vektor-vektor:
A = 2i + 3j k dan B = -i + j + 2k

i j k vektor-vektor satuan i, j dan k


axb= 2 3 -1 koefisien-koefisien vektor a
-1 1 2 koefisien-koefisien vektor b
Sehingga:
i j k i j = i (3)(2) + j (-1)(-1) + k (2)(1) -
axb= 2 3 -1 2 3 k (3)(-1) i(-1)(1) j(2)(2)
-1 1 2 -1 1 = 6i + j + 2k + 3k + i + 4j
=7i - 3j + 5k
B. KINEMATIKA ROTASI
Gerak rotasi merupakan gerak benda yang berputar terhadap
sebuah sumbu putar ( sumbu rotasi ). Contoh dari gerak rotasi
dalam kegiatan sehari hari misalnya gerak roda mobil yang berputar,
gerakan pintu yang berputar pada engselnya, dan gerak rotasi pada
sumbunya.
Dalam melukiskan gerak rotasi, besaran-besaran yang digunakan
meliputi posisi sudut, kecepatan sudut, dan percepatan sudut.

I. Posisi Sudut

Posisi suatu benda dapat dinyatakan dalam koordinat cartesius


(x,y) ataupun dalam koordinat polar. Pada koordinat polar, posisi
benda dinyatakan dalam r dan . disebut posisi sudut yang diukur
terhadap sumbu x-positif, berputar berlawanan arah dengan arah
putaran jarum jam.
r
y = r sin

x=r cos

Hubungan antara (x,y) dan (r,) adalah:

X = r cos

y = r sin

r= x2 + y 2

= tan1 ( yx )

Menyatakan Posisi Sudut dalam Derajat Radian

Dalam penghitungan kinematika rotasi, posisi sudut sering juga


dinyatakan dalam radian atau disingkat rad. Satuan radian
didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang busur suatu juring
lingkaran dengan jari-jari lingkaran.

Sudut dalam radian =

panjang busur lingkaran s


jari jari lingkaran = r
Dari definisi diatas, besar sudut dalam radian= 1 apabila s = r.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa satu radian adalah sudut yang
dibentuk suatu juring lingkaran yang panjang busurnya sama dengan
jari-jari lingkaran tersebut.

Dalam kasus sebuah lingkaran penuh, keliling lingkaran adalah


2r, sehingga besar sudut suatu lingkaran penuh dalam radian adalah
sebagai berikut:

s 2r
Besar sudut lingkaran penuh = r = r = 2 radian

Sehingga, diperoleh:

2 radian = 360o

o
360
1 rad = 2 = 57,296

s=r

= 1 radian =

1 radian s = r

Pada gerak rotasi, posisi sudut suatu partikel senantiasa


berubah. Dengan kata lain, posisi sudut merupakan fungsi waktu dan
dapat ditulis dengan = (t).

II. Kecepatan Sudut


B
+

A
t

O t t+t

Gambar diatas melukiskan grafik posisi sudut suatu partikel


sebagai fungsi waktu. Misalkan pada waktu t partikel berada di A
(posisi sudutnya ) dan setelah t + t posisi sudutnya adalah +
(titik B).

Kecepatan sudut rata-rata partikel didefinisikan sebagai


perubahan posisi sudut dibagi dengan selang waktu selama
perubahan posisi sudut tersebut.

Kecepatan sudut sesaat (selanjutnya disebut sebagai kecepatan

sudut) merupakan kecepatan sudut rata-rata ketika t sangat kecil.

Arah kecepatan sudut menyinggung kurva (t). Lambang kecepatan


sudut adalah .

d
= lim =
t0 t dt
garis singgung

Satuan kecepatan sudut


O
adalah radian/sekon atau disingkat
rad/s. Suatu gerak rotasi dengan
kecepatan sudut konstan dinamakan gerak melingkar beraturan.

Pada gerak melingkar beraturan, frekuensi putaran


didefinisikan sebagai banyaknya putaran setiap detik. Karena 1

putaran sama 2 radian , maka frekuensi sama dengan kecepatan

sudut dibagi dengan 2 :



f 2

d
=
Perlu ditekankan bahwa : dt (kecepatan sudut) merupakan fungsi

waktu, berbeda dengan besaran yang lain seperti:

=
k
m atau =
g
l

Pada gerak melingkar beraturan keduanya sama.

Satuan dari frekuensi adalah putaran per detik atau disingkat putaran/s.
Seringkali satuan frekuensi ditulis sebagai s-1 atau Hz (Hertz). Frekuensi
juga dapat dinyatakan dalam rpm (rotation per minute) atau putaran per
menit.

1 1
1 rpm = 60 putaran/s = 60

Sementara itu, periode,T, merupakan waktu yang diperlukan untuk


melakukan 1 kali putaran. Hubungan antara frekuensi dan periode adalah:
1
f=
T

III. Menentukan posisi sudut dari kecepatan sudut

Posisi sudut suatu benda dapat ditentukan dengan


mengintegralkan kecepatan sudut. Jika posisi sudut awal partikel

0 t
adalah , maka posisi sudut pada waktu t adalah dan dapat

dihitung sebagai berikut (anggap t0 = 0)

d
=
dt

d= dt

t t

d = dt
0 t 0

t =0 + dt
0

Jika konstan, maka gerakan benda adalah gerak melingkar


beraturan.

t =0 +t

IV. Percepatan sudut


B

t t+

Gambar diatas merupakan grafik kecepatan sudut suatu partikel


sebagai fungsi waktu. Misalkan pada waktu t, partikel berada di A

(kecepatan sudutnya ) dan setelah t + t partikel berada di B

(kecepatan sudutnya + ).

Percepatan sudut rata-rata didefinisikan sebagai perubahan


kecepatan sudut dibagi dengan selang waktu selama perubahan
kecepatan sudut tersebut.


=
t

Percepatan sudut sesaat (disebut percepatan sudut) sama


dengan percepatan sudut rata-rata ketika t sangat kecil. Arah
percepatan sudut sama dengan arah gradien garis singgung kurva

= lim
( t ) . Percepatan sudut .
t 0 t lambang
diberi

d

dt
Satuan dari percepatan sudut adalah radian/detik2 atau disingkat
rad/s2.

V. Menentukan kecepatan sudut dari percepatan sudut

Kecepatan sudut dapat dihitung dengan mengintegralkan

0
percepatan sudut. Jika kecepatan sudut awal partikel adalah

t
maka kecepatan sudut pada waktu t adalah dan dapat dihitung

sebagai berikut (anggap t0 = 0).

d
=
dt

d= dt

1 t

d= dt
0 0

t
t 0= dt
0

t
t = 0 + dt
0

Jika konstan, maka


t = 0 +t

Posisi sudut untuk konstan ,

t
t =0 + dt
0
t
t =0 + ( 0 +t ) dt
1
0 t =0 + 0 t + t 2
2

Gerakan dengan konstan

dinamakan gerak melingkar


berubah beraturan.

VI. Besaran-besaran Tangensial

Gambar disamping melukiskan sebuah


titik pada tepi roda yang berputar
mengelilingi sumbu putar O. Jika jarak
titik tersebut ke pusat putaran adalah R,
O S
maka panjang lintasan titik setelah
R
menempuh sudut adalah:

s=R

Karena jari-jari lintasan R adalah konstan, maka laju perubahan s

sepenuhnya disebabkan oleh laju perubahan .

s
=R
t t

Dengan mengambil limit t mendekati nol, maka persamaan

diatas dapat dituliskan sebagai:

s
lim =R lim
t 0 t t0 t
ds d
=R
dt dt

v =R

ds
v= merupakan kecepatan translasi atau kecepatan
dt

tangensial. Arah kecepatan ini searah dengan gerakan titik.

Jika putaran roda dipercepat, maka kecepatan tangensial v aka


semakin besar dan laju perubahan kecepatan sepenuhnya disebabkan
oleh laju perubahan kecepatan sudut.

dv
dt =R t

Dengan mengambil limit t sangat kecil, rumus diatas dapat

dituliskan sebagai:

v
lim =R lim
t0 t t 0 t

dv d
=R
dt dt

a=R

dv
a= merupakan kecepatan tangensial. Arah percepatan ini
dt

searah dengan arah gerakan titik. Selain percepatan tangensial, suatu


titik yang bergerak melingkar akan mengalami percepatan sentripetal
(perceatan normal atau percepatan radial) yang arahnya menuju ke
pusat lingkaran.
Besar percepatan tangensial adalah:

v2 2
a= R
r =

Kesimpulan:

Hubungan antara besaran- besaran tangensial dengan besaran-


besaran sudutnya adalah=
s=R

v =R

C. Dinamika Rotasi Benda Tegar

Benda tegar didefinsikan sebagai benda yang tidak berubah bentuknya jika pada
benda itu bekerja sejumlah gaya. Misalnya baja, beton, besi, batu dan sebagainya.

Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak benda dengan memperhatikan


penyebabnya. Sementara gerak rotasi atau gerak melingkar adalah gerak suatu benda
yang lintasannya berbentuk lingkaran. Maka dalam dinamika rotasi yang dipelajari
adalah gerak rotasi berkaitan dengan penyebabnya.

I. Torsi (Momen Gaya)

Sebuah gaya dapat menimbulkan gerak rotasi apabila garis kerja gaya tidak
melalui pusat rotasi. Gaya yang menyebabkan gerak rotasi menghasilkan torsi atau
disebut juga dengan momen gaya.

Torsi atau momen gaya adalah penyebab dari benda berotasi yang berperan
layaknya gaya pada gerak lurus. Momen gaya disebut juga torsi atau torka ataupun
dobrakan putar. Torsi didefinisikan sebagai hasil perkalian vektor (cross product) antara
vektor gaya F dengan vektor jarak r Semakin besar momen gaya, semakin besar
percepatan sudut yang dihasilkannya.Secara matematis, torsi atau momen gaya (:
tau) dirumuskan dengan:

=r F =rF sin
Dengan = torsi/momen gaya

r = vektor jarak r = besar jarak

F = vektor gaya F = besar gaya

= sudut apit terkecil antara r dan F

Arah vektor r F tegaklurus terhadap bidang yang dibentuk oleh r dan F

Gaya F menyebabkan batang berputar searah putaran jarum jam dengan titik O sebagai p

arah putaran

r
Garis kerja gaya

l
Lengan momen

Momen gaya bergantung pada besar gaya yang diberikan dan lengan momen. Lengan
momen adalah jarak tegak lurus sumbu rotasi dengan garis kerja gaya. Dengan kata lain,
lengan momen merupakan jari-jari rotasi. Pada gambar dibawah, lengan momen ditarik dari
sumbu putar (O) tegak lurus garis kerja gaya.

Dengan mengikutsertakan lengan momen, persamaan momen gaya dapat dinyatakan dengan:

=( r sin ) F atau =Fl

Torsi merupakan besaran vektor, maka ketentuan mengenai harga torsi sesuai arahnya adalah
sebagai berikut:

>0 (berharga positif ) apabila menyebabkan putaran searah dengan putaran jarum

jam;
0 (berharga negative) apabila menyebabkan putaran berlawanan arah dengan

putaran jarum jam.


II. Momen Inersia

Inersia adalah kecenderungan benda untuk mempertahankan posisinya. Benda


yang sukar untuk digerakkan ketika diam dan benda yang sukar dihentikan ketika ia
bergerak dikatakan memiliki inersia yang besar. Massa merupakan ukuran dari inersia.
Pada kasus gerak rotasi, besaran yang menentukan inersia benda adalah inersia rotasi.
Inersia rotasi yaitu kecenderungan benda untuk mempertahankan keadaan rotasinya.
Jika benda dalam keadaan diam, maka benda tersebut cenderung tetap diam. Jika benda
dalam keadaan berotasi, benda tersebut cenderung untu terus berotasi.

Ukuran yang menyatakan besarnya kecenderungan benda untuk mempertahankan


keadaan rotasinya adalah momen inersia.Momen inersia bergantung pada massa benda,
bentuk benda, dan cara penyebaran massa pada benda tersebut. Benda yang bermassa
sama namun bentuk bangunnya berbeda memiliki momen inersia yang berbeda.

Untuk merumuskan momen inersia secara matematis, pada kasus momen inersia
benda titik yang berputar;momen inersianya didefinisikan sebagai hasil perkalian antara
massa partikel,m dengan kuadrat jarak partikel tersebut dari sumbu putarnya.

I =mr 2

Untuk momen inersia sebuah sistem yang memiliki banyak partikel, momen
inersia dari sistem partikel tersebut adalah jumlah total momen inersia dari tiap-tiap
partikel.

n
I = mi r 2i
i
III. Momen Inersia Benda Tegar

Momen inersia dari benda tegar (benda yang tidak berubah bentuk walau
mendapat gaya atau momen gaya) adalh jumlah dari momen inersia setiap partikel
dalam partikel benda tersebut. Berikut adalah tabel momen inersia dari benda-benda
homogen.

NO BENTUK BENDA TEGAR KETERANGAN MOMEN INERSIA

l Batang silinder tipis.


1
M l2
1 Poros melalui pusat 12
titik tengah batang

Batang silinder tipis.


l 1
M l2
Poros melalui salah 3
satu ujung batang
Cincin.
Poros melalui sumbu M R2

simetri

Cincin.
1
MR2
Poros melalui 2
diameter.
Silinder pejal.
1
MR2
Poros melalui pusat 2
silinder.

Silinder pejal.
3
MR2
Poros melalui tepi 2
silinder.

r Kulit bola.
2
MR2
Poros melalui pusat 3
kulit bola.

r Bola pejal.
2
MR2
Poros melalui pusat 5
bola.
r Bola pejal.
7
MR2
Poros melalui tepi 5
bola.

IV. Momentum Sudut

Momentum sudut suatu partikel (benda titik) yang berputar terhadap suatu titik O
didefinisikan sebagai:
L=r p

z
L L

r
y r
P
x P

P merupakan vektor momentum partikel dan r adalah vektor posisi partikel


terhadap titik O.

O
r p y

Pada gambar diatas, sebuah partikel berputar mengelilingi sumbu putar yang
melalui O. Momentum sudut terhadap titik O adalah:
r

L=r p=|r|| p|sin k


A

r mv sin ( 90o ) k

rm ( r ) k

2
mr k

Besar dari momentum sudut dapat dituliskan:

L= I

k merupakan vektor satuan arah sumbu z positif

dan merupakan vektor kecepatan sudut.Arah dari

F vektor kecepatan sudut:

Jika partikel bergerak melingkar berlawanan arah


dengan putaran jarum jam dalam bidang xy, maka arah
B vektor kecepatan sudutnya kea rah sumbu z positif;
Jika partikel bergerak melingkar searah dengan putaran
jarum jam, maka vektor kecepatan sudutnya kea rah sumbu z negatif.
Rumus L=I berlaku juga untuk benda tegar.

V. Hubungan antara Torsi, Momen Inersia, dan Percepatan Sudut

Momen gaya () menyebabkan gerak rotasi pada benda, sehingga timbul


percepatan sudut ()
Pada gambar disamping, benda kecil bermassa m dihubungkan dengan tongkat
ringan yang dapat berputar bebas pada ujung A. Gaya F bekerja pada ujung B. Gaya

tersebut menimbulkan momen gaya sebesar =rF yang menyebabkan benda

berotasi.

Besar percepatan tangensial dari partikel tersebut adalah a = r .


Berdasarkan hukum II Newton, diperoleh F = maT, maka:
=rF

= rm ( r )

2
= mr ( )

2
Karena momen inersia benda adalah I = mr , maka:
=I

Persamaan diatas merupakan hukum II Newton pada gerak melingkar.

VI. Energi Kinetik Rotasi

Dalam gerak translasi, energi kinetik dirumuskan dengan

1
E K = mv 2
2

Dalam gerak rotasi, v= r , sehingga:

1 2
E K = m ( r )
2

1
E K = ( mr 2 ) 2
2

1
E K = I 2
2

Dengan I adalah momen inersia dan merupakan kecepatan sudut.

Pada benda yang melakukan gerak translasi sekaligus gerak rotasi, hukum
kekekalan energi mekanik dapat dirumuskan dengan:

Krotasi 2+ EP 2
Krotasi 1+ E P 1=E Ktranslasi 2+ E
E Ktranslasi 1 + E

Atau,
1 2 1 2 1 2 1 2
m v 1+ I1+ mgh 1= m v 2+ I 2+ mgh 2
2 2 2 2

VII. Kekekalan Momentum Sudut

Torsi merupakan turunan pertama momentum sudut terhadap fungsi waktu. Dapat
dituliskan sebagai:

dL
=
dt

Jika tidak ada momen gaya luar yang bekerja pada sistem ( =0 , maka:

Persamaan diatas berarti bahwa momentum sudut sistem selalu konstan (tidak
berubah sepanjang waktu baik besar maupun arahnya).

L = konstan

Dapat disimpulkan, dalam kasus tidak ada momen gaya luar,

I =konstan

=I 0 0
I
Dimana I0 dan I adalah momen inersia mula-mula dan momen inersia akhir.

0 dan
Sedangkan menyatakan kecepatan sudut mula-mula dan kecepatan sudut

akhir.

D.KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Bangunan tinggi dapat berdiri kokoh , kita dapat berdiri tegak


lurus atau lampu dapat tergantung semua ini disebabkan karena
mereka dalam keadaan seimbang.

Ada dua macam keseimbangan :

Keseimbangan statik , yaitu keseimbangan ketika benda diam.


Keseimbangan dinamik , yaitu keseimbangan ketika benda
bergerak dengan kecepatan tetap.
I. Keseimbangan Titik
Gaya Resultan
Anggap suatu partikel atau benda titik mengalami 3 buah gaya F1
, F2 ,dan F3 .
Resutan dari ketiga gaya ini merupakan suatu gaya tunggal:

R = Fi = F1 + F2 + F3
Syarat Keseimbangan
Anggap suatu partikel (benda titik )menerima beberapa buah
gaya. Resultan gaya-gaya ini adalah R. Apa yang terjadi jika partikel
tersebut diberi gaya yang besarnya sama dengan R tetapi arahnya
berlawanan ? Resultan gaya-gaya ini akan sama dengan nol .
Karena resultan total gaya-gaya yang bekerja pada partikel itu
sama dengan nol, maka menurut hokum II Newton (F = ma )
percepatan partikel juga nol . Artinya partikel yang semula diam akan
tetap diam. Partikel dalam kondisi ini dikatakan berada dalam
keseimbangan static. Jadi dapat dikatakan bahwa suatu partikel
berada dalam keseimbangan static jika jumlah gaya atau resultan
gaya yang bekerja pada partikel ini sama dengan nol.
Secara matematis pernyataan tersebut dapat ditulis:
Fx= 0 .(1)
Fy=0 .(2)
Persamaan (1) dan (2) dinamakan Syarat Keseimbangan benda
titik.

II. Resultan Gaya pada Benda Tegar


Benda tegar atau benda pejal merupakan benda yang tidak
mengalami perubahan bentuk atau volume walaupun diberi gaya
atau momen gaya.
Seperti halnya pada benda titik, pada benda tegar gaya-gaya
yang bekerja juga dapat digantikan dengan satu gaya tunggal asalkan
arah resultan dari gaya-gaya (R) yang bekerja adalah tegak lurus
dengan arah momen gaya () yang ditimbulkan oleh gaya-gaya ini.
Maksud kata digantikan disini adalah jika seluruh gaya-gaya yang
bekerja pada benda kita gantikan dengan suatu gaya lain, kondisi
gerak benda akan tetap sama.
Misalkan gaya-gaya yang bekerja pada benda tegar adalah F1, F2,
F3,..,dan titik tangkap masing-masing gaya adalah r1, r2, r3,.
Keadaan gerak benda akan tetap sama jika jumlah gaya (F) dan
jumlah momen gaya () yang bekerja padanya tetap sama. Misalkan
kita gantikan gaya-gaya tersebut dengan suatu gaya Ft yang bekerja
pada titik tangkap rt, maka Ft dan rt harus memenuhi :
Ft = F1 + F2 + F3 +
rt X Ft = r1 X F1 + r2 X F2 + r3 X F3 +.
Ternyata Ft sama dengan resultan gaya R. Dari persamaan
diketahui
rt X Ft = r1 X F1 + r2 X F2 + r3 X F3 +..=
rt X R =
(Catatan : momen gaya diukur terhadap sembarang titik)
Karena didapat dari hasil kali silang antara rt dan R, maka arah
R pastilah tegak lurus arah . JAdi, terbukti bahwa gaya-gaya yang
bekerja dapat digantikan dengan gaya tunggal. Dengan catatan arah
resultan gaya R harus tegak lurus dengan arah total momen gaya ().
Syarat agar R dan tegak lurus ( R. = 0 )
R dan akan tegak lurus ( R. = 0 ) jika gaya-gaya yang bekerja
pada sebuah benda tegar mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Gaya-gaya sepusat , maksudnya semua gaya yang bekerja
mempunyai titik tangkap yang sama.
b) Gaya-gaya sebidang,maksudnya semua gaya yang bekerja terletak
pada bidang yang sama.
c) Gaya-gaya paralel , maksudnya semua gaya yang bekerja sejajar.

Gaya-gaya sepusat

Gambar 12.3a melukiskan dua buah gaya F1 dan F2 yang bekerja


pada suatu titik pada sebuah benda tegar.

Titik tangkap dari resultan gaya terletak pada titik tangkap


kedua gaya ini.
Mari kita hitung momen gaya akibat kedua gaya ini . Untuk
mempermudah kita ambil momen ini terhadap titik O.

0 = r X F1 + r x F2

= r X (F1 + F2 ) = r X R

Pada perkalian silang (cross product ) , vektor hasil perkalian


selalu tegak lurus dengan vector-vektor yang dikalikan . Dengan
demikian terbukti bahwa R tegak lurus terhadap 0 .

b) Gaya-gaya sebidang

Gambar 12.4 melukiskan 3 buah gaya F1,F2 dan F3 pada bidang


xy (sebidang ) . Titik tangkap ketiga gaya berada pada titik (x1,y1 ) , (
x2,y2 ) dan (x3,y3).i
Gaya resultan R :
R = F1 + F2 + F3
= (Fx + Fx2 + Fx3 ) i + ( Fy + Fy2 + Fy3 ) j

Vector posisi titik tangkap ketiga gaya adalah :


r1 = x1 i + y1 j
r2 = x2 i + y2 j
r3 = x3 I + y2 j

Momen gaya total akibat gaya-gaya yang bekerja pada benda


( terhadap titik O ) adalah

0 = ri X Fi = r1 X F1 + r2 X F2 + r3 X F3
=(x1fy1 y1 Fx1 ) k + ( x2Fy2 y2 Fx2 ) k + ( x3Fy3 y3 Fx3 ) k
=(xiFy1 + x2Fy2 + x3Fy3 ) k (y1Fy1 + y2Fy2 + y3Fy3 ) k
=0

Ternyata R. 0 = 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga


gaya ini dapat digantikan dengan sebuah gaya tunggal.
Besar gaya tunggal ini sama dengan besar gaya resultan. Lokasi
titik tangkap gaya tunggal ini adalah (xc, yc) dimana

1 F y 1+ 2 F y 2 +3 F y3
c=
Ry

y 1 F 1 + y 2 F 2+ y 3 F 3
y c=
R
Bukti :
Vektor posisi titik tangkap gaya resultan:
Rc = xc I + yc j
Momen gaya di titik O akibat gaya resultan :
(0) = rc X R = (xcRy - ycRx) k
Karena gaya resultan dianggap sebagai pengganti dari gaya-
gaya yang bekerja pada benda, maka momen gaya yang disebabkan
oleh gaya resultan ini harus sama dengan momen gaya total yang
ditimbulkan oleh tiap-tiap gaya yang bekerja. Dengan kata lain

(0) gaya-gaya = (0) resultan


( 1 F y 1 +2 F y2 + 3 F y 3) k ( y 1 F 1 + y 2 F 2+ y3 F 3 ) k =( c R y y c R ) k

c R y =1 F y 1+ 2 F y 2 +3 F y3
Atau ,
1 F y 1+ 2 F y 2 +3 F y3
c=
Ry

y c R = y 1 F 1 + y 2 F 2+ y 3 F 3

y 1 F 1 + y 2 F 2+ y 3 F 3
y c=
R

Secara umum koordinat titik tangkap resultan dapat ditulis


sebagai

F yi i
c=
Ry

Fi y i
yc=
R

R = F i
i

R y = F yi
i

Gaya-gaya sejajar
Gambar 12.6a melukiskan 3 gaya F1, F2, dan F3 yang sejajar
sumbu y dengan titik tangkap masing-masing gaya pada titik (x1, y1,
z1) , (x2, y2, z2) , (x3, y3, z3) dan besarnya masing-masing gaya
adalah F1, F2, dan F3.
Resultan gaya R :
R = F1 + F2 + F3
Arah gaya resultan sudah tentu berada pada sumbu y karena
arah ketiga gaya penyusunnya semuanya berada pada sumbu y.
R = ( F1+ F2 +F3) j
Vektor posisi titik tangkap dari ketiga gaya adalah :
r1 = x1 +y1 j + z1 k
r2 = x2 + y2 j + z2 k
r3 = x3 + y3 j + z3 k
Momen gaya total (terhadap titik o)
r i Fi
i

= -(zi Fy1 +z2Fy2 + z3Fy3) i + (x1Fy1 + x2Fy2 + x3Fy3) k

R. 0 = ( F1 + F2 + F3) j . (x1Fy1 + x2Fy2 + x3Fy3) k (z1Fy1 + z2Fy2

+ z3Fy3) i

=0

Ternyata R. o = 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga

gaya dapat digantikan dengan sebuah gaya tunggal. Gaya tunggal ini
sama dengan gaya resultan :

R = (F1 + F2 + F3 ) j

Lokasi titik tangkap gaya tunggal (gaya resultan) ini adalah ( xci
+ ycj + zck ) dapat dicari sebagai berikut :

Vektor posisi titik tangkap :

rc = xci + ycj + zck

Momen gaya di titik O akibat gaya resultan adalah :

( ) = rc x R = -zcRy i + xcRyk
0

Karena gaya resultan dianggap sebagai pengganti gaya-gaya,


maka momen gaya akibat gaya resultan ini harus sama dengan
momen gaya total akibat gaya gaya yang bekerja. Dengan kata lain
III.Syarat Kesetimbangan benda tegar

Telah kita lihat bahwa adalam keadaan tertentu gaya gaya yang
bekerja pada suatu benda tegar dapat digantiakan oleh sebuah gaya
tunggal dengan arah dan titik tangkap tertentu. Jika benda diberikan
gaya lain yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan dengan
gaya tunggal pengganti, maka benda tidak akan bergarak translasi
ataupun berputar (berotasi). Keadaaan tidak bergerak translasi dan
rotasi ini dinamakan keadaan seimbang.

Pada keadan kesetimbangan, jumlah gaya yang bekerja sama


dengan nol dan jumlah momen gaya terhadap sembarang titik juga
sama dengan nol.

E. PUSAT MASSA DAN TITIK BERAT

I.Pusat masa

1) Titik pusat massa dapat dianggap sebagai suatu titik dimana masa
system dapat dikonsentrasikan.
2) Gaya yang bekerja di titik pusat massa suatu system akan
membuat system bergerak translasi murni (tanpa rotasi)

JIka kita mempunyai system yang terdiri dari n buah benda yang
bermassa masing-masing m1, m2, m3, .., mn dan terletak pada
koordinat (x1,y1), (x2,y2), (x3,y3).. (xn,yn), maka koordinat pusat
masa dari system ini (xpm,ypm) dimana xpm dan ypm didefinisikan
sebagai berikut:

1 m1 +2 m2+ 3 m3+ + n mn
pm =
m1 +m2+ m3+ +mn

y 1 m1 + y 2 m2 + y 3 m3 + + y n mn
y pm=
m1+ m2 +m3 ++mn
II. Titik Berat

Berat suatu benda tergantung pada gravitasi di tempat benda itu


berada. Berat benda dapat dianggap terkonsentrasi pada suatu titik.
Titik ini dinamakan pusat gravitasi atau titik berat. Dalam medan
gravitasi homogen (medan gravitasi di setiap titik sama)lokasi titik
berat sama dengan lokasi pusat massa.

X1,y1 X2,y2 X1,y1 X2,y2

m1 m2

m1 g m2 g

m3 X3,y3 X3,y3

m3g

W = mg

(b)
Keterangan gambar: benda dibagi dalam sejumlah besar
partikel-partikel kecil dengan massa m1, m2, m3,.. yang terletak
pada koordinat (x1,y1), (x2,y2), (x3,y3), koordinat x pusat massa untuk
system ini adalah :

m + m + m
mi i
pm = 1 1 2 2 3 3 = i
m1 +m2+ m3 mi
i

Gaya berat yang ditimbulkan tiap partikel memberikan momen


gaya terhadap titik 0 yang besarnya sama dengan berat partikel
dikalikan dengan lengan momennya, misalnya berat m1g momen
gayanya m1g1x1 dan seterusnya.

Anggap suatu gaya W (besarnya sama dengan berat benda)


diletakkan di suatu titik sedemikian sehingga momen gaya yang
dihasilkannya sama dengan jumlah total momen gaya yang dihasilkan
oleh seluruh partikel. Titik ini adalah titik berat benda.



( 0)akibat semua partikel
( 0)akibat W =

W tb =m1 g1 1 m2 g2 2m3 g3 3

m1 g1 1 +m2 g2 2 +m3 g 3 3 +
t b=
W

m1 g1 1 +m2 g 2 2+ m3 g3 3 +
tb =
m1 g +m2 g+m3 g +


mi i
mi
Terbukti bahwa koordinat titik berat sama dengan koordinat titik
pusat massa ketika medan gravitasi uniform!

I. Titik Berat Benda Tegar


Benda Beraturan

Titik berat benda yang beraturan dan sederhana seperti


segiempat atau segitiga, terletak pada perpotongan garis beratnya.

Misalnya segiempat berukuran a X b. Titik berat segiempat


tersebut adalah terletak pada perpotongan kedua garis berat yaitu
pada titik (1/2 a, b) (di tengah-tengah benda)

( a, b)
b

a
Suatu segitiga mempunyai garis berat seperti nampak pada
gambar dan titik beratnya terletak pada perpotongan ketiga garis
berat itu yaitu pada titik (0, 1/3 t)

Gabungan beberapa benda


Untuk gabungan dari beberapa benda tegar seperti tampak
pada gambar. Titik beratnya (anggap g uniform) dicari dengan


mi i
menggunakan rumus mi dimana (x1,y1), (x2,y2), (x3,y3)

menyatakan titik berat masing-masing benda tegar.

TABEL TITIK PUSAT MASSA BENDA

GAMBAR NAMA LETAK TITIK BERAT KETERANGAN


y0

Z= ditengah-
Garis lurus y0 = AB
tengah AB
A Z
B

AB = Tali
Z
busur AB
Busur
AB ^
AB = busur
A R y0` y 0= R
^
AB
lingkaran
B AB
R= jari-jari
M lingkaran

Busur
Z 2R R= jari-jari
y 0=
setengah
y0 lingkaran
lingkaran
M

AB = Tali
A Z
B busur AB
R y0 Juring 2
AB ^
AB = busur
y 0= . R
^
AB 3
lingkaran
AB
x
R= jari-jari
M
lingkaran

Z
Setengah 4R R = jari-jari
y 0=
y0 3
lingkaran lingkaran
M

Selimut
1 R= jari-jari
y 0= R
setengah 2
lingkaran
lingkaran
Selimut 1 t = tinggi
y 0= t
3
kerucut kerucut
Setengah 3
y 0= R
8 R= jari-jari bola
bola

1
y 0= t
Limas 4 t= tinggi limas

1 t= tinggi
y 0= t
Kerucut 4
kerucut

1
y 0= t
Selimut limas 3 t = tinggi limas

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan Praktikum
Bahan-bahan yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum menentukan titik
berat suatu benda datar tak beraturan adalah sebagai berikut:
1. Kertas karton
2. Kertas millimeter block
3. Lem kertas
4. Benang
5. Kertas Kerja (tabel data hasil pengukuran)

Alat-alat yang diperlukan dalam melaksanakan praktikum menentukan titik berat


suatu benda datar tak beraturan adalah sebagai berikut:

1. Statif
2. Penggaris
3. Bolpoin
4. Gunting kertas
5. Kamera

B. Desain Praktikum

Rancangan dasar dari


praktikum mentukan titik berat suatu benda datar tak beraturan adalah dengan
1. Menentukan tiga titik tangkap dari garis-garis berat suatu benda;
2. Menentukan garis-garis berat dari benda dengan cara menggantungnya pada
seutas benang. Setelah benda diam, garis berat benda dilukiskan lurus terhadap
benang.
3. Menentukan titik potong dari beberapa garis berat yang yang telah dilukiskan.
Titik potong tersebut merupakan titik berat benda.

Untuk menguji ketepatan dari titik benda yang telah ditemukan dari
perpotongan garis-garis berat benda, maka desain praktikumnya adalah sebagai
berikut.

1.Menimbang massa benda sebelum dipisahkan menjadi beberapa bagian;


2.Memotong benda menjadi beberapa bagian
3.Menimbang massa dari setiap potongan bagian benda
4.Menentukan titik berat dari masing-masing potongan benda dengan metode yang
sama dengan menentukan titik berat benda sebelum dipotong;
5.Menggabungkan kembali potongan-potongan benda menjadi benda yang utuh
pada kertas millimeter block.
6.Menentukan koordinat dari titik berat sistem benda (titik berat benda sebelum
dipotong yang telah digambarkan sebelumnya):
7.Menentukan koordinat titik berat dari masing-masing bagian/ potongan benda
8.Menghubungkan titik berat masing-masing potongan benda dengan titik berat
sistem benda

C. Pengolahan dan Analisis Data

M M1 M2 M1 + M2 X Y X1 Y1 X2 Y2 M.X M.Y M1.X1+M2.X2 M1.Y1+M2.Y2

Data hasil pengukuran variabel-variabel praktikum dicatat secara teliti dalam table
di kertas kerja. Variabel dari praktikum menentukan titik berat suatu benda datar tak
beraturan adalah massa sistem benda(massa benda secara keseluruhan sebelum
dipotong-potong menjadi beberapa bagian, massa dari setiap potongan-potongan benda,
serta koordinat dari titik benda system benda maupun koordinat potongan-potongan
benda dalam koordinat cartesius.
Format Tabel dalam kertas kerja untuk pengolahan dan analisi data adalah sebagai
berikut:

Teknik menganalisa data untuk menguji ketepatan pengukuran titik berat adalah
dengan memerikas ekuivalensi dari kolom M.X dengan kolom M1.X1+M2.X2 dimana
kedua kolom pada table tersebut merupakan angka penunjuk letak titik berat benda pada
sumbu x jika system benda diletakkan pada koordinat cartesius. Jika harga pada kedua
kolom tersebut equivalent, yang artinya keduanya memiliki harga yang sama atau
mendekati sama, maka pengukuran titik berat benda pada sumbu x tersebut tepat.
Demikian halnya dengan harga dari kolom M.Y dengan kolom M1.Y1+M2.Y2,.Jika harga
pada kedua kolom tersebut equivalent, jika keduanya memiliki harga yang sama atau
mendekati sama, maka pengukuran titik berat benda pada sumbu y tersebut tepat.

Yang dimaksud dengan titik berat dari benda yang sedang diukur adalah X dan Y
dalam koordinat cartesius, yang harganya sama atau mendekati sama dengan:

M 1 x1 + M 2 x 2
M1 + M 2 , untuk harga dari X

M 1 y 1+ M 2 y 2
M 1+ M 2 , untuk harga dari Y
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Pembahasan

Dengan pengukuran terhadap massa benda sebelum dipisahkan


dan massa masing-masing bagian benda yang diukur dengan teliti,
maka diperoleh nilai M (massa benda sebelum dipotong menjadi dua
bagian menurut garis beratnya) sama dengan nilai M1 (massa bagian
benda ke-1) ditambah dengan M2 (massa bagian benda ke-2).
Ekuivalensi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
M M1 + M2

4,3 g 2,3 g + 2,5 g

Dari hasil pengukuran terhadap koordinat jarak titik berat benda


sebelum dipotong dan titik berat masing-masing bagian benda pada
sumbu-x koordinat cartesius, diperoleh harga M.X mendekati harga
M1.X1+M2.X2.Kesamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

M . X M .X +M .X
1 1 2 2

57,6 g.cm 17,94 + 39,75 = 57,69 g.cm

Sementara dalam sumbu-y, terlihat bahwa harga M.Y mendekati


harga M1.Y1+M2.Y2.

M.Y M1.Y1+M2.Y2.

38,4 g.cm 17,02 + 21,75 = 38,77 g.cm

Dari ekuivalensi harga-harga MX dan MY terhadap sesamanya,


dapat disimpulkan bahwa nilai hasil perkalian dari massa benda
(sebelum dipotong) dengan jarak koordinat titik berat pada sumbu x
mendekati nilai jumlah keseluruhan dari hasil kali antara massa
masing-masing bagian benda dengan jarak koordinat titik berat pada
sumbu x dari bagian benda tersebut. Demikian juga dengan sumbu y,
nilai hasil perkalian dari massa benda dengan jarak koordinat titik
berat pada sumbu y mendekati nilai jumlah keseluruhan dari hasil kali
antara massa masing-masing bagian benda dengan jarak koordinat
titik berat pada sumbu y.

Jika kesalahan pengukuran diabaikan, maka diperoleh nilai hasil


perkalian dari massa benda (sebelum dipotong) dengan jarak
koordinat titik berat pada sumbu x,y mendekati nilai jumlah
keseluruhan dari hasil kali antara massa masing-masing bagian benda
dengan jarak koordinat titik berat pada sumbu x,y dari bagian benda
tersebut. Secara matematis dapat dituliskan
M.X = M1.X1+M2.X2 dan M.Y = M1.Y1+M2.Y2

Dari keseluruhan persamaan yang diperoleh dari simpulan data


hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa titik berat sebuah
system benda (gabungan benda) sama dengan jumlah total titik berat
dari masing-masing bagian penyusun benda.

Xo = Dan Yo =

M 1 X1+ M 2 X 2 M 1 Y 1+ M 2 Y 2
M 1+ M 2 M 1+ M 2

Anda mungkin juga menyukai