Pendidikan Pancasila2
Pendidikan Pancasila2
1. Pendahuluan
a. Gambaran umum implementasi pancasila dalam kehidupan
(kontemporer)
b. Landasan pendidikan pancasila
c. Tujuan pendidikan pancasila
d. Pembahasan pancasila secara ilmiah
e. Beberapa pengeertian pancasila
1. Jawaban terhadap pertanyaan : Semakin baik, tetap atau makin burukkah kondisi
masyarakat kita dalam hal :
2. Jawaban terhadap pertanyaan : Apakah kondisi berikut merupakan buah dari makin
ditinggalkannya Pancasila sebagai jati dirio Bangsa ?
3. Jawaban terhadap pertanyaan : Menurut anda saat ini semakin nyata atau
makin jauhkah perwujudan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia ?
No item %
1 Makin nyata 16,0
2 Makin jauh 80,9
3 Tidak tahu 3,1
No Item %
1 Perlu 98,3
2 Tidak perlu 1,4
3 Tidak tahu 0,3
No Item %
1 Perlu 81,1
2 Perlu, disesuaikan 12,1
3 Tidak perlu 4,9
4 Tidak tahu 1,8
Jajak pendapat Kompas 27 -29 Mei 2015; Responden :581 orang, Usia : 17, melalui
tlp, di 12 Kota besar Indonesia.
Jajak pendapat tentang : Opini publik terhadap pelaksanaan Pancasila.
no item %
1 Semakin baik 38,2
2 Semakin buruk 47,7
3 Tetap 11,5
4 Tidak tahu 2,6
No item %
1 Semakin baik 53,6
2 Semakin buruk 26,2
3 Tetap 19,1
4 Tidak tahu 1,1
No Item %
1 Semakin baik 44,9
2 Semakin buruk 36,8
3 Tetap 17,4
4 Tidak tahu 0,9
No Item %
1 Semakin baik 39,6
2 Semakin Buruk 39,2
3 Tetap 18,1
4 Tidak tahu 3,1
No Item %
1 Semakin baik 30,8
2 Semakin buruk 48,9
3 Tetap 17,6
4 Tidak tahu 2,7
f. Berkorban untuk kepentingan Bangsa
N Item %
o
1 Semakin baik 34,1
2 Semakin buruk 40,6
3 Tetap 21,9
4 Tidak tahu 3,4
no Item %
1 Semakin baik 42,3
2 Semakin buruk 37,3
3 Tetap 17,2
4 Tidak tahu 3,2
h. Keadilan ekonomi
N Item %
o
1 Semakin baik 16,5
2 Semakin buruk 60,9
3 Tetap 19,1
4 Tidak tahu 3,5
i. Keadilan Hukum
No Item %
1 Semakin baik 20,1
2 Semakin Buruk 58,9
3 Tetap 17,0
4 Tidak tahu 4,0
No Item %
1 Sudah 59,0
2 Belum 35,6
3 Tidak tahu 5,4
No Item %
1 Sudah 24,6
2 Belum 70,7
3 Tidak tahu 4,7
No Item %
1 Sudah 54,0
2 Belum 43,9
3 Tidak tahu 2,1
C. Sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau belumkah sikap dan prilaku
elit-elit politik selama ini dalam menyelesaikan persoalan bangsa.
No Item %
1 Sudah 16,0
2 Belum 75,0
3 Tidak tahu 9,0
D. Percya atau tidakkah anda jika dikatakan bahwa : Pancasila adalah ideologi
yang paling baik bagi bangsa Indonesia.
No Item %
1 Prilaku tidak disiplin/melanggar hukum/ KKN 52,7
2 Fanatisme Agama / egoisme kelompok 25,5
3 Prilaku hedonisme/ konsumerisme / Liberalisme 16,2
4 Kurangnya pendidikan pancasila 0,2
5 Tdak tahu 5,2
6 Tdak jawab 0,2
Gambaran data di atas menunjukkan kecenderungan sikap warga Negara terhadap
pancasila , antara lain :
1. Pancasila saat ini gagal/atau tidak menjadi wacana public atau sudah agak
terlupakan. Hal ini salah satunya sebagai dampak dari reformasi. Misalnya
hari kesaktian Pancasila sejak reformasi Mei 1998 tidak pernah lagi
diperingati, dan baru tahun 2005 diperingati lagi. Kenapa tidak diperingati,
alasannya sederhana, siapa yang merayakannya akan dicap sebagai
antek orde baru, yang harus dihindari karena dianggap negative dan mesti
ditolak, saat gemuruh derap orde reformasi.
2. Harapan pancasila untuk menjadi salah satu factor yang signifikan dalam
membimbing perubahan kehidupan berbangsa dan bernegarapun masih jauh
dari harapan.
3. Upaya revitalisasi pancasila tetap belum terwujud .
4. Pancasila sebagai dasar Negara, pandangan hidup bangsa, basis ideologis,
dan platform bersama warga Negara bangsa Indonesia yang plural dan
multikultur masih marjinal dalam wacana dan kehidupan public nasional
Mengapa sampai terjadi demikian ? bukan karena warga Negara Indonesia tidak lagi
cinta atau menolak Pancasila, melainkan lebih karena begitu banyak realitas yang
tidak sesuai dengan cita ideal, semangat, prinsip, dan nilai yang terkandung dalam
pancasila. Terdapat banyak kesenjangan diantara nilai pancasila sebagai suatu
kesatuan dan juga tiap-tiap silanya dengan realitas yang ada dalam kehidupan
sehari-hari warga bangsa.
Lihatlah bagaimana kita dapat berbicara tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, ketika
dalam berketuhanan terdapat fakta adanya sebagian warga yang dari waktu ke
waktu memaksakan kemauannya sendiri atas nama Tuhan. ( pembakaran mesjid
dan pemukiman jemaah ahmadiyah di ciampea Bogor, oleh masyarakat sekitar,
tanggal 1 Oktober 2010, padahal 1 Oktober adalah hari kesaktian pancasila, di
Kuningan bentrok antara masa jemaah ahmadiah yang akan dibubarkan oleh ormas
islam ), dari hasil penelitian yang dilakukan Wahana Visi Indonesia (WVI), di Palu :
35% anak SD menatakan tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama
dan 14,2% menatakan tidak tahu; Di Poso : 10,8% menyatakan tidak mau
berteman dengan dengan yang berbeda agama, dan 15% menatakan tidak tahu
(Kompas, 6 Oktober 2010). Dan penelitian (kompas,18/3/2016) terhadap 500 siswa
di Jabodetabek : menyebutkan 52,3 % siswa mendukung kekerasan untuk
solidaritas agama, dan 14 % siswa membenarkan peledakan bom yang dilakukan
teroris.
Bagaimana kita bicara tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, ketika warga
dari satu tempat ke tempat lain, karena sebab yang sepele sangat mudah
mengamuk, menghancurkan harta benda orang lain, dan mencabut nyawa.
(Peristiwa penertiban gapura Mbah Priok oleh pemkot jakut berakhir bentrokan
antar massa dan satpol PP, Bentrokan antar kelompok masa yang diduga terkait
sidang insiden klub malam Blowfish di PN Jaksel, jalan ampere,)
Bagaimana pula kita sanggup berbicara tentang persatuan Indonesia, ketika banyak
orang dan kelompok lebih mementingkan diri dan kelompoknya melalui tindakan
yang melanggar hukum seperti korupsi,(dari tahun 2005 sd. 2014 ada 3169
anggota DPRD tersangkut korupsi; dan ada 300 lebih kepala daerah dan wakilnya
dari 542 kepala daerah yang korupsi) mengorbankan solidaritas terhadap warga
yang lain.(konflik antar kelompok yang mengidentifikasikan dirinya sebagai anggota
suku : Mis. Konflik berbau etnik di tarakan kaltim antara suku Tidung asli tarakan
dengan suku bugis, Konflik segitiga suku di sambas kalbar, antara etnik dayak dan
melayu versus Madura, Konflik Ambon Maluku melibatkan etnik ambon versus
pendatang :bugis, makasar, buton dan muna, serta konflik sampit di kalteng antara
etnik dayak versus Madura), konflik TNI dengan POLRI terakjhir di batam dan papua
(2014).
Lalu bagaimana kita bisa bercakap tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, jika banyak politisi melakukan
manipulasi politik lewat proses demokrasi, tidak mencerminkan sikap hikmat,
bijaksana, dan sosok representasi yang akuntabel. (Misalnya tidak lolos dalam
pilkada memprovokasi pendukung untuk demontrasi dan protes, bahkan anarkis,
contoh kemarahan masa pendukung calon kandidat bupati mojokerto yang tidak
lolos verifikasi, Tidak mau mengakui kekalahan dengan mengajukan gugatan ke
mahkamah konstitusi, dikalahkan MK, pendukungnya mengamuk dan anarkis di
Sulawesi), tindak kekerasan (anarchi) menolak Ahok jadi gubernur Jakarta, tidak iku
rapat paripurna nitip absen (kasus novanto)
Begitu pula bagaimana kita bisa berbicara tentang keadilan social bagi seluruh
masyarakat Indonesia, sementara jumlah rakyat yang terhimpit kemiskinan masih
28 juta orang, pengangguran masih kurang lebih 7% (tahun 2014), tingkat
kesenjangan tinggi antar daerah barat- timur, jawa luar jawa, kelompok kaya dan
miskin (gini ratio 0,41, ini berarti 1% gol penduduk kaya mengusai kekayaan sekitar
41 %, sementara 99% penduduk lainnya hanya menguasai 59 % kekayaan) (2014),
sementara kehidupan serba materialistic dan hedonistic kian merajalela.
Dengan kondisi yang serba kontradiktif (antara harapan dan kenyataan ini),
( perbuatan warga bangsa mulai dari lingkungan atas para pejabat, lapisan
menengah dan bawah birokrasi, sampai mereka yang memiliki otoritas politik,
hukum, keagamaan, dan social budaya ,telah mengebiri dan mengaburkan nilai-nilai
pancasila), mengakibatkan pembicaraan tentang pancasila seolah tidak bermakna.
Pelesetan lainnya :
Salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran kolektif bangsa tentang pancasila
adalah dengan melalui proses pendidikan, tidak ada keraguan bahwa pancasila
adalah sebagai dasar Negara dan sekaligus sebagai pandangan hidup bangsa yang
tidak tergantikan. Oleh sebab itu agar harapan dan kenyataannya dapat berjalan
seimbang,dan serasi, maka perlu kiranya memulihkan kembali kesadaran kolektif
bangsa tentang posisi vital dan urgen pancasila dalam kehidupan Negara bangsa
Indonesia, agar pancasila dapat hadir dalam kiprah dan langkah warga bangsa.
Dengan peningkatan pemahamannya disemua jenjang pendidikan baik formal
maupun informal.
Salah satu contoh pendidikan di tingkat SD yang dikembangkan oleh Wahana Visi
Indonesia (WVI), adalah pendidikan harmoni. Pendidikan harmoni merujuk dari
pendidikan damai, lahir dari semangat penyatuan dalam keberagaman, dan yang
memastikan nilai-nilai perdamaian, kemanusiaan, hak azasi
manusia,multikulturalisme, dan perlindungan anak terintregrasi dalam kurikulum
SD.
Lebih lanjut jajak pendapat Kompas yang dilakukan pada tanggal 20-21 Oktober
2010, terhadap 750 responden berusia minimal 17 tahun dari 57 kota di Indonesia,
tentang Pemuda di latar Ikatan yang Melemah (judul) yang melihat sikap
nasionalisme pemuda (kompas, 25 Oktober 2010), hasilnya sebagai berikut :
Jawaban responden terhadap pertanyaan : Menurut anda makin kuat, tetap kuat,
tetap lemah,atau makin lemahkah semangat persatuan di kalangan pemuda
Indonesia saat ini ?
Pemuda Makin kuat Tetap Kuat Tetap Makin lemah tdk
Lemah7,7% tahu
17-30 Tahun 23,4% 11,3% 7,7% 56,8%
0,9%
>30 Tahun 24,1% 13,6% 7,0% 53,2%
2,1%
Jawaban responden terhadap pertanyaan : apakah anda sangat setuju, setuju, tidak
setuju atau sangat tidak setuju dengan pernyataan berikut ini ?
Jawaban terhadap pertanyaan : Menurut anda saat ini makin baik, tetap baik, tetap
buruk, atau semakin buruk kondisi pemuda dalam mendapatkan hal-hal berikut ?
Jawaban terhadap pertanyaan : Menurut anda, apa yang paling penting dicapai oleh
generasi anda saat ini ?
Tidak dapat disangkal bahwa secara konseptual Pancasila merupakan salah satu
karya budaya yang dihasilkan oleh para pendiri bangsa Indonesia pada saat
menjelang kemerdekaan Negara Indonesia, yang dipuncaki oleh pidato soekarno
tanggal 1 Juni 1945. Namun secara substansial sesungguhnya pancasila telah ada
di kepulauan nusantara ini. Dengan kata lain Pancasila pada hakekatnya adalah
kristalisasi nilai-nilai luhur yang hadir dan berkembang dalam kehidupan bangsa
Indonesia selama berabad-abad dan telah mengalami berbagai ujian dalam proses
beradaptasi terhadap lingkungan social dan alam. Pancasila merupakan inti sari
kebudayaan yang berakar jauh di dalam kehidupan bangsa Indonesia yang begitu
beragam, sehingga dapat dikatakan pula telah menjadi watak dan cirri kepribadian
budaya bangsa. Karena itu, Pancasila dapat disepakati sebagai dasar Negara yang
menjadi rujukan bersama dalam mengatur ketatanegaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pancasila menjadi pengikat persatuan dan kesatuan semua komunitas yang telah
menyatakan bergabung dalam Negara kesatuan republic Indonesia . Karena itu ,
jika bangsa Indonesia mulai melupakn pancasila tentu ada ancaman yang serius
terhadap eksistensi negra kesatuan republic Indonesia itu sendiri. Dalam rangka
itulah MPR menggalakkan sosialisasi pancasila (sebagai dasar Negara,pandangan
hidup, kepribadian, falsafah bangsa dan sebagai alat pemersatu bangsa) , Undang-
undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggall Ika.
Ke empat konsep tersebut sangat vital dalam kehidupan bernegara, dapat
dibicarakan di ruangan-ruangan, tetapi ketika sudah ada pada ranah public tidak
cukup hanya dibicarakan tetapi harus dipraktekkan.
Indonesia adalah Negara besar yang terdiri atas berbagai suku, kebudayaan dan
agama. Kemajemukan itu merupakan kekayaan dan kekuatan yang sekaligus
menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan itu sangat terasa terutama
ketika bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam
menghadapi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar negri.
Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda yang berasal dari brbagai daerah
menyadari sepenuhnya akan kekuatan yang dapat dibangun dari kesatuan dan
persatuan nasional. Mereka bersepakat bersatu melalui sumpah pemuda yang
menegaskan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan, yaitu
Indonesia. Semangat dan gerakan untuk, satu bangsa, dan satu bahasa persatuan,
yaitu Indonesia. Semangat dan gerakan untuk bersatu itu menjadi sumber inspirasi
bagi munculnya gerakan yang terkonsolidasi untuk membebaskan diri penjajahan.
Bangsa Indonesia kemudian memproklamasikan kemerdekaannya pada tangal 17
Agustus 1045. Proklamasi kemerdekaan adalah ikrar untuk bersatu, untuk
mendirikan Negara kesatuan republic Indonesia, meliputi wilayah dari sabang
sampai merauke yang merdeka dan berdaulat untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan nasional.
Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri Negara
menyadari bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk merupakan kekayaan
bangsa Indonesia yang harus diakui, diterima, dan dihormati, yang kemudian
diwujudkan dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Disamping itu UUD 1945 sebagai living constitution, wajar mengalami perubahan
sesuai zamannya tanpa mengabaikan margin of tolerance sehingga tidak mengusik
kodrat nilai-nilai pancasila itu sendiri.
g. Landasan filosifis
1. Sebagai landasan untuk memahami hakekat mengapa pancasila
menjadi pandangan hidup dan dasar Negara bagi Bangsa Indonesia.
2. Menjadikan tingkat berpikir ilmiah yang dibatasi oleh ruang dan waktu
serta pengertian absrtak logis sebagai suatu ajaran, serta
mendapatkan kebenaran yang obyektif atau kesesuaiaan pola pikir
bangsa.
h. Landasan Yuridis
1. Surat edaran Dikti No. 627/D/L/1978 jo.32/DJ/1983(27April1983) jo.
No.25 DIKTI/KEP/1985(25Mei1985).Jo.
No.356/DIKTI/1995jo.No.467/DIKTI/KEP/1999 Tentang Pendidikan
Pancasila Jo. SK Dirjen DIKTI No. 38/DIKTI/KEP/2002.
Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima asas, adalah nama dari pada Dasar
Negara kita, Negara Republik Indonesia.
Istilah pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV, yaitu terdapat
di dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma
karangan Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila disamping
mempunyai arti berbatu sendi yang lima (dari bahasa sansekerta), juga mempunyai
arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama), yaitu : (1) tidak boleh
melakukan kekerasan; (2) tidak boleh mencuri; (3) tidak boleh berjiwa dengki; (4)
tidak boleh bohong; (5) tidak boleh mabuk minuman keras (Darji Darmodiharjo,dkk.,
2004:15).
Jepang Menguasai Indonesia 9Maret 1942, (Pangti sekutu Jen. Ter Poorten,
menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati Subang).
Dua tahun jepang menguasi Indonesia mulai terdesak kalah, tanggal 7 September
1944, PM Jepang Kaiso, berjanji : Indonesia akan diberi kemerdekaan dikemudian
hari.
BPUPKI swcara resmi dibentuk tanggal 29 April 1945. (bersamaan dengan ulang
tahun Tenno Heika, maha raja jepang).
Tanggal 28 Mei 1945, BPUPKI resmi di buka, dengan Ketua Dr. Radjiman
Wediodiningrat, ketua muda Ichibangse (jepang), ketua muda RP Suroso, dengan
enam puluh (60) anggota.
Pertanyaan itu dijawab oleh Pidato Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945):
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteran Rakyat.
Selanjutnya Tri Sila ini dapat diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu satu sila
yang intinya adalah gotong royong
Piagam Jakarta
pada tanggal 22 Juni 1945 merumuskan Piagam Jakarta yang didalamnya berisi
rumusan Pancasila sebagai berikut :
Tanggal 14 Juli 1945 Panitia perancang UUD, melaporkan hasil yang terdiri :
Tanggal 8 Agustus 1945, Jendral Terauchi dari Saigon memanggil Soekarno dan
Radjiman, dan tanggal 9 Agustus 1945, Terauchi memberikan janji :
1. Soekarno diangkat sebagai Ketua PPKI, Moch. Hatta sebagai Wakil, dan
Radjiman sebagai anggota.
2. PPKI boleh mulai bekerja pada tanggal 9 Agustua 1945
3. Cepat atau lambat pekerjaan Panitia Sembilan diserahkan sepenuhnya pada
panitia.
Proklamasi 17 Agustus 1945, dideklarasikan pada hari jumat legi, jam 10 pagi, di
jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
sehari kemudian 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang pertama dengan hasil
sebagai berikut :
Dalam perjalan bangsa dan Negara Indonesia, dasar Negara pernah berubah
rumusan sila-silanya, sebagai berikut :
Kata Pancasila baru lahir pada tanggal 1 Juni 1945 oleh Soekarno ketika berpidato
tanpa teks untuk menjawab pertanyaan dari ketua BPUPKI Dr. Rajiman
Wedyodiningrat tentang dasar Indonesia merdeka, dan ditetapkan sebagai dasar
Negara pada tanggal 18 Agustus 1945, oleh PPKI, bersamaan dengan disahkannya
pembukaan UUD 45, dan batang tubuh UUD 45. Nama pancasila sendiri tidak
pernah tercantum dalam pembukaan maupun dalam batang tubuh UUD 45., Namun
lima dasar yang tercantum dalam pembukaan alinea ke empat itulah yang
dimaksud dengan pancasila.
1. Arah Tujuan:
Ingin berdiri kokoh dan mengatahui jelas kearah mana tujuan yang ingin
dicapainya
2. Pemecahan Persoalan :
Untuk memandang persoalan-persoalan yang dihadapi dan menentukan arah
serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan persoalan-persoalan politik,
ekonomi, dan social budaya.
(tanpa memiliki pandangan hidup suatu bangsa akan merasa terombang-
ambing dalam menghadapi persoalan besar yang pasti timbul, baik persoalan
di dalam masyarakat maupun yang berhubungan dengan pergaulan bangsa-
bangsa di dunia).
3. Pembangunan diri :
Dengan berpedoman pada pandangan hidup, maka suatu bangsa akan
membangun dirinya.
1. Konsep Dasar
Konsep dasar mengenai kehidupan yangt dicita-citakan oleh suatu bangsa.
2. Pikiran dan Gagasan
Pikiran yang terdalam daqn gagasan suatu bangsa mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik.
3. Kristalisasi Nilai
Suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri, yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk mewujudkannya.
Dilihat dari fungsinya, Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai dasar Negara
Republik Indonesia.
Dilihat dari segi materinya, pancasila digali dari pandangan hidup bangsa Indonesia,
yang merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia.
Peranan Pancasila dalam tata kehidupan bangsa Indonesia antara lain :
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tata tertib
hukum bagi Negara republic Indonesia. (lihat Pancasila sebagai dasar Negara)
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan
Negara.,Pancasila merupakan perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui
oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan dan sesudah praklamasi
kemerdekaan Indonesia.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.(membangun
manusia dan masyarakat pancasila)
8. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia.
Ciri Khas Dalam Dimensi Orirentasi Pancasila
Ciri-ciri sistem :
a. Satu kesatuan dari bagian-bagian
b. Bagian-bagian mempunyai fungsinya masing-masing
c. Saling berhubungan dan tergantung
d. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan
e. Terjadi dalam lingkungan yang komplek.
Nilai dasar( masih abstrak) dan nilai intrumental, berada dalam tataran ideal
normatif. Sedangkan nilai praksis berada pada tataran realistik empiris.
Antara nilai dalam tataran ideal normatif dengan nilai dalam tataran realistik
empirik terdapat kesenjangan, senantiasa selalu ada jurang antara harapan dengan
kenyataan. Ada beberapa faktor penyebab antara lain :
Negara : organisasi kekuasaan yang terdiri dari : pemerintah, rakyat, batas negara,
pengakuan kedaulatan.
Kesadaran kebangsaan : adalah perekat yang akan mengikat batin seluruh rakyat.
Nilai dasar merupakan nilai yang tidak berubah (tetap), dan tidak boleh dirubah.
Nilai dasar Pancasila ditemukan di dalam empat alinea UUD 1945, sebagai berikut :
1. Alinea 1,
Keyakinan pada : kemerdekaan adalah hak segala bangsa, kepada pri
kemanusiaan, kepada pri keadilan.
Penghapusan penjajahan merupakan konsekwensi logis dari keyakinan
tersebut.
Kemerdekaan, pri kemanusiaan dan pri keadilan adalah rangkaian aksioma
tempat berfungsinya seluruh wawasan kenegaraan pada tataran formal serta
seluruh wawasan kita tentang kehidupan kehidupan kebangsaaan secara
substansial.
2. Alinea 2
Memuat cita-cita nasional sekaligus cita-cita kemerdekaan yaitu : Negara
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Maknanya : Rakyat indonesia dalam negara indonesia yang kita bentuk ingin
hidup dalam suasana merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Inilah nilai yang merupakan pokok tolak ukur terakhir apakah negara yang
kita bentuk itu sudah sesuai dengan apa yang kita harapkan apa belum
3. Alinea 3
Menyatakan kemerdekaan, kehidupan kebangsaan yang bebas, bukan
keangkuhan tetapi berkat ridho Allah SWT, dan atas keinginan yang luhur
(bangsa yang aktif, tidak pasrah , percaya diri untuk merubah nasibnya)
Jadi : Nasionalisme religius, bukan bersifat chouvinistis.
4. Memberikan arahan mengenai : Tujuan negara, susunan negara, Sistem
pemerintahan, dan dasar negara.
Tujuan Negara :
a. Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Susunan NKRI :
Berkedaulatan rakyat, yang berarti sumber dari seluruh otoritas kenegaraan
dalam Republik Indonesia adalah Rakyat.
Sistem Pemerintahan :
a. Yaitu sistem pemerintahan konstitusional, yang secara padat dirumuskan
sebagai : disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
UUD Negara Indonesia.
b. Kemerdekaan bukan sekedar konsep filosofis, tetapi juga yuridis, drngan
pengertian yang pasti dan dirumuskan dalam konstitusi.
c. Semua kegiatan pemerintahan harus ada sumber alasan pembenar dalam
konstitusi, sebagai dasar hukum tertulis yang dapat dikembangkan dalam
hukum tak tertulis yang tumbuh dalam praktek penyelenggaraan negara.
Dasar Negara :
Tercantum dalam susunan lima sila :
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusian yang Adil dan Beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Betapa penting nilai-nilai dasar ini, tetapi sifatnya masih belum operasional.
Penjabaran nilai-nilai dasar ke nilai-nilai yang dapat secara langsung dapat
dijadikan acuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari disebut dengan
nilai instrumental
Berikut ini antara lain Nilai Instrumental yang dijabarkan dari nilai
dasar(Pancasila) diambil dari P4
a. Percaya taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan.
d. Tidak memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain.
1. UUD 1945
Ketentuan dalam pasal-pasal UUD adalah yang tertinggi tingkatannya,
yang pelaksanaannya dilakukan dengan TAP MPR, UU, PP, atau Kepres.
2. Ketetapan MPR (TAP MPR)
TAP MPR yang memuat Garis-garis besar dalam bidang legislatif
dilaksanakan dengan UU; sedangkan TAP MPR yang memuat garis-garis
besar dalam bidang eksekutif dilaksanakan dengan PP atau Kepres.
3. Undang-undang / PERPU
Undang-undang untuk melaksanakan UUD dan TAP MPR. Dalam hal
ihwal kepentingan yang memaksa, presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah pengganti UU (PERPU), yang dalam persidangan
berikutnya di DPR harus mendapat persetujuan DPR, kalau tidak harus
dicabut.
4. Peraturan Pemerintah ( PP )
PP memuat aturan-aturan umum untuk melaksanakan undang-undang.
5. Peratutan Daerah Propinsi ( PERDA PROP)
Harus sesuai dengan peraturan, atau tidak boleh bertentangan dengan
peraturan-perturan di atasnya. PERDA ini dibuat untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan UUD 1945, TAP MPR, UU, PP, KEPRES, dalam upaya
pencapaian tujuan Nasional.
6. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota
Tidak boleh bertentangan dengan peraturan-peraturan di atasnya,
termasuk Perda Propinsi.
PASAL 29 AYAT (1) DAN (2); PASAL 9 AYAT (1) PENGUCAPAN SUMPAH
MENURUT AGAMA
PASAL 28 E ayat (1); (2) dan (3).DAN ALINEA KE 3
PASAL 27 AYAT (1), (2), DAN (3); PASAL 28; PASAL 28A; PASAL 28 B AYAT (1)
DAN (2); PASAL 28 C AYAT (1) DAN (2); PASAL 28 D AYAT (1), (2), (3), DAN (4);
PASAL 28 E AYAT (1), (2) DAN (3); PASAL 28 F; PASAL 28 G AYAT (1), (2);
PASAL 28 H AYAT (1), (2), (3), (4); PASAL 28 I AYAT (1), (2),(3),(4) DAN (5);
PASAL 28J AYAT (1), (2), PASAL 20 AYAT (1),(2); PASAL 30 AYAT (1),(2),(3),(4),
(5); PASAL 31 AYAT (1), (2),(3), (4), DAN (5). DAN PEMBUKAAN ALINEA KE 1
PASAL 1 AYAT (1), (2) DAN (3); PASAL 2 AIAT (1), (2), (3); PASAL 3 AYAT (1),
(2), (3) PASAL 5 AYAT (1), (2); PASAL 20 AYAT (1), (2), (3), (4), (5); PASAL 22E
AYAT (1), (2), (3), (4), (5), (6); PASAL 28; PASAL 37 AYAT (1), (2), (3),(4) (5).
SERTA ALINEA KE 4
1. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. (krisis ahlak dan moral :
ketidakadilan, pelanggaran hukum dan HAM).
5. Sistem politik yang tidak berjalan dengan baik (pemimpin yang tidak
amanah, minim suri toladan, dan tidak perduli terhadap kepentingan
masyarakat.
Solusinya
Perkembangan Indonesia dapat diuraikan sejak dari : Suku Bangsa menjadi Bangsa
kemudian menjadi Negara.
Pembukaan sebagai hukum, memiliki derajat tinggi, karena tidak dapat diubah
secara hukum positif, oleh sebab itu Pancasila ( yang tercantum dalam pembukaan)
sebagai dasar negara Indonesia, bersifat final dan mengikat bagi seluruh
penyelenggara negara dan seluruh warga negara Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara, merupakan: visi kebangsaan Indonesia, sumber
demokrasi bagi masa depan, dan lahir dari sejarah kebangsaan Indonesia.
Rumusan lengkap sila dalam Pancasila di muat dalam InPres RI No. 12 Tahun 1968,
tanggal 13 April 1968 Tentang tata urutan dan rumusan dalam
penulisan/pembacaan/pengucapan sila-sila Pancasila, sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD negara RI Tahun 1945.
Dalam konteks ideologi negara, Pancasila dapat dimaknai sebagai sistem kehidupan
nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan
keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan bangsa yang
berlandaskan dasar negara.
a. Sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa Indonesia
b. Sumber dari cita hukum dan cita moral, dalam lingkungan nasional dan
pergaulan bangsa-bangsa di dunia.
c. Mempunyai niali-nilai :
1. Yang universal : dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa di muka bumi
2. Yang lestari : mampu menampung dinamika masyarakat, dan tetap
menjadi landasan perjuangan bangsa dan negara selama bangsa
Indonesia tetap setia kepada proklamasi 17 Agustus 1945.
Alinea 1
a. Dalil Obyektif
Penjajahan tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan
Semua bangsa di dunia mempunyai hak azasi : hak untuk merdeka
b. Pernyataan subyektif
Aspirasi bangsa Indonesia membebaskan diri dari penjajahan
c. Landasan politik luar negri
Melawan penjajahan, mendukung kemerdekaan setiap bangsa, menentang
hal-hal yang tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.
Alinea 2
Alinea 3
Alinea 4
Pembukaan UUD 1945 tidak lain adalah penuangan jiwa proklamasi kemerdekaan
tanggal 17 Agustus 1945, mengandung empat pokok pikiran dan berjiwa pancasila.
Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-
cita luhur dan memuat pencasila sebagai dasar filsafat negara, merupakan satu
rangkaian dengan prokLamasi kemerdekaan, maka tidak dapat dirubah oleh siapun
juga, termasuk MPR, hasil pemilu yang berdasarkan pasal 3 dan 37 UUD 1945
berwenang menetapkan dan merubah UUD, karena merubah isi pembukaan sama
artinya dengan membubarkan negara.
Perubahan UUD 1945 telah dilakukan sebanyak 4 kali ( tahun 1999; 2000;
2001; dan tahun 2002)
Sistematika UUD 1945 sebelum perubahan terdiri :
a. Pembukaan (preambule);
b. Batang tubuh;
c. Penjelasan.
( terdiri dari: pembukaan 4 alinea dan tidak ada perubahan; XVI BAB; 37 pasal;
ditambah IV pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan ).
a. Pembukaan (Preambule)
b. Pasal-pasal ( sebagai ganti istilah Batang Tubuh)
Perubahan UUD 1945 yang dilakukan mencakup : 21 bab; 73 pasal; dan 170 ayat;
3 pasal aturan Peralihan dan 2 pasal aturan Tambahan.
Dengan perubahan ini, UUD 1945 antara lain memuat : pengaturan prinsip Checks
and balances system; Penegasan otonomi daerah; penyelenggaraan pemilihan
umum; penyelengaraan kekuasaan kehakiman yanga merdeka; pengaturan institusi
lainnya terkait dengan hal keuangan; dan lainnya terkait penyempurnaan
penyelenggaraan ketatanegaraan.
Mis : Hak membentuk UU pindah dari dari presiden ke DPR; sumber rancangan UU
bisa dari anggota DPR, DPR, Presiden dan DPD (RUU tertentu); Proses
penyelesaiaan RUU antara presiden dan DPR, bisa menjadi UU kalau disetujui
bersama. (kedudukan keduanya sama kuat), UU yang telah disetujui tidak dapat
diVeto oleh DPR atau Presiden.
Proses pembuatan UU adalah proses politik. Oleh sebab itu banyak kepentingan
yang dapat mempengaruhi hasilnya. Agar UU tidak inkonsistensi dengan UUD 1945
maka ada lembaga yang menguji konsistensinya yaitu Mahkamah Konstitusi (MK).
(UU hasil proses politik dikoreksi oleh MK).
Nilai : adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik
lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau
motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak (Kaelan,
2004 :92).
Ada pula yangh mengartikan nilai adalah sesuatu yang dianggap baik bagi
kelangsungan hidup manusia.
Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna maka nilai yang bersifat abstrak tersebut
harus dikongkritkan agar memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam
tingkah laku. Wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah norma.
Norma hukum adalah salah satu norma yang paling kuat keberlakuannya, karena
dapat dipaksakan oleh kekuasaan ekternal, misalnya oleh negara, atau penegak
hukum.
Norma hukum bersifat normatif tidak efektif, artinya hukum sendiri tidak dapat
menjamin agar orang memang taat kepada norma-normanya. Yang dapat secara
efektif menentukan kelakuan masyarakat hanyalah lembaga yang mempunyai
kekuasaan untuk memaksakan kehendaknya. Lembaga itu adalah Negara. (F M
Suseno, 1994 : 21)
Selanjutnya nilai, norma senantiasa berkaitan dengan dengan moral dan etika.
Istilah moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat
kepribadian seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya.
Etika : suatu cabang filsafat, yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan pandangan moral. (Darmodihardjo, 1996).
Ada pula yang mengartkan etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan.
Adapun yang dimaksud dengan kesusilaan adalah identik dengan pengeretian
moral, sehingga etika pada hakekatnya adalah Etka ilmu pengetahuan yang
membahas tentang prinsip-prinsip moralitas( Kaelan,2004 : 93)
dibedakan atas : etika umum dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip-
prinsip dasar bagi segenap tindakan manusia. Sedangkan etika khusus membahas
prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan kewajiban manusia dalam pelbagai
lingkup kehidupannya.
Etika khusus dibagi lagi :Pertama, etika individual, yang membahas tentang
kewajiban manusia sebagai indovidu terhadap dirinya sendiri, serta melalui suara
hati terhadap Tuhannya.
Menurut Suseno (1994 : 21), bahasan utama etika politik adalah hukum dan
kekuasaan. Keduanya tampaknya tidak dapat dipisahkan, karena hukum tanpa
negara (kekuasaan) tidak dapat berbuat apa-apa, karena sifatnya normatif saja,
hukum tidak punya kemampuan untuk bertindak. Sedangkan negara tanpa hukum
akan menjadi negara penindas, otoriter, dan sewenang-wenang.
Ciri khas pendekataan yang dapat disebut politis adalah bahwa pendekatan itu
terjadi dalam kerangka acuan yang berorientasi pada masyarakat sebagai
keseluruhan. Suatu keputusan yang bersifat poilitis apabila diambil dengan
merhatikankepentingan masyarakat sebagai keseluruhan. Sustu tindakan harus
disebut politis apabila menyangkut masyarakat sebagai keseluruhan .
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan
bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Disamping itu politik menyangkut
kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik, lembaga masyarakat maupun
peseorangan.
Budiardjo (1981): menjelaskan kajian pokok politik adalah : Kekuasaan(power),
perumusan kebijakan(policy), negara (state) , Pembagian (distribution), alokasi
(alocation).
Sebagai filsafat negara, Pancasila tidak hanya sebagai sumber derivasi peraturan
perundang-undangan, melainkan juga merupakan sumber moralitas terutama
dalam hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai kebijakan
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Menurut Kaelan (2004 : 100), Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa serta Sila Ke
2 Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah merupakan siumber nilai-nilai moral
bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.
Negara adalah berasal dari rakyat dan segala kebijakan dan kekuasaan yang
dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila ke 4), karena rakyat adalah asal muasal
kekuasaan negara. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, pembagian harus dikembalikan
kepada rakyat sebagai pendukung pokok negara.
Maka dalam pelaksanaan pilitik praktis hal-hal yang menyagkut legislatif, eksekutif,
yudikatif, pengambilan keputusan, pengawasan, serta partisipasi harus berdasarkan
legitimasi dari rakyat, atau harus memiliki legitimasi demokratis.
Etika politik ini juga harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat
secara kongkrit dalam pelaksanaan pemerintahan negara. ( para eksekutif,
angggota legislatif, yudikatif, pe3jabat negara, anggota parpol, penegak hukum,
birokrat, harus menyadari bahwa selain legitimasi hukum dan legitimasi
demokrasi, juga harus berdasarkan pada legitimasi moral.
Misalnya : suatu kebijakan punya legitimasi hukum, tetapi tidak memiliki legitimasi
moral. ( gaji anggota DPR sangat tinggi, sementara masih banyak rakyat yang
diwakilinya untuk makanpun susah).
1. Pertanyaan ; saat ini lebih baik, sama, atau lebih burukkah etika generasi
sekaranga dibanding generasi sebelumnya ?
a. Lebih baik : 14
b. Lebih Buruk : 67
c. Sama baik : 14
d. Sama buruk : 3,8
e. Tidak menjawab : 1,2
2. Pertanyaan : Prilaku apakah saat ini yang tergerus atau nyaris tidak ada pada
kebanyakan generasi muda ?
a. Sopan santun dan menghargai orang lain / orang lebih tua : 66,9
b. Bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain : 20,1
c. Menghargai pendapat dan keberadaan orang lain : 9,5
d. Tidak menjawab :
2,5
e. Lainya :
1
Untuk melihat bagaimana etika politik diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat ditelaah dari beberapa hasil survey
berikut ini :
no item %
1 Percaya 18,2
2 Tidak percaya 78,4
3 Tidak tahu 3,4
b. Yakin atau tidak yakin keputusan DPR nantinya akan memperhatikan
kepentingan Rakyat
no item %
1 yakin 19,5
2 Tidak yakin 76,4
3 Tidak tahu 4,1
no item %
1 Kepentingan parpol 48,7
2 Kepentingan diri sendiri 45,6
3 Kepentingan rakyat 3,4
4 Tidak tahu 2,4
a. Hal-hal yang Paling berperan penyebab munculnya persoalan bangsa saat ini
no Item %
1 Keperdulian sosial antar warga yang menipis 12,7
2 Pelaksanaan sistem kenegaraan yang lemah 20,3
3 Ketiadaan tokoh panutan 29,6
4 Prilaku korupsi yang merajalela 30,0
5 Tidak tahu 2,0
6 Lainnya 5,4
no Item %
1 Tidak percaya 46,2
2 Masih percaya 28,8
3 Cukup percaya 22,3
4 Tidak tahu 2,6
Menurut Daud Yusup : Negara bangsa yang berengsek secara politik, berengsek
pula keadaan ekonominya, hukumnya, keamanannya, kebudayaannya,
pendidikannya, dan pembangunannya.
no Item Jawaban %
1 Membaik 19,8
2 Tetap baik 21,4
3 Tetap buruk 18,0
4 Makin buruk 35,6
5 Tidak tahu 5,2
no Item jawaban %
1 Makin baik 16,7
2 Tetap baik 29,2
3 Tetap buruk 29,1
4 Makin buruk 22,4
5 Tidak tahu 2,6
no Item jawaban %
1 Makin baik 10,6
2 Tetap baik 17,5
3 Tetap buruk 25,9
4 Makin buruk 43,4
5 Tidak tahu 2,6
d. Hal yang dinilai bisa menjadi ancaman bagi masa depan kebangsaan
Indonesia
no Item Jawaban %
1 Kemiskinan daN PENGANGGURAN 1,1
2 Situasi umum politik 3,8
3 Lemahnya sistem hukum 5,5
4 Radikalisme dan lemahnya toleransi beragama 8,4
5 Ekonomi kapitalis dan kesenjangan 9,4
6 Globalisasi dan liberalisasi 11,2
7 Pemimpin lemah 3,8
8 Pudarnya nilai budaya pancasila, persatuan 15,6
9 Korupsi 16,5
10 Lain-lain 4,1
11 Tidak tahu 10,6
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GARUT
Semester/Jurusan : I (satu)/Managemen
Kelas : C dan D
Waktu : 90 Menit
DINAMIKA KELOMPOK
A Pentingnya Kelompok
Kelompok didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang berada dalam
suatu hubungan interaksi psikis. Hubungan diantara orang-orang ini dapat
diabstraksikan dan dibedakan dari hubungan-hubungan dengan orang-orang
lainnya, sehingga orang-orang ini dapat dianggap sebagai suatu kesatuan
(Earl Eubank, 1932 : 163). Lebih lanjut Edgar H Schein (1985:171)
menyatakan suatu kelompok psikologis adalah sejumlah orang yang (1)
mengadakan interaksi satu sama lain, (2) secara psikologis sadar akan
adanya orang lain selain dia, dan (3) menganggap diri mereka sebagai suatu
kelompok.
B Type Kelompok
1. Kelompok Keluarga
2. Kelompok terapi
3. Kelompok pertemanan
(Neil Gilbert, 1980)
4. Kelompok pengembangan.
C Pembentukan Kelompok
1. Adaptasi. Proses adaptasi berjalan dengan baik bila : (a) setiap individu
terbuka untuk member dan menerima informasi yang baru, (b) setiap
kelompok selalu terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan
dinamika kelompok tersebut, (c) setiap anggota memiliki kelenturan
untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain
tanpa merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian tujuan. Dalam hal ini setiap angggota mampu untuk : (a)
menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka pencapai
tujuan bersama, (b) membina dan memperluas pola, (c) terlibat secara
emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.
1. Tahap pra afiliasi (tahap permulaan, perkenalan satu dengan yang lain)
2. Tahap fungsional (tercipta homoginitas, kecocokan, kekompakan)
3. Tahap disolusi ( ada rasa tidak membutuhkan lagi, tidak ada
kekompakan, keharmonisan, akhirnya kelompok bubar).
1. Kelebihan kelompok
>keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberik dan menerima
informasi dan pendapat anggota yang lain.
>Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan
kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi.
>Kemampuan secara 3emosional dalam mengungkapkan kaidah dan
telah disepakati kelompok.
Referensi
Neil Gilbert , 1980. An Introduction To Social Work Practice, Prentice Hall Inc.
New Jersey.
5. Faktor assosiasi.
9. Faktor intelegensi
. Usahakan agar tiap sessi yang diberikan berjangka waktu yang relative
pendek, tidal lebih dari 20 menit, jika memungkinkan.
. Jika sessi lebih dari 20 menit, harus sering diringkas, sessi yang panjang
dibagi-bagi dalam sessi-sessi yang lebih pendek.
Appropriatenes (keseusaian)
Bahwa peswerta harus punya keinginan untuk belajar, dia harus siap untuk
belajar, dan harus punya alasan untuk belajar. Kalau memiliki motivasi yang
kuat untuk belajar dan berhasil, maka akan lebih baik dari yang tidaqk
memiliki. Ada hubungan antara kesesuaian dengan motivasi.
. Material harus bermakna dan berharga bagi pesaerta, tidak hanya bagi
pelatih.
. Yakinkan peserta akan memperoleh hal-hal yang tepat, pada saat anda
pertama kali meminta mereka melalukan sesuatu.
. Bahasa tubuh anda juga berkaitan dengan komunikasi dua arah : anda
harus merasa yakin bahwa itu tidak bertentangan dengan apa yang anda
katakana.
. Peserta harus diuji secara berkala untuk umpan balik bagi fasilitator.
. Perhatikan betul peserta yang memberikan umpan balik yang positif, juga
yang negative.
Belajar sambil bekerja. Hal ini oenting dalam oendidikan orang dewasa.
Belajar akan jauh lebih efektif jika partisipan menggunakan lebih dari satu
dari lima indranya.
. Gunakan sebanyak mungkin pserta jika itu perlu sebagai sarana belajar
mereka, tetapi jangan sampai lupa sasaran yang ingin dicapai.
Exercise (latihan)
Kesimpulan
Referensi
Ngalim Purwanto, 1987. Ilmu Pendidikan Teoritis dan praktis, Remadja Karya,
Bandung.
Latar Belakang
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia : Era sebelum dan selama penjajahan,
era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan, serta era mengisi
kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai
dengan zamannya.
Dalam upaya untuk menjadi warga global, dengan tetap memiliki wawasan
dan kesadaran berbangsa, bernegara, sikap dan prilaku yang cinta tanah
air, dan mengutamakan perasatuan serta kesatuan bangsa, dalang rangka
bela Negara demi tetap utuhnya dan tegaknya NKRI, kiranya perlu bagi
setiap warga Negara untuk memahami, menyadari jati diri bangsanya
sendiri.
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati
nilai-nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar kan hak dan kewajiban sebagai warga
Negara.
4. Bersifat profesinal, yang dijiwai oleh kesadaran bela Negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengatahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara.
1. Pendidikan agama
2. Pendidikan kewarganegaraan
3. Bahasa
Penjelasan pasal 37 ayat 1 : pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan
untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air.
Suatu suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu Negara, misalnya suku
bangsa arab memiliki banyak Negara yang berbeda.
Jadi bangsa dapat terwujud apabila ada semangat dan kehendak yang kuat
untuk bersatu.
Demikian pula satu ras terdiri lebih dari satu Negara ( ras mongoloid,
negrito, Caucasoid), tidak ada satu ras di dunia yang memiliki satu Negara
saja.
Dan dalam konteks itu pula karakter bangsa terbangun. Karakter bangsa
merupakan ciri khas bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain.
Dalam bahasa jepang berarti bertahan sampai kemana pun juga dan
berusaha habis-habisan. Dalam kata itu ada dua elemen utama: keras
dan mengencangkan : Jadi semangat gambaru berarti : seberat apapun
persoalan yang dihadapi, kita harus keras dan mengencangkan diri, agar
kita bisa menang atas persoalan tersebut.
Atau Gambaru dapat diartiankan pula : bekerja keras dengan sabar,
penuh semangat dan antusias, bertekun dan focus pada sasaran.
1. Hak Ketuhanan ( hak kekuasaan yang direstui dan ditunjuk oleh Tuhan)
2. Kekuatan berarti Kebenaran (siapa yang kuat dia yang berkuasa )
3. Perjanjian social (john locke).
Menurut Isjwara :
Tugas Negara
Fungsi Negara
Sifat Negara
Unsur-unsur Negara
1. Wilayah, Setiap Negara menduduki wilayah tertentu, dan memiliki
batas yang tertentu pula. Kekuasaan Negara mencaluo seluruh wilayah
(daratan, lautan, udara).
2. Penduduk, seriap Negara mempunyai penduduk, dan kekuasan Negara
menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya. Mereka ini secara
sosiologis sering disebut rakyat.(sekumpulan manusia yang
ndipersatukan oleh satu rasa persamaan dan yanhg bersama-sama
mendiami satu wilayah).
Dilahat dari segi hukum rakyat adalah warga Negara satu Negara.
Warga Negara adalah seluruh individu yang mempunyai ikatan hukum
dengan satu Negara tertentu.
Penggolongan Negara
1. Pemerintahan parlementer
2. Pemerintahan presidensial
Perang sipil yang menjadi penanda Negara gagal, biasanya berakar dari
permusuhan antar etnis, agama, atau bahasa. Berbeda dengan Negara kuat,
Negara gagal tidak mampu mengontrol perbatasan, karena Negara sering
kali kehilangan otoritas karena ekpresi kekuasaan resmi Negara hanya
terbatas pada ibu kota dan sekitarnya. Penguasanya sering menjadi predator
bagi rakyatnya sendiri.
Negara gagal atau dxalam proses gagal bila sector pendidikan dan system
kesehatan diprivatisasi, fasilitas public semakin bobrok dan terabaikan,
sementara korupsi berkembang marak. Negara gagal kehilangan legitimasi
ketika mengklaim mendapat mandate dari surge dalam memerintah.
Rakyat lebih loyal kepada kelompok yang dapat menjamin diperolehnya
peluang ekonomi.
Kaelan (2007 :117) mengartikan warga Negara adalah rakyat yang menetap
di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan Negara.
Penduduk ialah warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia.
Atau Hak merupakan sesuatu yang penting bagi yang bersangkutan, yang
dilindungi oleh hukum.( Soeroso, 2006:274)
Azas-azas Kewarganegaraan
Pasal-pasal UUD 1945 yang menetapkan hak dan kewajiban warga Negara
mencakup pasal-pasal : 27, 28, 29, 30, 31.
Pasal 27 ayat (1) menetapkan hak warganegara yang sama dalam hukum
dan pemerintahan, serta kewajiban untuk menjunjung hukum dan
pemerintahan.
Pasal 27 ayat (3) menetapkan hak dan kewajiban warganegara untuk ikut
serta dalam upaya pembelaan Negara.
Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban warga Negara untuk ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.
(Kaelan, 2007:119).
DEMOKRASI INDONESIA
Konsep Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah bentuk kekuasaan (kratein) dari, oleh dan untuk
rakyat (demos).
Democracy : From the people, by the people and for the people.
Bentuk-bentuk Demokrasi
Disamping hal di atas, ada system demokrasi yang dibangun atas dasar
prinsip filosofi Negara :
Demokrasi Di Indonesia
a. Konsep Kekuasaan
Kekuasaan di tangan rakyat
(3). UUD 1945 pasal 1 ayat (2) : Kedaulatan adalah ditangan rakyat
dan dilakukan menurut undang-undang dasar.
b. Pembagian Kekuasaan
c. Pembatasan Kekuasaan
d. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan menurut UUD 1945
Berdasarkan azas musyawarah untuk mupakat, tetapi apabila tidak
tercapai pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan suara
terbanyak, misalnya pasal 7B ayat (7).
e. Konsep Pengawasan
Dilakukan oleh semua warga Negara, karena kekuasaan adalah
ditangan rakyat.
Secara legal formal pengawasan penyelenggaran Negara dilakukan
oleh DPR.
f. Konsep Partisipasi.
Terdapat pada pasal 27,ayat (1), pasal 28 dan pasal 30 ayat (1).
Ruang Hampa Demokrasi
1. Dalam era reformasi ini, ada beberapa peristiwa yang menjadi isu
nasional, karena peristiwa tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai
Pancasila, mengingkari kebhinekaan dan pluralitas bangsa.
a. Sebutkan secara kongkrit peristiwa tersebut dan jelaskan secara
singkat sesuai dengan pernyataan di atas.
b. Jelaskan menurut saudara , upaya preventif apa yang harus
dilakukan agar peristiwa tersebut tidak terulang lagi.
2. Salah satu dari Tri Gatra adalah gatra kependudukan. Menurut
sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk miskin 31,023 Juta
jiwa atau 13,3%, dengan menggunakan indicator penghasilan Rp.
7000 per hari atau sekitar Rp. 210.000 per bulan.
a. Jelaskan menurut pendapat saudara, apakah penentuan indicator
angka kemiskinan tersebut rasional atau tidak.!
b. Patokan untuk menghitung penduduk miskin terkesan lebih
banyak mempertimbangkan aspek politik, ketimbang hitung-
hitungan ekonomi yang rasional. Jelaskan apa pendapat
saudara tentang pernyataan tersebut.
3. Jelaskan apa dampak dari tingginya angka kemiskinan (13,3%),
pengangguran ( 8%), dan rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi
( 5,5%), terhadap terciptanya Ketahanan Nasional Indonesia.
4. Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG), dalam
upaya mewujudkan tujuan nasional, dapat datang dari lingkungan
internal maupun ekternal bangsa. Sebutkan dan jelaskan bebarapa
ATHG yang berasal dari lingkungan internal dan ekternal tersebut.
5. Jelaskan konsep-konsep di bawah ini
a. Politik
b. Taktik
c. Strategi
d. Kebijakan
e. Pembangunan Nasional
f. Globalisasi
8 Lainnya 3,1
9 Tadak tahu/tidak jawab 6,4
1 Setuju 7,2
2 Tak setuju 90
2 Mamadai 43,9
1 Perlu 92,5
Sidang BPUPKI :