Pancasila Fix
Pancasila Fix
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberi kesehatan serta nikmat
lainnya yang tidak sanggup dihitung dengan alat secanggih apapun, seiring
membawa kita dari alam jahiliyah hingga kealam Islamiyah yang berpendidikan
seperti yang kita rasakan sekarang ini. Dengan perjuangan beliau dan para
sahabatnya kita bisa merasakan kehidupan yang layak seperti saat ini.
terdapat kesalahan dan kekhilafan, maka dengan hal itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sehingga ke
Kata Pengantar...........................................................................................................................i
BAB I: Pendahuluan
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................2
Daftar pustaka............................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bangsa yang ingin bersatu, kita menetapkan dasar dan ideologi
yaitu pancasila sebagai alat pemersatu dan pengikat, yang kemudian melahirkan
kaidah-kaidah penuntun dalam kehidupan sosial, politik dan hukum. Pada
hakikatnya pancasila mengandung dua pengertian, sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia dan sebagai dasar negara Republik Indonesia.
Pada akhirnya, menjadi baik kiranya bila menyimak kembali apa yang
pernah dikatakan oleh Roeslan Abdulgani (1986), Pancasila kita bukan sekedar
berintikan nilai-nilai statis, teapi juga jiwa dinamis. Kurang gunanya bagi kita,
hanya secara verbal mencintai kemerdekaan, kalau kita tidak berani melawan
penjajahan, baik yang tradisional-kuno maupun yang neokolonial. Kurang
gunanya kita, secara verbal saja menjunjung tinggi sila Ketuhanan Yang Maha Esa
kalau kita takut melawan kemusyrikan. Kurang gunanya kita, secara verbal saja
mengagungkan sila Perikemanusiaan, kalau kita membiarkan merajalela
1
situasi yang tidak manusiawi. Kurang faedahnya kita, secar verbal saja cinta
Persatuan Indonesia, kalau kita membiarkan merajalelanya rasa nasionalisme dan
patriotisme merosot dan membiarkan bangsa lain mengeksploitasi kebodohan dan
kelemahan rakyat kita. Kurang manfaatnya kita cinta Sila Kerakyatan kalau kita
membiarkan keluhan rakyat tersumbat. Kurang artinya kita ngobrol saja tentang
sila Keadilan Sosial, kalau kita membiarkan kepincangan sosial ekonomis
merajalela.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB III
PEMBAHASAN
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia bukan hal yang baru bagi
masyarakat Indonesia. Dari zaman dahulu, nilai pancasila sudah terkandung dalam
kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut telah meliputi
berbagai aspek kehidupan dan sekarang pun masih tetap dipelihara sampai saat
ini.
Pancasila di rumuskan bukan semata tanpa arti. Dalam setiap sila dalam
Pancasila mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai inilah yang jika diterapkan
secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat menjadi
pendorong untuk kemajuan bangsa.
Sila Ketuhan yang Maha Esa mengandung nilai antara lain keyakinan
terhadap Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Sempurna,
3
yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan lain-lain sifat
yang suci serta ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa yakni menjalankan
semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sila pertama ini meliputi
dan menjiwai sila-sila selanjutnya.
a) Percaya dan takwa terhadap Tuhan sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
b) Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c) Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
d) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Sila kedua adalah kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai yang
terkandung dalam sila ini antara lain pengakuan terhadap adanya martabat
manusia, perlakuan yang adil terhadap sesama manusia, pengertian manusia yang
beradab yang memiliki daya cipta, rasa, karsa, dan keyakinan sehingga jelas
adanya perbedaan antara manusia dengan hewan. Nilai sila ini diliputi dan dijiwai
sila I, meliputi dan menjiwai sila III, IV, dan V.
4
dan mengenal hukum universal. Kesadaran inilah yang harus diterapkan dalam
kehidupn agar tercipta kehidupan yang penuh toleransi.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga adalah Persatuan Indonesia. Nilai yang terkandung dalam sila
ini antara lain persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah, bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia, Pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa
(etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan
arah dalam pembinaan kesatuan bangsa. Nilai sila ini diliputi dan dijiwai sila I dan
II, meliputi dan menjiwai sila IV, dan V.
5
a) Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan bangsa dan negara serta
keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan.
b) Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
c) Cinta tanah air dan bangsa.
d) Bangga sebagai bangsa indonesia.
e) Saling menghormati adanya perbedaan suku, ras etnis dan agama sehingga
dapat terjadinya persatuan.
6
d) Keputusan musyawarah yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan.
Sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai yang
terkandung antara lain perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau
kemasyarakatan meliputi seluruh bangsa Indonesia, keadilan dalam kehidupan
sosial terutama meliputi bidang-bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan dan pertahanan keamanan nasional (Ipoleksosbudhankamnas), cita-
cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual yang merata bagi seluruh
rakyat Indonesia, dan cinta akan kemajuan dan pembangunan. Nilai sila ini
diliputi dan dijiwai sila I, II, III, dan IV.
7
korupsi, isu mafia hukum, isu kemiskinan, isu pemanasan global dan isu-isu
lainnya. Maka pendidikan pancasila harus digalakan mulai dari linkungan
keluarga, sekolah, hingga masyarakat dengan semua orang yang terlibat
didalamnya ikut berperan secara aktif.
Solusi dari pancasila yang paling diperlukan saat ini adalah mengenai
pemberantasan terorisme dan juga penyebarannya, bukan menganggap remeh
masalah lain tapi masalah ini merupakan masalah yang sedang hangat-hangatnya
dibincangkankan masyarakat. Lemahnya pendidikan pancasila pada masa
reformasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan mudahnya ideologi-
ideologi yang salah seperti ideologi terorisme masuk ke susunan masyarakat
indonesia dalam hal ini pemuda. Banyak pemuda yang direkrut oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggungjawab untuk menjadi eksekutor bom bunuh diri, pasukan
berani mati, dan perampok dengan dalih jihad, hal ini sebenarnya dapat dihindari
apabila para pemuda-pemuda tersebut memiliki dasar ideologi pancasila yang
baik. Dalam hal ini pendidikan pancasila harus dapat disinergikan bersama-sama
dengan pendidikan agama. Karena sebenarnya dua hal ini mampu saling
melengkapi satu sama lain dalam pembentukan karakter mental seseorang.
8
Isu selanjutnya yang dapat diatasi dengan pendidikan pancasila adalah isu
mafia hukum, isu ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan isu korupsi diatas.
Seharusnya para petinggi hukum di negeri ini sudah tahu benar apa itu pancasila
makna dan bagaimana pengamalanya dalam penegakan hukum di negeri ini,
namun mengapa harus terjadi mafia hukum? Hal ini karena mereka hanya
mempelajari pancasila dan tidak menghayatinya di dalam hati. Untuk itu selain
mempelajari pancasila sebaiknya pendidikan pancasila juga memberikan
pemahaman mendasar kepada peserta didik agar di dalam hatinya benar-benar
tertanam jiwa pancasila. Dan sebenarnya yang benar-benar diperlukan bangsa ini
adalah sosok yang jujur dan mau mengamalkan pancasila secara utuh, maka dari
itu pendidikan pancasila harus benar-benar diberikan secara baik agar generasi
baru bangsa ini dapat menjadi sosok yang diharapkan.
Dalam hal kemiskinan yang kian menjadi di negara ini sesungguhnya tidak
harus terjadi jika pancasila sudah diamalkan dengan benar, seperti yang dikatakan
Bapak Junaidi M.Hum bahwa miskin dan kaya memang harus ada di dunia ini
karena keduanya adalah bagian dari kodrat alam. Namun seharusnya antara si
miskin dan si kaya tidak akan terjadi kesenjangan yang jauh apabila pengamalan
pancasila terutama sila kelima sudah dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah di
Indonesia. Contohnya dalam hal pembagian subsidi banyak kebijakan pemerintah
yang belum tegas sehingga banyak dana subsidi yang tidak tepat sasaran sehingga
banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang sebenarnya sudah kaya. Pemahaman
yang kurang juga terdapat pada si kaya yang seharusnya tidak menerima subsidi,
jika mereka mampu memahami pancasila maka mereka akan malu saat menerima
subsidi yang bukan haknya karena sebenarnya masih banyak yang lebih berhak
menerimanya.
9
mestinya. Kita sebagai manusia yang beradab sesuai dengan sila ke dua pada
pancasila seharusnya mampu menggunakan kekayaan alam yang ada seefektif
mungkin dan tidak menghambur-hamburkanya karena sumber daya tersebut
terbatas. Dalam sila kedua juga di jelaskan bahwa kita sebagai manusia yang adil
maka dari itu selain memanfaatkan alam kita harus merawatnya sebaik mungkin.
Dan dalam pendidikan pancasila seharusnya diajarkan untuk tidak merusak
lingkungan, mebuang sampah pada tempatnya, menghemat bahan bakar dan
energi, dan lain-lain sebagai bukti pengamalan pancasila.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Pada era reformasi ini, terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam
kehidupan kita berbangsa dan bernegara. Bahkan, untuk dan atas nama reformasi
itu telah dilakukan empat kali amandemen konstitusi, yakni perubahan atas
Undang-Undang Dasar 1945. Amandemen itu telah berakibat luas pada sistem
ketatanegaraan kita. Banyak kalangan menganggap prinsip-prinsip liberalisme
cenderung mewarnai proses perubahan tersebut. Proses amandemen ini haruslah
kita cermati sungguh-sungguh, karena dalam proses itu terbuka kemungkinan
masuknya tujuan-tujuan yang tidak sejalan dengan cita-cita proklamasi 17
Agustus 1945. Kewajiban kita semua untuk mengevaluasi proses reformasi ini,
sehingga tidak menyimpang dari cita-cita para pendahulu kita.
Ini adalah era penting bagi bangsa Indonesia untuk menemukan kembali
kesadaran historis, kesadaran kolektif, dan kesadaran akan masa depannya. Era
demokrasi memungkinkan Pancasila dievaluasi secara kritis, direvitalisasi, bahkan
direinterpretasi. Kita harus menyadari bahwa Pancasila tidak sekadar legitimasi
konstitusional sebagai syarat sah berdirinya sebuah negara, tetapi lebih dari itu,
Pancasila haruslah benar-benar menjadi pandangan hidup di kalangan masyarakat,
menjadi praksis sosial yang merekatkan seluruh keragaman yang kita miliki sejak
beribu-ribu tahun yang lalu.
Kita menyadari betapa berat persoalan yang dihadapi oleh bangsa kita.
Berbagai persoalan muncul silih berganti, seakan tiada henti-henti. Dalam konteks
Ipolek-sosbud-hankam hampir semua aspek mengalami degradasi. Penyelesaian
kasus per-kasus yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahan yang
sesungguhnya. Lemahnya rasa persatuan dan kesatuan menjadi ancaman setiap
saat yang dapat muncul. Mungkin kita bertanya, apa mungkin Pancasila menjadi
solusi masalah bangsa. Bagaimana mungkin? Tapi kita harus sadari, bahwa
momen daripada detik-detik proklamasi yang hanya sesaat itu telah mengubah
segalanya, dari bangsa terjajah menjadi bangsa merdeka, walaupun tidak disertai
perubahan-perubahan fisik. Ini menyangkut sikap mental, menyangkut watak dan
kepribadian, menyangkut nurani kita. Sebuah perubahan yang berbasis pada spirit
kebangsaan daripada ketercukupan materi.
12
Dengan demikian yang terpenting dari semua persoalan bangsa kita adalah
bagaimana kita secara bersama-sama, segenap warga bangsa, membangun satu
visi dan misi kesejarahan kita, yakni di dalam satu arah dan tujuan yang satu. Arah
dan tujuan dari kemerdekaan nasional kita. Sehingga kita terhindar dari benturan
arah dan tujuan yang satu sama lainnya berseberangan. Bangsa ini terlalu
heterogen untuk dibiarkan berada pada tujuannya masing-masing. Konflik
kepentingan, ketegangan antar umat beragama, diskriminasi kesukuan, kedaerahan
dan sebagainya harus kita akhiri. Seharusnya Pancasila digunakan untuk menjalin
semangat kebersamaan, saling menghormati dan semangat gotong royong yang
sudah tersemayam di dalam jiwa bangsa Indonesia sejak dulu.
B. SARAN
13
dengan sila-silanya yang saling melengkapi dan mencerminkan jati diri bangsa
harus tetap eksis di masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan pemuda yang
menjadi ujung tombak negara ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Syamsu.dkk, Pancasila Bung Karno: Bhinneka Tunggal Ika, Jakarta, 2005.
Latif Yudi, Negara Paripurna: historisitas, rasionalitas, dan aktualitas Pancasila,
Gramedia, Jakarta, 2011.
http://pejuangpemikirindonesia.wordpress.com/2011/11/20/revitalisasi-pancasila-
sebagai-jawaban-permasalahan-kebangsaan/
http://febrijatmiko.blogspot.com/2012/04/pendidikan-pancasila-di-
indonesia.html http://febrijatmiko.blogspot.com/2012/10/mengapa-bangsa-
indonesia-
berpancasila.html http://sitirulia22.blogspot.com/2013/01/nilai-
nilai-yang-terkandung-dalam-
sila.html http://stefangreg2410.wordpress.com/2013/04/24/nilai-
nilai-yang-terkandung-
didalam-pancasila/
15