Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN MATA DIKLAT

NASIONALISME
PESERTA DIKLAT PRAJABATAN CPNS GOLONGAN III
LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN ANGKATAN XII TAHUN 2016

Disusun oleh:

Nama
NIP
Jabatan
Instansi

: Suwardi, S.Si
: 19900503 201504 1 002
: Analis Data Tindak Lanjut Pengelolaan
SDA dan LH
: Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion
Sulawesi dan Maluku

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai Nasionalisme sebagai ASN.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Bogor, 21 Mei 2016

Suwardi

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................................... 1
BAB II NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN
2.1 Nilai Nasionalisme Sila ke-1 ........................................................... 3
2.2 Nilai Nasionalisme Sila ke-2 ........................................................... 3
2.3 Nilai Nasionalisme Sila ke-3 ........................................................... 5
2.4 Nilai Nasionalisme Sila ke-4 ........................................................... 5
2.5 Nilai Nasionalisme Sila ke-5 ........................................................... 6
BAB III ASN SEBAGAI PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK ...................... 10
BAB IV ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK ............................................. 13
BAB V ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA ................ 16
BAB VI Kesimpulan ............................................................................. 17
6.1Kesimpulan .................................................................................... 17
6.2 Saran ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 19
Lampiran-1 Contoh-Contoh Pemimpin Teladan Yang Mempunyai
Integritas, Komitmen, dan Konsisten .................................................... 21
Lampiran-2. Alat Bantu Rancangan Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar PNS Di
Sie Pengendalian Pencemaran Limbah Non Institusi ............................. 23
Lampiran-3 Revolusi Mental di KLHK ................................................... 26

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi, di mana tingkah
laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi bagian dari
suatu komunitas bangsa. Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul
sebagai jawaban atas kolonialisme. Pengalaman penderitaan bersama
sebagai kaum terjajah melahirkan semangat solidaritas sebagai satu
komunitas yang mesti bangkit dan hidup menjadi bangsa merdeka.
Semangat tersebut oleh para pejuang kemerdekaan dihidupi tidak hanya
dalam batas waktu tertentu, tetapi terus-menerus hingga kini dan masa
mendatang. Nasionalisme yang ada di Indonesia pada saat ini tentunya
berbeda dengan nasionalisme pada saat penjajahan, dengan adanya
beberapa faktor yang dapat menurunkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
Substansi nasionalisme Indonesia memiliki dua unsur. Pertama,
kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri
atas berbagai suku, etnik, dan agama. Kedua, kesadaran bersama bangsa
Indonesia

dalam

menghapuskan

segala

bentuk

pensubordinasian,

penjajahan, dan penindasan dari bumi Indonesia. Semangat dari dua


substansi tersebutlah yang kemudian tercermin dalam Sumpah Pemuda
dan Proklamasi serta dalam Pembukaan UUD 1945.
Berbicara tentang nasionalisme Indonesia, perlu dicatat bahwa kita
tidak dapat menyepadankannya begitu saja dengan nasionalisme Barat.
Nasionalisme

Indonesia

adalah

nasionalisme

berfondasi

Pancasila.

Nasionalisme yang bersenyawa dengan keadilan sosial, yang oleh Bung


Karno disebut Socio-nasionalisme. Untuk menjawab hal tersebut di atas
diharapakan

Laporan

tentang

Nasionalisme

ini

dapat

memberikan

pemahaman mengenai Nasionalisme yang ada di Indonesia.


B. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan ini adalah memberikan pandangan
mengenai Nilai-nilai Nasionalisme Pancasila bagi ASN dan tugas ASN.

BAB II
NILAI-NILAI NASIONALISME PANCASILA BAGI ASN

2.1 Nilai-Nilai Nasionalisme Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)


Nilai-nilai Nasionalisme yang terkandung pada Sila 1 adalah:
a. Sejarah Ketuhanan dalam Masyarakat Indonesia
nilai-nilai ketuhanan telah ada dalam masyarakat Indonesia
sejak dahulu kala. Agama telah memberi pengaruh penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia

di

bidang

ekonomi,

sosial,

maupun politik.
b. Ketuhanan dalam Perumusan Pancasila
Mengingat besarnya pengaruh keagamaan dalam pembentukan
bangsa Indonesia, nilai-nilai tentang ketuhanan mewarnai gagasan
tentang kebangsaan.
c. Perspektif Teoritis Nilai-nilai Ketuhanan dalam Kehidupan Bernegara
Titik temu antara agama dan negara pada akhirnya memberi
berkah bagi Indonesia menuju negara modern dan demokratis.
Modernisasi dan

demokratisasi

memerlukan

prakondisi berupa

adanya kompromi antara otoritas sekuler (kebangsaan) dan otoritas


agama. kunci menuju negara demokratis terletak pada bagaimana
mengembangkan toleransi kembar (twin tolerations) dalam konstruksi
politik. Toleransi kembar adalah situasi ketika institusi agama dan
negara menyadari batas otoritasnya lalu mengembangkan toleransi
sesuai fungsinya masing-masing.
d. Pancasila bermaksud menjadikan nilai-nilai moral ketuhanan sebagai
landasan pengelolaan kehidupan dalam konteks masyarakat yang
majemuk, tanpa menjadikan salah satu agama tertentu mendikte
negara.
e. Sila ketuhanan dalam Pancasila menjadikan Indonesia bukan sebagai
negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila
justru

mendorong

nilai-nilai

ketuhanan

mendasari

kehidupan

bermasyarakat dan berpolitik.


f. Adanya

nilai-nilai

ketuhanan

dalam

Pancasila

berarti

negara

menjamin kemerdekaan masyarakat dalam memeluk agama dan


2

kepercayaan masing-masing. Tidak hanya kebebasan dalam memeluk


agama, negara juga menjamin masyarakat memeluk kepercayaan.
g. Nilai-nilai ketuhanan yang dianut masyarakat berkaitan erat dengan
kemajuan suatu bangsa. Ini karena nilai-nilai yang dianut masyarakat
membentuk pemikiran mereka dalam memandang persoalan yang
terjadi..
h. Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai
ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang
terbuka (inklusif), membebaskan, dan menjunjung tinggi keadilan dan
persaudaraan. Dengan menempatkan nilai-nilai ketuhanan sebagai
sila tertinggi di atas sila-sila yang lain, kehidupan berbangsa dan
bernegara memiliki landasan rohani dan moral yang kuat. Sebagai
landasan

rohani

dan

moral

dalam

berkehidupan,

nilai-nilai

ketuhanan akan memperkuat etos kerja.


i. Nilai-nilai ketuhanan menjadi sumber motivasi bagi masyarakat
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
j. Implementasi nilai-nilai ketuhanan dalam kehidupan berdemokrasi
menempatkan kekuasaan berada di bawah Tuhan dan rakyat
sekaligus.
k. Nilai-nilai

ketuhanan

diimplementasikan

dengan

cara

mengembangkan etika sosial di masyarakat. Nilai-nilai ketuhanan


menjiwai nilai-nilai lain yang dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara seperti persatuan, kemanusiaan, permusyawaratan,
dan keadilan sosial.
l. Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan
etos kerja yang positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk
mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2. Nilai-Nilai Nasionalisme Sila 2
Nilai-nilai Nasionalisme Kemanusiaan dalam sila ke 2 Pancasila:
a. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tak bisa dilepaskan
dari kemanusiaan universal dalam pergaulan antar bangsa.

b. kebangsaan

atau

nasionalisme

dan

kemanusiaan

atau

internasionalisme saling melengkapi satu sama lain.


c. prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab dalam pergaulan antar
bangsa. Indonesia berusaha menjadi agen yang aktif dalam arena
politik internasional. Untuk itu Indonesia turut berperan aktif
mendukung Gerakan Non Blok. Gerakan ini tidak terlibat dalam
konfrontasi dua blok, karena berprinsip bahwa kedaulatan semua
bangsa harus dihormati dan segala perselisihan internasional
diselesaikan secara damai.
d. sila kedua Pancasila memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke
dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai
kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan
fungsi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah

Indonesia,

memajukan

kesejahteraan

umum,

dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Konsekuensi ke luar berarti


menjadi pedoman politik luar negeri bebas aktif dalam rangka, ikut
serta

melaksanakan

ketertiban

dunia

yang

berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.


e. Dengan melandaskan pada prinsip kemanusiaan ini, berbagai
tindakan dan perilaku yang bertentangan dengan nilai- nilai
kemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku
aparatur negara. Fenomena kekerasan, kemiskinan, ketidakadilan,
dan kesenjangan sosial merupakan kenyataan yang bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga aparatur negara dan
seluruh komponen bangsa perlu bahu membahu

menghapuskan

masalah tersebut dari kehidupan berbangsa.


f. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai
perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan seharihari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut:
1. Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala
hak dan kewajibanasasinya
2. Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri
sendiri, alam sekitar dan terhadap Tuhan;
3. Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki
daya cipta karsa, rasa dan keyakinan.

g. Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari


hari yaitu:
1. dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang
untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat;
2. hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup
yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup;
3. hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum
yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000:
558).
3. Nilai-Nilai Nasionalisme Sila 3
Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan
bangsa, dalam arti dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa
patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi
(patriotisme)
2. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan

bangsa

(berbeda-beda

namun

satu

jiwa)

yang

memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa;


3. Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).
Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus
selalu

diperhitungkan

pengendalian

dalam

pengambilan

pembangunan

lingkungan

mengembangkannya

melalui

pendidikan

kebijaksanaan

dan

di

daerah

dan

dan

latihan

serta

penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional


dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk
melindungi sumber daya dan lingkungan.
4.

Nilai-Nilai Nasionalisme Sila 4


Dalam
Kebijaksanaan

Sila

Kerakyatan

Dalam

Yang

Permusyawaratan

Dipimpin

Oleh

Perwakilan

Hikmat

terkandung

nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus
dicermati, yakni: Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat; Pimpinan
5

kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;


Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama; Keputusan
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil
rakyat. Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk
kegiatan, antara lain Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan
dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil
keputusan

dalam

pengelolaan

lingkungan

hidup;Mewujudkan,

menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan


hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup;

Mewujudkan,

menumbuhkan,

mengembangkan

dan

meningkatkan kemitraan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah


dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
5. Nilai-Nilai Nasionalisme Sila 5
Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
terkandung nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan
beberapa aspek berikut, antara lain:
a. Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang
politik, ekonomi dan sosial budaya;
b. Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik
orang lain;
1) Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material
spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia;
2) Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam
Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspekaspek
pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam.
Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur
Ilmu,1999 : 40) :

1) Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar


bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke
generasi
2) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan
pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan
3) Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya
alam secara selektif dan pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga
kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undangundang
4) Mendayagunakan

sumber

daya

alam

untuk

sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan


keseim-bangan

lingkungan

hidup,

pembangunan

yang

berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal


serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undangundang
5) Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian
kemampuan

BAB III
ASN SEBAGAI PELAKSANA KEBIJAKAN PUBLIK

Salah satu fungsi ASN Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5


Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik. Segala hal yang merupakan tindakan pemerintah maupun
diamnya pemerintah terhadap sesuatu disebut sebagai kebijakan publik.
Bertolak dari pengertian tersebut, ASN sebagai bagian dari pemerintah
atau sebagai aparat sipil negara memiliki kewajiban melaksanakan
kebijakan publik. Dengan kata lain, ASN adalah aparat pelaksana
(eksekutor) yang melaksanakan segala peraturan perundang-undangan
yang menjadi landasan kebijakan publik di berbagai bidang dan sektor
pemerintahan.
Kebijakan publik diproduksi oleh aparat pemerintah (government
officials and agencies).Suatu kebijakan dipahami sebagai tindakan yang
lebih berorientasi pada pencapaian tujuan (goal-oriented action), bukan
tindakan yang acak atau sporadis. Kebijakan adalah tindakan yang
direncanakan dan dirancang untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan dari
kebijakan itu bisa jadi tidak dikemukakan dengan jelas karena hanya
berupa arahan yang bersifat umum dan bukan suatu target spesifik yang
hendak diimplementasikan. Kebijakan semacam ini menurut Anderson
relevan untuk mengurangi konflik secara temporer.
Kebijakan

juga

dipahami

sebagai

suatu pola tindakan yang

dilakukan oleh pemerintah. Jadi, suatu kebijakan tidak hanya meliputi


keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengimplementasikan hukum
dan perundang- undangan, tapi juga mencakup segala konsekuensi
ikutannya dalam penegakan perundang-undangan tersebut. Kebijakan
publik juga muncul sebagai suatu respon atas tuntutan kebijakan (policy
demands) oleh aktor lain, seperti sektor privat, organisasi masyarakat sipil,
dll. Suatu kebijakan berkaitan dengan apa yang secara aktual dilakukan
oleh pemerintah, bukan hanya apa yang hendak dilakukan atau yang
dikatakan akan dilakukan. Misalnya, jika ada Undang Undang yang
mengatur mengenai standar upah minimum yang harus diberikan oleh
perusahaan, tetapi hukum tersebut belum bisa berjalan efektif, pemerintah

dapat membuat kebijakan publik yang memaksa implementasi hukum


tersebut.
Kebijakan publik dapat bersifat positif maupun negatif. Respon
terhadap suatu masalah yang diberikan melalui suatu tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah disebut sebagai kebijakan yang bersifat positif.
Sebaliknya,

respon

yang

diberikan

dengan

tidak

melakukan

atau

menghindari campur tangan dalam beberapa aktivitas ekonomi, misalnya,


merupakan bentuk kebijakan yang negatif.
Dalam konteks profesionalisme, UU ASN memberlakukan sistem
merit (sistem berdasarkan kompetensi). Artinya, ASN adalah jabatan
profesional yang menuntut persaingan dan kompetensi. Pengangkatan tidak
bisa lagi dilakukan dengan sekehendak atasan pejabat politik. UU ASN
mengatur jabatan ASN sebagai jabatan terbuka dan kompetitif. Kehadiran
UU tersebut bertolak dari upaya untuk mempe rbaiki sifat layanan birokrasi
yang buruk.
Ciri-ciri pelayanan publik yang mementingkan kepentingan publik
adalah lebih mengutamakan apa yang diinginkan masyarakat dan pada hal
tertentu pemerintah juga berperan untuk memperoleh masukan dari
masyarakat atas pelayanan yang dilaksanakan. Sebagai unit kerja publik,
pemerintah

bekerja

untuk

memenuhi

(memproduksi,

mentransfer,

mendistribusikan) dan melindungi kebutuhan, kepentingan dan tuntutan


pihak yang diperintah sebagai konsumen. Dengan demikian, yang menjadi
ukuran keberhasilan layanan publik adalah terpenuhinya kepentingan
masyarakat umum atau segala sesuatu yang berkaitan dengan hajat hidup
orang banyak.
Gaspersz dalam Lukman (1998:8) mengemukakan dimensi kualitas
pelayanan yang meliputi:
ketepatan waktu pelayanan.
akurasi pelayanan.
kesopanan, keramahan dalam memberikan pelayanan.
tanggung jawab.
Kelengkapan.
kemudahan mendapatkan pelayanan.
variasi model pelayanan.
pelayanan pribadi.

kenyamanan dalam memperoleh pelayanan. dan


atribut pendukung pelayanan lainnya.
Untuk
yang

mewujudkan

berorientasi

ASN

pada

sebagai

pelayanan

pelaksana

kebijakan publik

kepentingan publik, berbagai

kelemahan pelayanan publik oleh badan pemerintahan serta persoalan


yang umum dijumpai dalam birokrasi pemerintahan harus dihindari. ASN
harus memahami betul tugas pengabdiannya bukanlah untuk kepentingan
atasan atau kelompoknya, melainkan untuk kepentingan publik dan
masyarakat luas yang menjadi pelanggan atau konsumen layanan. Namun
demikian, hal ini memang juga harus diimbangi dengan imbalan yang
diberikan kepada ASN. Bisa jadi juga kegagalan layanan birokrasi yang baik
disebabkan oleh rendahnya kesejahteraan pegawai, sehingga orientasi
layanan lebih kepada ekonomi. Hal ini tentu harus dihindari untuk
mewujudkan pelayanan ASN yang berorientasi pada kepentingan publik.
Tuntutan bahwa ASN harus berintegritas tinggi adalah bagian dari
kode etik dan kode perilaku yang telah diatur di dalam UU ASN. Hutson
(2005) dalam tulisannya berjudul Trustworthiness menyebutkan bahwa
orang-orang yang memiliki integritas, memiliki kemampuan di antaranya:
-

Mempertahankan keyakinannya secara terbuka dan berani.

Mendengarkan kata hati dan menjalani prinsip-prinsip hidup.

Bertindak secara terhormat dan benar.

Terus membangun dan menjaga reputasi baik.


Setiap

pegawai

ASN

harus

memiliki

nilai-nilai

kepublikan,

berorientasi pada kepentingan publik dan senantiasa menempatkan


kepentingan publik, bangsa dan negara di atas kepentingan lainnya,
mengedepankan kepentingan nasional ketimbang kepentingan sektoral dan
golongan. Untuk itu pegawai ASN harus memiliki karakter kepublik-an yang
kuat dan mampu mengaktualisasikannya dalam setiap langkah- langkah
pelaksanaan kebijakan publik.

10

BAB IV
ASN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK

Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


mendefinisikan pelayanan publik sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Warga negara berharap pelayanan publik dapat melayani dengan
kejujuran dan pengelolaan sumber penghasilan secara tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Pelayanan publik yang adil dan
dapat

dipertanggung-jawabkan

menghasilkan

kepercayaan

publik.

Dibutuhkan etika pelayanan publik sebagai pilar dan kepercayaan publik


sebagai dasar untuk mewujudkan pemerintah yang baik.
Unsur-unsur Pelayanan Publik
Terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan publik, yaitu
(Bharata, 2004:11):
1. Penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan
tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk
penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services).
2. Penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen
(costomer) atau customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia
layanan.
3. Jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan
kepada pihak yang membutuhkan layanan.
4. Kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan
harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan
pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan
yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan
standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.
Ciri-ciri pelayanan publik yang baik adalah memiliki unsur-unsur
sebagai berikut (Kasmir, 2006:34):
1. Tersedianya karyawan yang baik.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik.
11

3. Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal hingga


akhir.
4. Mampu melayani secara cepat dan tepat.
5. Mampu berkomunikasi.
6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik.
8. Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan).
9. Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan).
Asas-asas Pelayanan Publik
Terdapat

beberapa

asas

dalam

penyelenggaraan

pelayanan

pemerintahan dan perizinan yang harus diperhatikan, yaitu (Ratminto dan


Winarsih, 2006:245):
1. Empati dengan customers. Pegawai yang melayani urusan perizinan dari
instansi penyelenggara jasa perizinan harus dapat berempati dengan
masyarakat pengguna jasa pelayanan.
2. Pembatasan prosedur. Prosedur harus dirancang sependek mungkin,
dengan demikian konsep one stop shop benar-benar diterapkan.
3. Kejelasan tatacara pelayanan. Tatacara pelayanan harus didesain
sesederhana

mungkin

dan

dikomunikasikan

kepada

masyarakat

pengguna jasa pelayanan.


4. Minimalisasi persyaratan pelayanan. Persyaratan dalam mengurus
pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benarbenar diperlukan.
5. Kejelasan kewenangan. Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat
pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan
membuat bagan tugas dan distribusi kewenangan.
6. Transparansi biaya. Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal
mungkin dan setransparan mungkin.
7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan. Jadwal dan durasi pelayanan
juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas
dan tidak resah.
8. Minimalisasi formulir. Formulir-formulir harus dirancang secara efisien,
sehingga akan dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat
dipakai untuk berbagai keperluan).

12

9. Maksimalisasi masa berlakunya izin. Untuk menghindarkan terlalu


seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus
ditetapkan selama mungkin.
10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan curtomers. Hak-hak dan
kewajiban-kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus
dirumuskan secara jelas, dan dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan
ganti rugi.
11. Efektivitas penanganan keluhan. Pelayanan yang baik sedapat mungkin
harus menghindarkan terjadinya keluhan. Akan tetapi jika muncul
keluhan,

maka

harus

dirancang

suatu

mekanisme

yang

dapat

memastikan bahwa keluhan tersebut akan ditangani secara efektif


sehingga permasalahan yang ada dapat segera diselesaikan dengan baik.
Prinsip Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik juga harus memenuhi beberapa
prinsip pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Kepmenpan No. 63
Tahun 2003 (Ratminto dan Winarsih, 2007:22) yang menyatakan bahwa
penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut :
a. Kesederhanaan
Prosedur

pelayanan

publik

tidak

berbelit-belit,

mudah

dipahami dan mudah dilaksanakan.


b. Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :
1. Persyaratan teknis dan aministratif pelayanan publik.
2. Unit kerja / pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan

pelayanan

dan

penyelesaian

keluhan/persoalan/

sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.


3. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
c. Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun
waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

13

e. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
f. Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
h. Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
i.

Kedisplinan, kesopanan dan keramahan


Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun,
ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j.

Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
toilet, tempat ibadah dan lain-lain.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik

adalah bentuk pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah baik yang berupa
barang maupun jasa guna memenuhi kebutuhan masyarakat ataupun
dalam

rangka

pelaksanaan

peraturan

perundang-undangan

dengan

berpedoman pada asas dan prinsip pelayanan.


Suatu pelayanan harus diberikan secara maksimal oleh aparat
pemerintah hingga tercapai kepuasaan pelanggan atau dalam hal ini adalah
masyarakat umum yang disebut sebagai pelayanan prima. Sederhananya,
pelayanan prima (exellent service) dapat didefinisikan sebagai pelayanan
yang sesuai dengan standar pelayanan dan memuaskan pelangggan.
Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat memberi kepuasan yang
optimal dan terus menerus bagi pelanggan.

14

Dengan demikian, suatu pelayanan dikatakan bersifat prima jika


telah memenuhi SPM. Keberadaan standar layanan minimum (SPM) ini
sangat penting menjadi ukuran suatu layanan disebut sebagai pelayanan
prima. SPM merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu
pembakuan pelayanan yang baik. Dengan kata lain, SPM adalah tolok ukur
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan yang
diberikan oleh aparat pemerintah dalam hal ini adalah ASN kepada
masyarakat untuk menyelenggarakan pelayanan yang berkualitas. Selain
profesional dan melayani ASN juga dituntut harus memiliki

integritas

tinggi, yang hal ini merupakan bagian dari kode etik dan kode perilaku
yang telah diatur di dalam UU ASN. Berdasarkan pasal 5 UU ASN ada
dua

belas kode etik dan kode perilaku ASN yang menjadi acuan etika

birokrasi pemerintahan. Etika ini dapat dijadikan pedoman, referensi,


petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh aparat birokrasi dalam
menjalankan kebijakan politik, dan sekaligus digunakan sebagai standar
penilaian apakah perilaku aparat birokrasi dalam menjalankan kebijakan
politik dapat dikatakan baik atau buruk. Etika birokrasi penting sebagai
suatu panduan norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan tugas
pelayanan
kepentingan

pada

masyarakat.

publik

di

atas

Etika

birokrasi

kepentingan

harus

pribadi,

menempatkan
kelompok,

dan

organisasinya. Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang


benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat luas.

15

BAB V
ASN SEBAGAI PEREKAT DAN PEMERSATU BANGSA

Dalam UU No 5 tahun 2014 pasal 66 ayat 1-2 terkait sumpah dan


janji ketika diangkat menjadi PNS, disana dinyatakan bahwa PNS akan
senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, negara
dan pemerintah. PNS juga senantiasa menjunjung tinggi martabat PNS serta
senantiasa mengutamakan kepenting an Negara dari pada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Artinya dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, seorang PNS juga wajib untuk menjunjung tinggi persatuan
agar keutuhan bangsa dapat terjaga.
PNS

dituntut

untuk

memiliki

perilaku

mencintai

tanah air

Indonesia, dan mengedepankan kepentingan nasional ditengah tengah


persaingan dan pergaulan global. Pentingnya peran PNS sebagai salah satu
pemersatu bangsa, secara implisit disebutkan dalam UU No 5 tahun 2014
terkait asas, prinsip, nilai dasar dan kode etik dan kode perilaku, dimana
dalam pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa asas-asas dalam penyelenggaraan
dan kebijakan manajemen ASN ada 13, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. Hal ini berarti, seorang PNS atau ASN dalam
menjalankan

tugas-tugasnya

senantiasa

mengutamakan

dan

mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok,


individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar
yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya.
PNS dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berpegang
pada prinsip adil dan netral. Netral dalam artian tidak memihak kepada
salah satu kelompok atau golongan yang ada. Sedangkan adil, berarti PNS
dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus
obyektif, jujur, transparan. Dengan bersikap netral dan adil dalam
melaksanakan tugasanya, PNS akan mampu menciptakan kondisi yang
aman, damai, dan tentram dilingkung an kerjanya dan di masyarakatnya.

16

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Nasionalisme merupakan suatu bentuk ideologi, di mana tingkah
laku seorang nasionalis didasarkan pada perasaan menjadi bagian dari
suatu komunitas

bangsa.

Nasionalisme merupakan jiwa

bangsa

Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada.
Nilai-nilai

Nasionalisme

terkandung

dalam

setiap

sila

dalam

pancasila, yang menjadi dasar bagi ASN dalam menjalankan tugasnya.


1) Dalam sila ke-1, nilai ketuhanan menjadi dasar utama dalam kehidupan
bernegara. Adanya nilai-nilai ketuhanan dalam pancasila berarti negara
menjamin kemerdekaan masyarakat dalam memeluk agama dan
kepercayaan masing-masing.
2) Pada sila ke-2, menitikberatkan pada nilai kemanusiaan. Dengan
melandaskan pada prinsip kemanusiaan ini, berbagai tindakan dan
perilaku yang bertentangan dengan nilai- nilai kemanusiaan tidak
sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara.
3) Pada sila ke-3 menitikberatkan pada nilai persatuan dan kesatuan.
Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan
kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan
arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
4) Pada sila ke-4, nilai kerakyatatan dan musyawarah untuk mufakat
menjadi hal yang penting. Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal
sehat; Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama; Keputusan
diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil
rakyat.
5) Pada sila ke-5, menitikberatkan pasa nilai keadilan. Perlakuan yang adil
di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan
sosial budaya.
Nilai Nasionalisme perlu pula diterapkan dalam tugas dan fungsi
ASN yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayanan publik, dan
perekat dan pemersatu bangsa.

17

B. Saran
Penerapan nilai Nasionalisme baik yang terkandung dalam pancasila
maupun dalam tugas dan fungsi ASN harus menjadi perhatian bagi seluruh
ASN di Indonesia. Sebagai ASN pemegang estafet kepemimpinan di
Indonesia, maka kita harus mempunyai rasa nasionalisme yang tinggi
karena seorang ASN yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi maka rasa
kecintaan akan bangsa Indonesia akan selalu ada. Rasa Nasionalisme yang
tinggi tersebut tidak bisa secara tiba-tiba muncul, melainkan harus melalui
serangkaian proses pelatihan dari tiap-tiap personal ASN melalui aktualisasi
yang berkomitmen dan berintegritas di lingkungan kerja dan sadar bahwa
dirinya adalah sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik sekaligus
perekat dan pemersatu bangsa yang mementingkan kepentingan bersama
diatas kepentingan pribadi maupun golongan

18

DAFTAR PUSTAKA

Chandrawinata,
Adhyn,
dkk.
2016.
Pengertian
Nasionalisme.
http://pancasila. weebly.com /pengertian-nasionalis. Diakses pada
tanggal 20 Mei 2016
Lembaga Administrasi negara Republik Indonesia. 2015. Nasionalisme.
Jakarta.
Media Informasi dan Silaturahmi Aparatur Sipil Negara Indonesia (ASN-ID).
2014. Penjelasan Umum Undang-Undang ASN No. 5 Tahun
2014.http://www.asn-id.org/2014/12/penjelasan-umumundang-undang-asn-no-5.html. Diakses pada tanggal 20 Mei
2016.

19

Lampiran 1. Latihan dan Evaluasi


Latihan Bab 2: Nilai Nasionalisme Pancasila Bagi ASN (Sila ke-1 dan ke-2)
1. Bagaimana Pemahaman Anda tentang Konsep Ketuhanan?
Jawaban
Pemahaman

mengenai

konsep

ketuhanan

adalah

bahwa

dalam

penyelenggara suatu negara dan dalam segala perilaku masyarakatnya


semua berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan yang maha esa sebagai
pedoman hidup
2. Apa yang dimaksud dengan konsep kemanusiaan?
Jawaban
konsep kemanusiaan yaitu memperlakukan manusia tanpa diskriminasi
Evaluasi Bab 2: Nilai Nasionalisme Pancasila Bagi ASN (Sila ke-1 dan ke-2)
1. Bagaimana Cara mengimplemantasikan nilai-nilai ketuhanan dalam
menjalankan tugas dan fungsi ASN?
Jawaban
Cara mengimplementasikan nilai-nilai ketuhanan dalam menjalankan
tugas dan fungsi ASN adalah dengan cara menjadikan pancasila sebagai
dasar dan pedoman dalam menjalankan tugas sehari-hari. Terutama sila
pertama,

yaitu

Ketuhanan

yang

dapat

dijadikan

dasar

dalam

pembentukan nilai-nilai moral untuk pengelolaan kehidupan agar


terarah dan tetap pada jalan yang benar.
2. Bagaimana cara mengimplemantasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam
kehidupan sehari-hari?
Jawaban
Cara mengimplementasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan
sehari-hari yaitu selalu menjaga komitmen kemanusiaan. Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa manusia
yang lain. Dalam menjalankan tugas sebagai ASN, kemanusiaan yang
adil dan beradab harus dijunjung tinggi dengan menyamakan derajat
antarbangsa,

tidak membeda-bedakan

suku,

agama,

ras,

saling

menghargai, dan tenggangrasa. Dengan melandaskan prinsip tersebut,


maka ketidakadilan dan kasus-kasus yang bertentangan dengan nilai
kemanusiaan seperti kekerasan, ketidakadilan dalam hukum tidak
sepatutnya terjadi di Indonesia

20

Latihan Bab 3: Nilai-nilai Nasionalisme Pancasila Bagi ASN (Sila ke-3 s/d
ke-5)
1. Apa definisi Bangsa menurut Ben Anderson?
Jawaban
Definisi Bangsa menurut Ben Aderson:
Bangsa merupakan konsep budaya tetang suatu komunitas politis yang
secara keseluruhan dibayangkan (imagine) sebagai kerabat yang bersifat
terbatas dan berdaulat.
2. Apa yang dimaksud demokrasi deliberatif?
Jawaban
Demokrasi delibratif adalah demokrasi yang meletakkan keutaman
diskusi dan musyawarah dengan argumentasi berlandaskan konsensus
(hikmah kebijaksanaan) dibanding keputusan berdasarkan voting.
3. Jelaskan yang dimaksud negara Kesejahteraan (Welfare state) menurut
syahrir?
Jawaban
Negara Kesejahteraan (welfare state) adalah negara yang mampu
menjembatani

dinamika

masyarakat

dan

mengharmonisasikan

kekuatan-kekuatan yang ada didalamnya.


Evaluasi Bab 3: Nilai Nasionalisme Pancasila Bagi ASN (Sila ke-3 s/d ke-5)
1. Sebutkan beberapa contoh dalam mengimplemantasikan nilai-nilai
persatuan dan kesatuan dalam tugas dan fungsi Anda sebagai ASN?
Jawaban
Beberapa contoh implementasi nilai-nilai persatuan dan kesatuan
bangsa dalam tugas dan fungsi sebagai ASN, yaitu:
a) Bekerja

demi kepentingan umum tanpa membeda-bedakan SARA

(Suku, Agama, Ras, Antar Golongan);


b) Pengambilan kebijakan dengan cara konsensus;
c) Membudayakan budaya gotong-royong di tempat kerja.
d) Berkoitmen dan berintegritas demi kemajuan bangsa.
Pentingnya kedaulatan rakyat dengan semangat permusyawaratan dan
kekeluargaan mulai dikemukakan sejak Sidang Pertama BPUPKI pada
29 Mei 1945. Moh Yamin mengemukakan pentingnya kedaulatan rakyat
sebagai tujuan kemerdekaan, dan permusyawaratan sebagai salah satu
dasar negara. Hal ini diperkuat pada Pidato Soekarno pada 1 Juni 1945
21

yang memasukkan prinsip mufakat dan demokrasi sebagai dasar


ketiga. Soekarno berkeyakinan bahwa syarat mutlak kuatnya negara
adalah adanya prinsip permusyawaratan perwakilan.
2. Jelaskan pengamalan nilai permusyaratan pada saat perumusan
Pancasila?
Jawaban
fungsi demokrasi permusyawaratan (Soekarno) adalah:
a. Demokrasi

permusyawaratan/perwakilan

bisa

menjadi

ajang

memperjuangkan aspirasi beragam golongan yang berada di masyarakat;


b. Semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan
Prinsip demokrasi yang dalam pidato berada di urutan ke-3 mengalami
pergeseran menjadi sila ke-4 yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Selain itu,
dalam

perumusan

pancasila

sempat

terjadi

perdebatan

dalam

pembahasan sila ke-1 sebagaimana dalam Piagam Jakarta yang


sebelumya Ketuhanan dalam menjalankan kewajiban syariat islam bagi
pemeluknya, dihapus dan diganti sebagaimana dakan Sila ke-1
Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Hal ini disebabkan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, sehinga dalam mewujudkan
persatuan

kita

kemajemukkan

harus
dan

dapat

menghargai

menciptakan

hubungan

perbedaan

dalam

harmonis

dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.


3. Bagaimana Peran negara dalam mewujudkan konsep kesejahteraan
umum sesuai dengan amanat undang-undang?
Jawaban
Peran

negara

dalam

mewujudkan

konsep

kesejahteraan

umum

sebagaimana sesuai dengan amanat undang-undang salah satunya


terdapat Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yaitu Perkonomian disusun atas
usaha bersama berdasar asas kekeluargaan. Asas ini juga diadopsi
menjadi asas koperasi oleh Moh. Hatta yang sekaligus adalah Bapak
Koperasi Indonesia. Selain itu, kesejahteraan umum juga terkandung
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yaitu bumi dan air dan kekayaan
alam

yang terkandung

di dalamnya

dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.

22

Lampiran 2. Pemimpin Teladan di Indonesia yang mempunyai


Integritas, Komitmen, dan Konsisten

a. Dr. J. Leimena Marhum


Dr. Johannes Leimena adalah pahlawan
Indonesia dari Indonesia timur (Maluku). Ia
tokoh politik yang paling sering menjabat
sebagai menteri kabinet Indonesia dan
satu-satunya

Menteri

Indonesia

yang

menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun


berturut-turut. lahir di Ambon, Maluku, 6
Maret 1905. Leimena merantau ke Batavia
dimana ia meneruskan studinya di ELS
Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa beberapa
bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini
PSKD Kwitang).Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO
Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA
(School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Surabaya - cikal bakal
Fakultas

Kedokteran

Universitas

Indonesia

dan

Geneeskunde

Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta.


Segala sifat kepemimpinan terdapat pada Dr. J. Leimena, yakni:
a) Ketaqwaan kepada Tuhan Y.M.E.
b) Keteladanan untuk bawahan dan juniornya
c) Penggugah semangat dengan isyarat yang halus
d) Pendorong untuk maju bagi bawahannya
e) Kesederhanaan dalam pola kehidupannya
f)

Kesetiaan terhadap perjuangan bangsa

g) Hemat dan teliti


h) Jujur
i)

Waspada

j)

Mendengar pendapat orang lain

k) Mawas diri,
l)

Tanpa menonjolkan diri, dengan low profile beliau menimbulkan


simpati dan respek, suasana yang membuat beliau disegani dan
disenangi orang di mana-mana.

m) Pendek kata, Beliau adalah Pemimpin teladan.


23

b. Muhammad Hatta

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12


Agustus 1902. Pria yang akrab disapa dengan
sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang
kemerdekaan

RI

yang

kerap

disandingkan

dengan Soekarno. Tak hanya sebagai pejuang


kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai
seorang organisatoris, aktivis partai politik,
negarawan, proklamator, pelopor koperasi, dan
bb pertama di Indonesia. Berbicara mengenai
seorang wakil presiden
Bung Hatta adalah membicarakan seorang pemimpin yang dirindukan
bangsa Indonesia. Saat ini, negara sedang dirundung masalah namun
karakter pemimpin-pemimpin bangsa yang seharusnya berjuang keras
menyelesaikan masalah justru enggan melepaskan diri dari jerat
korupsi, sehingga sulit rasanya untuk tidak merindukan sosok Bung
Hatta

yang

jujur,

sederhana,

dan

antikorupsi. Beliau

selalu

mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan diri sendiri.


Beliau tidak pernah memanfaatkan kedudukannya untuk mengeruk
kekayaan pribadi. Beliau tidak silau oleh gemerlap harta dan tidak takut
untuk hidup secukupnya saja. Ada 5 Keteladan bung Hatta yang patut
kita contoh yaitu:
1) ketaatan terhadap Tuhan yang Maha Esa. Hal inilah yang merupakan
faktor utama pembentuk pribadi yang jujur, sederhana dan
antikorupsi. Tuhan memerintahkan kepada manusia untuk berbuat
jujur dan manusia yang taat kepada Tuhan akan senantiasa
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Bung Hatta
terkenal sangat religius dan terbukti bahwa ketaatannya terhadap
Tuhan mampu menjadi benteng dalam setiap tindak-tanduknya.
2) rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa. Patriot sejati tidak akan
rela mengorbankan kepentingan bangsa yang dicintainya. Demikian
pula Bung Hatta. Justru beliau merasa bahagia bila mampu
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Seorang teman
Bung Hatta, Soerowo Abdoelmanap, pernah menyatakan bahwa bila
berbincang dengan beliau, Bung Hatta selalu membicarakan masalah

24

bangsa. "Bangsa dan bangsa saja yang ada dalam pikirannya," ujar
Soerowo.
3) kecintaan kepada kebenaran. Untuk menguak kebenaran, kejujuran
merupakan syarat yang mutlak dipenuhi. Bung Hatta membuktikan
rasa cintanya terhadap kebenaran dengan cara menggelorakan sikap
haus ilmu. Dalam pidatonya di Universitas Indonesia tahun 1957,
Bung Hatta berkata, "Pangkal segala pendidikan karakter ialah cinta
akan kebenaran dan berani mengatakan salah dalam menghadapi
suatu yang tidak benar." Kegairahannya terhadap ilmu ditunjukkan
dengan kegemarannya membaca buku. Jangan lupa, sejak semula
beliau termasuk orang yang mengutamakan pendidikan. Hal ini
terlihat dari partai yang didirikannya, PNI-Baru, yang merupakan
partai kader yang rajin menyelenggarakan pendidikan untuk rakyat.
4) sikap menghargai orang lain. Dengan menghargai orang lain,
seseorang dapat menghayati bilamana ia berada dalam posisi orang
tersebut sehingga ia dapat menahan diri dari perbuatan-perbuatan
yang merugikan orang lain. Bung Hatta adalah orang yang tahu
menghargai orang lain, bahkan terhadap orang kecil yang sering
diremehkan. Orang-orang yang bekerja pada Bung Hatta seperti
pembantu, sopir, pengawal, dan perawat perpustakaan merasa
dihargai sedemikian tinggi oleh Bung Hatta sehingga mereka setia
bekerja bertahun-tahun pada keluarga Bung Hatta. Mereka sayang
pada Bung Hatta dan demikian pula sebaliknya.
5) kedisiplinan dan ketaatan terhadap peraturan. Orang yang menaati
peraturan akan berbuat jujur dan tidak melakukan korupsi, sebab
korupsi adalah kejahatan dan melanggar peraturan. Sejak kecil,
Bung Hatta taat pada peraturan.
Dalam hal kedisiplinan, Bung Hatta punya keistimewaan.
Beliau adalah seorang yang tersohor dengan julukan "manusia jam"
yang

sangat

menghargai

waktu.

Beliau

tidak

menyukai

keterlambatan barang semenitpun. Kedisiplinan terus bertahan


sampai lanjut usia, Bung Hatta sangat disiplin dalam memenuhi
perintah dokter yang merawatnya.

25

Lampiran 4. Revolusi Mental di KLHK


Revolusi Mental yang akan dilaksanakan di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) berbeda dengan yang telah dilaksanakan oleh
kementerian lain. Revolusi Mental di Kementerian LHK akan dimulai melalui
pendekatan pengembangan kompetensi Sumber Daya Manusia.
8 prinsip yang akan dijadikan acuan dalam perumusan Revolusi
Mental di Kementerian LHK yakni:
1. Revolusi Mental bukan proyek, melainkan gerakan masyarakat yang
berfokus pada 6 nilai strategis;
2. ada komitmen pemerintah (political will);
3. lintas sektor;
4. partisipatoris, yakni pemerintah bersama seluruh rakyat;
5. user friendly;
6. value attack;
7. mengembangkan moralitas publik; dan
8.

bisa diukur hasilnya.

26

Anda mungkin juga menyukai