Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila

Disusun oleh:

ERLANGGA HARI PRATAMA (Koordinator) 20151220028

RAFIDAH SALMA 20161220014

RIYAN PERMADI 20151220027

TEDDY GUNAWAN 20151220029

NONOK ARHARYANI 2015151098

Dosen:

Aa Tarsono,S.H.,M.H.

UNIVERSITAS KEBANGSAAN

BANDUNG

2016
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pembukaan konstitusi negara Indonesia tertuang tujuan negara yakni


Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka sangat diperlukan adanya
pembangunan nasional.

Pembangunan nasional meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan berenegara. Pembangunan nasional memerlukan partisipasi segenap
warga masyarakat dengan memiliki mental, tekad, semangat, dan disiplin yang tinggi
dengan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.

Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan adanya pandangan


hidup sebagai penuntun dalam melaksanakan pembangunan masyarakat dan negara,
dalam hal ini dapat dikatakan ideologi. Idelogi bangsa Indonesia ialah Pancasila, yang
berarti bahwa Pancasila ialah sebagai pandangan hidup dalam melaksanakan
pembangunan nasional, yang mana telah teruji kebenarannya dan oleh sejarah.

1
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Paradigma.
2. Pancasila sebagai paradigma pembangunan.
3. Pancasila sebagai pardigma membangun masyarakat yang madani.
4. Pancasila sebagai paradigma kehidupan beragama.
5. Pancasila sebagai paradigma keseimbangan Iptek dan Imtaq.
6. Pancasila sebagai paradigma pengembangan politik.
7. Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi.
8. Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial dan budaya.
9. Pancasila sebagai paradigma pengembangan pertahanan dan keamanan.

BAB III

2
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pancasila ditetapkan sebagai ideologi negara Indonesia sejak 18 Agustus 1945.


Namun bukan berarti Pancasila lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui
proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan bangsa kita sendiri, dengan melihat
pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan
tetap berakar pada kepribadian bangsa kita sendiri dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri.

Karena Pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka ia diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini
tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang berbeda, namun dalam
tiga buah Undang-undang Dasar yang pernah kita miliki (UUD RI 1945, UUD RIS 1949, dan
UUDS RI 1950), Pancasila itu tetap tercantum di dalamnya. Pancasila selalu dikukuhkan dalam
kehidupan konstitusional. Pancasila selalu menjadi pegangan bersama pada saat terjadi krisis
nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita. Hal tersebut merupakan bukti bahwa
Pancasila selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kerohanian negara dan sebagai
dasar negara.

Dasar negara ini jelas dikehendaki oleh seluruh rakyat Indonesia, karena ia telah tertanam
dalam kalbunya rakyat, oleh karena itu ia merupakan dasar negara yang mampu mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.

Demikianlah, maka Pancasila yang kita gali dari bumi Indonesia sendiri merupakan:

1. Dasar negara kita, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di
negara kita.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang dapat memepersatukan kita, serta memmberi
petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin dalam
masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memeberikan corak yang khas
kerpada bangsa Indonesia, dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta
merupakan cirri khas yang membedakan bangsa Indoesia dengan bangsa

3
lainnya.Terdapat kemungkinan, bahwa tiap-tiap sila, secara terlepas dari yang lain,
bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi
kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah-pisah itulah yang menjadi
cirri khas bangsa Indonesia.
4. Tujuan yang akan dicapai oleh bangsa Indonesia, yakni suatu masyarakat yang adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatuy, dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yamng aman, tenteram, tertib,
dan dinamis serta dalam lingkungan pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib, dan
damai.
5. Perjanjian luhur rakyat Indonesiayang disetujui oleh wakil-wakol rakyat Indonesi
menjelang dan sesudah Proklamasi Kmemerdekaan ymng kit junjung tinggi, buikan
sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribdian dan cita-cita bangsa
Indonesia yang terpendam sejk berbad-abad yang lalu, melainkan karena Pnacasila itu
telh mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.

Apabila Pncasila tidak menyentuh kehidupan nyata, tidak kita rasakan wujudnya dalam
kehidupan sehari-hari, maka lambat laun pengertiannya akan kabur dan kesetiaan kita kepada
Pancasila akan luntur. Mungkin Pancasila kan hanya tertinggal dalam buku-buku sejarah
Indonesia. Apabila ini terjadi, maka segala dosa dan noda akan melekat pada kita yang hidup di
masa ini, pada generasi yang telah begitu banyak berkorban untuk menegakkan dan membela
Pancasila.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4
Definisi Paradigma

Paradigma adalah suatu kesatuan konsesus yang terluas dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan dan yang membantu membedakan antara satu komunitasilmuwan (atau sub-
komunitas) dari komunitas lainnya.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional


mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mnedasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila-sila
Pancasila mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai pendukung pokok negara. Hal
ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa Pancasila dasar negara dan negara adalah
organisasi (persekutuan hidup) manusia. Oleh kerena itu negara dalam rangka mewujudkan
tujuannya melalui pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuannya melalui pembangunan
nasional untuk mewujudkan tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-dasar
hakikat manusia monopluralis. Unsur-unsur hakikat manusia monopluralis meliputi susunan
kodrat manusia. Rokhani (jiwa) dan raga sifat kodrat manusia manusia makhluk individu dan
makhluk sosialserta kedudukan manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena pembangunan nasional sebagai upaya peraksis
untuk mewujudkan tujuan tersebut. Maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma
hakikat manusia monopluralis tersebut.

Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional dalam berbagai bidang untuk


mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten berdasarkan pada nilai-
nilai hakikat kodrat manusia tersebut. Maka pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa
(rokhani) yang mencakup akal, rasa, dan kehendak aspek raga (jasmani), aspek individu aspek
makhluk sosial, aspek pribadi dan juga aspek kehidupan ketuhanannya. Kemudian pada
gilirannya di jabarkan dalam berbagai bidang pembangunan antara lain, politik, ekonomi,
hukum, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta bidang kehidupan
agama.

Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat yang madani

5
Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari dua tujuan utama, yaitu tujuan
kedalam dan tujuan keluar. Tujuan kedalam antara lain:

1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah darah Indonesia.

2. Memajuakn kesejahteraan umum

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan kedalam diatas merupakan tujuan negara hukum material, yang secara
keseluruhan sebagai tujuan khusus atau nasional. Sedangkan tujuan keluar yang merupakan
tujuan umum atau internasional adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat


madani mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita
harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai Pancasila yang lahir dari hasil eksplorasi kebiasaan
hidup bangsa Indonesia yang teruji oleh perjalanan sejarah yang sangat panjang. Alhasil,
Pancasila adalah bentuk miniatur sejarah hidup bangsa indonesia yang di terima oleh seluruh
bangsa yang majemuk.

Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat kemanusiaan. Hakikat
menusia menurut pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia minopluralis tersebut
memiliki bebrapa ciri, antara lain:

1. Susunan kodrat manusia terdidri atas jiwa dan raga.

2. Sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial

3. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.

Berdasarkan konteks diatas, maka pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya


meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan
aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya memajukan Indonesia

6
secara komprehensif. Pengembangan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan.

Namun banyak juga di antara rakyat sederhana dan tak berkuasa acap kali harus mngalami
bagaiman pembangunan merampas tenaga, tanah, rumah dan lain harta bendanya yang sederhana
saja dan menghilangkan pencarian nafkahnya. Contoh akan ketidakadilan dan kesewenang-
wenangan itu itu mengakibatkan rakyat banyak menjadi curiga dan sinis terhadap pembangunan.

Pancasila Sebagai Paradigama Pengembangan Kehidupan Beragama

Pancasila terutama pancasila yang petama menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang
beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan memiliki kewajiban
menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat). Ini berarti seluruh warga negara diberi kebebasan
seluas-luasnya menganut agama dan menjalankan berbagai kegiatan agama dan ibadahnya. Sebaliknya,
negara tidak menjamin warga negara yang tidak beragama untuk hidup dan berkembang di bumi
Indonesia.

Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa indonesia untuk
hidup secara damai dalam kehidupan beragama di negara Indonesia. Dalm pengertian ini maka
menegaskan dalam UUD 1945 bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, ini berarti
bahwa kehidupan yang ada dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.

Para penganut agama dijamin oleh negara untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan sebagai
bentuk implementasi ritual dan ibadahnya. Sebagai bentuk tanggung jawab negara, pemerintah bahkan
telah mengagendakan secara proporsional seluruh kegiatan mereka dalam jadwal kalender nasional setiap
tahun.

Pancasila Sebagai Paradigma Keseimbangan IPTEK dan IMTAQ

Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil kreatifitas rohani
manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi
rohaniah manusia dalam hubungannya dengan intelektualitas, rasa dalam bidang etnis, dan kehendak
dalam bidang moral (etika). Tujuan yang esensialdari iptek adalah demi kesejahteraan manusia, sehingga
iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai.pengembangan iptek sebagai hasil budaya
manusia harus didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya semua
upaya peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa.

7
Pancasila juga merupakan pegangan dan pedoman dalam usaha ilmu pengetahuan, yang telah mulai pula
dipikirkan tentang arti dari nilainya dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, lagi pula telah di mulai
ditinjau dalam bentuk serta cara yang bagaimana untuk dapat dipergunakan dalam menyelenggarakan
pendidikan dan pengajaran yang berilmu pengetahuan, dalam hal mana, perlu diulangi lagi yang dalam
uraian tadi telah dikemukakan, dipegang teguh unsur kenyataan, syarat mutlak bagi usaha ilmu
pengetahuan.

o Sila Ketuhanan Yang Maha Esa memberikan pemahaman bahwa ilmu pengetahuan adalah
menciptakan keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak.
Berdasarkan sila ini ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan tetapi juga memikirkan apa manfaat serta dampaknya di lingkungan sekitar.
o Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar nilai morallitas bahwa manusia
dalam mengembangkan iptek harus memiliki sikap sopan santun (Akhlaqul Karimah), rendah hati
dan tidak sombong serta berpola pikir (mind-sett) untuk kemajuan peradaban bangsa Indonesia.
o Sila persatuan indonesia, memberikan makna universitas dan internasionalisme (kemanusiaan)
dalam sila-sila yang lain. Artinya pengembangan iptek hendaknya tetap dapat
ditumbuhkembangkan rasa nasionalisme, kebanggaan dan kebesaran hati menjadi bagian dari dari
bangsa Indonesia serta menjaga keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
o Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.mendasari pengembangan iptek secar demikratis. Artinya setiap
ilmuan memiliki kebebasan mengembangkan iptek, namun juga harus menghormati dan
menghargai kebebasan dan karya orang lain serta harus memiliki sikap yang terbuka untuk
dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan ilmuwan lain.
o Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memberikan arti bahwa pengembangan iptek
haruslah menjaga keseimbangan dan berkeadilan dalm kehidupan kemanusiaan. Artinya,
keseimbangan dan berkedilan tersebut dimasukkan dalam hubungannya dengan diri sendiri,
manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa
dan negara serta dengan alam lingkungannya.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik

Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar ontologis


manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai objek negara, oleh

8
karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar- benar merealisasikan tujuan demi harkat dan
martabat manusia.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntunan hak dasar kemanusiaan yang
didalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan hak
atas martabat kemanusiaan sehingga sistem politik negara harus mampu menciptakan sistem yang
menjamin atas hak-hak tersebut.

Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang bersumber pada
penjelmaan hakikat manusia sebagai individu-makhluk sosial yang terjelma sebagai rakyat. Maka rakyat
merupakan asal mula kekuasaan negara. Oleh karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan
rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.

Selain sistim politik negara Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas politik negara. Telah
diungkapkan oleh para pendiri Majelis Permusyawaratan Rakyat, misalnya Drs. Moh. Hatta, menyatakan
bahwa negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab .
hal ini menurut Moh. Hatta agar memberikan dasar-dasar moral supaya negara tidak berdasarkan
kekuasaan, oleh karena itu dalam politik negara termasuk para elit politik dan para penyelenggara negara
untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Pancasila Sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazim nya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang kuatlah yng menang. Hal
ini sebagai implikasi dari perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke 18 menimbulkan ekonomi
kapitalis. Atas dasr kenyataan objektif inilah maka di eropa pada awal abad ke -19 muncullah pemikiran
sebagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme komunisme yang
memeperjuangkana nasib proletar oleh kaum kapitalis. Oleh karenanya itu kiranya menjadi sngat penting
bahkan mendesak untuk dikembangkan sistem ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistik,
ekonomi yang berkemanusiaan.

Atas dasar kenyataan tersebut oleh karena itu mubyarto kemudian mengembangkan ekonomi
kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat
secara luas. Pengembangan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi humanistik yang mendasarkan pada
tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan saja namun demi kemanusiaan, dan demi kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem

9
ekonomi Indonesia mendasarkan pada kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa
dipisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan (Mubyarto,1999).hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa tujuan ekonomi adalah untuk kesejahteraan kemanusiaan.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari hakikat
dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila kemanusiaan yang adila dan
beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan martabat
manusia, yakni menjadi manusia berbudaya dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan
manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi
manusia adil dan berdab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiaannya. Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi human. Manusia akan memiliki kehormatan, jika mampu menempatkan kemanusiaannya dalam
seluruh aspek kehidupannya secara proporsional.

Berdasarkan sila perstuan Indonesia, pembngunan sosial budaya dikembangkan atas dasar
penghargaan terhadap nilai sosial budaya yang beragam di seluruh wilayah nusantara menuju tercapainya
rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu dalam
implementasinya perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap seluruh aset budaya kehidupan sosial
yang ada dalam berbagai kelompok suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) di Indonesia. Aset
budaya kelompok satu dengan budaya yang lainnya memiliki kedudukan yang sama dalam aspek apapun.
Denagn pembagunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan, diskriminasi, dan
ketidak adilan sosial.

Bentuk aktualisasi pncasila sebagai paradigma pembangunan sosial budaya yang humanis adalah
baha setiap individu bangsaharus menyadari sepenuhnya bahwa manusia di mata Tuhan adalah sama.

Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hankam

Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi tegaknya
hak-hak warga Negara maka diperlukan peranturan perundang-undangan Negara, baik dalam
rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak warganya. Oleh

10
karena itu Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan bangsanya. Atas dasar
pengertian demikian ini maka keamanan merupakan syarat ,mutlak tercapainya kesejahteraan
warga Negara. Adapun demi tegaknya integritas seluruh masyarakat Negara diperlukan suatu
pertahanan Negara. Untuk itu diperlukan aparat keamanan Negara aparat penegak hokum
Negara.

Oleh karena Pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahan dan keamanan Negara harus dikembalikan pada
tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok Negara. Dasar-dasar
kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan Negara.
Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus berdasarkan pada tujuan demi
terjaminnya harkat dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminnya hak-hak asasi
manusia. Pertahan dan keamanan bukanlah untuk kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat
dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.

Demikian pula pertahan dan keamanan Negara bukanlah hanya untuk sekelompok warga
ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara menjadi totaliter dan otoriter. Oleh
karena itu pertahan dan keamanan Negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan pada tujuan
demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (Sila
Indonesia dan 11). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan pada tujuan demi
kepentingan warga dalam seluruh warga sebagai warga Negara (Sila 111). Pertahanan dan
keamanan harus mampu menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan
kemanusiaan (Sila 1V) dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukan demi
terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu keadilan social) agar benar-
benar Negara meletakkan pada fungsinya yang sebenarnya sebagai suatu Negara hukum dan
bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

11
Kesimpulan
o Pancasila sebagai paradigma membangun masyarakat madani pada hakikatnya telah
terkandung dalam pembukaan UUD 1945.
o Pancasila terutama pancasila yang pertama menegaskan bahwa Indonesia adalah negara
yang beragama bukan negara agama. Setiap warga negara harus beragama dan memiliki
kewajiban menjalankan keberagamaannya secara konsisten (taat).
o Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreatifitas rohani manusia, unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan
kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan
intelektualitas, rasa dalam bidang yang adil dan beradab. Artinya semua upaya
peningkatan nilai keimanan dan ketakwaan (IMTAQ) kepada Tuhan Yang Maha Esa.
o Pembangunan dan pengembangan di bidang politik harus mendasarkan dasar ontologis
manusia.hal ini didasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia adalah sebagai objek
negara, oleh karena itu kehidupan politik dalam negara harus benar- benar merealisasikan
tujuan demi harkat dan martabat manusia.
o Dalam dunia ekonomi jarang ditemukan pakar ekonomi yang mendasarkan pemikiran
pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga
lazim nya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang
kuatlah yang menang.
o Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena memang pancasila bertolak dari
hakikat dan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang pada sila
kemanusiaan yang adila dan beradab. Oleh karena itu, pembngunan sosial budaya harus
mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yakni menjadi manusia berbudaya
dan beradab. Pembnagunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,
kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia
adil dan beradab.
o Oleh karena Pancasila sebagai dasar negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai
kemanusiaan monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan
pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara. Dasar-
dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan keamanan
Negara.

12
Saran
Jaga dan pertahankan Pancasila demi terwujudnya pembangunan nasional bagi
bangsa dan negara Indonesia. Insya Allah, dengan penghayatan dan pengamalan Pancasila
yang mendalam dengan sebaik-baiknya, maka kehidupan beragama tercipta hrmonis, ilmu
pengetahuan akan berkembang, meningkatnya ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
terciptranya stabilitas politik serta pertahanan dan keamanan, perekoniman yang tumbuh
dengan adil dan makmur, serta kehidupan sosial dan budy yng kuat.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

GBHN P-4 UUD 1945 Tahun 1993


Kantaprawira, Rusadi, Sistem Politik Indonesia, Bandung : Sianr Baru Offset. 1988

13

Anda mungkin juga menyukai