Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan
keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme
tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit,
sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien.
Sering terjadi kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya.
Terapi gizi yang menjadi salah satu faktor penunjang pertama penyembuhan
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melakukan fungsi metabolism. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan, dengan kata lain pemberian diet
pasien harus dievaluasi atau diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan gizi di rumah sakit
diperlukan suatu pedoman pengelolaan. Buku ini diharapkan dapat menjadi pegangan
atau acuan bagi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta untuk melaksanakan
kegiatan pelayanan gizi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

B. Tujuan Pedoman
1. Mengetahui standa ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta
2. Mengetahui standar fasilitas di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta
3. Mengetahui tata laksana pelayanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cahaya Sangatta
4. Mengetahui penyediaan logistik di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta

1
5. Mengetahui keselamatan pasien dalam pelayanan Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cahaya Sangatta
6. Mengetahui keselamatan kerjadalam pelayanan Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cahaya Sangatta
7. Mengetahui pengendalian mutu pelayanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Cahaya Sangatta

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari:
a. Produksi dan distribusi makanan
1. Menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet
2. Menyusun kebutuhan diet rawat inap
3. Menyusun formula, menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan
4. Menyusun anggaran belanja Instalasi gizi
5. Melakukan pengadaan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan, dan distribusi
bahan makanan
6. Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan karyawan
sesuai dengan kebutuhan:
Produksi makanan
Distribusi makanan
b. Pelayanan gizi ruang rawat inap
1. Menyusun rencana diet rawat inap sesuai dengan keadaan pasien dan
penyakitnya
2. Melakukan monitoring dan evaluasi pasien diruang rawat inap
c. Penyuluhan dan konsultasi gizi
Merencanakan dan melakukan penyuluhan atau konsultasi diet dan rujukan diet bagi
pasien rawat inap maupun rawat jalan secara individu dan kelompok
1. Penyuluhan
2. Konsultasi
d. Penelitian dan pengembangan gizi terapan
Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan diet, dan penelitian diet secara
terintegerasi dengan tim asuhan gizi.

2
D. Batasan Operasional
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayan gizi di rumah sakit untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan.
Penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi meliputi perencanaan, pengelolaan dan
distribusi makanan untuk pasien rawat inap dan karyawan rumah sakit.
Penyuluhan dan konsultasi gizi meliputi perencanaan diet, penyuluhan dan
konsultasi gizi untuk pasien rawat inap, pasien rawat jalan dan karyawan maupun
keluarga karyawan rumah sakit serta monitoring dan evaluasi terhadap pasien rawat inap
yang beresiko terhadap malnutrisi.
Penelitian dan pengembangan gizi merupakan serangkaian kegiatan pelayanan gizi
yang dilakukan untuk meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan gizi. Penelitian dan
pengembangan gizi ini dilakukan berdasarkan prioritas masalah gizi yang ada di rumah
sakit.
E. Landasan Hukum
Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect).
Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/PER/XI/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 78 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no HK 440/810/VI/2014
tentang pemberian ijin Penyelenggaraan Operasional RSIA Cahaya
6. Surat Keputusan PT Cahaya Sangatta nomor 18/X/RSIA/CS/2014 tentang Hospital
By Laws RSIA Cahaya

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Dalam melaksanakan pelayanan Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta dipimpin oleh Kepala Instalasi Gizi. Distribusi ketenagaan di Instalasi Gizi
disesuaikan dengan kualifikasi dan beban kerja yang ada. Untuk distribusi ketenagaan di
Instalasi Gizi disebutkan dalam tabel 2.1 sesuai dengan tugas masing-masing karyawan.

Tabel 1. Pola Ketenagaan Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta
TENAGA YG
INFORM TENAGA KETERANGA
NAMA JABATAN FORMASI DIBUTUHKA
AL YG ADA N
N
S1 Gizi /
Registered Sertifikat
- 1 0 Kurang 1
Dieticien /RD Kompetens
i
D III Gizi /
Technical
Sertifikat
Resistered - 1 1 Cukup
Kompetens
Dieticien
i

Persiapan dan
pengolahan SMKK
makanan BOGA/ 4 3 Kurang 1
karyawan dan SMA
pasien

Pengolahan SMKK
1 1 Cukup
Snack BOGA

Distribusi SMKK
makanan ke PERHOTEL 4 2 Kurang 2
pasien AN /SMA

Tenaga Gudang SMA 1 0 Kurang 1

JUMLAH 12 7 Kurang 5

4
B. Distribusi Ketenagaan
Kepala Instalasi Gizi membawahi Penanggung Jawab Logistik, Produksi dan
Distribusi. Penanggungjawab Logistik menangani perencanaan pembelanjaan baik bahan
basah maupun bahan kering serta distribusi terhadap sub-sub bagian di instalasi gizi..

C. Pengaturan Jaga
Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta memberikan pelayanan
selama 24 jam dalam 7 hari. Oleh karena itu tidak ada hari libur, maka sistem dinas harus
diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing karyawan memiliki waktu libur. Waktu
libur yang ada yaitu sejumlah hari minggu dalam satu bulan.
Pembagian petugas diatur menjadi dua shift yaitu: Subuh dan Pagi.
Karyawan dibagian produksi
- Shift Subuh : 03.00-15.00
- Shift Pagi : 07.00-17.00
Distribusi Karyawan
- Shift Subuh : 03.00-15.00
- Shift Pagi : 12.00-18.00
Ahli Gizi
- Pagi : 08.00-16.00
petugas logistik gizi
- Pagi : 07.00-17.00

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas
Agar kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dapat berjalan dengan optimal, maka perlu
didukung dengan sarana, peralatan dan perlengkapan yang memadai baik untuk rawat jalan,
rawat inap maupun di Instalasi Pelayanan Gizi.
Fasilitas ruang dan peralatan yang tesedia di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Cahaya Sangatta adalah sebagai berikut:
1. Ruang / tempat penerimaan bahan makanan.
Tempat penerimaan bahan makanan harus tersedia fasilitas:
Timbangan bahan makanan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta angkut, alat-
alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau.
2. Ruang atau tempat menyimpan bahan makanan
Tempat menyimpan bahan makanan yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
sirkulasi udara baik, penerangan baik, kelembaban tertentu, bebas serangga, bebas
binatang pengerat. Persyaratan tempat penyimpanan bahan makanan kering dan bahan
makanan basah adalah sebagai berikut:
- Bahan makanan kering:
a. Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih maupun
air limbah untuk menghindari terkenabocoran.
b. Tidak ada drainase disekitar gudang makanan.
c. Semua bahan makanan hendaknya disimpan pada rak-rak dengan ketinggian rak
terbawah 15 cm 25 cm, jarak rak ke samping minimal 5 cm dan jarak rak
dengan langit-langit minimal 60 cm.
d. Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 19 - 21
.
e. Gudang harus dibuat anti tikus dan serangga.

6
f. Penempatan bahan makanan harus rapi dan tidak padat untuk mendapatkan
sirkulasi udara.
g. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam golongan
ataupun urutan pemakaian bahan makanan.
h. Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In
First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi tanggal
penerimaan
i. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di
bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan makanan
harus segera diisi tanpa ditunda, letakan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti
secara kontinyu.
j. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus
segera di isi dan diletakan pada tempatnya
k. Gudang dibuka pada jam 08.00-09.00 dan 14.00-15.00.
l. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat
dan tidak berlobang. Diletakan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak
menempel pada dinding.
m. Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-
waktu yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang juga hanya pegawai
yang ditentukan.
n. Pembersihan ruangan secara periodik 2 kali seminggu
o. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik
dengan mempertimbangkan keadaan ruangan.
p. Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi perusakan
oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki.

7
- Bahan makanan basah/segar :
a. Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar
tidak menjadi rusak.
b. Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari
es/ruangan pendingin dilakukan setiap hari.
c. Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan.
Pada berbagai tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam
alat pendingin tersebut.
d. Semua bahan yang akan dimasukan ke lemari/ruang pendingin sebaiknya
dibungkus plastik atau kertas timah.
e. Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras bersama bahan
makanan yang tidak berbau.
f. Khusus untuk sayuran, suhu penyimpanan harus betul-betul diperhatikan. Untuk
buah-buahan, ada yang tidak memerlukan pendingin. Perhatikan sifat buah
tersebut sebelum dimasukan ke dalam ruang/lemari pendingin.
g. Bila bahan makanan basah atau lunak disimpan ke dalam freezer atau
pendingin, suhu penyimpanan menurut jenis makanannya yang tercantum dalam
tabel 2.
Tabel 2. Penyimpanan Bahan Makanan Menurut Suhu

Lama Waktu Penyimpanan


Jenis Bahan Makanan
< 3 hari 1 minggu > 1 minggu

Daging, ikan, udang dan hasil olahannya -500C - 10 - -50 C < - 10 C

Telur, buah dan hasil olahnya 57C -5 0 C < - 5 C

Sayur, buah dan minuman 10 C 10 C 10 C


Tepung dan biji-bijian 25 0C 25 0C 25 0C

8
Dalam ruang penyimpanan bahan makanan tersedia fasilitas : Timbangan
makanan 20-100 kg, rak bahan makanan, lemari es, freezer dan tempat bahan makanan
dari plastik atau stainless steel.

3. Ruang/tempat Pengolahan Makanan


Ruang pengolahan makanan harus memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi
untuk mencegah resiko pencemaran terhadap makanan dan dapat mencegah masuknya
lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. Agar ruang pengolahan tersebut dapat memenuhi
persyaratan teknis higienis tersebut maka harus diperhatikan ;
a. Menu disusun dengan memperhatikan: pemesanan dari konsumen, ketersediaan
bahan, jenis dan jumlahnya, keragaman variasi dari setiap menu, proses dan lama
waktu pengolahannya, keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait.
b. Pemilihan bahan (sortir) untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang
rusak/afkir dan untuk menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi resiko
pencemaran makanan.
c. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam
memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang
siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
d. Peralatan
1) Peralatan yang kontak dengan makanan
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara
makanan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya
bagi kesehatan.
b) Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa
atau garam yang lazim terdapat dalam makanan dan tidak mengeluarkan
bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb),
Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon
(Stibium) dan lain-lain.
c) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas
bahan beracun.

9
d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu,
kipas angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi
sumber pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana
(kecelakaan).
e) Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang dibagian
yang kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.
f)Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia coli dan
kuman lainnya.
g) Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak
gompal dan mudah dibersihkan

Ruang pengolahan makanan terdiri dari :


a) Ruang/tempat Persiapan Bahan Makanan
Tersedia Fasilitas :
Meja kerja, meja daging, mesin sayuran, mesin kelapa, mesin pemotong dan
penggiling daging, mixer, blender, timbangan meja, talenan, bangku kerja,
penggiling bumbu, bak cuci
b) Ruang Produksi
Tersedia Fasilitas :
Kompor, oven, penggorengan, mixer, blender, lemari es, meja pemanas, pemanggang
sate, toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.
c) Dapur Susu :
Tersedia Fasilitas :
Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci botol, mixer,
blender, lemari es, tungku, meja pemanas.

Mekanisme atau alur kerja dalam ruang pengolahan makanan meliputi :


a) Pembagian / penyajian makanan pasien dilakukan oleh petugas gizi
b) Petugas dapur ruangan mengambil makanan dengan trolly tertutup.
c) Petugas dapur ruangan menyajikan makanan kepada pasien sesuai dengan porsi.
d) Pembagian/penyajian makanan karyawan dilakukan di Instalasi Gizi dan diterima
oleh petugas distribusi makanan karyawan.
e) Petugas distribusi menyajikan makanan karyawan ke masing-masing ruangan
dengan menggunakan kotak makanan .

10
4. Ruang / tempat pencucian alat
a) Tersedia tempat pencucian peralatan dapur.
b) Tersedia air dingin dan air panas.
c) Tersedia 2 bak pencucian peralatan.
d) Pencucian peralatan makanan menggunakan sabun cair.
e) Pencucian peralatan masak menggunakan sabun cream.
5. Ruang / tempat penyimpanan peralatan makan
a) Penyimpanan peralatan makan pasien dilakukan didapur ruangan masing-masing
dengan menggunakan lemari tertutup
b) Penyimpanan peralatan masak di ruang pencucian alat dengan menggunakan rak
gantung.
6. Ruang perkantoran dan Administrasi
a) Tersedia ruang penyimpanan arsip.
b) Tersedia komputer sebagai fasilitas pendukung kerja dan penyelesaian
administrasi.
c) Tersedia papan informasi yang mengisi visi dan misi Instalasi Gizi, jadwal dinas,
menu, jadwal kebesihan, dan lain-lain.
7. Tempat cuci tangan
Tersedia dua washtafel di ruangan produksi.
Tersedia air bersih dengan menggunakan kran mengalir.
Sabun cuci tangan menggunakan sabun anti bakteri dan dua buah handsoap (di ruang
distribusi pasien serta di luar Instansi Gizi).
Tersedia tishue untuk pengering tangan.
8. Toilet
Tersedia shower
Sabun
Gayung
Ember penampung air

11
9. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah menggunakan tempat sampah tertutup dan berlapis kantong
plastik hitam yang disiapkan dimasing-masing bagian pengolahan.
Sampah diambil oleh petugas kebersihan setiap hari untuk dibuang ditempat
pembuangan sementara.
10. Ruang / tempat penyuluhan dan konsultasi gizi
Penyuluhan gizi pada keluarga pasien dan kelompok masyarakat dilakukan oleh ahli
gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan (poli).
Konsultasi gizi untuk pasien rawat inap dilakukan oleh ahli gizi di ruang rawat inap.
Tersedia leaflet, bahan makanan penukar serta food model sebagai sarana pendukung
kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi.

Standar Fasilitas Pendukung


1. Fasilitas / peralatan untuk konsultasi gizi / penyuluhan diet terdiri dari:
Timbangan badan
Timbangan bayi
Alat pengukur tinggi badan
Food model (1 set)
Daftar bahan makan penukar
Leaflet (ibu menyusui, modisco, anak sehat, makan bayi sehat, tinggi kalori,
tinggi protein, rendah kalori, diabetes militus, gagal ginjal kronik, jantung,
lambung, rendah garam, rendah kolesterol, rendah lemak, rendah protein, rendah
purin,makanan cair / sonde, dislipdemia, batu ginjal).
2. Fasilitas distribusi
Tersedia trolly tertutup di dapur ruangan masing-masing.
Tersedia trolly untuk distribusi makanan di Instalasi Gizi.
Tersedia baki dan peralatan makan di dapur ruangan masing-masing.

12
3. Tersedia alat pelindung diri
Schort / celemek.
Topi / penutup kepala
Masker
Sarung tangan dipossible
4. Tersedia sumber air bersih
Pemeriksaan kekeruhan dan Ph dilakukan setiap hari oleh bagian kesehatan
lingkungnan.
Hasil pemeriksaan air bulan tiap bulan dalam batas memenuhi standar baku mutu
(<2).
5. Tersedia sumber listrik yang baik dan aman, voltage yang stabil dan dapat dimonitor.
Sumber listrik 240 voltage terdiri dari 3 fase ( R 240 vol, S 230 vol, T 240 vol)
Intensitas cahaya minimal 200 lux
6. Penerangan dan ventilasi cukup
Tersedianya penerangan (lampu) disetiap bagian dalam dan luar gedung Instalasi
Gizi.
Tersedia sarana exhaust fan, ventilasi fan, dan kipas angin baling-baling yang
cukup untuk membantu sirkulasi dan ventilasi ruangan.
7. Alat pemadam kebakaran
Tersedia tiga tabung pemadam kebakaran
Tersedia check list pemeliharaan sarana
Pengecekan fungsi tabung pemadam kebakaran dilakukan oleh petugas Instalasi
Peliharaan sarana sesuai dengan jadwal pemeliharaan.

Standar Inventarisasi Peralatan Instalasi Gizi


Tersedia inventaisasi peralatan yang digunakan di Instalasi gizi yang dikelompokkan
sesuai dengan ruang / tempat peralatan tersebut tesedia .

13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana kegiatan pelayanan gizi di Instalasi Gizi terdiri dari 4 cakupan pelayanan
dengan mekanisme keja sebagai berikut:
a. Tata laksana Produksi dan Distribusi Makanan
1. Menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet
Penyusunan standar makanan rumah sakit berpedoman pada buku penuntun diet.
Penyusunan menu makanan disesuaikan dengan jumlah pasien dan kondisi pasien.
Pemberiaan diet kepada pasien sesuai dengan rekomendasi dari dokter pemeriksa.
2. Menyusun kebutuhan diet rawat inap
Kebutuhan diet disusun berdasarkan jumlah pesanan diet dari ruang rawat inap.
Kebutuhan tersebut direkap dalam buku permintaan makanan pasien .
Ahli gizi menghitung jumlah pasien yang mendapatkan terapi diet.
3. Menyusun Formula, Menu, dan Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan
Menyusun formula bagi pasien berupa sonde, tim saring, sonde susu,
Penyusunan siklus menu 10 (sepuluh) hari untuk pasien. Menu standar dibedakan
berdasarkan kelas perawatan VIP, Kelas I, kelas II, dan kelas III. Menu pada pasien
VIP dan kelas I tersedia pilihan.
Pada pukul 10.00 pasien VIP dan kelas I mendapat makanan ekstra.
Penyusunan siklus menu 31 hari untuk karyawan.
Penyusunan snack untuk pasien disusun dalam 31 hari.
Perencanaan kebutuhan bahan makanan disesuaikan dengan jumlah pasien dan
karyawan.

14
4. Menyusun perencanaan belanja Instalasi Gizi
Ahli gizi menghitung jumlah pasien dan karyawan yang makan.
Ahli gizi membandingkan dengan total rekap jumlah pasien dari bagian admin atau
keuangan
Logistik gizi menyusun perencanaan belanja sesuai dengan kebutuhan baik bahan
basah maupun bahan kering.
Kepala Instalasi Gizi melakukan pengecekan terhadap perencanaan belanja.
Validasi perencanaan basah dan kering kepada kepala bagian keuangan.
Menyerahkan perencanaan belanja bahan basah dan kering kepada kepala bagian
keuangan.

5. Melakukan pengadaan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi


bahan makanan
Pemesanan bahan makanan dilakukan oleh Instalasi Gizi sesuai dengan perencanaan
belanja basah Instalsi Gizi.
Bahan makanan yang datang di cek sesuai dengan pemintaan dan spesifikasi oleh
Bagian Penerimaan Instalasi Gizi.
Penyimpanan bahan makanan di kelompokkan sesuai jenis dan masa kadarluarsa di
gudang Instalasi Gizi.
Penerimaan dan pengeluaran bahan makanan dicatat dalam kartu stok di gudang
Instalasi Gizi
Pendistribusian bahan makan kering oleh Bagian Gudang sesuai dengan perencanaan
belanja kering instalasi gizi

15
6. Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan pasien
rawat jalan serta karyawan sesuai dengan kebutuhan
Produksi makanan
- Pengolahan makanan pasien dan karyawan dilakukan oleh petugas produksi makanan
pasien sesuai dengan menu dan jumlah permintaan.
Distribusi makanan
- Pendistribusian makanan pasein dilakukan oleh petungas gizi dan diterima oleh
petugas dapur ruangan sesuai dengan menu diet, jumlah dan waktu yang sudah
ditentukan
- Karyawan dapat mengambil makanan sendiri dari lauk dan sayur yang telah
disediakan sesuai dengan porsi masing-masing karyawan oleh petugas dapur di meja
makan karyawan.

b. Tata laksana pelayanan gizi ruang rawat inap


Mekanisme pelayanan gizi rawat inap adalah sebagai berikut :
1. Skrining gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan 1 x 24 jam dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh
dokter. Metoda skrining antara lain : Malnutrition Screening Tools (MST) untuk pasien
dewasa dan skrining untuk pasien anak 1 bulan 18 tahun digunakan Strong Kids.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien beresiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkahlangkah proses asuhan gizi
terstandar oleh Ahli Gizi. Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutrisi,
dianjurkan dilakukan skrining ulang setelah 7 hari. Jika hasil skrining ulang beresiko
malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar

2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang beresiko kurang gizi,
sudah mengalami kurang gizi dan atau kondisi khusus dengan penyakit tertentu. Kondisi
khusus yang dimaksud adalah pasien dengan kelainan metabolik; hemodialisis; anak;
geriatrik; kanker dengan kemoterapi/radiasi; luka bakar ; pasien dengan imunitas
menurun; sakit kritis dan sebagainya

16
Langkah PAGT terdiri dari :
a. Assesmen/Pengkajian gizi
Anamnesis riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan termasuk
komposisi, pola makan, diet saat ini dan data data kepedulian pasien terhadap gizi
dan kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan ketersediaan makanan di
lingkungan klien.
Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran
kebiasaan makan/pola makan sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan.
Anamnesis secara kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat
gizi sehari melalui recall makanan 24 jam dengan alat bantu food model.
Kemudian dilakukan analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan
penukar, atau daftar komposisi zat gizi makanan.

Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.Antropometri
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran tinggi badan (TB);
berat badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan
Panjang badan, Tinggi Lutut (TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan.
Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas (LiLA), Tebal lipatan kulit
(skinfold), Lingkar kepala, Lingkar dada, lingkar pinggang dan lingkar pinggul
dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) untuk penentuan status gizi
dilakukan berdasarkan berat badan menurut panjang badan (BB/PB) atau tinggi badan
TB (BB/TB).
Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006
untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun
seperti terlihat pada tabel 3.

17
Tabel 3. Grafik Penilaian Gizi Lebih Berdasarkan Kelompok Usia

Penentuan status gizi menggunakan cut off Z- score WHO 2006 untuk usia 0-5
tahun dan persentase berat badan ideal (IMT) sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas
5 tahun, terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Status Gizi Menurut Kriteria Waterlow, WHO 2006, dan CDC 2000

Apabila pada hasil pengukuran didapatkan adanya potensi gizi lebih ( > + 1 SD )
atau BB/TB > 110 %, maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan untuk
menentukan adanya obesitas adalah :
1. Anak <2 tahun, menggunakan grafik IMT WHO 2006
Kriteria :
a. overweight Z score > + 2,
b. obesitas > + 3,
2. Anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC 2000 (lihat
algoritma).
Kriteria :
overweight diatas P85 hingga P95
obesitas lebih dari P95

18
Dasar pemilihan penggunaan grafik IMT sesuai usia dalam menentukan adanya obesitas
terlihat pada tabel 5 dan algoritma atau alur pemilihan penggunaan grafik IMT sesuai
usia dalam menentukan adanya obesitas terlihat pada gambar 1.

Tabel 5. Dasar Pemilihan Penggunaan Grafik IMT Sesuai Usia Dalam


Menentukan Adanya Obesitas

Gambar 1. Algoritma Penggunaan Grafik Pertumbuhan pada Gizi Lebih/Obesitas

19
Pemeriksaan Fisik/Klinis
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis
yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dari, tanda tanda vital dan
antropometri yang dapat dikumpulkan dari catatan medik pasien serta
wawancara. Contoh beberapa data pemeriksaan fisik terkait gizi antara lain
edema, asites, kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak tubuh yang
menumpuk.
Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau
suplemen yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data umum
pasien.
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
b) Sosial Budaya
Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah,
dukungan pelayanan kesehatan dan sosial serta hubungan sosial.
c) Riwayat Penyakit
Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu
dan sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi,
riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan
kognitif seperti pada pasien stroke
d) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan.

b. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi
dan Signs/ Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu :
1) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi,cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral
maupun parenteral dan enteral.

20
2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ.
3) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan.

c. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi.
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila
penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk
mengurangi Gejala/Tanda (Sign & Symptom) .
Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari intervensi ini adalah
tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan (implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
b) Preskripsi diet
Preskripsi diet secara singkat menggambarkan rekomendasi mengenai
kebutuhan energi dan zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,
komposisi zat gizi, frekuensi makan.
- Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan kepada pasien/klien atas
dasar diagnosis gizi, kondisi pasien dan jenis penyakitnya.
- Jenis Diet
Pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan makanan
berdasarkan pesanan/order diet awal dari dokter jaga/ penanggung
jawab pelayanan (DPJP).

21
Dietisien secara mandiri akan menetapkan jenis diet berdasarkan
diagnosis gizi.
Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan diet order maka diet
tersebut diteruskan dengan dilengkapi dengan rancangan diet. Bila
diet tidak sesuai akan dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan
mendiskusikannya terlebih dahulu bersama (DPJP).
Modifikasi diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa
(normal). Pengubahan dapat berupa :
- Perubahan dalam konsistensi;
- meningkatkan/menurunan nilai energi;
- menambah/mengurangi jenis bahan makanan atau zat gizi yang
dikonsumsi;
- membatasi jenis atau kandungan makanan tertentu;
- menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH, cairan
dan zat gizi lain);
- mengubah jumlah ,frekuensi makan dan rute makanan.
Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet/makanan ditulis sesuai dengan pola makan
pasien, sebagai contoh :
- Makan Pagi: 500 Kalori; Makan Siang: 600 Kalori; Makan
Malam: 600 Kalori; Selingan Pagi: 200 Kalori; Selingan Sore:
200Kalori
Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral

22
2) Implementasi Intervensi
a) Implementasi adalah kegiatan dimana dietisien melaksanakan dan
mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga kesehatan
atau tenaga lain yang terkait.
b) Intervensi gizi harus menggambarkan: apa, dimana, kapan, dan
bagaimana intervensi itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk
pengumpulan data kembali, dimana data tersebut dapat menunjukkan
respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.
c) Untuk kepentingan dokumentasi dan persepsi yang sama, intervensi
dikelompokkan menjadi 4 domain yaitu pemberian makanan atau zat gizi;
edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi pelayanan gizi.

d. Monitoring dan Evaluasi Gizi


Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya
Tiga langkah kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
1) Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi
pasien/klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang
diharapkan oleh klien maupun tim. Kegiatan yang berkaitan dengan monitor
perkembangan antara lain :
a) Mengecek pemahaman dan ketaatan diet pasien/klien
b) Mengecek asupan makan pasien/klien
c) Menentukan apakah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana/preskripsi Diet.
d) Menentukan apakah status gizi pasien/klien tetap atau berubah
e) Mengidentifikasi hasil lain baik yang positif maupun negatif
f) Mengumpulkan informasi yang menunjukkan alasan tidak adanya
perkembangan dari kondisi pasien/klien

23
2) Mengukur hasil. Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang
terjadi sebagai respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur
berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil, yaitu :
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya : makanan, minuman, suplemen, dan
melalui rute enteral maupun parenteral.
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis.
d) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.
4) Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Cara dalam dokumentasi
menggunakan format : Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring & Evaluasi
(ADIME).

D. Tata Laksana Penyuluhan dan Konsultasi Gizi


Merencanakan dan melakukan penyuluhan atau konsultasi diet dan rujukan diet
secara individual bagi pasien rawat inap dan rawat jalan dan melakukan penyuluhan
kelompok yang pada saat ini dibatasi untuk keluarga pasien.
1. Penyuluhan gizi rawat inap
Ahli gizi memberikan penyuluhan di ruang rawat inap sesuai dengan materi dan
jadwal yang sudah ditentukan.
Ahli gizi memberikan penyuluhan diet khusus satu kali sebelum pasien pulang
dengan memberikan leaflet.

24
Diet- diet yang diberikan kepada pasien berupa diet DM, diet rendah protein, diet
jantung, diet batu ginjal, diet rendah lemak, diet untuk ibu hamil dan menyusui
dan diet khusus lainnya.
Setelah memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya, ahli gizi
melaporkan kepada perawat Instalasi Rawat Inap.
Penyuluhan gizi rawat inap dapat dilakukan bersama tim edukasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Cahaya Sangatta (dokter dan perawat).
2. Penyuluhan gizi rawat jalan
Ahli gizi memberikan penyuluhan di ruang poliklinik sesuai dengan materi dan
waktu yang telah ditentukan.
Ahli gizi memberikan informasi mengenai diet-diet yang diberikan kepada pasien
diet untuk ibu hamil dan ibu menyusui serta pemberian nutrisi yang tepat untuk
bayi.
Ahli gizi memberikan laporan hasil penyuluhan kepada perawat yang bertugas di
poliklinik.
Penyuluhan gizi rawat jalan dapat dilakukan bersama tim edukasi Rumah Sakit
Ibu dan Anak Cahaya Sangatta (dokter dan perawat).

3. Konsultasi gizi rawat inap


Ahli gizi memberikan konsultasi di ruang rawat inap apabila ada pemintaan dari
dokter yang meawat pasien atau pemintaan dari pasien dan keluarga pasien.
Ahli gizi melakukan kunjungan ke ruang rawat inap untuk memberikan
konsultasi gizi kepada pasien.
Ahli gizi memberikan konsultasi gizi atau penyuluhan diet khusus satu kali
sebelum pasien pulang dengan memberikan leaflet.
Penjelasan diet-diet (edukasi kepada pasien) yang diberikasn kepada pasien
berupa diet DM, diet rendah protein, diet jantung, diet batu ginjal, diet rendah
lemak, diet untuk ibu hamil dan menyusui dan diet khusus lainnya.
Setelah memberikan konsultasi kepada pasien dan keluarganya, ahli gizi
memberikan kepada perawat untuk dicatat dan dilaporkan kepada bagian
keuangan.

25
Ahli gizi memberikan hasil konsultasi kepada dokter apabila ada surat
permintaan konsultasi.
Ahli gizi melakukan kunjungan dan edukasi dengan mencatat pada lembar
edukasi sebagai bukti telah dilakukan kunjungan serta edukasi sesuai kondisi
pasien masing-masing.
4. Konsultasi gizi rawat jalan
Ahli gizi memberikan konsultasi gizi di poliklinik, apabila ada permintaan dari
dokter yang merawat pasien, pasien yang berobat di poliklinik atau permintaan
dokter luar rumah sakit.
Ahli gizi memberikan konsultasi gizi dengan memperhatikan diagnose pasien,
kondisi fisik klinis, di ruang rawat inap apabila ada permintaan dari dokter
yangmerawat pasien atau permintaan dari pasien dan keluarga pasien.
Ahli gizi mencatat data-data pasien pada buku konsultasi gizi rawat jalan.
Ahli gizi memberikan keterangan cara-cara diet yang sesuai dengan penyakit
pasien dengan memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga pasien.
Ahli gizi memberikan kesempatan kepada pasien tentang diet yang diperlukan.
Ahli gizi melaporkan kepada kasir poli umum untuk pembayaran administrasi.

5. Penelitian dan pengembangan gizi terapan


Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan penelitian diet secara
terintegrasi dengan tim asuhan gizi:
Mengintegrasikan masalah yang ada di ruang rawat inap.
Menyusun rumusan masalah.
Mengambil data dasar.
Menyusun proposal penelitian.
Pengambilan data dan penyebaran kuisioner penelitian.
Mengolah data dan menganalisa data.
Menyusun hasil dan pembahasan penelitian.
Menyusun kesimpulan dan saran.

26
BAB V
LOGISTIK GIZI
a. Pengertian
Manajemen pelayanan logistik gizi merupakan penyusunan perencanaan belanja
untuk bahan basah dan bahan kering sesuai dengan porsi kebutuhan pada saat tersebut
dengan standar yang telah disepakati. Dengan demikian pelayanan logistik gizi tidak
memiliki stock untuk bahan apapun dan harus dihabiskan dalam waktu tersebut.
b. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat
dan kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional tersebut diatas tercapai. Maksudnya
dengan biaya rendah.
3. Tujuan kebutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak
sehingga dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akutansi.
c. Syarat Manajemen Logistik
1. Sirkulasi pengeluaran bahan makanan atau barang berdasar metode FIFO (First In
First Out).
2. Fasilitas penyimpanan terstandar (bersih dan suhu sesuai).
3. Stock bahan makanan atau barang tersedia dalam kurun waktu tertentu di gudang
Instalasi Gizi
4. Menjaga kualitas bahan makanan tetap terjamin.
5. Adanya sistem pencatatan.

d. Kegiatan Logistik Instalasi Gizi


1) Penyusunan Perencanaan Bahan Makanan
Rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan yang disesuaikan
dengan spesifikasi yang sesuai standar Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta
dalam perencanaan belanja.

27
a) Bahan Kering
- Logistik gizi melaksanakan perencanaan untuk belanja bahan kering sesuai
dengan kebutuhan masing-masing sub bagian produksi dari standar yang
telah terdokumentasikan.
- Logistik gizi mengecheck untuk stok-stok bahan kering yang terdapat di
instalasi gizi dan mengurangi perencanaan untuk permintaan selanjutnya
apabila terdapat permintaan.
- Logistik gizi mengajukan perencanaan belanja bahan kering dalam bentuk
lembar perencanaan bahan makanan kering.
- Kepala instalasi gizi melakukan pengecekan terhadap perencanaan
permintaan belanja bahan kering tersebut.
- Validasi perencanaan belanja bahan makanan kering kepada Bagian
Keuangan
- Menyerahkan lembar perencanaan bahan kering kepada Bagian Keuangan.
- Bagian Gudang melakukan pendistribusian perencanaan belanja bahan
kering sesuai dengan permintaan perencanaan belanja bahan kering yang
telah dilakukan pengecekan sebelumnya sesuai dengan sub-sub bagian
masing-masing.
- Gudang Instalasi Gizi membagikan bahan-bahan sesuai sub-sub bagian
tersebut pada tempat yang telah tersedia.

b) Bahan Basah

- Gudang gizi melaksanakan perencanaan untuk belanja bahan basah sesuai


dengan kebutuhan masing-masing sub bagian produksi dari standar yang
telah terdokumentasikan.
- Gudang gizi mengecek untuk stok-stok bahan basah yang terdapat di
Instalasi gizi dan mengurangi perencanaan untuk pemintaan selanjutnya
apabila terdapat permintaan.
- Gudang gizi mengajukan perencanaan belanja bahan basah dalam bentuk
lembar perencanaan bahan makanan basah.

28
- Kepala instalasi gizi melakukan pengecekan terhadap permintaan
perencanaan belanja bahan basah tersebut.
- Validasi perencanaan belanja bahan makanan basah kepada kepala Bagian
Keuangan.
- Menyerahkan lembar perencanaan bahan basah kepada Bagian Keuangan .
- Gudang Gizi melakukan pengecekan stock bahan basah di logistik gizi.
- Gudang Gizi membuat surat pemesanan sesuai dengan permintaan
perencanaan belanja bahan basah yang telah dilakukan pengecekan.
- Kepala Intalasi Gizi menandatangani surat pemesanan.
- Bagian Gudang menyerahkan lembar daftar pemesanan bahan makanan
basah ke supplier yang telah ditentukan.

2) Penerimaan bahan makanan


Rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan melaporkan
bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta dengan supplier yang bersangkutan.
Penerimaan bahan makanan basah dilakukan oleh petugas Gudang Gizi di ruang
penerimaan gizi.

Adapun prinsip dalam penerimaan bahan makanan di Rumah Sakit Ibu


dan Anak Cahaya Sangatta :
1. Jumlah
Bahan makanan yang diterima harus sama dengan jumlah bahan makanan
yang tertulis dalam pmesanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta .
2. Mutu
Bahan makanan yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi bahan
makanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta .
3. Harga
Bahan makanan yang tercantum pada surat pemesanan harus sama dengan
harga bahan makanan yang tercantum pada penawaran bahan makanan
sebelumnya.

29
Apabila terjadi ketidaksesuaian baik dari segi jumlah, mutu maupun harga
makan pihak Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta berhak
mengembalikan bahan makanan tersebut untuk ditukar oleh supplier sesuai
dengan standar Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta .
Setiap ketidaksesuain pada saat penerimaan bahan makanan, maka
petugas Gudang Gizi yang bertugas sebagai penerimaan mencatat dalam
lembar serah terima bahan dari Gudang Gizi kepada instalasi gizi sebagai
evaluasi supplier setiap sebulan sekali.
Cara penerimaan yang terdapat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta yaitu secara konvensional yang memperhitungkan baik kualitas
maupun kuantitas.

Prosedur dalam penerimaan bahan makanan basah meliputi:


1. Supplier mengirimkan bahan makanan sesuai dengan surat pemesanan
yang diberikan oleh pihak rumah sakit.
2. Gudang gizi menerima dan memeriksa jumlah atau jenis bahan makanan
yang diterimanya serta, mencocokkan dengan surat pemesanan.
3. Gudang Gizi memeriksa kebenaran pembebanan harga sesuai dengan
harga yang diterima.
4. Penanggungjawab Gudang Gizi mengotorisasi nota dari supplier.

3) Penyimpanan bahan makanan


Suatu kegiatan yang menyangkut pemasukan bahan makanan, penyimpanan
bahan makanan, serta penyaluran sesuai dengan permintaan untuk persiapan
pemasakan bahan makanan.
Adapun prinsip dalam penyimpanan bahan makanan:
1. Tempat yang tepat
2. Waktu yang tepat
3. Mutu yang sesuai dengan standar rumah sakit
4. Jumlah sesuai dengan surat pemesanan yang diberikan oleh pihak rumah
sakit
5. Harganya sesuai dengan harga yang telah disepakati baik pihak rumah sakit
maupun supplier

30
Prosedur Penyimpanan bahan makanan Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta meliputi:
1. Penyimpanan Kering
Gudang Gizi menata bahan makanan kering sesuai dengan
spesifikasinya dan mencatat pada kartu stok baik setiap bahan datang
maupun bahan makanan yang keluar sesuai dengan kebutuhan untuk
instalasi gizi dan tiap instalasi yang terkait. Penyimpanan bahan makanan
kering di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta menggunakan
metode FIFO (First In First Out) sehingga stok bahan yang lebih lama
dapat digunakan terlebih dahulu.
Ruang penyimpanan kering terdapat di gudang gizi dimana terdapat
ventilasi sebagai sirkulasi udara agar ruangan tidak terlalu lembab dan
pengap, uangan penyimpanan kering juga dilengkapi adanya timbangan
untuk membantu jalannya permintaan bahan kering. Penyimpanan bahan
makanan kering harus disesuaikan dengan suhu ruangan yaitu 23 -27

2. Penyimpanan Basah
Logistik gizi langsung mendisstribusikan bahan makanan kepada
persiapan baik bumbu, lauk maupun sayur. Bahan makanan yang
digunakan untuk pengolahan besoknya, dibersihkan, dicuci kemudian
dibungkus menggunakan plastik putih dan dimasukkan kedalam lemari es
agar menjaga kualitas bahan makanan. Kepala Instalasi gizi melaporkan
kepada bagian Instalasi pemeliharaan untuk mengecek keakuratan suhu
atau temperature pada lemari es.
Karyawan di Instalasi Gizi membersihkan lemari es setiap satu kali
dalam seminggu yang sudah disesuaikan dengan jadwal dinas untuk
menghindari pengerasan es. Penyimpanan bahan makanan basah
menggunakan metode Just In Time sehingga bahan makanan langsung
digunakan untuk proses selanjutnya, adapun menggunakan metode FIFO
apabila terdapat stok bahan makanan yang disebabkan penurunan jumlah
pasien tiap harinya, maka untuk pengolahan selanjutnya stok yang lama
dipakai terlebih dahulu.

31
Logistik gizi mengecek suhu refrigerator, chiller dan freezer dengan
mengisi form checklist suhu dalam waktu intensitas minimal 1x24
jam.suhu penyimpanan untuk refrigerator yang dianjurkan yaitu ,
sedangkan untuk suhu feezer yaitu -20 (-5) dan untuk suhu chiller
yaitu (-2)-120 .

4) Pemeliharaan dan Perawatan


Suatu kegiatan untuk menjaga kualitas bahan makanan baik kering
maupun basah untuk menghasilkan makanan yang baik untuk dikonsumsi.
Prinsip dalam pemeliharaan dan perawatan adalah adanya pengawasan ruangan
dalam penyimpanan baik bahan makanan kering maupun bahan makanan basah.
Penanggung jawab Gudang Gizi menjaga kebersihan ruangan penyimpanan
untuk menghindari bahaya binatang (kecoa, tikus, dan lain-lain) agar bahan
makanan dapat terjaga dengan baik.

e. Pengeluaran dan Penyerahan Bahan Makanan


Suatu kegiatan yang mengawasi persediaan bahan makanan baik kering maupun
basah sehingga tidak terjadi penumpukan bahan makanan yang terlalu banyak, dan
mengevaluasi bahan makanan yang digunakan selama kebutuhan di instalasi gizi dan
permintaan instalasi yang terkait. Gudang gizi melakukan evaluasi pengeluaran bahan
makanan dan kebutuhan selama proses produksi untuk perencanaan selanjutnya.

32
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Hal ini termasuk pengkajian resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian,
dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.

B. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil suatu tindakan
yang seharusnya tidak diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-pogram pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan focus yang
kuatdan jelas tentang keselamatan pasien.
3. Mengintegrasi aktivitas pengelolaan resiko, mengembangkan sistem dan proses
pengelolaan resiko, serta melakukan identifikasi dan pengkajian hal potensial
bermasalah.

33
4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian / insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-
RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien.
6. Belajar dan bebagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan
untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan
informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada
sistem pelayanan.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan.


Standar tersebut sebagai berikut:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakankunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien.

Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan Instalasi kerja yang bertanggungjawab mengelola program keselamatan
pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit.
3. Mensosialisasikan konsep dan pogram keselamatan pasien rumah sakit.
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan
karyawan.
5. Sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).

34
6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut
diatas.
7. Meneapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut diatas) dan
melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien
rumah sakit.
8. Pogram khusus keselamatan pasien rumah sakit.
9. Mengevaluasi secara peiodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan
kejadian tidak diharapkan.

Sasaran Keselamatan Pasien Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya
Sangatta
1. Ketetapan Identifikasi Pasien
Ketetapan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal
pasien masuk sampai dengan keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh
pasien.
2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan
prosedur. Write Back, Read Back, And Repeat Back (recomfirm).
3. Pengurangan resiko infeksi tekait pelayanan kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan. Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia
yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini
maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.

35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa Upaya
kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terlindungi dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah Sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori diatas, bearti wajib menerapkan upaya keselamatan
dan kesehatan kerja. Program kesehatan dan keselamatan kerja di tim pendididkan pasien dan
keluarga bertujuan melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan
di luar rumah sakit.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini Instalasi Gizi dan perlindungan terhadap Rumah
Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari Rumah Sakit. Jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit.
Undang-undang Nomo 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dimaksudkan untuk menjamin:
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selaluberada dalam keadaan
sehat dan selamat.
b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancer tanpa hambatan.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu:
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja
c. Peranan dan kualitas menejemen

36
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila:
- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
- Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses poduksi.
- Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas atau
telalu dingin.
- Tidak tersedia alat-alat pengaman.
- Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan lain-lain.

a. Perlindungan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan mengenai
cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan umum
mengenai penyakit tersebut.
Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara harus
menjaga fungsi saluran pernapasan (tidak merokok, tidak minum dingin) dengan baik
dan menjaga kebersihan tangan.

b. Petunjuk Pencegahan Infeksi Untuk Petugas Kesehatan


Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan,
petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan Isolasi (berdasarkan
penulaan secara kontak, doplet, atau udara) sesuai dengan penyebaaran penyakit.
Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit menular
yang sedang dihadapi.
Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk memastikan
agen penyebab.

37
emua petugas di Instalasi Gizi harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung
kaki (sandal/sepatu boot) sebelum masuk ke dapur. Selain petugas instalasi gizi yang
masuk ke dapur harus menggunakan APD tersebut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
kontaminasi yang dapat mencemari makanan, sehingga makanan aman untuk
dikonsumsi oleh pasien. Petugas dalam mengolah makanan harus menggunakan masker
atau tidak diperkenankan untuk berbicara dengan petugas pengolah yang lain.
Semua petugas di Instalasi Gizi harus melakukan pemeriksaan kesehatannya secara
berkala minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun bekerja, yang meliputi pemeriksaan
rectal swab (usap dubur).

1. Prinsip Keselamatan Kerja Karyawan Dalam Proses Penyelenggaraan Makanan.


a. Pengendalian teknis mencakup:
1. Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi syarat
yang telah ditentukan.
2. Ruang dapur cukup luas, daerah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat dari
bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat.
3. Perlengkapan alat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis.
4. Penerapan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
5. Tersedianya ruangan istirahat untuk karyawan.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggungjawab dan terciptanya
kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas Instalasi
Pemeliharaan Sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup.

38
2. Prosedur Keselamatan Kerja
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Keamanan kerja di ruang ini meliputi:
1. Menggunakan alat pembuka peti atau bungkus bahan makanan menurut cara
yang tepat.
2. Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan
pengangkut yang tersedia untuk barang.
3. Pergunakan kotak atau tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan.
4. Tidak diperkenankan merokok di ruangan penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan.
5. Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan atau diperlukan.
6. Tidak mengangkan barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
7. Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, dapat membahanyakan
badan dan kualitas barang.
8. Membersihkan barang yang tumpah atau keadaan licin di ruang

b. Diruang persiapan dan pengolahan makanan


1. Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik
2. Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan atau mengelolah bahan makanan
3. Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk pemakaian.
4. Bersihkan mesin menurut petunjuk dan matikan mesin sebelumnya.
5. Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang di bersihkan.
6. Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan
mesin,lampu, gas atau listrik dan lain-lain.
7. Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8. Pada saat selesai menggunakan, teliti kembali apakah semua peralatan sudah
dimatikan mesinya.
9. Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi porsi yang
ditetapkan.
10. Tidak memuat kereta makanan melebihi kapasitasnya.
11. Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur rapi.

39
c. Di ruang distribusi instalasi gizi
1. Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh.
2. Tidak mengisi kereta makanan melebihi kapasitas kereta makan
3. Bila membawa air panas,tutuplah dengan rapat atau tidak mengisi tempat tersebut
sampai penuh.

3. Alat pelindung kerja


1. Baju kerja, celemek dan topi tersebut dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan
enak di pakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja.
2. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur.
3. Menggunakan serbet pada tempatnya
4. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah
yang cukup, sabun, alat pengering dan sebagainya.
5. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
6. Tersedia alat kesehatan P3K

40
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Bentuk- Bentuk Pengawasan Dan Pengendalian


1. Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencacatan dan pelaporan pengadaan makanan
1. Formulir pemesanan bahan makanan harian.
2. Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian logistik gizi pada hari
itu.
3. Pencatatan sisa bahan makanan (harian atau bulanan) meliputi : bahan makanan
basah dan bahan makanan kering.
4. Pencatatan data permintaan atau pemesanan bahan makanan berdasarkan bon-
bon pemesanan dari masing-masing Instalasi Kerja.
b. Pencacatan dan pelaporan tentang penyelenggaraan makanan
1. Buku laporan diet pasien rawat inap.
2. Laporan jumlah pasien pada pagi hari.
3. Laporan jumlah karyawan yang dilayani.
c. Pencacatan dan pelaporan tentang perlengkapan peralatan Instalasi Gizi
1. Membuat inventaris peralatan di Instalasi Gizi.
d. Pencacatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan
1. Pencatatan tentang pemasukan dan pengeluaran bahan makanan harian.
2. Rekapitulasi tentang pemasukan dan pengeluaran bahan makanan.
3. Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per hari dalam
satu kali putaran menu.
4. Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per bulan.
e. Pencacatan dan pelaporan pelayanan gizi di ruang rawat inap
1. Buku diet pasien rawat inap.
2. Buku laporan harian tentang kegiatan kunjungan pasien.
f. Pencacatan dan pelaporan di ruang penyuluhan dan konsultasi gizi atau poliklinik
gizi
1. Mencatat registrasi pasien (nama, diagnose, jenis diet, dan antropometri).
2. Membuat atau mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
3. Membuat laporan konsultasi gizi.

41
2. Pengawasan Standar Porsi
a. Untuk bahan makanan (padat) pengawasan porsi dilakukan dengan penimbangan.
b. Untuk bahan makanan cair atau setengah cair seperti susu dan bumbu dipakai gelas
ukur, sendok ukuran atau alat ukur lain sudah distandarisasi atau bila perlu
ditimbang.
c. Untuk pemotongan bentuk bahan makanan yang sesuai untuk jenis hidangan dapat
dipakai alat-alat pemotong atau dipotong sesuai petunjuk.
d. Pengawasan standar porsi dilakukan oleh Quality control ( Ahli Gizi).

3. Pengawasan Harga
a. Tetapkan kebijakan keuangan yang ingin dicapai.
b. Buat format isian pelaksanaan pencatatan pelaporan yang baku untuk pengawasan.
1. Pencatatan pemasukan, penerimaan bahan makanan harian tiap putaran menu,
bulanan, triwulan dan tahunan.
2. Kalkulasi harga pemasukan bahan makanan, harga pemakaian bahan makanan
untuk setiap putaran menu.
3. Perhitungan stock bahan makanan.
4. Biaya overhead.
5. Biaya tenaga kerja.
c. Kalkulasi pemasukan dan pengeluaran bahan makanan berikut nilai rupiahnya.
d. Hitung biaya per porsi atau biaya per orang per hari.

4. Pengendalian Biaya
a. Tujuan pengendalian biaya makanan.
1. Menganalisa biaya yang direncanakan dibandingkan dengan harga yang
sesungguhnya digunakan untuk penyelenggaraan makanan.
2. Menilai harga penawaran bahan makanan.
3. Mencegah sisa makanan yang tidak efektif.
4. Menyediakan data untuk laporan penyelenggaraan institusi.

42
b. Cara pengendalian biaya makan.
1. Kembangkan kebijakan keuangan bagi institusi. Hal ini tergantung pada tujuan
dan bentuk kegiatan, target keuntungan dan persentase dari makanan, tenaga
dan biaya overhead lainnya yang dapat dicapai.
2. Kembangkan pengendalian secara rutin. Pengendalian kegiatan harus
mencakup prosedur kerja karyawan dan pemeriksaan menyeluruh mulai dari
perencanaan menu, pembelian, penerimaan, penyimpanan, pengeluaran,
produksi, distribusi serta penyajian/ penjualan.
3. Pengendalian pada pos kegiatan. Hal ini berkaitan dengan laporan biaya
makan, perhitungan hasil, dan mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
c. Kendala dalam pengendalian biaya makan.
1. Banyak menggunakan bahan makanan yang mudah rusak.
2. Banyaknya volume kegiatan yang tidak dapat diperkirakan sehingga sulit
membuat perkiraan jumlah makanan secara tepat.
3. Tidak stabilnya kondisi pasar sehingga dapat mempengaruhi harga bahan
makanan.
4. Banyaknya variasi makanan yang harus diproduksi.
d. Langkah-langkah dalam proses pengendalian.
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
1. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu :
Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta jasa
yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolak ukur).
Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah yang diwujudkan dalam
ukuran bentuk.
Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mengukur biaya lain.
Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari
dalam proses penyelenggaraan makanan.

43
2. Melatih tenaga penyelenggaraan makanan untuk memahami dan
melaksanakan standar-standar yang telah ditetapkan.
3. Memonitor, mengobservasi, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar
dilakukan dengan standar sebelumnya.
4. Menetapkan tindakan perbaikan/ koreksi untuk mengatasi penyimpanan
dengan melaksanakan cara-cara yang disepakati berdasarkan kegiatan
terdahulu.

5. Pengendalian Biaya Tenaga/ Harga Tenaga


a. Faktor yang Mempengaruhi Biaya
1. Tipe menu dan persiapan yang diperlukan.
2. Jenis pelayanan.
3. Jumlah hidangan yang disajikan setiap hari.
4. Jumlah dan jenis makanan yang dijual.
5. Peralatan yang digunakan.
6. Jumlah tenaga kerja.
b. Penghematan Penggunaan Tenaga
1. Menu yang disajikan harus sederhana dan spesifik.
2. Gunakan bahan makanan setengah jadi.
3. Buat standar performance dan produktifitas.
4. Perencanaan dan taksiran tenaga yang dibutuhkan.
5. Perencanaan staf harus tepat.
6. Jadwal harus ketat dan tepat.
7. Gunakan tenaga paruh waktu atau secara kontrak.
8. Awasi kelebihan waktu.
9. Gunakan peralatan yang tepat dan cukup.
10. Sederhanakan setiap prosedur.
11. Latih tenaga kerja untuk meningkatkan performance.

44
12. Tanamkan disiplin pada pengawai.
13. Gunakan catatan dengan tepat.
14. Awasi pertukaran pegawai.
15. Lakukan reorganisasi bila perlu.
16. Perbaiki lay-out fasilitas.

B. Sistem Pengendalian Efektif


Sistem pengendalian efektif meliputi :
1. Terkoordinasi dengan arus kerja, dan dapat memberikan informasi langsung kepada
atasan.
2. Terfokus pada titik staregis, sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang
yang di kendalikan.
3. Objektif dan menyeluruh. Sistem harus jelas dan mudah dimengerti oleh orang-orang
yang dikendalikan.
4. Fleksibel. Sistem harus dibuat mudah sehingga mudah diterapkan.
5. Secara ekonomis realistis. Untung rugi pengendalian harus diperhitungkan secara
realistis
6. Secara organisasi secara realistis. Jika sistem tidak realistik standar yang ditetapkan
terlalu tinggi, maka bawahan cenderung membuat laporan bias.
7. Akurat dan tepat yaitu sistem yang dihasilkan harus benar.
8. Tepat waktu, informasi harus didapatkan dalam suatu waktu yang tertentu, sehingga
dapat dilakukan koreksi bila di perlukan.

C. Indikator keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit


1. Terselenggaranya diangnosis terhadap gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis dan biokimia tubuh (laboratorium).
2. Terselenggaranya pengkajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis diet dan
pola makan.
3. Terwujudnya penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
4. Terwujudnya bentuk pmbelian bahan makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah
penberian serta cara pengolahan bahan makanan.

45
5. Tersenggaranya evaluasi terhadap preskripsi diet yang dibeikan sesuai perubahan
keadaan klinis, status gizi, status laboratorium.
6. Terwujudnya penterjemaah preskripsi diet, penyediaan dan pengelolahan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan pasien.
7. Terlaksananya penyelenggaran penelitian dibidang gizi.
8. Tewujudnya standar diet khusus sesuai perkembangan pengtahuan dan teknolongi yang
dapat membantu menyembuhkan penyakit.
9. Diselenggarakanyan penyeluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada klien atau
pasien dan keluarganya.

D. Indikator Mutu Gizi di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta Sangatta

1. Konsumsi Makan Siang Pasien Non Diet


Ruang lingkup : Konsumsi makan siang pasien non diet
Dimensi mutu : Efektivitas
Tujuan : Tergambarnya mutu dan efektivitas pelanyanan gizi
Defenisi operasional : Jumlah pasien non diet yang menyisakan makan
siangnya setengah porsi
Kriteria inklusi : Pasien menolak makan siang karena tidak menyukai
makananya makan tidak habis apapun alasanya
Kriteria ekslusi : pasien tidak makan siang karena indikasi medis
Numerator : jumlah pasien yang non diet yang menyisakan makan
siangnya setengah porsi perbulan.
Denominator : jumlah pasien non diet rawat inap yang bisa makan
siang dalam bulan tersebut
Standar : 3%

46
2. Ketidaksesuaian Makan Siang Pasien Diet
Ruang lingkup : Ketidaksesuaian makan siang pasien diet
Dimensi mutu : -
Tujuan : Tergambarnya mutu dan efektivitas pelanyanan gizi
Defenisi operasional : Kesesuaian jenis diet antara yang diminta oleh dokter
dengan yang disajikan pada saat makan siang
Kriteria inklusi : Diet bebas
Kriteria ekslusi : pasien tidak makan siang karena indikasi medis
Numerator : Jumlah kejadian ketidaksesuaian jenis diet pada saat
makan siang per bulan
Denominator : Jumlah pasien diet pada saat makan siang dalam bulan
tersebut
Standar : 0%

Keterangan: kesesuaian diet meliputi:


- Jumlah kalori
- Jenis makan
- Volume diet cair

3. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap


Ruang lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien yang dirawat di
rumah sakit
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien rawat inap
Defenisi operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah kesalahan
panentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk
sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelanyanan yang diterima oleh pasien
Kriteria inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas ( nama, tanggal
lahir, alamat, nomor RM) pada berkas rekam medis.
- Ketidaktepatan memilih gelang identitas pasien
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien
(antara lain konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria ekslusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien yang menggunakan gelang identitas
Standar : 0%

4. Insiden Ketidaktepatan Identifikasi Pasien Rawat jalan


Ruang lingkup : Ketidaktepatan identifikasi pasien rawat jalan di ruamah
sakit
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien rawat jalan
47
Defenisi operasional : Ketidaktepatan identifikasi pasien adalah penentuan
identitas pasien rawat jalan dengan tepat sejak awal
pasien datang smapai dengan pasien pulang terhadap
dengan semua pelanyanan yang diterima oleh pasien
Kriteria inklusi : - Ketidaktepatan penulisan identitas ( nama, tanggal
lahir, alamat, nomor RM) pada berkas rekam medis.
- Ketidaktepatan prosedur pemanggialan pasien
(pemanggilan dengan dua nama)
- Ketidaktepatan prosedur konfirmasi identitas pasien
(antara lain konfirmasi dengan pertanyaan terbuka)
Kriteria ekslusi : -
Numerator : Jumlah ketidaktepatan identifikasi pasien
Denominator : Jumlah pasien rawat jalan pada bulan tersebut
Standar : 0%

5. Insiden Komunikasi Kurang Efektif


Ruang lingkup : Komunikasi lisan atau melalui telepon yang kurang
efektif antar pemberi pelanayan tentang pelaporan
kembali hasil pemeriksaan dan kondisi pasien
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui komunikasi
lisan yang efektif

48
Defenisi operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi
lisan yang tidak menggunakan prosedur: write back,
read back dan repeat back (reconfirm)
Kriteria inklusi : - Kesalahan prosedur komunikasi lisan atau via telpon:
write back, read back, dan repeat back (reconfirm)
- Pelaporan secara lisan yang tidak mengguanakan
prosedur SBAR
- Prosedur spelling / ejaan tidak digunakan untuk obat
yang bersifat LASA / NORUM
Kriteria ekslusi : Komunikasi non lisan / tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunkasi lisan / via telepon
Denominator : -
Standar : 0%

6. Insiden Ketidakpatuhan Cuci tangan


Ruang lingkup : Ketidakpatuhan cuci tangan oleh petungas kesehatan
Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya keselamatan pasien melalui kegiatan
mencuci tangan
Defenisi operasional : Ketidakpatuhan mencuci tangan meliputi
ketidakpatuhan waktu atau 5 momen cuci tangan dan
ketidakpatuhan 6 langkah mencuci tangan
Kriteria inklusi : - Tidak melakukan cuci tangan pada 5 momen cuci
tangan
- Tidak melakukan cuci tangan sesuai 6 langkah cuci
tangan
Kriteria ekslusi : -
Numerator : Insiden kejadian ketidakpatuhan cuci tangan oleh
petungas kesehatan
Denominator : -
Standar : 0

49
BAB IX
LAMPIRAN LAMPIRAN

50
Lampiran 1. Skrining MST

51
Lampiran 2. Skrining Strong-Kids Lampiran 3. Pengkajian Gizi Awal Pasien Rawat Inap 1

52
Lampiran 3. Skrining Gizi Awal Pasien Rawat Inap 2

53
Lanjutan. Skrining Gizi Awal Pasien Rawat Inap 2

(P) problem------------
Diagnosa Gizi

(E) Etiologi------------

(S) Sign &


Symptomp-----------------

INTERVENSI GIZI
Intervensi
Tujuan
Makanan
Cara Pemberian lewat mulut
Lewat pipa
Bentuk biasa Lunak Saring
Cair Sonde

Edukasi gizi
pasien/keluarga
Implementasi

Koordinasi Perawat/Bidan untuk


pencatatan asupan
Saran
EvaluasiMonitoring &

Asupan

Data Laboratorium

Nama Dietisien

Tanda Tangan Dietisien

54
Lampirairan 4 . Bagan struktur Organisasi Instalasi Gizi

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI


INSTALASI GIZI
RSIA CAHAYA SANGATTA

Ka. Instalasi Gizi


Dian S Ghozali, SP., RD.

Petugas.
PJ.
Logistik &
Distribusi
Produksi
Christin
Hijriana AS.

55
56
BAB X
PENUTUP
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan bagian integral dari pelanyanan kesehatan paripurna di
rumah sakit,yang terkait dengan keenam dasar fungsi rumah sakit,yaitu peningkatan,
pencengahan, penyembuhan, pemulihan, pendidikan dan penelitian.
Terapi gizi yang tepat dan penyuluhan gizi yang berhasil guna akan mempercepat
penyembuhan, mencengah terjadinya gangguan gizi salah dan memperpendek hari rawat pasien.
Keadaan ini akan memberikan dampak peningkatan pelanyanan kesehatan di rumah sakit dalam
rangka mencapai tujuan hidup Indonesia sehat.
Buku Pedoman Pelayanan Gizi ini merupakan pedoman bagi pelaksanaan pelayanan gizi
yang di selenggarakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cahaya Sangatta . Dengan ini, diharapkan
pelayanan gizi yang diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan/ dapat ditingkatkan
seiring dengan Kemajuan Rumah Sakit.

57

Anda mungkin juga menyukai