Anda di halaman 1dari 37

Lampiran 1

Keputusan Direktur RS. Mawaddah Medika


Nomor :
Tanggal : 12 Desember 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu unit organisasi pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara paripurna kepada segenap lapisan masyarakat meliputi
pelayanan kuratif dan rehabilitatif, yang terpadu dengan pelayanan promotif dan
preventif dalam keseimbangan fisik dan mental. Rumah Sakit Mawaddah Medika
sebagai Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
profesional kepada masyarakat dengan pelayanan yang prima dan terjangkau, termasuk
pelayanan gizi.
Agar manejemen Rumah Sakit dapat berdayaguna dan berhasil guna, khususnya
pada penatalaksanaan pelayanan gizi, maka diperlukan suatu instalasi pelaksana teknis
yang bertanggung jawab dalam kegiatan pelayanan gizi tersebut. Instalasi Gizi adalah
instalasi pelaksanaan teknis fungsional Rumah Sakit, secara struktural berada langsung
di bawah Kabid pelayanan dan bertugas menyelenggarakan pelayanan gizi pada
pasien, dalam rangka mewujudkan fungsi pelayanan Rumah Sakit.

1.2 Tujuan
1. Sebagai pedoman penyelenggara pelayanan gizi di Rumah Sakit Mawaddah Medika
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi di rumah Sakit Mawaddah Medika
3. Untuk melindungi pasien dari pelayanan yang tidak profesional

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit meliputi:
1. Asuhan gizi rawat jalan
2. Asuhan gizi rawat inap
3. Penyelenggaraan makanan

1.4 Batasan Operasional


1. Dokter
Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis dan
diagnosis masalah gizi klien/pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS Mawaddah Medika 1


a. Menentukan diet klien/pasien bersama ahli gizi/ dietisien.
b. Memberikan penjelasan kepada klien/pasien dan keluarganya tentang
peranan terapi diet.
2. Ahli gizi/Dietisien
a. Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan pesanan diet awal dari dokter
b. Melakukan assesment/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang beresiko
malnutrisi dengan kondisi khusus
c. Mengidentifikasi masalah/diagnosis gizi berdasarkan hasil assesment dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi
d. Merancang intervensi diet dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet
e. Melakukan monitoring respon pasien terhadap diet yang diberikan
f. Memberikan motivasi dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
g. Melakukan kunjungan (visite) baik sendiri maupun bersama dengan Tim
Asuhan Gizi kepada klien/pasien.
h. Mengevaluasi status gizi klien/pasien secara berkala
i. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan/diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien pasien dan keluarganya, dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
j. Menentukan rencana diet awal/sementara bila belum ada penentuan diet
dari dokter.
3. Perawat
a. Melakukan kerjasama dengan dokter dan ahli gizi/dietsien dalam
pelayanan gizi kepada klien/pasien.
b. Membantu klien/pasien pada waktu makan.
c. Melakukan pengukuran antropometri untuk menentukan dan mengevaluasi
status gizi klien/pasien.
d. Bersama dengan ahli gizi/dietisien memantau masalah-masalah yang
berkaitan dengan asuhan gizi kepada klien/pasien.
e. Melakukan pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan makanan dan
respons klinis klien/pasien terhadap diet yang diberikan.

1.5 Landasan Hukum


1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 2


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Pendahuluan
Tenaga instalasi gizi rumah sakit adalah sumber daya manusia yang melakukan
pekerjaan di instalasi gizi rumah sakit yang termasuk dalam struktur organisasi rumah
sakit dengan persyaratan :
1. Terdaftar di Departemen Kesehatan
2. Terdaftar di Asosiasi Profesi
3. Mempunyai Surat Ijin Kerja
4. Mempunyai Surat Tanda Registrasi
Penyelenggaran pelayanan gizi dilaksanakan oleh tenaga gizi yang berwenang
berdasarkan undang undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata
pendidikan, kualitas maupun kuantitas, dengan jaminan kepastian adanya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga
mutu profesi dan kepuasan pelanggan. Kualitas dan resiko dan kuantitas disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasaan cakupan pelayanan serta pengembangan dan visi
rumah sakit.
Dengan mengacu pada SK Direktur RS Mawaddah Medika No..
tentang instalasi gizi rumah sakit, maka di dalam penatalaksanaanya instalasi gizi
dipimpin oleh seorang kepala instalasi gizi dalam jabatan fungsional dan berada di bawah
tanggung jawab kepala bidang pelayanan. Kepala instalasi gizi dibantu oleh seorang
penanggungjawab inventaris dan logistik, penanggungjawab pelayanan dan
penanggungjawab administrasi serta tenaga pelaksana gizi, sehingga jika digambarkan ke
dalam struktur bagan, struktur organisasi instalasi gizi Rumah Sakit Mawaddah Medika
ditunjukkan dalam bagan di bawah ini:

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 3


STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI GIZI

Direktur

Kabid Pelayanan

Kepala Instalasi Penunjang Medis

Kepala Instalasi Gizi

Penanggung jawab
Inventaris dan Logistik Penanggung Jawab
Pengolahan dan Distribusi

Tenaga Pelaksana Tenaga Pelaksana

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 4


2.2 Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Instalasi Gizi Rumah Sakit Mawaddah
Medika
Berdasarkan struktur organisai di atas, maka pola ketenagaan dan kualifakasi
SDM di Instalasi Gizi Rumah Sakit Mawaddah Medika dapat dilihat pada tabel berikut:
Nama Kualifikasi Kebutuhan Ketersediaan Persentase
Jabatan Formal Informal Tenaga Ketersediaan
Kepala S1/D III Memiliki 1 1 100%
Instalasi Gizi pengalaman
Gizi kerja min. 1
tahun atau fresh
graduate
Penanggung S1/D III Memiliki 1 1 100%
jawab Gizi pengalaman dirangkap oleh
Inventaris kerja min. 1 kepala instalasi
dan Logistik tahun atau fresh gizi
graduate
Penanggung DIII Gizi Memiliki 1 1 100%
jawab pengalaman dirangkap oleh
Pengolahan kerja min. 1 kepala instalasi
dan tahun di bidang gizi
Distribusi yang sama
Tenaga SMA / - 6 6 100%
Pelaksana SMK

Dari tabel di atas didapatkan bahwa ada kekurangan tenaga di beberapa bidang
pekerjaan. Diantaranya adalah penanggungjawab inventaris dan logistik serta
penanggungjawab pengolahan dan distribusi. Kekurangan tenaga ini akan dipenuhi
dengan mengatur pekerjaan kepala instalasi gizi, sehingga dapat merangkap
mengerjakan tugas pada posisi tersebut.

2.3 Pengaturan Jaga


Pengaturan jaga di Instalasi gizi RS Mawaddah Medika saat ini adalah sebagai
berikut:
Mgg Shift Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
I Pagi Ka Ins Ka Ins Ka Ins Ka Ins Ka Ins Ka Ins P1
P1 P1 P3 P3 P2 P2 P3
P2 P2 P4 P4 P1 P1 P4
II Sore P3 P3 P2 P2 P3 P3 P2
P4 P4 P1 P1 P4 P4 P1
Dst

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 5


BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruangan

Keterangan :

Food and Work Flow

Patients cutlery Flow

3.2 Standar Fasilitas Instalasi Gizi


3.2.1 Fasilitas alat dapur Instalasi Gizi

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 6


NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Meja kayu 5 BAIK
2 Kursi 1 BAIK
3 Kursi plastic 4 BAIK
4 Kursi kayu 1 BAIK
5 Telpon 1 BAIK
6 Rak piring kecil 2 BAIK
7 Rak buku kecil 2 BAIK
8 Lemari kaca stenlis 2 BAIK
9 Rak piring kayu 1 BAIK
10 Lemari bahan makanan kering 1 BAIK
11 Meja makan 1 BAIK
12 Lemari es 2 BAIK
13 Meja stenlis 1 BAIK
14 Jam dinding 1 BAIK
15 Kompor gas 2 BAIK
16 Elpiji 12 kg 7 BAIK
17 Dandang besar 1 BAIK
18 Dandang sedang 3 BAIK
19 Dandang kecil 1 BAIK
20 Wajan 2 BAIK
21 Panci 2 BAIK
22 Panci stenlis 2 BAIK
23 Panci bubur 1 BAIK
24 Blender 2 BAIK
25 Tempat lauk 1 BAIK
26 Tempat nasi stenlis 2 BAIK
27 Entong plastic 6 BAIK
28 Sendok kecil 13 BAIK
29 Sotel 3 BAIK
30 Serok 3 BAIK
31 Irus 8 BAIK
32 Mangkok bening besar 31 BAIK
33 Mangkok bening kecil 5 BAIK
34 Mangkok sayur besar 3 BAIK
35 Kereta makan 2 BAIK
36 Teflon 2 BAIK
37 Cobrk besar 2 BAIK
38 Cobek kecil 1 BAIK
39 Uleg 3 BAIK
40 Pisau 5 BAIK
Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika
41 Rantang 1 BAIK 7

42 Tapisan 4 BAIK
43 Bak plastic kotak 6 BAIK
3.2.2 Fasilitas alat makan pasien instalasi gizi

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 8


NO NAMA ALAT JUMLAH KETERANGAN
1 Kotak makan plastic 4 BAIK
2 Kotak makan kayu 3 BAIK
3 Mangkok hijau BAIK
4 Gelas anak 7 BAIK
5 Tutup gelas anak 7 BAIK
6 Lepek hijau 1 BAIK
7 Lepek putih 1 BAIK
8 Nampan putih 5 BAIK
9 Nampan coklat BAIK
10 Nampan biru 3 BAIK
11 Cetakan pudding coklat 20 BAIK
12 Tutup gelas 50 BAIK
13 Sendok makan 50 BAIK
14 Gelas 50 BAIK
15 Tempat gula 15 BAIK
16 Termos panas BAIK
17 Termos dingin BAIK
18 Plato orange 5 BAIK
19 Plato merah 4 BAIK
20 Plato coklat 4 BAIK
21 Plato putih 3 BAIK
22 Piring anak 5 BAIK
23 Mangkok biru 5 BAIK
24 Lepek biru 5 BAIK
25 Piring biru 5 BAIK
26 Piring lauk hijau 4 BAIK
27 Piring hijau 4 BAIK
28 Piring meraah 11 BAIK
29 Piring putih 1 BAIK
30 Piring lauk + sayur merah 11 BAIK
31 Piring lauk + sayur putih BAIK
32 Piring merah 5 BAIK
33 Piring lauk putih 8 BAIK
34 Piring lauk + sayur coklat 1 BAIK
35 Piring anak gambar ikan 2 BAIK
36 Plato anak 2 BAIK
37 Gelas anak 2 BAIK
38 Piring bamboo 7 BAIK
39 Mangkok bamboo 7 BAIK
40 Lepek bamboo 3 BAIK
Pedoman Pelayanan Piring
41 Instalasi
anakGizi RS. Mawaddah8Medika BAIK 9

42 Termos panas 7 BAIK


43 Termos dingin 8 BAIK
BAB IV
TATA LAKSANA

4.1. Asuhan Gizi Rawat Jalan


4.1.1 Pengertian :
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessment gizi, penentuan diagnosa gizi, rencana intervensi serta rencana
monitoring dan evaluasi kepada klien / pasien rawat jalan.
4.1.2 Tujuan :
Memberikan pelayanan gizi kepada klien / pasien rawat jalan agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya, meliputi :
1. Pengkajian status gizi.
2. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya serta cara
pemberian makanan.
3. Konseling gizi.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 10


4. Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi (kunjungan ulang /
kunjungan rumah bila diperlukan).
4.1.3 Pengkajian Status Gizi
a. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung kondisi pasien. Pada setiap klien/pasien yang dapat berdiri tegak
dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, sedangkan pada pasien
dengan kondisi khusus (tidak dapat berdiri) dapat dilakukan dengan
menggunakan LILA (Lingkar Lengan Atas) yang kemudian dikonversikan
ke dalam status gizi, sehingga akan dapat diketahui status gizi klien/pasien
tersebut.
b. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta
menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor serta mengevaluasi terapi
gizi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain seperti
Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, asam urat,
trigliserida) dan pemeriksaan urin (albumin).
c. Pemeriksaan Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini
pasien dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
menentukan rencana intervensi gizi dan memonitor serta mengevaluasi
terapi gizi. Pemeriksaan fisik klinis yang perlu dilakukan antara lain seperti
Pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh dan ada tidaknya kesulitan dalam
menelan atau mengunyah makanan.
d. Pemeriksaan Dietary History
Ada dua anamnesis riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara
kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari
dapat dilakukan dengan 24 hours recall. Semua data gizi (antropometri,

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 11


biokimia, fisik dan riwayat makan) sebagai bahan pertimbangan ahli gizi
untuk menentukan terapi diet pada klien/pasien tersebut.
4.1.4 Penentuan Kebutuhan Gizi
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan biokimia dan klinis serta riwayat makan klien/pasien tersebut. Selain
itu perlu juga memperhatikan kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan
tambahan karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ
yang sedang sakit.
4.1.5 Penentuan Jenis Diet
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta
kemampuan pasien untuk menerima makanan dengan memperhatikan prinsip gizi
seimbang, jenis bahan makanan serta kebiasaan makan/pola makan klien/pasien
tersebut.
4.1.6 Konseling Gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,
penilaian dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku makan/pola makan sesuai dengan kebutuhan
klien/pasien.
4.1.7 Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan dapat diperoleh melalui
kunjungan ulang pasien ke Poli Gizi (Minimal sebulan sekali). Evaluasi tersebut
mencakup rencana diet yang diberikan dan kepatuhan menjalankan rencana diet,
status gizi, hasil pemeriksaan biokimia dan fisik klinis klien/pasien yang terbaru.
Tindak lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang
diperoleh di rumah, bila perlu dilakukan perubahan terapi diet atau kunjungan
rumah.

4.2 Asuhan Gizi Rawat Inap


4.2.1 Pengertian :
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessment gizi, menentukan diagnosa gizi, perencanaan intervensi gizi serta
rencana monitoring dan evaluasi pelayanan gizi terhadap pasien di ruang rawat
inap.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 12


4.2.2 Tujuan
Memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap agar memperoleh gizi yang
sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya mempercepat proses penyembuhan.
Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan serangkaian kegiatan selama
perawatan yang meliputi :
a. Pengkajian status gizi.
b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya.
c. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan kondisi pasien dan cara
pemberian makanan.
d. Perencanaan monitoring dan evaluasi atas terapi gizi yang telah diberikan.
4.2.3 Mekanisme Pelayanan Gizi Rawat Inap
1. Assessment Gizi
a. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara
tergantung kondisi pasien. Pada setiap klien/pasien yang dapat berdiri tegak
dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, sedangkan pada pasien
dengan kondisi khusus (tidak dapat berdiri) dapat dilakukan dengan
menggunakan LILA (Lingkar Lengan Atas) yang kemudian dikonversikan
ke dalam status gizi, sehingga akan dapat diketahui status gizi klien/pasien
tersebut.
b. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya
kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta
menegakkan masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk menentukan intervensi gizi dan memonitor serta mengevaluasi terapi
gizi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain seperti
Pemeriksaan darah (Hb, kolesterol total, HDL, LDL, gula darah, asam urat,
trigliserida) dan pemeriksaan urin (albumin).
c. Pemeriksaan Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik klinis dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini
pasien dalam rangka mendukung diagnosis penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
menentukan rencana intervensi gizi dan memonitor serta mengevaluasi
terapi gizi. Pemeriksaan fisik klinis yang perlu dilakukan antara lain seperti

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 13


Pemeriksaan tekanan darah, suhu tubuh dan ada tidaknya kesulitan dalam
menelan atau mengunyah makanan serta mual dan muntah.
d. Pemeriksaan Dietary History
Ada dua anamnesis riwayat gizi pasien yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk
memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola makan sehari-hari
berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara
kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari
dapat dilakukan dengan 24 hours recall. Semua data gizi (antropometri,
biokimia, fisik dan riwayat makan) sebagai bahan pertimbangan ahli gizi
untuk menentukan terapi diet pada klien/pasien tersebut.
2. Diagnosis Gizi
Bertujuan untuk mengidentifikasi dan memberi deskripsi sesuai fakta
tentang risiko, kejadian atau perkembangan masalah gizi yang butuh
penanganan gizi. Mengidentifikasi dan memberi nama masalah gizi secara
jelas dan singkat, spesifik, akurat serta berdasarkan data assessment yang telah
dikumpulkan. Diagnosis gizi dinyatakan dalam kalimat yang terstruktur yang
biasa disebut PES, yaitu Problem (masalah gizi yang aktual), Etiologi (akar
penyebab masalah) dan Sign/symptom (fakta atau bukti yang menunjukkan
adanya masalah gizi).
3. Intervensi Gizi
Intervensi diberikan dengan tujuan untuk menanggulangi masalah gizi
yang sedang terjadi. Sasaran dari intervensi gizi sendiri adalah etiologi atau
akar masalah gizi. Apabila etiologi tidak dapat dirubah atau ditangani oleh ahli
gizi, maka intervensi gizi ditujukan untuk mengurangi tanda dan gejala
masalah gizi. Jenis intervensi gizi yang diberikan oleh ahli gizi rumah sakit
adalah intervensi diet dan edukasi. Sebelum menentukan jenis diet yang akan
diberikan kepada pasien, ahli gizi terlebih dahulu menghitung kebutuhan
energi pasien berdasarkan status gizi, pemeriksaan biokimia, fisik klinis dan
dietary history pasien.
Penentuan jenis diet yang akan diberikan kepada pasien dilakukan oleh
ahli gizi dengan pertimbangan atau saran dari dokter penanggungjawab pasien.
Setelah dokter memberikan saran, ahli gizi akan menyusun rencana dietnya
dan bila sudah sesuai selanjutnya akan diterjemahkan ke dalam menu dan

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 14


porsi makanan serta frekuensi makan yang akan diberikan. Makanan diberikan
dalam berbagai bentuk antara lain makanan biasa, lunak dan cair sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Apabila dari rencana diet tersebut
diperlukan penyesuaian, maka ahli gizi akan mengkonsultasikannya kepada
dokter.
Selain intervensi diet, diperlukan juga adanya intervensi berupa
edukasi (konseling gizi). Hal ini bertujuan untuk membantu pasien untuk terus
mempertahankan kondisi kesehatannya melalui penerapan pola makan yang
baik dan sesuai dengan kondisi kesehatan dengan memperhatikan aspek gizi
seimbang.
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Proses monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengukur derajat
perkembangan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang
diinginkan. Dilakukan dengan cara memonitor perkembangan, mengukur
perubahan serta melakukan evaluasi hasil (membandingkan assessment awal
dengan terbaru). Aktivitas utama dari proses monitoring serta evaluasi
pelayanan gizi pasien adalah memantau pemberian makanan secara
berkesinambungan untuk menilai proses penyembuhan dan status gizi pasien.
Pemantauan tersebut mencakup antara lain perubahan diet, bentuk makanan,
asupan makanan dan toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan.

4.3 Kebijakan Pelayanan Gizi Rawat Inap


4.3.1 Pengertian
Serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari
assessment gizi, menentukan diagnosa gizi, perencanaan intervensi gizi hingga
proses monitoring dan evaluasi pelayanan gizi terhadap pasien di ruang rawat
inap.
4.3.2 Tujuan
Pelayanan gizi rawat inap adalah memberikan pelyanan kepada pasien rawat inap
agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan gizi pasien rawat inap merupakan
serangkaian kegiatan selama perawatan yang meliputi :
a. Pengkajian status gizi.
b. Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 15


c. Penentuan macam atau jenis diet sesuai dengan kondisi pasien dan cara
pemberian makanan.
d. Perencanaan monitoring dan evaluasi atas terapi gizi yang telah diberikan.
e. Pemberian fasilitas pasien diberikan sesuai dengan ketentuan kelas
perawatan .
f. Pemesanan diet dilakukan sebelum proses distribusi makanan dengan
menggunakan form pesanan diet pasien
g. Makanan yang didistribusikan secara reguler kepada pasien rawat inap
menggunakan form pemesanan diet pasien untuk menghindari terjadinya
kesalahan pemberian diet.
h. Memberikan variasi menu terhadap pasien rawat inap secara konsisten
sesuai dengan kondisi pasien dan kelas perawatannya.

4.4 Penerimaan Bahan Makanan


4.4.1 Pengertian
Penerimaan bahan makanan adalah proses penerimaan bahan makanan dari
suplier berdasarkan permintaan harian.

4.4.2 Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai dengan pesanan.
4.4.3 Prasyarat
a) Adanya bon permintaan bahan makanan.
b) Tersedianya kartu stok / buku catatan keluar masuknya bahan makanan.

4.5 Penyimpanan Bahan Makanan


4.5.1 Pengertian
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan,
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
pelaporannya.
4.5.2 Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai dengan perencanaan

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 16


4.5.3 Prasyarat
1. Adanya sistem penyimpanan barang
2. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai persyaratan
3. Tersedianya kartu stok / buku catatan keluar masuknya bahan makanan.
4.5.4 Langkah Penyimpanan
1. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, bahan makanan harus
segera dibawa ke ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.
2. Apabila bahan makanan akan langsung digunakan, setelah ditimbang dan
diawasi oleh bagian penyimpanan bahan makanan tersebut dibawa ke ruang
persiapan bahan makanan.
3. Penyimpanan bahan makanan kering ditempatkan secara teratur menurut
macam dan golongan pemakaian bahan makanan.
4. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat
dan tidak berlubang. Diletakkan di atas rak bertingkat dan jarak bahan
makanan dengan lantai 15 cm dengan dinding 5 cm dengan langit langit 60
cm .
5. Pintu selalu terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-
waktu yang ditentukan.
6. Karyawan yang masuk keluar gudang juga hanya karyawan yang ditentukan.
Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan pukul 07.00 14.00 WIB
Pembersihan gudang dilakukan setiap hari dengan cara disapu dan secara
periodik (sebulan sekali) dibersihkan secara menyeluruh.

4.6 Persiapan Bahan Makanan


4.5.1 Pengertian
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan
makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
mengupas, mengocok, merendam, dsb.
4.5.2 Tujuan
Mempersiapkan bahan-bahan makanan, serta bumbu-bumbu sebelum dilakukan
kegiatan pemasakan.
4.5.3 Prasyarat
1) Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan
2) Tersedianya peralatan persiapan

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 17


3) Tersedianya protap persiapan
4) Tersedianya aturan proses-proses persiapan

4.7 Pengolahan Bahan Makanan


4.6.1 Pengertian
Pengolahan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi.
4.6.2 Tujuan
1) Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan
2) Meningkatkan nilai cerna
3) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan penampilan
makanan
4) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh
4.6.3 Prasyarat
1) Tersedianya siklus menu
2) Tersedianya peraturan pengguna Bahan Tambahan Pangan (BTP)
3) Tersedianya bahan makanan yang akan diolah
4) Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
5) Tersedianya aturan penilaian
6) Tersedianya prosedur tetap pengolahan
4.6.4 Macam Proses Pemasakan
1. Pemasakan dengan medium udara
a. Memanggang yaitu memasang bahan makanan langsung di atas pan sampai
kecoklatan dan mendapat lapisan yang kuning.
2. Pemasakan dengan menggunakan medium air
a. Merebus yaitu memasak dengan banyak air. Pada dasarnya ada 3 cara
dalam merebus, yaitu :
1) Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus
sayuran.
2) Api sedang untuk memasak santan dan berbagai masakan sayur.
3) Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang
memerlukan waktu lama.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 18


b. Mengukus : memasak dengan uap air mendidih. Air pengukus tidak boleh
mengenai bahan yang dikukus.
3. Pemasakan dengan menggunakan lemak
Menggoreng : memasukkan bahan makanan dalam minyak banyak atau dalam
mentega / margarin sehingga bahan menjadi kering dan dapat warna kuning
kecoklatan.
4. Pemasakan dengan kombinasi
Menumis : memasak dengan sedikit minyak atau margarine untuk membuat
layu atau setengah masak dan ditambah air sedikit lalu ditutup.

4.8 Pendistribusian Makanan


4.7.1 Pengertian
Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai
dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani (pasien dan
karyawan).
4.7.2 Tujuan
Konsumen mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku.

4.7.3 Prasyarat
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakit, menyangkut standar diet
dan standar porsi
2. Adanya peraturan pengambilan makanan.
3. Adanya form pemesanan diet (khusus pasien)
4. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien / kebutuhan konsumen.
5. Tersedianya peralatan makan
6. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
7. Tersedianya tenaga pramusaji
8. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama
4.7.4 Macam Distribusi Makanan
Sistem penyaluran yang digunakan sangat mempengaruhi makanan
yang disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan
perlengkapan yang ada. Terdapat 3 (tiga) sistem penyaluran makanan yang
biasa dilaksanakan di rumah sakit, yaitu sistem yang dipusatkan (sentralisasi),

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 19


sistem yang tidak dipusatkan (desentralisasi) serta kombinasi antara
sentralisasi dengan desentralisasi.
Rumah Sakit Mawaddah Medika menggunakan sistem distribusi
sentralisasi. Pelaksanaan sistem distribusi ini dilakukan dengan cara makanan
pasien dibagi dan disajikan pada alat makan pasien di dalam dapur pengolahan
makanan. Beda halnya dengan makanan karyawan yang menggunakan sistem
desentralisasi, yaitu makanan karyawan dibawa dari dapur pengolahan menuju
ruang makan karyawan dalam jumlah besar, selanjutnya disajikan pada alat
makan masing-masing karyawan oleh pramusaji.

4.9 Kebijakan Standar Diet dan Menu Makan Pasien serta Karyawan
4.8.1 Pengertian
1. Standar diet adalah ketentuan yang dibuat tentang makanan yang disesuaikan
dengan kebutuhan gizi serta kondisi kesehatan pasien
2. Menu makan adalah susunan hidangan yang terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayur dan buah. Menu makan diatur dalam sebuah siklus
menu. Siklus menu yang digunakan di rumah sakit Mawadddah Medika adalah
11 hari dan antara menu makan pasien dengan menu makan karyawan
menggunakan sistem kombinasi (ikut pasien dan menu sendiri).
4.8.2 Tujuan
Tersedianya standar diet dan menu makan pasien serta karyawan sesuai dengan
kebutuhan gizi dan kondisi kesehatan
4.8.3 Upaya Pelaksanaan Kegiatan
1. Standar Diet dan Menu Makan Pasien
a. Pasien non diet diberikan sesuai dengan permintaan dari ruangan
berdasarkan kondisi pasien dan ditulis dalam form pemesanan diet pasien
b. Pasien dengan diet diberikan sesuai dengan jenis diet yang sudah ditentukan
oleh dokter penanggungjawab pasien dan ahli gizi yang mengacu pada buku
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit.
c. Menu makan pasien diberikan sesuai siklus menu yang telah ditetapkan.
Satu siklus menu terdiri dari 11 hari dan setiap satu tahun sekali dilakukan
perubahan siklus menu.
2. Menu Makan Karyawan
a. Karyawan dinas pagi mendapatkan makan siang

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 20


b. Karyawan dinas sore mendapatkan makan malam
c. Karyawan dinas malam mendapatkan makan pagi

a. Standar Diet Pasien (Terlampir)


b. Pola Menu Makanan Pasien
Tabel pola menu sebagai berikut :
Waktu Jenis Makanan VIP Klas Klas Klas
makan I II III
07.00 Makanan pokok 1 1 1 1
Lauk hewani 1 1 1 1
Lauk Nabati 1 1 1 1
Sayur 1 1 1 1
09.00 Snack 1 1 1 -
12.00 Makanan pokok 1 1 1 1
Lauk hewani 1 1 1 1
Lauk Nabati 1 1 1 1
Sayur 1 1 1 1
Buah 1 1 1 -
17.00 Makanan pokok 1 1 1 1
Lauk hewani 1 1 1 1
Lauk Nabati 1 1 1 1
Sayur 1 1 1 1
Snack 1 - - -

4.10. Kebijakan Penyusunan Menu dan Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan


4.10.1 Pengertian
a. Penyusunan menu adalah serangkaian kegiatan penyusunan menu makanan
yang akan diolah untuk memenuhi selera pasien dan kebutuhan zat gizi yang
memenuhi prinsip gizi seimbang
b. Perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan penyusunan
kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk pengadaan bahan
makanan.
4.10.2 Tujuan
a. Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit
b. Tersedianya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan untuk pasien
dalam satu tahun anggaran.
4.10.3 Upaya Pelaksanaan Kegiatan
a. Penyusunan standar diet
b. Penyusunan standar porsi

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 21


c. Perencanaan kebutuhan bahan makanan

4.11 Kebijakan Penyusunan Anggaran Belanja Instalasi Gizi


4.11.1 Pengertian
Penyusunan anggaran belanja bahan makanan adalah suatu kegiatan penyusunan
anggaran biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien serta
karyawan yang dilayani.
4.11.2 Tujuan
Tersedianya taksiran anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi pasien dan karyawan yang
dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi.
4.11.3 Upaya Pelaksanaan Kegiatan
a. Tersedianya kebijakan penyusunan anggaran rumah sakit
b. Tersedianya data peraturan pemberian makanan rumah sakit
c. Tersedianya standar diet dan standar porsi untuk pasien
d. Tersedianya siklus menu
e. Tersedianya anggaran makanan yang terpisah dari biaya perawatan
f. Tersedianya data jumlah karyawan yang dilayani

4.11.4 Langkah Perencanaan Anggaran Belanja


Makanan
a. Mengumpulkan data tentang macam dan jumlah pasien tahun sebelumnya.
b. Menetapkan macam dan jumlah pasien.
c. Mengumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan
melakukan survei, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan.
d. Membuat standar kecukupan gizi dan standar porsi ke dalam berat kotor.
e. Menghitung indeks harga makanan perorang perhari sesuai dengan kelas
perawatan
f. Menghitung anggaran belanja makanan setahun untuk masing-masing
pasien termasuk karyawan.
g. Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan untuk
meminta perbaikan
h. Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 22


4.12 Kebijakan Pengelolaan Produksi dan Distribusi Bagi Pasien dan Karyawan
4.12.1 Pengertian
1. Produksi makanan adalah proses memproduksi makanan dengan mengolah
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi.
2. Pendistribusian makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis diet pasien dan karyawan yang
dilayani yang dilayani.
4.12.2 Tujuan
1. Menghasilkan makanan yang siap dimakan,aman dan bermutu.
2. Pasien dan karyawan mendapat makanan sesuai diet dengan ketentuan yang
berlaku.
4.12.3. Upaya Pelaksanaan
Kegiatan
1. Tersedianya standar diet rumah sakit
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
3. Adanya peraturan pengambilan makanan.
4. Adanya daftar permintaan bahan makanan.
5. Tersedianya peralatan memasak dan alat makan.
6. Tersedianya sarana pendistribusian makanan.
7. Tersedianya tenaga pramusaji.
8. Tersedianya siklus menu baik untuk pasien maupun karyawan

Pengolahan bahan makanan dilakukan dengan sistem swakelola, yaitu


sistem penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
(instalasi gizi) secara penuh, sehingga proses pengolahannya dilakukan di dapur
instalasi gizi. Adapun jadwal pendistribusian makanan pasien adalah sebagai
berikut :
1. Makan pagi pukul 06.30-07.00 WIB
2. Snack pagi pukul 09.00-09.30 WIB
3. Makan siang pukul 12.00-12.30 WIB
4. Snack siang pukul 12.00-12.30 WIB (Bersamaan dengan makan siang)
5. Makan sore pukul 17.00-17.30 WIB
6. Snack sore (VIP) pukul 17.00-17.30 WIB (Bersamaan dengan makan
malam)

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 23


Proses pendistribusian makanan pasien dan karyawan dilakukan dengan
cara sentralisasi, sehingga setiap waktu makan tersebut petugas gizi mengantar
makanan atau snack dari instalasi gizi ke masing-masaing ruang perawatan
pasien, sedangkan untuk proses pendistribusian makan karyawan dilakukan dari
dapur ke ruang makan karyawan.

4.13 Kebijakan Penanganan Makanan Dan Alat Makan Untuk Pasien


4.13.1 Pengertian
1. Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan
minuman yang disajikan dari dapur Instalasi Gizi untuk pasien dan
karyawan serta makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan
rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit.
2. Alat makan adalah peralatan yang digunakan untuk pasien
3. Penanganan makanan dan alat makan pasien adalah perlakuan terhadap
makanan dan alat makan yang dimulai dari makanan dan alat makan
pada proses persiapan dan pendistribusian serta pencucian alat-alat
makan.
4.13.2 Tujuan
1. Penanganan makanan bertujuan mencegah kehilangan zat-zat gizi dan
pada saat makanan diproses mulai dari persiapan bahan makanan
pengolahan pendistribusian yang memenuhi syarat gizi sehingga
dihasilkan makanan yang baik dan bergizi.
2. Penanganan alat makan dengan baik dan benar bertujuan agar alat bebas
kotoran kuman dan sisa makanan yang menempel pada alat, sehingga
selanjutnya dapat dipakai dengan aman.
4.13.3 Upaya pelaksanaan Kegiatan
1. Dalam penyelenggaraan makanan
perlu diusahakan agar makanan yang dihasilkan bersih, sehat dan aman
dikonsumsi.
1. Persiapan bahan makanan adalah dalam upaya mempertahankan
zat-zat gizi bahan makanan yang perlu dilakukan adalah seperti
membungkus bahan makanan yang sudah dibersihkan, menyimpan
dalam almari pendingin dan sebagainya.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 24


2. Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan mengubah
makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas
dan aman untuk dikonsumsi.
3. Pendistribusian makanan di instalasi gizi dengan sistem sentralisasi
untuk pasien dan karyawan.
2. Makanan yang siap saji dilakukan uji
organoleptik setiap menu yang disajikan oleh ahli gizi.
3. Penanganan alat makan dilakukan
dengan cara :
1. Pasien noninfeksius dengan alat makan
pasien VIP berupa piring, klas I berupa piring, klas II berupa piring
dan klas III berupa plato
2. Pasien Infeksius dengan alat makan
khusus pasien infeksius
3. Pencucian alat makan dibedakan antara
pasien infeksiun dan pasien nonifeksius.
a. Pencucian alat makan pasien noninfeksius
Pencucian alat makan noninfeksius dilakukan dengan cara
merendam alat makan selama 10 menit dengan air panas kemudian
dibersihkan dengan air sabun, dibilas dan dikeringkan (dibiarkan
sampai kering atau dilap dengan tissue).
b. Pencucian alat makan pasien infeksius
Pencucian alat makan infeksius dilakukan dengan cara
merendam alat makan selama 10 menit dengan air panas yang
telah dicampur dengan larutan klorin (1:9), kemudian dibersihkan
dengan air sabun, dibilas dan dikeringkan (dibiarkan sampai kering
atau dilap dengan tissue)
4. Peralatan makan dan masak yang sudah
bersih disimpan dalam keadaan kering dan disimpan pada rak.

4.14 Kebijakan Konsultasi Gizi Pasien


4.14.1 Pengertian

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 25


Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan
gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih
baik tentang dirinya dan permasalahan gizi yang dihadapi.
4.14.2 Tujuan
Membantu pasien dalam upaya merubah perilaku yang berkaitan dengan gizi
sehingga meningkatkan status gizi dan kesehatan pasien.
4.14.3 Sasaran
1. Pasien dan karyawan yang mempunyai masalah kesehatan yang
terkait dengan gizi.
2. Pasien dan karyawan yang ingin melakukan tindakan pencegahan
3. Pasien dan karyawan yang ingin mempertahankan dan mencapai
status gizi optimal
4.14.4 Langkah-langkah Konseling Gizi
1. Membangun dasar-dasar konseling
2. Menggali permasalahan
3. Mengumpulkan dan pengkajian data antropometri
4. Pengumpulan dan pengkajian data biokimia
5. Pengumpulan dan pengkajian data klinis dan fisik dan riwayat makan
6. Menegakkan diagnosis gizi
7. Memilih rencana intervensi gizi yang paling memungkinkan untuk
dilakukan
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan

BAB V
LOGISTIK

5.1 Pengadaan Barang Logistik di Instalasi Gizi


5.1.1 Pengertian
Bahan makanan kering yang dibutuhkan untuk instalasi gizi.
5.1.2 Tujuan

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 26


Memperlancar kegiatan di instalasi gizi.
5.1.3 Kebijakan
Terpenuhinya bahan makanan kering di instalasi gizi.
5.1.4 Prosedur
Kepala Instalasi gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan basah dan
kering untuk besok dengan menghitung standar porsi x jumlah pasien dan
karyawan yang dilayani.
1. Membuat permohonan pengadaan barang logistik sesuai pelaporan
penanggung jawab inventaris dan logistik
2. Permohonan dibuat setiap hari dan diketahui oleh Bag. Rumah Tangga dan
Ka.Bag Umum & Kepegawaian.
3. Permohonan tersebut ditujukan ke gudang logistik dan diproses di pembelian.
4. Barang yang datang diterima oleh ahli gizi.
5. Setelah barang datang ahli gizi mengecek kelengkapan barang
6. Setiap bulan ahli gizi merekap logistik barang yang diajukan dan yang
digunakan.
7. Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk besok hari
dengan cara menghitung standar porsi x jumlah pasien dan karyawan yang
dilayani

5.2 Pengadaan Alat Tulis Kantor dan Barang Rumah Tangga


5.2.1 Pengertian
Barang logistik ATK dan RT adalah sarana berupa alat RT dan ATK yang
dibutuhkan sehari-hari untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi.
5.2.2 Tujuan
Memperlancar kegiatan pelayanan gizi

5.2.3 Kebijakan
Terpenuhinya kebutuhan ATK dan barang Rumah Tangga di instalasi gizi
5.2.4 Prosedur
1. Setiap bulan penanggung jawab logistik membuat daftar kebutuhan barang
logistik, ditulis di bon permintaan yang memuat Nomor, Nama barang, Jumlah
barang beserta keterangan.
2. Permohonan dibuat setiap awal bulan.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 27


3. Permohonan ditujukan ke bagian logistik umum dan diproses di pembelian
4. Barang yang datang diterima oleh bagian logistik umum
5. Setelah barang yang diperlukan disiapkan oleh petugas logistik umum, lalu
logistik umum memberitahu instalasi gizi bahwa barang sudah boleh diambil
6. Petugas logistik umum memberikan barang sesuai dengan permintaan
7. Petugas logistik umum menandatangani bon permintaan dan barang yang
sudah diterima ditandatangani yang mengambil barang (petugas gizi)
8. Setiap bulan ahli gizi mencatat barang yang diminta dan yang digunakan

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem
tersebut meliputi :
- Assesment resiko

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 28


- Identifikasi dan pelaporan hal yang berhubunagn dengan resiko
- Pelaporan dan analisi insiden
- Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut
- Implementasi sosial untuk meminimilkam resiko
System ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :
- Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
- Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

6.2 Tujuan
- Terciptanya budaya keselamatan pasien
- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit
- Menurunkan kejadian tidak diharapkan
- Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi KTD

6.3 Standar Keselamatan Pasien


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

6.4 Kejadian Tidak Diharapkan


Adverse Event
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan
medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 29


KTD yang tidak dapat dicegah (Unpreventable adverse event)
Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir.

6.5 Kejadian Nyaris Cidera


Near Miss
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi, karena keberuntungan, atau pencegahan, atau
peringanan.

6.6 Kesalahan Medis


Medical Errors
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.

6.7 Kejadian Sentinel


Sentinel Events
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius, biasanya dipakai
untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti: operasi pada
bagian tubuh yang salah.
Pemilihan kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi (seperti, amputasi
pada kaki yang salah) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

6.8 Tatalaksana
1. Memberikan asuhan gizi sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
2. Memberikan asuhan gizi sesuai dengan instruksi dokter dan ahli gizi.
3. Mengobservasi keadaan gizi pasien.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 30


4. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada formulir Pelaporan Insiden
Keselamatan

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

6.5 Tujuan

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 31


1. Petugas dalam menjalankan tugas dan kewajiban dapat melindungi diri sendiri
dari peyebaran infeksi.
2. Petugas dalam menjalankan tugas dan kewajiban menghindarkan paparan dengan
menerapkan prinsip Universal Precaution.

6.6 Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah
menjaga hygiene individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan.

6.7 Tata Laksana Keselamatan Kerja


Penatalaksanaan keselamatan kerja di instalasi gizi rumah sakit Mawaddah Medika
dilakukan berdasarkan pembagian unit kerja. Prosedur yang dilakukan di setiap unit
kerja berbeda, diantaranya :
1. Ruang
penerimaan dan penyimpanan
Keselamatan kerja di ruang ini terlaksana bila :
a. Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang
tetat dan tidak meletakkan posisi tangan pada tempat ke arah bagian alat
yang tajam (berbahaya)
b. Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan menggunakan
alat pengangkut jika ingin mengangkatnya
c. Pergunakan penutup wadah yang sesuai agar bahan makanan tidak tumpah
d. Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan
makanan
e. Mematikan lampu apabila sudah tidak dipergunakan
f. Tidak mengangkat barang berat bila tidak sesuai dengan kemampuan
g. Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
h. Membersihkan barang yang tumpah atau licin di ruang penerimaan dan
penyimpanan

2. Ruang
persiapan dan pengolahan
Keselamatan kerja di ruang ini terlaksana bila :

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 32


a. Menggunakan peralatan tajam yang sesuai dengan cara yang baik (misalnya
tidak berbincang-bincang saat sedang memotong ikan atau sayuran)
b. Tidak menggaruk anggota badan atau batuk selama mengolah makanan
c. Menggunakan alat sesuai dengan petunjuk pemakaian
d. Membersihkan, mematikan serta menghidupkan alat sesuai dengan ketentuan
pabrik
e. Berhati-hati saat menyalakan kompor, menghidupkan atau menyalakan listrik
f. Tidak mengisi muatan yang melebihi kapasitas tempat/wadah
g. Meletakkan alat menurut tempat dan ditata dengan rapi
h. Bila membawa air panas tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi
wadahnya terlalu penuh
i. Perhatikan cara mengisi tabung LPG serta patuhi cara penggunaannya
j. Perhatikanlah, bila membawa makanan dengan nampan, jangan sampai
tertumpah atau makanan tersebut tercampur
3. Ruang
distribusi
Keselamatan kerja di ruang ini terlaksana bila :
a. Tidak mengisi panci atau piring terlalu penuh
b. Tidak mengisi kereta makanan melebihi kapasitasnya
c. Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
d. Bila membawa air panas tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi
wadahnya terlalu penuh
4. Alat
Pelindung Diri (APD)
a. Baju
kerja, celemek, dan topi etrbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan
nyaman dipakai, sehingga tidak menggangu gerak kerja karyawan
b. Meng
gunakan sandal yang tidak licin bila berada di lingkungan dapur
c. Terse
dia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air mengalir bersih dalam jumlah yang
banyak, terdapat sabun maupun handrub
d. Terse
dia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik dan yang mudah dijangkau

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 33


e. Terse
dia alat atau kotak P3K sederhana

BAB VIII
EVALUASI & PENGENDALIAN MUTU

Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka saat


ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Pengendalian Mutu di Instalasi Gizi harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari
pasien sehingga nantinya mendapat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di Instalasi
Gizi, pada khususnya dan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Mawaddah Medika pada
umumnya. Indikator Mutu instalasi gizi Rumah Mawaddah Medika antara lain :

8.1 Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit


1. Ketepatan Diet Yang disajikan .
a. Definisi :
Persentase ketepatan diet yang disajikan sesuai dengan diet order dan rencana
asuhan zat gizi.
b. Skor minimum : 100 %
c. Prosedur :
a. Lakukan pengambilan data pada pasien yang dilakukan asuhan gizi di
ruang rawat inap.
b. Catat rencana intervensi diet yang terdapat dalam rekam medik, catat order
diet yang diminta ke ruangan produksi makanan dan observasi diet yang
disajikan .
c. Jawaban ya dalam Formulir SPM Instalasi Gizi bila order diet sesuai
dengan rencana intervensi , order diet sesuai dengan diet yang disajikan ;
jawaban tidak dalam Formulir SPM Instalasi Gizi bila terjadi
sebaliknya.
d. Lakukan rekapitilasi dan tentukan apakah skor minimum tercapai atau
tidak.
e. Bila tidak mencapai skor minimum , lakukan identifikasi masalah dan
tindak lanjut.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 34


d. Frekuensi audit
Audit dilakukan setiap bulan, bila belum mencapai skor dicari penyebabnya,
ditindak lanjuti dan diaudit kembali.

2. Ketepatan waktu penyajian makanan


a. Definisi.
Persentase ketepatan waktu penyajian makanan yang sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan.
b. Skor minimum: > 90%
c. Prosedur
1. Amati apakah waktu penyajian makanan sesuai dengan jadwal makan yang
telah ditentukan atau tanyakan kepada pasien tentang jam penyajian
makanan.
2. Jawaban ya dalam Formulir SPM Instalasi Gizi bila waktu penyajian
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
3. Jawaban tidak dalam Formulir SPM Instalasi Gizi bila waktu penyajian
tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
4. Hitung dengan formula dibawah ini :
Jumlah pasien yang menjawab tidak sesuai x 100%
Jumlah seluruh pasien yang disurvey
5. Lakukan rekapitulasi dan tentukan apakah skor minimum tercapai atau
tidak
6. Bila tidak mencapai skor minimum, lakukan identifikasi masalah dan tindak
lanjutnya.
d. Frekuensi audit
Bila minimum skor tercapai, dilakukan 12 kali dalam setahun/ setiap bulan
sekali. Bila skor minimum tidak tercapai dilakukan audit berulang pada aspek
yang perlu diperbaiki.
3. Sisa makanan pasien.
a. Definisi.
Porsi makanan yang tersisa yang tidak dimakan pasien dalam prosentasi
b. Skor minimal: < 20 %
c. Prosedur :

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 35


1. Amati dan catat estimasi sisa makanan yang terdapat dalam alat makan
pasien di Formulir SPM Instalasi Gizi.
- > 20% : menggambarkan makanan tidak termakan lebih dari 20%
- < 20% : menggambarkan makanan tidak termakan kurang dari 20%.

2. Formula :
Jumlah pasien dengan sisa makanan > 20% X 100
Jumlah seluruh pasien yang disurvey
3. Tentukan apakah skor minimum tercapai atau tidak
4. Lakukan rekapitulasi dari pasien yang disurvey dan tentukan
kesimpulannya secara keseluruhan apakah skor minimum tercapai atau
tidak.
d. Frekuensi audit
Bila tidak mencapai skor minimum, lakukan identifikasi masalah dan tindak
lanjutnya.

8.2 Evaluasi / Penilaian


Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen. Evaluasi ini
bertujuan untuk menilai pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan
yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang dikehendaki. Melalui penilaian,
pengelola dapat memperbaiki rencana yang lalu bila perlu, ataupun membuat rencana
program yang baru.
Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan terhadap masukan,
proses, luaran, dampak untuk menilai relevan kecukupan, kesesuaian dan kegunaan.
Dalam hal diutamakan luaran atau hasil yang dicapai. Metode-metode yang sering
digunakan dalam pengawasan dan pengendalian mutu adalah, menilai mutu akhir,
evaluasi terhadap output, kontrol mutu, monitoring terhadap kegiatan sehari-hari.
Pada dasarnya terdapat 4 langkah yang dapat dilakukan dalam pengawasan
dan pengendalian mutu pelayanan yaitu :
a. Penyusunan standar, baik standar biaya, standar performance mutu, standar
kualitas keamanan produk, dsb
b. Penilaian kesesuaian yaitu membandingkan dari produk yang dihasilkan atau
pelayanan yang ditawarkan terhadap standar tersebut.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 36


c. Melakukan koreksi bila diperlukan, yaitu dengan mengoreksi penyebab dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan .
d. Perencanaan peningkatan mutu, yaitu membangun upaya yang berkelanjutan
untuk memperbaiki standar yang ada.

Pedoman Pelayanan Instalasi Gizi RS. Mawaddah Medika 37

Anda mungkin juga menyukai