LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
NOMOR YR.02.03/XVI.I/268/2018
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pelayanan Gizi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit,
yang saling menunjang dan tidak dapat dipisahkan. Kesehatan dan gizi merupakan faktor
penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia di
suatu negara yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang yang
sehat dan berstatus gizi baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk
meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun
pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi
kesehatan di antaranya rumah sakit.
Instalasi Gizi di rumah sakit merupakan wadah yang memberikan pelayanan kepada
pasien rawat jalan, rawat inap dan pegawai yang bekerja di lingkungan rumah sakit.
Berdasarkan Permenkes Nomor 1681/Menkes/Per/XII/2005, menyatakan bahwa Instalasi
Gizi merupakan wadah yang menangani kegiatan gizi di rumah sakit, meliputi 4 kegiatan
yaitu kegiatan pengadaan / pelayanan makanan, kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat
inap, kegiatan penyuluhan, konsultasi /konseling gizi, serta kegiatan penelitian dan
pengembangan gizi terapan.
Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses
penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat
menghemat biaya pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh dapat melakukan
aktifitas dan kegiatan kembali secara normal. Oleh karena itu pelayanan gizi di rumah sakit
yang merupakan hal setiap orang memerlukan adanya suatu pedoman agar diperoleh hasil
pelayanan yang bermutu. Sehubungan dengan hal tersebut, disusunlah “ Buku Pedoman
Pelayanan Gizi” yang dilaksanakan oleh Instalasi Gizi RSUP Dr. M. Djamil Padang sebagai
acuan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya.
-2-
B. PENGERTIAN
Batasan operasional dibawah ini merupakan batasan istilah, yang dipandang sesuai
dengan kerangka konsep pelayanan gizi.
1. Pelayanan Gizi suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi, makanan, dietetik
masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan, anjuran,
implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai
status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
2. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
3. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
4. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah Pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang
terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian pelayanannya
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
5. Dietetik adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip prinsip keilmuan
makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan di
berbagai area/ lingkungan /latar belakang praktek pelayanan.
6. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara makanan
dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-zat gizi dan bagaimana
dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme, disimpan dan dikeluarkan dari tubuh.
7. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua arah
yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/ Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan
pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah
gizi sehingga pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
8. Penyuluhan gizi adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi dan
kesehatan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap serta perilaku positif pasien/klien dan
lingkungannya terhadap upaya peningkatan status gizi dan kesehatan.Penyuluhan
gizi ditujukan untuk kelompok atau golongan masyarakat massal, dan target yang
diharapkan adalah pemahaman perilaku aspek kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari.
-3-
9. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang memberikan
pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien dengan masalah gizi, baik
secara vertikal maupun horizontal.
10. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan
suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat.
11. Standar Profesi Tenaga Gizi adalah batasan kemampuan minimal yang harus
dimiliki/dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat melaksanakan pekerjaan dan praktik
pelayanan gizi secara profesional yang diatur oleh organisasi profesi.
12. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
13. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal
pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia.
14. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional
di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik, baik di masyarakat maupun rumah
sakit dan unit pelaksana kesehatan lain.
15. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi dan Sarjana Gizi
yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
16. Registered Dietisien yang selanjutnya disingkat RD adalah tenaga gizi sarjana
terapan gizi atau sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internsip)
dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi sesuai ketentuan peraturan
peraturan perundang-undangan berhak mengurus ijin memberikan pelayanan gizi,
makanan dan dietetik dan menyelenggarakan praktik gizi mandiri.
17. Teknikal Registered Dietisien yang selanjutnya disingkat TRD adalah seorang
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga Gizi sesuai
aturan yang berlaku atau Ahli Madya Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
18. Tim Asuhan Gizi/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Asuhan
Nutrisi adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan gizi pasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari dokter/ dokter spesialis,
ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasi dari setiap unit pelayanan, bertugas
bersama memberikan pelayanan paripurna yang bermutu.
19. Masyarakat Rumah Sakit adalah sekelompok orang yang berada dalam
lingkungan rumah sakit dan terkait dengan aktifitas rumah sakit, terdiri dari
pegawai atau karyawan, pasien rawat inap, dan pengunjung poliklinik.
-4-
20. Mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi dan standar terhadap bahan makanan dan minuman.
21. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya jasad renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman,
peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan
manusia.
-5-
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan di Instalasi Gizi
No Unit Jenis Pelayanan Kualifikasi Tenaga Jumlah Tenaga
1 2 3 4 5
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Unit
No Jenis Tenaga Jml Tenaga Pengembangan SDM
Kerja
Keadaan Kebutuhan Kekurangan Pendidikan Pelatihan Keadaan Kebutuhan Kekurangan
1 Instalasi Ka. Instalasi 1 1 0 D IV Gizi - PMKP 1 1 0
Gizi Gizi - NCP Basic
- APAR & BHD
- Pelayanan Gizi Terkini, Kebijakan
dan Kewenangan Dietisien
- Manajemen Mutu Pelayanan Gizi
Rumah Sakit
S2 0 1 (Usulan 1
Managemen tahun
Gizi 2019)
- Food Service 0 1 1
- Logistik Gizi
- MNT
Sekretaris 1 1 0 S1 - NCP Basic 1 1 0
Instalasi Gizi Kesehatan - RCA
- 11 -
3. Bendahara Materiil
a. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang ini, terdapat 1 orang Bendahara Materiil Gizi yang
bertanggung jawab dalam merencanakan, memantau, mengevaluasi dan
melaporkan administrasi logistik, keuangan dan kepegawaian
b. Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan gizi di RSUP Dr M Djamil Padang
maka tugas dan fungsi Sekretris Instalasi Gizi yaitu :
1) Berkoordinasi dengan PJ. Perencanaan dalam membuat perencanaan
pesanan bahan makanan kering setiap diperlukan.
2) Membuat pesanan bahan makanan kering setiap bulan.
3) Melaksanakan pemesanan gas elpiji setiap dibutuhkan dan menyelesaikan
administrasinya.
4) Menerima dan menyimpanan bahan makanan kering yang diterima oleh
panitia penerima barang sesuai spesifikasi dan menyelasikan segala
pencatatannya.
5) Menyalurkan bahan makanan kering untuk Instalasi Gizi dan bagian lain di
rumah sakit.
6) Melakukan pengecekan bahan makanan kering secara berkala.
7) Membuat pencatatan harian pemakaian bahan makanan kering, segar, gas
elpiji dan prasarana lainnya.
8) Membuat laporan bulanan untuk bahan makanan kering, segar dan gas
elpiji.
9) Membuat laporan makanan puasa dan laporan tahunan Instalasi Gizi (bahan
makanan kering dan gas elpiji).
10) Melaksanakan kegiatan (kebutuhan) yang berkaitan dengan proses
pemeriksaan/audit laporan ataupun stock opname bahan makanan kering
baik internal maupun eksternal.
11) Melakukan bimbingan dan latihan kerja bagi pegawai dan mahasiswa.
- 15 -
c. Pendidikan Bendahara Instalasi Gizi RSUP Dr M Djamil Padang yaitu DIV Gizi.
d. Masa kerja di RSUP Dr M Djamil Padang selama 26 tahun.
e. Pengalaman kerja di RSUP Dr M Djamil Padang selama 26 tahun.
6. Tenaga Pengolah
a. Di RSUP Dr. M. Djamil Padang ini tenaga pengolah berjumlah 42 orang dengan
Pendidikan, DI Boga, DI Perhotelan, SMK Boga dan SMA.
b. Masa kerja di RSUP Dr M Djamil Padang rata-rata selama 31 – 2 Tahun.
c. Pengalaman kerja rata-rata di RSUP Dr M Djamil Padang selama 31 – 2 Tahun.
d. Dalam mengelola pelaksanaan dinas tenaga pengolah dilakukan oleh
Koordinator Pengolah yang ditunjuk.
7. Pramusaji
a. Di RSUP Dr M Djamil Padang ini terdapat 44 orang penyaji makanan pasien
dengan pendidikan SMA dan setingkat
b. Masa kerja di RSUP Dr M Djamil Padang rata-rata 33 Tahun – 2 Bulan.
c. Pengalaman kerja di RSUP Dr M Djamil Padang selama 33 Tahun – 2 bulan.
- 16 -
C. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Kuantitas SDM Gizi
Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Gizi RSUP Dr. M. Djamil Padang ini berdasarkan
jadwal dinas yang 5 hari kerja dan 6 hari kerja. Tenaga kerja di instalasi gizi RSUP
Dr. M. Djamil Padang saat ini berjumlah 112 orang yang terdiri dari bekerja dengan
jadwal Dinas 5 hari kerja dan 6 hari kerja. Dengan rincian sebagai berikut :
a. 5 hari Kerja
Kepala Instalasi, Sekretaris, PJ, Sanitarian dan Pranata Komputer
1) Senin s/d Kamis : jam 07.30 s/d 16.00 Wib
Istirahat : jam 12.00 s/d 13.00 Wib
2) Jum’at : jam 07.30 s/d 16.30 Wib
Istirahat : jam 12.00 s/d 13.30 Wib
b. 6 hari kerja :
Sub PJ dan Ahli Gizi dengan dinas 2 shift
1) Subuh : jam 05.00 s/d 12.00 Wib
2) Pagi : jam 07.30 s/d 14.30 Wib
Waktu
Beban Kerja
Kebutuha YG
N Kerja Tersedi KEKURANGA PENSIU
n SKK SKI KEB SDM KEB. SDM AD
O Kategori a N N 2018
A
(Per (Per
SDM
SDM Tahun) Tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
(5 x 6 + 7 Pembulatan
(3 : 4 ) ) 8
1.1093 0.35052
1 0
1 Kepala Instalasi 192,802 107,040 1.8012145 7 3 2.348743 1
1.1093 0.08124
32 24 8
2 Nutrisionis 3,679,451 125,550 29.306659 7 3 32.593276
1.1093 0.05782
53 42 11
3 Juru Masak 5,951,887 125,550 47.406507 7 6 52.649354 1
1.1093 0.06929
55 44 11
4 Pramusaji 6,253,254 125,550 49.806882 7 5 55.323735 1
- 18 -
3) Peningkatan keterampilan.
4) Perubahan sikap dan prilaku yang positif terhadap pekerjaan.
Jenis pendidikan dan pelatihan di instalasi gizi RSUP Dr M Djamil Padang ini
mencakup pendidikan dan pelatihan (internal maupun eksternal) dimana setiap akhir
tahun dibuat rancangan pendidikan dan pelatihan untuk setiap tahunnya termasuk
nama petugas, tempat, tanggal serta harga tiap pendidikan atau pelatihan yang
nantinya diajukan ke bagian pelatihan dan pengembangan RSUP Dr M Djamil
Padang, yaitu :
1) Orientasi karyawan baru
Tujuan :
Mempersiapkan calon karyawan gizi dalam mengenal lingkungan tempat bekerja,
sistem yang ada di pelayanan gizi, serta tugas yang akan diembannya sehingga
diharapkan calon karyawan gizi dapat menghayati hal-hal yang akan dihadapi
termasuk yang berkaitan dengan tugasnya dan tujuan unit pelayanan gizi.
2) Seminar
Tujuan :
Meningkatkan kapasitas dan wawasan keilmuan karyawan gizi agar menjadi
tenaga yang lebih profesional sehingga mampu meningkatkan kinerja pelayanan
gizi ditempatnya bekerja. Selain itu juga akan mempengaruhi jenjang karir sesuai
dengan keprofesiannya.
3) Pelatihan
Pelatihan dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga gizi yang dilaksakanan
melalui pelatihan internal dan eksternal bagi karyawan gizi RSUP Dr M Djamil
Padang.
Pelatihan bagi karyawan bertujuan untuk :
a) Mempersiapkan karyawan gizi untuk menjadi tenaga profesional yang handal
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya.
b) Peningkatan kinerja karyawan gizi baik mengenai tanggung jawab maupun hak
dan kewajibannya dalam penyelenggaraan makan pasien dan karyawan di
RSUP Dr.M. Djamil Padang.
c) Diharapkan dapat merubah prilaku ke arah postif yang dapat meningkatkan
citra pelayanan gizi.
- 21 -
BAB IV
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
GUDANG ALAT
pintu
- 22 -
keterangan :
: KACA
: TEMBOK
: PINTU BESI
B. STANDAR FASILITAS
Agar kegiatan penyelenggaraan makanan di instalasi gizi RSUP Dr. M. Djamil Padang
dapat berjalan optimal, maka perlu didukung dengan sarana prasarana, peralatan dan
perlengkapan yang memadai sesuai standar untuk ruang konsultasi gizi, ruang
penyelenggaraan makanan, ruang pertemuan dan ruang pendidikan mahasiswa di instalasi gizi.
1. Sarana dan Prasarana Pelayanan Gizi Rawat Jalan
a. Fasilitas di ruang Konsultasi Gizi
1) Ruang konsultasi gizi RSUP Dr M Djamil Padang terletak di gedung poli rawat jalan
2) Peralatan terdiri dari :
a) Peralatan Kantor
Meja + Kursi Konseling Gizi
Kursi tunggu
AC
Komputer + printer
b) Peralatan Penunjang Penyuluhan
Food model
Lefleat diet
Daftar bahan makanan penukar
c) Peralatan Antropometri
a) Alat Ukur Tinggi dan Berat Badan
- 23 -
2) Konstruksi
a) Lantai: keramik ,mudah dibersihkan,t idak membahayakan/ tidak licin, tidak
menyerap air , tahan terhadap asam dan tidak memberikan suara keras.
b) Dinding: memantulkan cahaya yang cukup bagi ruangan, dan tahan terhadap
cairan.
c) Langit-langit: bertutup, sirkulasi dengan exhause fan, jarak antara lantai
dengan langit- langit cukup tinggi.
d) Penerangan dan ventilasi: cukup, baik penerangan langsung maupun
penerangan listrik, sebaiknya berkekuatan minimal 200 lux. Ventilasi cukup
dapat mengeluarkan asap, bau makanan, bau uap lemak, bau air, dan panas,
digunakan “exhause fan“ pada tempat-tempat tertentu.
e) Jam Dinding
f) AC Merk Panasonic : 1 buah
g) Printer Merk Canon : 2 buah
h) Printer Merk Epson : 1 buah
i) Alat tulis menulis
- 29 -
BAB V
KEBIJAKAN
A. Rumah sakit mengatur kesinambungan asuhan selama pasien berada dirumah sakit, harus
ada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)sebagai tim leader yang melakukan
koordinasi asuhan inter PPA yang bertugas dalam seluruh fase asuhan rawat inap pasien,
sebagai individu yang bertanggung jawab mengelola pasien sesuai dengan kewenangan
klinisnya , bila pasien lebih dari satu DPJP maka harus ditetapkan DPJP utama yang
berperan sebagai koordinator mutu dan keselamatan pasien antar DPJP dan PPA.
B. Rumah sakit mengatur pelaksanaan identifikasi pasien, Identifikasi pasien dilakukan dengan
menggunakan minimal 2 (dua) identitas dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien
atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi rumah sakit, identifikasi ini menggunakan
tiga identitas nama pasien sesuai KTP, tanggal lahir dan No. RM. Untuk gizi identifikasi
dilaksanakan dengan etiket diet pasien dan pada saat menyajikan makanan pasien.
C. Rumah Sakit menetapkan kriteria risiko nutrisional yang dikembangkan bersama staf yang
kompeten dan berwenang.
D. Adanya asesmen ulang bagi semua pasien dengan interval waktu berdasarkan kondisi,
tindakan, untuk melihat respons pasien, dan kemudian dibuat rencana kelanjutan asuhan
dan atau rencana pulang yang dilakukan oleh DPJP, PPJA dan profesional pemberi
asuhan ( PPA ) lainnya untuk evaluasi respons pasien ai asuhan yang diberikan sebagai
tindak lanjut.
E. Rumah sakit menetapkan PPA yang kompeten dan berwenang melakukan asesmen awal,
asesmen ulang dan asesmen gawat darurat .
F. Rumah sakit menetapkan pelayanan gizi tentang ketersediaan berbagai pilihan makanan
sesuai dengan status gizi pasien dan konsisten dengan asuhan klinisnya.
G. Rumah sakit menetapkan pelayanan gizi untuk terapi gizi terintegrasi.
H. Rumah sakit menetapkan regulasi tentang pelayanan makanan di rumah sakit meliputi:
1. pelayanan makanan di rumah sakit mulai dari pengelolaan bahan makanan
(perencanaan bahan makanan, pengadaan, penyimpanan, pengolahan, pemorsian,
distribusi), sanitasi dapur, makanan, alat masak, serta alat makan untuk mengurangi
risiko infeksi dan kontaminasi silang;
2. standar bangunan, fasilitas dapur, dan pantry sesuai dengan peraturan perundangan
termasuk bila makanan diambil dari sumber lain di luar rumah sakit.
- 30 -
BAB VI
TATA LAKSANA
A. PENYELENGGARAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja,
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
1. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat
diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit terutama pasien rawat inap, petugas
yang bertugas di area beresiko tinggi, dokter jaga dan petugas lain sesuai ketentuan
Rumah Sakit.
3. Alur Penyelenggaraan Makanan
1. Tujuan
Tersedianya rancangan anggaran belanja Instalasi Gizi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi pasien dan petugas
yang dilayani sesuai dengan standar kecukupan gizi serta belanja untuk operasional
Instalasi Gizi.
2. Sasaran
Rencana anggaran per orang per kelas perawatan per hari yang sesuai dengan
standar gizi, rencana anggaran operasional Instalasi Gizi.
3. Sumber Daya
a. Kebijakan RS meliputi aturan-aturan yang berkaitan dengan peraturan pemberian
makan atau hal-hal lainnya.
b. Jumlah konsumen yang dilayani, rata-rata lama rawat & indeks makanan sesuai
kelas perawatan.
c. Standar makanan untuk pasien dan petugas.
d. Standar harga bahan makanan.
e. Siklus menu.
4. Waktu
6 – 9 bulan sebelum tahun anggaran baru
Untuk merencanakan anggaran belanja diperlukan pencatatan dan pelaporan yang baik.
Langkah-langkah dalam Perencanaan Anggaran Belanja Makanan :
1. Kumpulkan data tentang macam, jumlah pasien dan petugas sebelumnya
2. Tetapkan macam dan jumlah pasien serta petugas yang dilayani
3. Survey harga pasar untuk menentukan harga rata – rata bahan makanan
4. Buat standar porsi
5. Hitung indeks makanan perorang/ hari sesuai pasien dan petugas yang dilayani
6. Hitung anggaran belanja makanan setahun
7. Usulkan anggaran makanan ke Direktur Umum SDM dan Pendidikan
8. Hasil penghitungan anggaran belanja Instalasi Gizi dibuat dalam KAK/TOR.
- 32 -
D. PERENCANAAN MENU
1. Pengertian
Serangkaian kegiatan menyusun hidangan dan memadukan hidangan dalam dalam
variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai
dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi.
2. Tujuan
Tersusunnya menu yang memenuhi kecukupan gizi, selera konsumen serta untuk
memenuhi kepentingan penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
3. Sasaran
Tersedianya siklus menu dan pedoman menu sesuai dengan periode yang diinginkan
( 5 hari, 7 hari, 10 hari, 1 bulan) untuk klien.
4. Sumber Daya
a. Dana anggaran belanja makanan yang tersedia.
b. Standar makanan.
c. Macam dan jumlah klien yang dilayani.
d. Macam dan jumlah tenaga yang dimiliki.
e. Peralatan dan perlengkapan dapur yang tersedia.
f. Jenis pelayanan makanan yang diselenggarakan.
g. Musim, iklim, keadaan pasar.
h. Buku penuntun diet.
i. Buku resep-resep masakan.
5. Waktu
9 – 12 bulan sebelum tahun anggaran baru
Dalam penerapannya Instalasi Gizi RSUP Dr M Djamil Padang merencanakan menu 1 kali
setahun dan menggunakan siklus menu 10 hari ditambah dengan 1 hari menu ganjil. Menu ke 1
dipergunakan untuk menu setiap tgl 1, 11 dan 21; menu ke 2 digunakan untu menu setiap
tanggal 2, 12 dan 22, dan seterusnya. Sedangkan menu ganjil diperngunakan bila ada tgl 31
pada waktu pelaksanaannya. Pasien rawat inap diberi makan 3x/hari sesuai standar
makanan/diet. Langkah-langkah dalam perencanaan menu :
1. Bentuk tim Kerja
Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, koordinator dan
tenaga pengolah.
6. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang dan malam pada satu putaran menu
termasuk jenis makanan selingan.
Menu – menu tersebut disusun dalam siklus menu yang direvisi 1 kali pertahun. Selain
siklus menu makanan juga ada buku:
1. Standar Porsi (berat kotor dan berat bersih)
2. Standar resep
3. Menu pasien
4. Menu snack pasien
- 34 -
2. Tujuan
Tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan makanan dengan spesifikasi yang
ditetapkan dalam kurun waktu yang ditetapkan untuk pasien rumah sakit.
3. Sasaran
Tersedianya taksiran masing-masing bahan makanan meliputi jumlah, macam/ jenis dan
spesifikasinya untuk kurun waktu tertentu ( misalnya 1 bulan, 3 bulan, dsb).
4. Sumber Daya
a. Alokasi dana yang tersedia.
b. Peraturan pemberian makan rumah sakit.
c. Macam dan jumlah klien saat ini dan proyeksi untuk masaa yang akan datang
d. Jumlah hari pelayanan, hari libur / besar.
e. Siklus menu, pedoman menu, termasuk menu khusus (menu tanggal 31), hari libur,
dsb.
f. Standar makanan, standar diet, standar resep, standar porsi, dan standar bumbu
g. Pedoman penyusutan dan waste.
h. Klasifikasi bahan makanan.
5) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu yang
ditetapkan.
6) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang telah dilengkapi
dengan spesifikasinya, untuk diajukan.
Rumus kebutuhan bahan makanan untuk 1 tahun :
(365 hari/10) x ∑ konsumen rata – rata x total macam dan ∑ makanan 10 hari.
b. Tujuan
tersedianya bahan makanan untuk komponen produksi yang memenuhi standar
biaya dan kepuasan klien.
c. Sasaran
5 T yaitu:
1) Tepat mutu
2) Tepat jumlah
3) Tepat waktu
4) Tepat harga
5) Tepat standar
d. Sumber Daya
1) Peraturan yang berlaku tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan
peraturan BLU RSUP Dr. M. Djamil Padang tentang Pengadaan Barang dan
Jasa.
2) Anggaran yang tersedia.
3) Kontrak perjanjian jual beli.
4) Siklus menu dan pedoman menu.
5) Taksiran kebutuhan bahan makanan.
6) Musim /iklim.
7) Kapasitas gudang penyimpanan.
- 36 -
Pengadaan bahan makanan di RSUP Dr M Djamil Padang dilaksanakan oleh ULP (Unit
Layanan Pengadaan). Instalasi Gizi mengajukan usulan kebutuhan bahan makanan ke
Direktur Umum, SDM dan Pendidikan, selanjutnya dibuat Kerangka Acuan Kerja untuk
pengadaan yang disetujui oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Untuk diproses lebih
lanjut.
Sistem pembelian yang sering dilakukan adalah system pembelian melalui pelelangan
(The Formal Competitive)
2. Tujuan
tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang
tepat sesuai dengan kebutuhan.
3. Sasaran
a. Order /bon pesanan.
b. Spesifikasi bahan makanan yang tertuang dalam SPJB.
c. Macam dan jumlah bahan makanan yang diterima.
d. Jadwal dan waktu penerimaan.
e. Buku penerimaan bahan makanan.
- 37 -
4. Sumber Daya
a. Lokasi yang layak (keluar masuk kendaraan, pembongkaran muatan).
b. Ruang penerimaan dan ruang penyimpanan yang layak.
c. Timbangan (lantai dan meja).
d. Tempat menerima bahan makanan.
e. Buku penerimaan.
f. Surat pengiriman bahan makanan / faktur.
5. Waktu
sesuai jadwal yang tertera dalam pesanan / SPJB.
b. Tujuan
Tersedianya bahan makanan yang siap digunakan dalam jumlah dan kualitas yang
tepat sesuai dengan kebutuhan.
c. Sasaran
Tersedianya bahan makanan dengan (5T) ; tepat mutu, jumlah, waktu, tempat, dan
nilai.
d. Sumber Daya
1) Ruang penyimpanan yang sesuai.
2) Dokumen permintaan bahan makanan.
3) Kartu stok bahan makanan.
4) Buku pemasukkan / pengeluaran bahan makanan.
5) Petugas dalam jumlah dan kualitas yang memadai.
- 38 -
e. Waktu
Sesuai dengan sifat dan kebutuhan bahan makanan serta kapasitas ruang
penyimpanan.
1) Harian
2) Mingguan
2. Tujuan
Tersedianya bahan makanan siap pakai dengan jumlah dan kualitas yang tepat sesuai
dengan pesanan dan waktu yang diperlukan.
3. Syarat
a. Petugas pengolahan membuat bon permintaan bahan makanan sesuai jumlah
pasien dan petugas.
b. Keluar masuknya bahan makanan dicatat pada kartu stock atau buku catatan bahan
makanan.
2. Tujuan
tersedianya bahan makanan dan bumbu-bumbu yang siap untuk dimasak menurut
resep hidangan yang ditetapkan.
3. Sasaran
a. Bahan makanan.
b. Menu dan pedoman menu.
c. Standar resep dan teknik persiapan bahan makanan.
4. Sumber Daya
a. Bahan makanan
b. Bumbu-bumbu
c. Peralatan persiapan
d. Tenaga pelaksana
e.
5. Waktu
1- 2 jam sebelum pemaskan bahan makanan.
2. Tujuan
a. Mengurangi resiko kehilangan zat – zat gizi bahan makanan.
b. Meningkatkan nilai cerna makanan.
c. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan
makanan.
d. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
3. Sasaran
a. Bahan makanan yang telah dipersiapkan
b. Bumbu-bumbu
4. Sumber Daya
a. Standar resep
b. Bahan makanan yang telah dipersiapkan
c. Bumbu-bumbu
d. Peralatan memasak
e. Tenaga pemasak
5. Waktu
3- 4 jam sebelum waktu makan.
f. Dilakukan uji organoleptik terhadap makanan yang selesai dimasak agar dicapai
makanan dengan standar kualitas yg baik sesuai dengan resepnya. Bila ditemukan
tidak sesuai dengan standar dilakukan perbaikan, selanjutnya makanan siap untuk
didistribusikan.
d. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan makanan
mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal 900C agar
kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak
hilang akibat penguapan.
- 43 -
L. PENDISTRIBUSIAN MAKANAN
1. Pengertian
serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan jenis makanan dan
jumlah porsi yang dilayani.
2. Tujuan
klien mendapat makanan sesuai dengan diet dan ketentuan yang berlaku.
3. Sasaran
makanan yang siap diolah
- 44 -
4. Sumber Daya
a. Makanan yang siap diolah
b. Tenaga pendistribusian
c. Peralatan pendistribusian
5. Waktu
sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
7. Prasyarat
a. Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit.
b. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
c. Adanya daftar permintaan makanan pasien (daftar permintaan makanan pasien
ruang rawat inap).
d. Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan peralatan makan.
e. Adanya jadwal pendistribusian makanan yang ditetapkan.
2. Tujuan
tersedianya pencatatan dan pelaporan :
a. Jumlah dan macam bahan makanan yang digunakan
b. Jumlah dan macam klien yang dilayani
c. Jumlah anggaran belanja makanan
d. Biaya makan / orang / hari
e. Personalia
f. Perlengkapan pelayanan makanan
3. Sasaran
a. Pencatatan dan pelaporan bulanan
b. Pencatatan dan pelaporan tahunan
4. Waktu
harian, bulanan, tahunan
Pencatatan di Instalasi Gizi RSUP Dr. M. Djamil dilakukan disetiap langkah kegiatan
yang dikerjakan meliputi :
1. Pencatatan penerimaan bahan makanan kering dan segar
2. Pencatatan pemakaian bahan makanan kering dan segar
3. Pencatatan diet pasien rawat inap, pasien baru, pasien tukar diet, pasien pindah ruang
dan pasien batal.
Sedangkan pelaporan dilakukan secara berkala yaitu dalam jangka waktu 1 bulan atau
sesuai dengan kebutuhan rumah sakit (Triwulan, Tahunan), yang dilaporkan tersebut
meliputi :
1. Pelaporan pemakaian bahan makanan kering, segar dan gas elpiji.
2. Pelaporan jumlah pasien dan jumlah porsi makan.
3. Pelaporan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan.
- 46 -
2. Sasaran
a. Pasien
b. Keluarga
3. Mekanisme Kegiatan
a. Skrinning Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan skrining/penapisan gizi oleh
perawat ruangan dan penetapan order diet awal (preskripsi diet awal) oleh dokter.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi pasien/klien yang berisiko, tidak
berisiko malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud adalah pasien
dengan keadaan tertentu dari masing – masing rruang rawat inap (Misal RRI Anak :
pasien Diabetes dan KEP, RRI Bedah : Pasien Bedah Digestif dan Diabetes, RRI
Non Bedah : Pasien Dibetes Mellitus, dll) . Idealnya skrining dilakukan pada pasien
baru 1 x 24 jam setelah pasien masuk RS. Metoda skrining adalah Malnutrition
Screening Tools (MST) untuk pasien dewasa dan metoda strong kid untuk pasien
anak.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko malnutrisi, maka dilakukan
pengkajian/assesmen gizi dan dilanjutkan dengan langkah-langkah proses asuhan
gizi terstandar oleh Dietisien. Pasien dengan status gizi baik atau tidak berisiko
malnutrisi, dilakukan skrining ulang/skrining lanjut. Jika hasil skrining ulang/skrining
lanjut berisiko malnutrisi maka dilakukan proses asuhan gizi terstandar. Pasien sakit
kritis atau kasus sulit yang berisiko gangguan gizi berat akan lebih baik bila ditangani
secara tim.
- 47 -
3) Biokimia
Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang
berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi. Pengambilan kesimpulan dari data
laboratorium terkait masalah gizi harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya
seperti riwayat gizi yang lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan
fisik dan sebagainya. Disamping itu proses penyakit, tindakan, pengobatan,
prosedur dan status hidrasi (cairan) dapat mempengaruhi perubahan kimiawi
darah dan urin, sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan.
4) Antropometri
Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu. Antropometri dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pengukuran Tinggi Badan (TB); Berat
Badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat diukur dapat digunakan
Panjang badan, Tinggi Lutut (TL). Penilaian status gizi dilakukan dengan
- 48 -
6) Riwayat Personal
Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-obatan atau suplemen
yang sering dikonsumsi; sosial budaya; riwayat penyakit; data umum pasien.
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi.
b) Sosial Budaya
c) Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan
pelayanan kesehatan dan sosial sertahubungan sosial.
d) Riwayat Penyakit
e) Keluhan utama yang terkait dengan masalah gizi, riwayat penyakit dulu dan
sekarang, riwayat pembedahan, penyakit kronik atau resiko komplikasi,
riwayat penyakit keluarga, status kesehatan mental/emosi serta kemampuan
kognitifseperti pada pasien stroke.
f) Data umum pasien antara lain umur, pekerjaan, dan tingkat pendidikan
c. Diagnosis Gizi
Pada langkah ini dicari pola dan hubungan antar data yang terkumpul dan
kemungkinan penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi yang
- 49 -
ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem Etiologi
dan Signs/ Symptoms.
Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:
1) Domain Asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui oral
maupun parenteral dan enteral.
Contoh :
Asupan protein yang kurang (P) berkaitan dengan perubahan indera perasa dan
nafsu makan (E) ditandai dengan asupan protein rata-rata sehari kurang dari 40
% kebutuhan (S )
2) Domain Klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau
fisik/fungsi organ.
Contoh :
Kesulitan meyusui (P) berkaitan dengan E) kurangnya dukungan keluarga
ditandai dengan penggunaan susu formula bayi tambahan (S)
3) Domain Perilaku/lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan keamanan
makanan.
Contoh :
Kurangnya pengetahuan tentang makanan dan gizi (P) berkaitan dengan
mendapat informasi yang salah dari lingkungannya mengenai anjuran diet yang
dijalaninya (E) ditandai dengan memilih bahan makanan/makanan yang tidak
dianjurkan dan aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran (S)
d. Intervensi Gizi
Terdapat dua komponen intervensi gizi yaitu perencanaan intervensi dan
implementasi.
1) Perencanaan Intervensi
Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan. Tetapkan
tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem), rancang
strategi
intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila penyebab tidak
dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk mengurangi Gejala/
Tanda (Sign & Symptom). Tentukan pula jadwal dan frekuensi asuhan. Output dari
intervensi ini adalah tujuan yang terukur, preskripsi diet dan strategi pelaksanaan
(implementasi).
Perencanaan intervensi meliputi:
a) Penetapan tujuan intervensi
Penetapan tujuan harus dapat diukur, dicapai dan ditentukan waktunya.
Preskripsi diet
- 50 -
Jenis Diet
Pada umumnya pasien masuk ke ruang rawat sudah dibuat permintaan
makanan berdasarkan pesanan/ order diet awal dari dokter jaga/DPJP.
Dietisien bersama tim atau secara mandiri akan menetapkan jenis diet
berdasarkan diagnosis gizi. Bila jenis diet yang ditentukan sesuai dengan
diet order maka diet tersebut diteruskan dengan dilengkapi dengan
rancangan diet. Bila diet tidak sesuai akan dilakukan usulan perubahan
jenis diet dengan mendiskusikannya terlebih dahulu bersama (DPJP).
Modifikasi Diet
Modifikasi diet merupakan pengubahan dari makanan biasa (normal).
Pengubahan dapat berupa perubahan dalam konsistensi; meningkatkan/
menurunan nilai energi; menambah/ mengurangi jenis bahan makanan
atau zat gizi yang dikonsumsi; membatasi jenis atau kandungan makanan
tertentu; menyesuaikan komposisi zat gizi (protein, lemak, KH, cairan dan
zat gizi lain); mengubah jumlah, frekuensi makan dan rute makanan.
Makanan di rumah sakit umumnya berbentuk makanan biasa, lunak, saring
dan cair.
Jalur makanan
Jalur makanan yang diberikan dapat melalui oral dan enteral atau
parenteral.
2) Implementasi Intervensi
Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien
melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan
tenaga kesehatan atau tenaga lainyang terkait. Suatu intervensi gizi harus
menggambarkan dengan jelas: “apa, dimana, kapan, dan bagaimana” intervensi
itu dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana
data tersebut dapat menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya
modifikasi intervensi gizi.
- 51 -
2) Mengukur hasil
Kegiatan ini adalah mengukur perkembangan/perubahan yang terjadi sebagai
respon terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur berdasarkan tanda
dan gejala dari diagnosis gizi.
3) Evaluasi Hasil
Berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan 4 jenis hasil ,
yaitu:
a) Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,
perilaku, akses, dan kemampuan yangmungkin mempunyai pengaruh pada
asupan makanan dan zat gizi.
b) Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan makanan dan atau
zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan, minuman, suplemen, dan
melalui rute enteral maupun parenteral.
c) Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran
yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan
fisik/klinis.
d) Dampak terhadap pasien/klien terhadap intervensi gizi yang diberikan pada
kualitas hidupnya.
- 52 -
f. Pencatatan Pelaporan
Pencatatan dan laporan kegiatan asuhan gizi merupakan bentuk pengawasan dan
pengendalian mutu pelayanan dan komunikasi. Terdapat berbagai cara dalam
dokumentasi antara lain Subjective Objective Assessment Planning (SOAP) dan
Assessment Diagnosis Intervensi Monitoring dan Evaluasi (ADIME). Format ADIME
merupakan model yang sesuai dengan langkah PAGT. sebagai bagian dari
dokumentasi kegiatan PAGT, terdapat beberapa contoh formulir asuhan gizi antara
lain formulir asuhan gizi dewasa, anak dan neonates.
4. Koordinasi Pelayanan
Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan asuhan yang terbaik
bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan, dietisien harus berkolaborasi
dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing
masing tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan.
a. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
1) Bertanggung jawab dalam aspek gizi yang terkait dengan keadaan klinis pasien.
2) Menentukan preksripsi diet awal (order diet awal)
3) Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive.
4) Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai peranan terapi
gizi.
5) Merujuk klien/pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi.
6) Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara berkala
bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama klien/pasien
dalam masa perawatan.
b. Perawat
1) Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
2) Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau kondisi
khusus ke dietisien.
3) Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan, tinggi
badan/ panjang badan secara berkala.
4) Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi kepada
dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
5) Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian makanan
melalui oral/enteral dan parenteral.
- 53 -
c. Dietisien
1) Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal daridokter.
2) Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko malnutrisi,
malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan, analisa dan interpretasi
data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran antropometri; hasil laboratorium
terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik terkait gizi.
3) Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosis gizi.
4) Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi diet yang
lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta merencanakan edukasi
/konseling.
5) Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet definitive.
6) Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam pelaksanaan
intervensi gizi.
7) Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
8) Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
9) Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
keluarganya.
10) Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.
11) Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum tercapai.
12) Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.
13) Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter, perawat,
anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
d. Farmasi
1) Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit dan
nutrisi parenteral.
2) Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
3) Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
4) Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan makanan.
5) Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi obat dan
makanan.
2. Sasaran
a. Pasien dan keluarga
b. Kelompok pasien dengan masalah gizi yang sama
c. Individu pasien yang datang atau dirujuk
d. Kelompok masyarakat rumah sakit yang dirancang secara periodik oleh rumah sakit.
3. Mekanisme Kegiatan
Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan konseling individual seperti;
pelayanan konseling gizi dan dietetik di unit rawat jalan. Mekanisme pasien
berkunjung untuk mendapatkan asuhan gizi di rawat jalan berupa konseling gizi
untuk pasien dan keluarga serta penyuluhan gizi untuk kelompok adalah sebagai
berikut:
a. Konseling Gizi
1) Pasien datang ke ruang konseling gizi dengan membawa surat rujukan dokter
dari poliklinik yang ada di rumah sakit atau dari luar rumah sakit.
2) Dietisien melakukan pencatatan data pasien dalam buku registrasi.
3) Dietisien melakukan asesmen gizi dimulai dengan pengukuran antropometri
pada pasien yang belum ada data TB, BB.
4) Dietisien melanjutkan asesmen/pengkajian gizi berupa anamnesa riwayat
makan, riwayat personal, membaca hasil pemeriksaan lab dan fisik klinis (bila
ada). Kemudian menganalisa semua data asesmen gizi.
5) Dietisien menetapkan diagnosis gizi.
6) Dietisien memberikan intervensi gizi berupa edukasi dan konseling dengan
langkah menyiapkan dan mengisi leaflet diet sesuai penyakit dan kebutuhan gizi
pasien serta menjelaskan tujuan diet, jadwal, jenis, jumlah bahan makanan
sehari menggunakan alat peraga food model, menjelaskan tentang makanan
yang dianjurkan dan tidakdianjurkan, cara pemasakan dan lain-lain yang
disesuaikandengan pola makan dan keinginan serta kemampuan pasien.
- 55 -
b. Penyuluhan Gizi
1) Persiapan penyuluhan:
a) Menentukan materi sesuai kebutuhan
b) Membuat susunan/outline materi yang akan disajikan
c) Merencanakan media yang akan digunakan
d) Pengumuman jadwal dan tempat penyuluhan
e) Persiapan ruangan dan alat bantu/media yang dibutuhkan
2) Pelaksanaan penyuluhan :
a) Peserta mengisi daftar hadir (absensi).
b) Dietisien menyampaikan materi penyuluhan.
c) Tanya jawab.
1. Tujuan
Tujuan penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah untuk mencapai kualitas
pelayanan gizi rumah sakit secara berdaya guna dan berhasil guna dibidang pelayanan
gizi, penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi, konseling dan
rujukan gizi sesuai kemampuan.
2. Sasaran
Sasaran kegiatan adalah pelayanan gizi di ruang rawat inap dan rawat jalan,
penyelenggaraan makanan rumah sakit, penyuluhan, konsultasi, konseling dan rujukan
gizi.
- 56 -
3. Mekanisme Kegiatan
a. Menyusun proposal penelitian
Untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan gizi terapan, diperlukan proposal
penelitian yang berisi judul penelitian, latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka dan
referensi, hipotesa, metode, personalia, biaya dan waktu.
b. Melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian dapat dilakukan sesuai dengan metode yang telah ditetapkan.
BAB VII
DOKUMENTASI
A. PENYELENGGARAAN MAKANAN
1. Form Pemesanan Bahan Makanan Segar
- 58 -
9. Siklus Menu
- 73 -
15. Kontrak BM
- 83 -
16. Spesifikasi BM
84