Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

PERICARDIOCENTESIS

ICD 9 CM: 37.0

RS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

I. PENGERTIAN
Adalah prosedur perkutaneous untuk penanganan tamponade jantung atau efusi
perikardial dengan hemodinamik tidak stabil

II. INDIKASI
- Tamponade jantung
- Efusi perikardial > 20 mm ( saat diastol melalui ekokardiografi )
- Curiga efusi perikardial tuberculosis
- Curiga efusi perikardial neoplasma

III. KONTRA INDIKASI


1. Diseksi Aorta
2. Efusi perikardial ringan yang hilang dengan pengobatan anti inflamasi
3. Kontraindikasi relatif :
- Koagulopati yang tidak terkoreksi
- Trombositopenia < 50000/mm3
- Efusi perikardial yang sedikit, posterior dan terlokalisir
- Mendapat terapi koagulan

IV. KOMPLIKASI
1. Perforasi Jantung ( 0.9 % )
2. Aritmia ( 0.6 % )
3. Perdarahan arterial ( 1.1 % )
4. Pneumothorak ( 0.3 % )
5. Infeksi ( 0.3 % )
6. Reaksi vagal ( 0.3 % )
7. Kematian ( 0.05 % )

V. PERSIAPAN
1. Povidon iodin
2. Plastik transparan steril
3. Satu jarum 20-25 gauge untuk infiltrasi anestesi lokal
4. Lidokain 1% - 2% untuk anestesi lokal
5. Jarum vena polytef-sheath 16 -18 gauge
6. Mandrel
7. Syringe ( 10 - 20 ml ) dan satu syringe besar ( 60 ml )
8. Tabung spesimen untuk analisis dan kultur cairan
9. Three-way stopcock
10.Skapel (no 11 blade)
11.Kateter pigtail multi hole
12.J-tip guidewire
13.Drain

VI. TENAGA
1. Cardiologist
2. 1 orang scrub nurse
3. 1 orang radiografer

VII. PROSEDUR
Dipandu secara Fluoroskopi

1. Pericardiocentesis yang dipandu dengan fluoroskopi dilakukan di laboratorium


kateterisasi jantung dengan monitor EKG
2. Pemantauan EKG secara langsung dari jarum punksi bukanlah suatu
perlindungan yang adekuat
3. Kateterisasi jantung kanan dapat dilakukan secara simultan dengan
pericardiocentesis, sehingga dapat dilakukan evaluasi perbaikan kondisi seiring
dengan dikeluarkannya cairan efusi
4. Pendekatan subxiphoid adalah yang paling sering digunakan, dengan jarum
panjang beserta mandrel (Tuohy atau jarum berdinding tipis 18-gauge) yang
diarahkan ke bahu kiri dengan sudut 30 dari kulit. Ini merupakan rute
ekstrapleural dan menghindari arteri koroner, pericardial dan mammaria
interna. Operator secara intermiten mencoba mengaspirasi cairan dan
menginjeksi sedikit kontras.
5. Jika cairan hemoragis dapat tersedot secara mudah, maka beberapa milliliter
media kontras dapat diinjeksikan dengan observasi fluoroskopi. Terlihatnya
lapisan kontras di bagian bawah mengindikasikan bahwa posisi jarum sudah
benar.
6. J-tip guidewire lunak dimasukkan dan sesudah dilatasi ditukar dengan multi-
holed pigtail catheter.
7. Sebaiknya cairan disedot secara bertahap sebanyak kurang dari 1 L setiap
kalinya untuk menghindari dilatasi ventrikel kanan secara akut (sudden
decompression syndrome).
8. Penting untuk mengecek posisi guidewire paling tidak dengan dua proyeksi
angiografi. Jika guidewire terletak intrakardial, hal ini harus dikenali sebelum
dilator dan kateter drainase dimasukkan.
9. Jika introducer set atau kateter menembus jantung dan terletak intrakardial,
kateter harus diamankan posisinya dan pasien ditransfer untuk menjalani
pembedahan jantung.
10.Alternatif lain adalah dicoba dilakukan punksi kedua. Jika berhasil, maka
tindakan bedah dapat dihindari dengan melakukan autotransfusi darah
perikardium.
11.Tuntunan ekokardiografi pada pericardiocentesis secara teknis tidak terlalu sulit
dan dapat dilakukan secara bedside di ICU.
12.Ekokardiografi dapat mengidentifikasi rute terpendek di mana perikardium
dapat ditembus melalui spatium interkostal (biasanya pada sela iga ke-6 atau 7
pada garis aksilaris anterior).
13.Drainase perikardium dilakukan sampai volume cairan efusi yang diperoleh dari
aspirasi perikardium intermiten (setiap 4-6 jam) kurang dari 25 mL per hari.

VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

IX. TINGKAT EVIDENS


B1
X. TINGKAT REKOMENDASI
I1
XI. PENELAAH KRITIS
a. dr. Sodiqur Rifqi, SpJP(K), FIHA, FasCC
b. dr. Yan Herry, SpJP(K), FIHA, FasCC
c. dr. Ilham Uddin, SpJP, FIHA

XII. INDIKATOR MEDIS


Tingkat keberhasilan 95 % -100 % dengan mortalitas < 1 %

XIII. KEPUSTAKAAN
a. ESC guidelines on the diagnosis and management of pericardial
diseases.Maisch B,Severovic PM,Ristic AD,et al.European Heart
Journal.2004:1-28.
b. Maish B, Ristic AD . Interventional Pericardiology 1 st edition, 2011.
c. Little WC,Freeman GL. Pericardial disease. Circulation, 2006;113:1622-1632 .
d. Grossman and Baim's Cardiac Catheterization, Angiography, and Intervention
8th edition, 2013.
e. Morton J. Kern, The Interventional Cardiac Catheterization Handbook, 2012.

Anda mungkin juga menyukai