Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA

PADA PT HKS

Annisa Wijayanti, Supra Wimbarti

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


Jl. Humaniora no. 1 Bulaksumur Yogyakarta 55281

a5454w@yahoo.com

Abstract
Performance appraisal is a systematic, formal and evaluative description about employees work quality to standardize
an individual or team work behavior. It is an important system and process to personnel and human resource
management. When communicated inappropriately, it can impede the organization success and employees chance in
planning their career with the company where they work. This research aimed to evaluate and develop existed
performance appraisal system and described the process of development appraisal system of retail and marketplace.
Interviews, observations, and companys documents were conducted to gather empirical information regarding the
needs of developing new appraisal system. Grotes performance management strategy was used to analyze the
evaluation and development which produced a new performance appraisal system and enabled to mapping employees
ability for their promotions opinion.

Keywords: evaluation and development, performance appraisal system, retail and marketplace

Abstrak
Penilaian kinerja merupakan deskripsi sistematik, formal, dan evaluatif terhadap kualitas pekerjaan karyawan baik
secara individu maupun kelompok. Sistem atau proses penilaian kinerja memiliki fungsi yang sangat penting bagi
personalia dan manajemen sumber daya manusia dalam perusahaan, jika tidak berjalan atau terkomunikasikan dengan
baik, maka hal ini akan menghalangi keberhasilan perusahaan dan juga kesempatan karyawan dalam merencanakan
karirnya bersama perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengembangkan sistem penilaian
kinerja yang telah ada dan menggambarkan proses pengembangan sistem penilaian kinerja di sebuah perusahaan ritel
dan pasar swalayan. Data-data yang digunakan sebagai panduan evaluasi dan pengembangan sistem penilaian kinerja
diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumen perusahaan. Analisis evaluasi dan pengembangan sistem
penilaian kinerja dilakukan dengan konsep strategi manajemen kinerja dari Grote, yang akan menghasilkan lembar
penilaian kinerja baru dan dapat memetakan kemampuan karyawan serta diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan promosi

Kata kunci: evaluasi dan pengembangan, sistem penilaian kinerja, perusahaan ritel dan pasar swalayan

Penilaian kinerja merupakan deskripsi sis- proses untuk mengidentifikasi dan mengukur
tematik, formal, dan evaluatif terhadap kua- sifat, perilaku, serta pencapaian karyawan
litas pekerjaan yang memiliki standar tertentu secara individual atau berkelompok sebagai
mengenai kelebihan serta kekurangan kar- dasar untuk membuat keputusan atau
yawan secara individu maupun kelompok, hal perencanaan pengembangan oleh supervisor,
tersebut merupakan fungsi yang penting bagi manajer, ataupun rekan sekerja (Schneier &
personalia dan manajemen sumber daya ma- Beatty, 1982; Kreitner & Kinicki, 2001;
nusia dalam perusahaan (Cascio, 1998; Grote, Cummings & Worley, 2005), sehingga hal
2002; Dessler, 2003; Riggio, 2003). Pekerjaan penting yang akan menjadi perhatian adalah
di bidang apapun pada akhirnya akan melalui bagaimana menentukan proses penilaian ter-
proses penilaian kerja atau evaluasi, yaitu sebut agar karyawan dapat menerima peni-
2 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

laian dan sistem yang digunakan (Dipboye & membahas dan menetapkan tujuan, serta
de Pontbriand, 1981). hal-hal lain yang berkaitan dengan
Tujuan penilaian kinerja adalah untuk pekerjaan seperti kompetensi, perilaku
memberikan umpan balik kepada karyawan dan tanggung jawab kerja yang harus
secara personal dan periodik, mengontrol dimiliki.
perilaku kerja karyawan, menetapkan atau 2. Pelaksanaan, pada fase ini karyawan be-
menentukan kompensasi (Gabris & Ihrke, kerja untuk mencapai tujuan yang telah
2001; Kreitner & Kinicki, 2001; Grote, 2002; ditetapkan, peran atasan sebagai pem-
Cummings & Worley, 2005; Steensma & bimbing dapat memotivasi karyawan un-
Visser, 2007), memprediksi kemajuan karir tuk meningkatkan kinerja mereka sehing-
dalam perusahaan (Kreitner & Kinicki, 2001; ga tujuan dapat tercapai.
Grote, 2002; Cummings & Worley, 2005; 3. Pengukuran, pada fase ini atasan
Catano, Darr, & Campbell, 2007; Steensma & memberikan refleksi terhadap tugas-tugas
Visser, 2007), mengukur kebutuhan pelatihan yang telah dikerjakan karyawan dan hasil
untuk karyawan dan perusahaan (Grote, 2002; dari fase ini dapat mempengaruhi
Steensma & Visser, 2007), konseling (Grote, karyawan tersebut baik dalam kom-
2002; Cummings & Worley, 2005), mene- pensasi atau bentuk penghargaan-
tapkan dan mengukur tujuan, memfasilitasi penghargaan lainnya
penetapan kebijakan dalam pengurangan kar- 4. Peninjauan, fase ini merupakan review
yawan (Grote, 2002). yaitu mempertemukan kembali atasan
dan bawahan untuk memberikan dan
Penggunaan sistem penilaian kinerja antara membahas hasil kinerja karyawan secara
lain adalah dapat membuat keputusan yang mendalam, dan di akhir pertemuan
lebih baik, kepuasan dan motivasi karyawan keduanya kembali membuat dan mene-
yang lebih tinggi, komitmen yang lebih kuat tapkan tujuan serta tugas-tugas untuk
terhadap perusahaan, sehingga perusahaan bi- masa yang akan datang.
sa menjadi lebih efektif (Steensma & Visser,
2007). Karyawan akan menerima penilaian Sistem penilaian kinerja terkadang dapat
jika mereka diperbolehkan untuk ikut ber- berjalan tidak lancar, salah satu sebabnya
partisipasi, mendiskusikan rencana dan tu- adalah tidak adanya rasa memiliki karena
juan, serta dinilai berdasarkan faktor-faktor karyawan tidak dilibatkan dalam proses
yang relevan dengan pekerjaannya (Dipboye sehingga mereka tidak terlatih, serta per-
& de Pontbriand, 1981). Penilaian yang bedaan kredibilitas atasan sebagai penilai
efektif memiliki lima kriteria yaitu validitas (Gabris & Ihrke, 2000; Grote, 2002). Di sisi
yang dapat terlihat dari faktor-faktor peni- lain faktor subjektivitas seperti diskriminasi
laian, reliabilitas atau konsistensi penilaian, dalam lingkungan kerja, budaya, ras, jenis
diskriminatif atau dapat membedakan hasil kelamin, struktur organisasi, stereotip umum,
penilaian, bebas bias, dan relevan atau sesuai distorsi persepsi, dan perilaku sosial juga
dengan situasi serta kondisi kinerja (Kane & dapat mempengaruhi (Cox & Nkomo, 1986;
Lawler, 1982). Gundersen, Tinsley, & Terstra, 1996; Kreitner
& Kinicki, 2001; Tata, 2005; Millmore,
Grote (2002) mengemukakan bahwa Biggs, & Morse, 2007). Untuk inilah diper-
perusahaan yang memiliki sistem penilaian lukan pedoman yang spesifik dalam meng-
kinerja yang baik akan menggunakannya gunakan sistem penilaian dan pemberian
sebagai proses yang berkelanjutan, proses ini kriteria nilai, mengkomunikasikan pentingnya
terbagi dalam empat fase, yaitu: penilaian kinerja kepada seluruh karyawan,
1. Perencanaan, dalam fase ini atasan dan serta meninjau kembali alat atau sistem peni-
bawahan mengadakan pertemuan untuk
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 3
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

laian yang digunakan (Laird & Clampitt, gambarkan perbedaan kinerja antar bagian
1985; Grote, 2002). karena semua karyawan dinilai berdasarkan
perilaku yang sama. Hal ini memunculkan
Penilaian kinerja yang efektif memiliki pertanyaan, apakah sistem penilaian kinerja
pengukuran yang akurat, mekanisme peng- yang kurang tepat akan menghambat proses
uatan, mampu mengidentifikasi kekurangan, penilaian kinerja dan manajemen karir
dan memberikan informasi sebagai umpan karyawan? Secara garis besar, penelitian ini
balik kepada karyawan agar dapat me- akan mengevaluasi dan mengembangkan sis-
ningkatkan kinerja mereka di masa yang akan tem penilaian kinerja yang ada dan membe-
datang (Schneier & Beatty, 1982), untuk rikan gambaran mengenai proses tersebut.
inilah penggunaan Behaviorally Anchored
Rating Scales (BARS) dinilai mampu untuk METODE
mengatasi permasalahan yang timbul dalam
penilaian kinerja. Penggunaan BARS dapat Subjek
disesuaikan dengan bagian kerja masing-
masing sehingga penilaian kinerja akan lebih Subjek penelitian adalah manajemen PT
terbuka, transparan, dan adil, BARS juga HKS, yang akan mengambil dua bagian yaitu
dapat merepresentasikan sistem penilaian bagian kasir dan bagian operasional yang
kinerja yang lebih maju dibandingkan sistem terbagi lagi menjadi dua yaitu operasional
penilaian yang lain (Atkin & Conlon, 1978; pramuniaga fashion dan pramuniaga super-
Catano, Darr, & Campbell, 2007). market sebagai perwakilan subjek dalam
pengembangan sistem penilaian kinerja.
Diskusi ini mendukung penelitian yang dila-
kukan pada sebuah perusahaan yang bergerak Alat Pengumpul Data
di bidang ritel dan pasar swalayan. Per-
usahaan memiliki sistem penilaian kinerja Pengumpulan data dilakukan melalui doku-
namun telah lama tidak digunakan, yang ter- men perusahaan, wawancara dan observasi
indikasi dari karyawan tetap dengan masa dengan beberapa karyawan yaitu koordinator
kerja di bawah empat tahun belum pernah bagian kasir, bagian fashion, di bagian super-
mendapatkan penilaian kinerja. Karyawan market, serta supervisor masing-masing bagi-
yang mendapatkan promosi merasa tidak an dan juga supervisor personalia.
mengetahui apa yang membuat pihak mana-
jerial memilihnya untuk menduduki posisi Prosedur Penelitian
tersebut, sedangkan karyawan pada area lain Prosedur penelitian sebagai perencanaan pe-
merasa tidak adanya transparansi dalam pemi- rubahan yang digunakan adalah dengan model
lihan karyawan untuk menduduki posisi ter- action research yang diperkenalkan oleh John
tentu. Karyawan berharap adanya catatan Collier, Kurt Lewin & William Whyte pada
mengenai kelebihan dan kekurangan kinerja tahun 1940-an. Hasil action research akan
mereka, dan di sisi lain adanya harapan agar mencakup dua hal, yaitu: a). Perusahaan
penilaian kerja bisa dibuat menjadi lebih rinci mampu menggunakan penelitian sebagai pan-
agar memudahkan mereka yang berwenang duan dalam bekerja dan berubah, b). Peneliti
untuk menilai dalam memberikan penilaian mampu mempelajari proses untuk mem-
dan rekomendasi yang objektif. peroleh pengetahuan baru yang dapat digu-
nakan dimanapun (Cummings & Worley,
Sistem penilaian kinerja yang telah ada menu- 2005). Komponen kunci dari action research
rut karyawan sudah cukup untuk meng- adalah pengumpulan data survei secara siste-
gambarkan perilaku kinerja mereka secara matik yang akan digunakan sebagai umpan
umum, namun kurang mampu meng- balik bagi perusahaan, dan sebagai dasar un-
tuk merencanakan langkah selanjutnya.
4 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

Analisis membedakan perilaku kerja antar bagian,


waktu yang digunakan untuk melakukan
Analisis menggunakan fase-fase yang ada penilaian kinerja juga mengalami hambatan
dalam siklus manajemen kinerja Grote (2002) yaitu tidak adanya jadwal penilaian yang
sebagai panduan dalam mengevaluasi data dapat digunakan sebagai acuan.
hasil wawancara.
Supervisor dan karyawan berharap penilaian
HASIL DAN PEMBAHASAN kinerja dapat digunakan sebagai referensi
dalam menetapkan kenaikan jabatan sese-
Perusahaan ritel dan pasar swalayan ini orang, proses promosi kenaikan jabatan
merupakan salah satu anak perusahaan dari ataupun perkembangan karir menjadi lebih
PT HKS, berdiri pada tahun 2003 dan transparan dan terbuka. Karyawan juga
bergerak dalam bidang ritel dan pasar swa- berharap adanya penilaian kinerja dengan
layan dengan jumlah kurang lebih 200 orang, penjabaran perilaku yang lebih detail yang
baik yang berstatus tetap ataupun kontrak. akan mampu memperjelas atau dapat meng-
Hasil dari wawancara yang telah dilakukan gambarkan nilai yang mereka dapatkan, serta
menunjukkan bahwa para karyawan yang adanya sosialisasi sebelum lembar tersebut
telah bekerja sejak awal berdirinya per- digunakan, sehingga karyawan mengetahui
usahaan mendapatkan penilaian kinerja se- tugas pokoknya.
tahun sekali, yang diberikan oleh atasan lang-
sung. Beberapa karyawan lama dengan masa Hasil data yang diperoleh akan dikelompok-
kerja di atas empat tahun, mengaku pernah kan, dianalisis, dan dibahas sesuai dengan
mendapatkan penilaian kinerja seba-nyak satu bagian masing-masing yang akan mengacu
atau dua kali, namun mereka tidak mengingat pada siklus atau strategi manajemen kinerja
kapan terakhir kali mereka mendapatkan (gambar 1).
penilaian tersebut. PT HKS telah memiliki
sistem penilaian kinerja yang juga telah Strategi Perusahaan
mengalami perubahan dan perbaikan satu kali,
namun ketika perusahaan berada dalam fase Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
berkembang seperti saat ini mereka lebih ritel dan pasar swalayan, PT HKS memiliki
memfokuskan pada perluasan bisnis sehingga perkembangan yang baik dan mampu
penilaian kinerja karyawan terabaikan. Di sisi bersaing dengan perusahaan sejenisnya. Ren-
lain, karyawan juga mengeluhkan tidak ada- cana strategis perusahaan untuk memperluas
nya transparansi dalam proses pengangkatan bisnis dan menambah konsumen mulai te-
karyawan untuk menduduki posisi atau jaba- realisasikan dengan adanya program yang
tan tertentu, sehingga hal ini terkadang mem- serupa dengan franchise saat ini sedang
buat karyawan tersebut menjadi kurang nya- berada dalam tahap pematangan konsep dan
man dengan posisinya saat itu terlebih jika riset. Hal ini sejalan dengan visi dan misi
mereka membawahi karyawan yang lebih perusahaan yaitu menjadi tempat belanja
senior atau karyawan dengan masa kerja yang keluarga dan termurah, memiliki lima value
lebih lama. ataupun komitmen bersama sebagai indentitas
karyawan, dan telah memiliki struktur per-
Penilaian yang pernah mereka terima cukup usahaan yang dapat menunjang kinerja kar-
menggambarkan perilaku kerja mereka secara yawan dengan adanya pembagian divisi dan
umum, namun belum dapat membedakan bagian kerja untuk memperlancar komunikasi
perilaku kerja karyawan antar area atau divisi, antar karyawan dan manajerial. Namun dari
meskipun penilaian tersebut sudah direvisi segi sistem manajemen kinerja, ada satu hal
satu kali oleh supervisor personalia. Selain yang terabaikan manajerial yaitu penerapan
lembar penilaian yang lebih rinci dan dapat penilaian kinerja, yang sebenarnya jika dite-
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 5
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

rapkan dengan baik maka akan sangat kompetensi kerja dan pembagian kinerja kar-
membantu perusahaan dalam manajemen yawan pada masing-masing bagian. Adanya
sumber daya manusia dan perkembangan per- deskripsi kerja yang tercantum pada lembar
usahaan itu sendiri. penilaian kinerja akan sangat membantu da-
lam menetapkan tanggung jawab yang harus
Fase I : Perencanaan Penilaian dipenuhi oleh karyawan tersebut, namun
deskripsi kerja belum terdapat pada masing-
Fase perencanaan merupakan fase awal sis- masing bagian karena sistem penilaian yang
tem penilaian akan dimulai. Hal ini membu- masih digunakan secara umum sehingga tang-
tuhkan keterlibatan atasan dan karyawan se- gung jawab kerja karyawan disampaikan
bagai pihak yang akan menggunakan sistem secara lisan.
tersebut. Fase ini antara lain akan membahas
hal-hal yang berkaitan dengan kompetensi Target dan tujuan merupakan bagian yang
kerja karyawan, penetapan tanggung jawab sebaiknya terdapat dalam sistem penilaian
kerja, target atau tujuan yang harus tercapai, kinerja. Namun yang harus diperhatikan da-
serta rencana pengembangan karyawan. lam penetapan target dan tujuan untuk kar-
yawan adalah target dan tujuan tersebut meru-
Kompetensi kerja pada dasarnya terbagi men- pakan hal yang spesifik, dapat diukur, tidak
jadi dua yaitu kompetensi inti dan kompetensi sulit dicapai, fokus pada hasil, dan berada
job family, kompetensi inti merupakan kom- pada waktu atau suasana yang tepat. Hal ini
petensi yang harus dimiliki oleh seluruh kar- telah diberlakukan perusahaan yaitu pene-
yawan, sedangkan kompetensi job family tapan target omset yang diharapkan dapat di-
akan sangat bergantung pada kinerja karya- penuhi, baik target secara bulanan, tahunan,
wan masing-masing bagian sehingga dapat atau pada saat-saat tertentu seperti musim
berbeda antar satu bagian dengan bagian yang liburan, awal masuk sekolah atau menjelang
lain. Pada lembar penilaian kinerja yang telah hari raya. Jika target omset tercapai, maka
ada, penilaian karyawan tidak dibedakan pada karyawan akan menerima kompensasi yang
masing-masing bagian, dengan kata lain selu- juga telah ditetapkan perusahaan.
ruh karyawan dinilai berdasarkan aspek yang
sama apapun bagiannya. Aspek-aspek terse- Prestasi kerja karyawan setidaknya juga
but dapat dijadikan sebagai kompetensi inti, tercantum dalam sistem penilaian kinerja,
namun di sisi lain kompetensi job family ter- meskipun hal ini akan terlihat setelah masa
abaikan sehingga ketika karyawan mendapat- kerja karyawan yang lama, namun pada ba-
kan pengembangan karir atau kenaikan jabat- gian inilah akan dapat terlihat hubungan yang
an, mereka terkadang merasa kurang yakin terjadi antara kinerja karyawan dengan visi
dengan kemampuannya sendiri dan merasa ti- dan misi perusahaan. Perusahaan sendiri be-
dak nyaman ketika harus menghadapi karya- lum dapat menetapkan prestasi kerja karya-
wan senior yang menjadi bawahannya. Hal ini wan secara spesifik untuk jangka waktu kerja
setidaknya dapat diatasi dengan adanya kom- tertentu.
petensi job family dan indikator perilaku yang
lebih rinci sesuai dengan perilaku kerja Fase II : Pelaksanaan Penilaian
masing-masing bagian, sehingga proses peni-
laian diharapkan akan lebih transparan dan Fase ini dimulai ketika perencanaan penilaian
adil jika berkaitan dengan kemampuan karya- telah terlengkapi dengan baik. Pada fase ini
wan. meliputi penerapan penilaian yang terjadwal
dengan teratur baik secara tahunan ataupun
Tanggung jawab kerja karyawan berbeda- pertengahan tahun. Salah satu kebijakan yang
beda sesuai dengan bagian masing-masing. diterapkan perusahaan adalah adanya briefing
Pada aspek ini, akan sangat berkaitan dengan mingguan setiap hari senin pagi, dan biasanya
6 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

forum tersebut digunakan sebagai sarana menunjang pengembangan karyawan tersebut.


pemberitahuan mengenai kebijakan, peratur- Hal ini dikarenakan sistem penilaian kinerja
an, ataupun himbauan yang harus diketahui yang ada belum dapat memetakan kemam-
oleh seluruh karyawan. Selain briefing ming- puan dan potensi yang dimiliki karyawan,
guan untuk seluruh karyawan, biasanya yang dapat memudahkan supervisor dalam
supervisor ataupun koordinator bagian juga mengembangkan kemampuan dan potensi ter-
memiliki jadwal untuk briefing pada masing- sebut di masa yang akan datang.
masing bagian, namun belum terjadwal de-
ngan pasti dan lebih bersifat kondisional. Fase IV: Peninjauan Penilaian
Selama ini pelaksanaan penilaian lebih ba-
nyak menitik beratkan pada kedisiplinan Fase ini adalah fase terakhir dalam siklus
kerja, hal ini dapat disebabkan karena per- manajemen kinerja yang efektif, yang meli-
usahaan sedang berada pada fase berkem- batkan atasan dan bawahan untuk mendis-
bang, sehingga lebih menitik beratkan pada kusikan penilaian kinerja yang telah ditetap-
perluasan pasar dan penambahan konsumen kan sebelumnya. Fase ini diakhiri dengan
dan mengabaikan jadwal untuk penerapan men-diskusikan kembali kompetensi, tang-
sistem penilaian kinerja bagi karyawan tetap. gung jawab kerja, target dan tujuan, serta
Pada fase ini, supervisor ataupun koordinator prestasi kerja yang harus dicapai oleh kar-
setidaknya memiliki tugas untuk meninjau yawan pada masa kerja yang akan datang.
kembali pelaksanaan kinerja dengan mencip- Fase ini juga dapat digunakan sebagai sarana
takan kondisi kerja yang dapat memotivasi untuk mendiskusikan promosi bagi karyawan
karyawan dan memeriksa serta memperbaiki yang memiliki nilai kinerja yang lebih baik
jika terjadi kesalahan. dibandingkan rekan sesama karyawan lain,
atau mendiskusikan posisi yang tepat bagi
Fase III: Pengukuran Penilaian karyawan yang memiliki nilai kinerja kurang
memuaskan manajerial. Fase ini hanya ber-
Pada dasarnya, fase ini melibatkan evaluasi laku bagi karyawan kontrak saja, karena fase
bagaimana kinerja yang telah diperlihatkan ini akan mempengaruhi kelangsungan kontrak
oleh karyawan dalam pengisian lembar peni- mereka di masa yang akan datang secara
laian, sehingga atasan hanya akan meninjau periodik. Hal ini seharusnya juga berlaku bagi
kompetensi, tanggung jawab kerja, target dan karyawan tetap, sehingga mereka akan ter-
tujuan yang sebelumnya telah disepakati motivasi untuk memiliki pandangan mengenai
dalam perencanaan kinerja (fase I). Jika da- karir bersama perusahaan dan memberikan
lam lembar penilaian kinerja telah tersusun prestasi terbaiknya.
dengan lengkap, maka fase ini merupakan
fase yang sangat tepat untuk mengetahui ke- Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja
kuatan, kelemahan, ataupun potensi yang di-
miliki oleh karyawan. Hal-hal inilah yang da- Berdasarkan hasil analisis di atas dan hasil
pat digunakan sebagai acuan bagi manajerial diskusi bersama manajemen perusahaan,
untuk memberikan promosi atau kenaikan maka hal utama yang akan dilakukan dalam
jabatan bagi karyawan yang layak sehingga penelitian ini adalah melengkapi fase I dalam
proses tersebut menjadi lebih transparan dan siklus manajemen kinerja yaitu fase peren-
adil, sedangkan karyawan yang diangkat ter- canaan, sesuai dengan salah satu hambatan
sebut juga merasa percaya diri akan kemam- yang dikemukakan oleh supervisor yaitu pe-
puannya. Pihak manajerial sebenarnya telah nilaian yang telah ada masih dibuat secara
memiliki perencanaaan karir bagi karyawan umum dan belum dapat menilai perilaku kerja
yang berprestasi namun belum dapat diim- pada masing-masing bagian. Pada fase peren-
bangi dengan pelatihan-pelatihan yang dapat canaan ini peneliti tidak mengubah seluruh
faktor-faktor penilaian yang telah ada pada
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 7
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

sistem penilaian kinerja yang lama, namun tingkat, agar memudahkan supervisor atau
lebih pada mengembangkan, menambahkan koordinator dalam memberikan nilai yang
dan mengelompokkan faktor-faktor perilaku dapat membedakan jenjang perilaku kerja
kinerja. karyawan.

Penetapan pengembangan lebih mempriori- Kompetensi Job family


taskan pada fase perencanaan, karena fase ini
merupakan langkah awal dalam siklus atau Kompetensi job family merupakan perilaku,
strategi manajemen kinerja dan akan berpeng- keterampilan, sifat, keahlian, atribut, dan ke-
aruh pada fase-fase yang selanjutnya. Pada mampuan yang dapat membedakan karyawan
fase perencanaan ini, pengembangan akan antar bagian sesuai dengan pekerjaannya
memusatkan pada lembar penilaian kinerja masing-masing. Kompetensi job family inilah
yang terdiri dari lima hal penting sesuai de- yang diharapkan pihak manajerial PT HKS
ngan panduan fase perencanaan dalam siklus ada, dan mampu membedakan faktor-faktor
manajemen kinerja. Bagian ini akan terus penilaian kinerja karyawan sehingga penilaian
mengulangi langkah validasi, diskusi dan ren- tersebut bisa melengkapi penilaian kom-
cana pelaksanaan, serta pengumpulan data petensi inti sebelumnya. Validasi pada kom-
setelah pelaksanaan, yang kemudian akan petensi job family ini lebih sering melibatkan
kembali pada langkah validasi lagi dan sete- koordinator masing-masing bagian, karena
rusnya hingga keseluruhan hasil pengem- mereka lebih banyak beraktivitas di lapangan
bangan yang telah dilakukan disetujui. Akhir dibandingkan supervisor. Kompetensi job
dari bagian ini merupakan implementasi awal family tersusun berdasarkan aspek-aspek yang
dari fase II dalam siklus manajemen kinerja telah disepakati bersama dengan koordinator
yaitu fase pelaksanaan. masing-masing. Kompetensi job family untuk
pramuniaga adalah kemampuan mempeng-
Kompetensi Inti aruhi, orientasi pelayanan konsumen, kemam-
Kompetensi inti organisasi merupakan puan membangun hubungan, pemahaman
perilaku, keterampilan, sifat, keahlian, atribut, interpersonal, dan pencarian informasi. Kom-
dan kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh petensi job family untuk kasir adalah keahlian
seluruh karyawan dari PT HKS. Pada teknis, orientasi pelayanan konsumen, mem-
kelompok kompetensi inilah faktor-faktor bangun hubungan, dan pencarian informasi.
penilaian kinerja yang telah ada sebelumnya Meskipun terdapat kesamaan antara kom-
dikelompokkan dan akan dibuat lima tingkat petensi bagi pramuniaga dan kasir, namun
penilaian untuk masing-masing kompetensi. validasi dan diskusi yang dilakukan lebih ba-
Validasi bersama para supervisor dan koor- nyak membahas mengenai indikator-indikator
dinator menetapkan bahwa aspek penilaian perilaku bagi masing-masing kompetensi agar
yang telah ada pada penilaian kinerja lama sesuai dengan kenyataan kerja di lapangan,
akan digabungkan dengan nilai perusahaan dan juga untuk menetapkan lima tingkat
yang tergambar dalam komitmen bersama. penilaian untuk masing-masing kompetensi.
Penggabungan keduanya akan menjadi kom-
petensi inti karyawan karena hal-hal tersebut Tanggung Jawab Kerja
merupakan hal yang diharapkan perusahaan
dapat ditunjukkan oleh seluruh karyawan. Tanggung jawab kerja karyawan akan lebih
Untuk kompetensi inti telah disepakati empat terfokus pada bagian kerja masing-masing,
aspek yaitu disiplin, bertanggung jawab, bagian ini biasanya memiliki hubungan erat
efektif efisien dan produktif, serta keinginan dengan deskripsi kerja dan kompetensi job
berprestasi. Indikator perilaku masing-masing family. Seiring dengan perbedaan bagian dan
juga disepakati untuk dibuat dalam lima perilaku kerja, maka tanggung jawab kerja
8 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

pun akan mengikuti karyawan pada bagian bagi perusahaan dalam melakukan proses atau
masing-masing, sehingga hal ini akan dapat sistem penilaian kinerja terhadap karyawan.
membuat karyawan lebih berkonsentrasi de- Hal yang dapat terlihat dari keberhasilan
ngan pekerjaan pada bagiannya. Pada lembar penilaian baru adalah kompetensi dan
penetapan tanggung jawab kerja, diskusi dan indikator-indikator perilaku sebagai faktor-
validasi bersama koordinator dan supervisor faktor penilaian yang telah sesuai dengan
yaitu sesuai dengan area kerja masing-masing perilaku kinerja masing-masing bagian. Se-
baik untuk kasir ataupun pramuniaga. lanjutnya dapat dilakukan sosialisasi dan im-
plementasi penilaian untuk mengetahui kese-
Target dan Tujuan suaian dari faktor-faktor penilaian tersebut
dengan kenyataan di lapangan.
Sesuai dengan namanya, hal inilah yang men-
jadi acuan dari aktivitas kerja setiap karyawan Pada validasi keseluruhan tahap pertama,
dan biasanya memiliki waktu atau jadwal- supervisor dan koordinator lebih menyukai
jadwal yang telah ditentukan, serta dapat ber- penggunaan bahasa Indonesia untuk nama-
beda antar satu bagian kerja dengan yang nama kompetensi bagi masing-masing bagian
lainnya. Sebuah perusahaan tentunya memi- yang digunakan dalam penilaian, dan mereka
liki target dan tujuannya masing-masing, merasa bahwa penggunaan lembar penilaian
dalam hal ini target dan tujuan tersebut dapat baru masih terlalu tebal sehingga dapat
diwakilkan oleh bagian-bagian dalam per- menghambat efektivitas dan efisiensi waktu
usahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan mereka dalam proses penilaian. Diskusi dan
bagi masing-masing bagian. Target dan tujuan validasi berakhir dengan mengganti istilah-
didiskusikan serta divalidasikan bersama ko- istilah yang ada menjadi bahasa Indonesia,
ordinator dan supervisor agar sesuai dengan dan membuat lembar penilaian menjadi lebih
area kerja masing-masing baik untuk kasir sederhana. Pada validasi keseluruhan tahap
ataupun pramuniaga. kedua, supervisor dan koordinator telah me-
nyetujui hasil dari perbaikan yang telah di-
Prestasi Kerja lakukan, yaitu istilah-istilah yang telah ber-
ganti menjadi bahasa Indonesia dan penilaian
Pada setiap penilaian kinerja, atasan setidak- yang telah disederhanakan. Indikator-
nya mencantumkan prestasi kerja yang diha- indikator perilaku yang telah disepakati ter-
rapkan dari karyawan. Hal ini dapat meng- sebut kemudian dibukukan menjadi draft
identifikasi pencapaian apa saja yang telah Manual Standar Operasional Prosedur untuk
ditunjukkan karyawan dalam masa kerja satu masing-masing bagian, dan diharapkan dapat
tahun, selain itu bagian ini biasanya juga digunakan sebagai salah satu acuan untuk
dapat menunjukkan hubungan antara kinerja pengembangan karyawan di masa yang akan
karyawan dan perkembangan perusahaan. Hal datang. Akhir dari diskusi dan validasi tahap
ini berkaitan dengan target dan tujuan per- kedua ini memunculkan rencana untuk
usahaan, selain prestasi secara individual, per- menguji coba sistem penilaian kinerja yang
usahaan tentu saja mengharapkan prestasi atas baru tersebut.
pencapaian target tersebut. Penetapan prestasi
kerja didiskusikan serta divalidasikan bersa- Indikator-indikator perilaku yang telah dise-
ma koordinator dan supervisor agar sesuai pakati tersebut kemudian dibukukan menjadi
dengan area kerja masing-masing baik untuk draft Manual Standar Operasional Prosedur
kasir ataupun pramuniaga. untuk masing-masing bagian, dan diharapkan
Indikator Keberhasilan dapat digunakan sebagai salah satu acuan
untuk pengembangan karyawan di masa yang
Lembar penilaian kerja yang baru merupakan akan datang. Berdasarkan hasil diskusi dan
salah satu usaha untuk memberikan solusi
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 9
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

validasi bersama perusahaan, sistem penilaian menyesuaikan dengan kebutuhan perusahaan


yang baru telah mampu untuk membedakan akan manajemen sumber daya manusia, se-
kinerja karyawan pada masing-masing bagian suai dengan penelitian Holley, Feild, &
(pramuniaga dan kasir), sehingga peni- Barnett (1982) yang menyatakan bahwa ter-
laiannya akan lebih objektif dibandingkan kadang sebuah sistem penilaian akan me-
dengan sistem penilaian kinerja yang lama. merlukan perbaikan dan perkembangan sesuai
Sistem penilaian kinerja yang baru juga telah dengan perkembangan perusahaan. Salah satu
mencantumkan hal-hal lain yang berkaitan sistem atau proses penting dalam manajemen
dengan kinerja masing-masing bagian seperti kinerja adalah penilaian kinerja karyawan.
tanggung jawab kerja, target ataupun tujuan, Bagi karyawan sendiri, penilaian merupakan
dan juga prestasi, sehingga hal ini akan me- salah satu cara untuk mengetahui hasil dari
nunjang karyawan dalam merencanakan karir usaha dan jerih payah sebagai kontribusi
bersama perusahaan. Akhir dari diskusi dan mereka terhadap kelangsungan perusahaan,
validasi tahap kedua ini memunculkan ren- selain itu dengan adanya penilaian kinerja ini
cana untuk mengimplementasikan sistem pe- pula mereka juga dapat memiliki pandangan
nilaian kinerja yang baru tersebut. mengenai rencana karir bersama perusahaan
di masa yang akan datang.
Implementasi Sistem Penilaian Kinerja
Baru Jika perusahaan semakin berkembang dan
memiliki berbagai macam pembagian kerja,
Implementasi awal sistem penilaian kinerja maka sudah selayaknya perusahaan memiliki
baru tersebut melibatkan tiga karyawan pada penilaian kinerja yang sesuai dengan gam-
masing-masing bagian. Tiga karyawan terse- baran perilaku kerja pada masing-masing
but akan mendapatkan penilaian dari dua bagian kerja tersebut, sehingga karyawan pun
orang yang berbeda yaitu koordinator dan akan merasakan dukungan dari perusahaan
kepala shift sesuai dengan bagian atau area terhadap pengembangan potensi diri kar-
kerja masing-masing bagian. Hasil data yawan tersebut (Loi, Hang-yue, & Foley,
implementasi kemudian dianalisis menggu- 2006). Dalam pengembangan sistem atau
nakan interrater reliability analisis statistik proses penilaian, keterlibatan karyawan meru-
Kappa untuk mengetahui konsistensi antar pakan hal yang penting. Penelitian Silverman
penilai. Hasil analisis menunjukkan nilai koe- & Wexley (dalam Maroney & Buckeley,
fisien Kappa yang diperoleh = 0,536 dengan 1992) menunjukkan hasil bahwa partisipasi
(p < 0,001), hal ini menjelaskan bahwa tidak bawahan dalam pengembangan proses peni-
ada perbedaan nilai yang diberikan oleh laian kerja dapat meningkatkan persepsi kar-
koordinator ataupun oleh kepala shift, hasil yawan terhadap 1). Kegunaan wawancara da-
analisis dari kedua penilai tersebut secara sig- lam penilaian termasuk umpan balik, 2).
nifikan sama sehingga sistem penilaian ki- Dukungan dari atasan atau supervisor, 3).
nerja baru bisa diasumsikan cukup konsisten Memperluas tujuan yang telah ditetapkan, 4).
untuk digunakan. Kesempatan untuk berpartisipasi. Partisipasi
para supervisor, koordinator, dan beberapa
Diskusi karyawan dalam hal ini menjadi kunci dari
usaha untuk penyesuaian sistem penilaian
Penilaian kinerja merupakan salah satu bagian kinerja yang sesuai sehingga dapat diterima
penting dalam proses manajemen kinerja, hal oleh seluruh karyawan.
ini secara tidak langsung akan berdampak Pemilihan bentuk penilaian merupakan salah
pada kelangsungan perusahaan. Seiring ber- satu hal yang dianggap paling efektif dalam
kembangnya perusahaan dan karyawan, maka sistem penilaian kerja. Kejelasan tujuan, pe-
manajemen kinerja pun harus selalu berbenah nerimaan, komitmen, kepuasan dalam proses
10 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

penilaian, serta peningkatan dalam melakukan karyawan akan mau menerima hasil penilaian
unjuk kerja merupakan hal-hal yang dapat ketika hasil dari penilaian tersebut dapat
dipengaruhi oleh bentuk-bentuk penilaian dipertanggung jawabkan secara jelas (Roch &
yang diterapkan (Tziner, Kopelman, & McNall, 2007) sehingga uji coba yang
Livneh, 1992) namun Roberts (1992) lebih dilakukan oleh koordinator dan kepala shift
menekankan pada proses pemberian informasi juga merupakan salah satu hal yang perlu
tentang cara menilai, adanya instruksi untuk diperhatikan, karena kedua bagian tersebut
menjaga keakuratan dan metode umum yang merupakan atasan dan bekerja bersama-sama
digunakan untuk mendokumentasikan kerja yang mengetahui perilaku kerja karyawan
karyawan, serta melibatkan karyawan yang yang dinilai.
dinilai dalam proses penilaian, sehingga Penggunaan Behaviorally Anchores Rating
penerimaan atau sikap penilai dan karyawan Scale (BARS) dianggap sebagai bentuk
yang dinilai akan memiliki pengaruh terhadap penilaian kinerja baru yang tepat, karena
efektivitas sistem penilaian kinerja. Pemilihan BARS merupakan metode penilaian
bentuk, pemberian informasi dan instruksi sistematik yang menggabungkan kejadian
cara penilaian dilakukan peneliti dalam uji nyata dan skala nilai sehingga menghasilkan
coba sistem penilaian kinerja yang baru. Hal skala ukur dengan contoh narasi spesifik
ini dilakukan sebagai usaha menjaga dalam menggambarkan perilaku kerja yang
keakuratan dan penyamaan persepsi bagi para diinginkan, sehingga memunculkan beberapa
penilai. kategori respon perilaku yang jelas serta
terdapat penilai yang akan mengevaluasi dan
Sesuai dengan dua langkah pengembangan dimensi kinerja yang jelas dalam penilaian,
sistem penilaian kinerja yang telah diterapkan BARS juga dapat dirancang untuk menilai
oleh Malos; Gilliland & Langdon (dalam kinerja karyawan seluruh bagian (Schneier &
Catano, Darr, & Campbell, 2007) yaitu yang Beatty, 1982; Cascio, 1998; Dessler, 2003;
pertama adalah penilaian kinerja seharusnya Robbins, 2003).
bersifat objektif dan berdasarkan pada analisis Tziner, Joanis, & Murphy (2000)
pekerjaan, selain itu juga harus sesuai dengan menyebutkan bahwa penggunaan model
perilaku yang berhubungan dengan fungsi penilaian Behaviors Observation Scale (BOS)
kerja spesifik masing-masing bagian, dapat dan Graphic Rating Scale lebih memuaskan
dikontrol oleh karyawan yang dinilai dan bagi karyawan, namun BARS tetap memiliki
hasil penilaian disampaikan kepada karyawan kelebihan yaitu: lebih akurat, memiliki
tersebut. Langkah yang kedua adalah peni- standar yang jelas, memunculkan umpan
laian tersebut harus dapat diterima secara adil, balik, dimensi yang bebas serta konsisten
keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam (Dessler, 2003). Selain itu, penggunaan model
menentukan faktor-faktor penilaian serta penilaian BARS juga dapat meningkatkan
proses pembuatan sistem penilaian dapat persepsi terhadap objektivitas penilaian serta
meningkatkan persepsi keadilan prosedur mampu memprediksi kenaikan karir
yang juga dapat meminimalisir bias. Selain karyawan (Catano, Darr & Campbell, 2007;
itu, hal tersebut juga berhubungan erat dengan Suradiraja, 2009) hal ini juga didukung
penerimaan penilai dan karyawan yang dengan penggunaan model kompetensi
dinilai, motivasi kerja, kepuasan terhadap (Spencer & Spencer, 1993) yang digunakan
proses penilaian serta membuat proses sebagai acuan untuk membuat dimensi-
penilaian menjadi efektif (Dipboye & de dimensi penilaian perilaku kerja, baik untuk
Pontbriand, 1981; Laird & Clampit, 1985; kompetensi inti ataupun kompetensi job
Roberts, 1992; Roberts, 2002). family karyawan pada masing-masing bagian.
Kejelasan tentang siapa yang berhak untuk Penggunaan BARS dan model kompetensi
menilai juga merupakan hal penting, generik dapat membantu perusahaan untuk
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 11
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

menetapkan perilaku kerja karyawan yang jalannya waktu, perusahaan dapat berkem-
diinginkan dan yang tidak diinginkan, sesuai bang dan menjadi lebih besar dalam
dengan perilaku kerja pada masing-masing menjalankan bisnisnya. Adanya evaluasi dan
bagian atau area sehingga proses penilaian pengembangan sistem penilaian kinerja yang
bisa menjadi lebih terbuka dan diharapkan sesuai dengan kebutuhan karyawan, membuat
dapat diterima oleh seluruh karyawan. perusahaan mampu menjadi jembatan antara
Penetapan standar perilaku kerja dan peng- karir dan potensi karyawan seiring perkem-
gunaan penilaian tersebut juga harus memper- bangan perusahaan di masa yang akan datang.
hatikan budaya perusahaan, perbedaan ke-
mampuan penilai yang sebelumnya pernah Kombinasi antara pemetaan kompetensi
mendapatkan pelatihan mengenai prosedur generik dan BARS lebih cocok untuk men-
atau cara menilai, dan yang belum pernah dukung manajemen karir bagi karyawan tetap
mendapatkan pengalaman dalam menilai kar- di perusahaan ritel dan pasar swalayan ter-
yawan bisa mempengaruhi kemampuan para sebut, indikator perilaku yang digunakan se-
penilai dalam melakukan tugasnya pada uji bagai faktor penilaian juga dapat disesuaikan
coba sistem penilaian kinerja yang baru. Salah dengan bagian kerja masing-masing, sehingga
satu usaha yang dapat dilakukan untuk me- dapat menggambarkan perilaku kerja sehari-
minimalisir hal ini adalah penilai yang pernah hari secara lebih umum ataupun spesifik.
mendapatkan pengalaman sebelumnya dapat
mengkomunikasikan kepada sesama penilai Strategi manajemen kinerja Grote terdiri dari
lain yang belum pernah mendapatkan empat fase, sedangkan penelitian ini meru-
pengalaman (Halbesleben & Buckley, 2009). pakan pengembangan yang dilakukan pada
Sistem penilaian kinerja baru yang sesuai fase pertama yaitu perencanaan sistem peni-
dengan masing-masing bagian diharapkan laian kinerja. Perusahaan diharapkan dapat
dapat memenuhi kebutuhan perusahaan akan terus memantau, mengevaluasi ataupun me-
manajemen sumber daya karyawan yang saat ngembangkan sistem penilaian kinerja yang
ini dalam tahap perkembangan dan perluasan telah ada secara bertahap dan berkelanjutan
bisnis, sekaligus dapat membuat karyawan dengan mengacu pada strategi manajemen
memiliki persepsi yang lebih positif mengenai kinerja ini sehingga sistem yang ada dapat
karir dan kesempatan promosi yang ada bagi disesuaikan dengan kebutuhan dan perkemba-
mereka. ngan perusahaan namun tanpa mengesam-
pingkan keterlibatan karyawan dalam mela-
KESIMPULAN DAN SARAN kukan proses perubahan tersebut.

Sistem penilaian kinerja yang tidak terlaksana Peneliti lain dapat mengelaborasi lebih lanjut
dengan baik akan mempengaruhi persepsi pada sistem lainnya seperti sistem rekrutmen
karyawan terhadap manfaat dari sistem itu karyawan yang dilakukan perusahaan selama
sendiri. Selain itu, karyawan juga akan me- ini ataupun sistem penetapan gaji serta
rasa tidak mendapat perhatian dari perusahaan insentif bagi karyawan kontrak dan karyawan
akan kontribusi mereka terhadap perkemba- tetap. Peneliti lain juga dapat mengiden-
ngan perusahaan serta memunculkan persepsi tifikasi potensi-potensi yang dimiliki kar-
negatif mengenai proses manajemen karir yawan berdasarkan hasil dari penilaian kinerja
ataupun promosi yang ada bagi karyawan. yang telah dilakukan, mengadakan pelatihan
Evaluasi dan pengembangan sistem penilaian yang dibutuhkan ataupun membuat jenjang
kinerja menggunakan strategi manajemen karir yang sesuai untuk karyawan PT HKS.
kinerja dari Grote mampu menjadi salah satu
langkah sebagai solusi dalam pembuatan
sistem penilaian kinerja baru. Seiring ber-
12 Jurnal Psikologi Undip Vol. 11, No.2, Oktober 2012

DAFTAR PUSTAKA heightened levels of employee


burnout? The results of one study.
Atkin, R. S., & Conlon, E. J. (1978). Public Personnel Management, 30,
Behaviorally anchored rating scales: 157-172.
some theoretical issues. The Academy
of Management Review, 3, 119-128. Grote, D. (2002). The Performance appraisal
question & answer book a survival
Cascio, F.W. (1998). Applied psychology in guide for managers. Broadway:
human resources management Fifth AMACOM
edition. Upper Saddle River: Prentice-
Hall. Gundersen, D. E., Tinsley, D. B., & Terpstra,
D. E. (1996). Empirical assessment of
Catano, V. M., Darr, W., & Campbell, C. A. empirical impression management
(2007). Performance appraisal of biases: the potential for performance
behavior-based competencies: a appraisal error. Journal of Social
reliable and valid procedure. behavior & Personality, 11, 57-76.
Personnel Psychology, 60, 201-230.
Halbesleben, J. R. B., & Buckley, M. R.
Cox, T., & Nkomo, S. M. (1986). Differential (2009). Social influences on
performance appraisal criteria: A field performance evaluation: implications
study of black and white managers. for the development performance
Group & Organization Managment, standards. Journal of Applied
11, 101-119. Management and Entrepreneurship,
14, 74-92.
Cummings, T.G., & Worley, C. G. (2005).
Organization development and Holley, W. H., Feild, H. S., & Barnett, N. J.
change, 8th ed. Mason: Thomson (1982). Analyzing performance
South-Western. appraisal systems: an empirical study.
In L. Bard, R W. Beatty, & C. E.
Dessler, G. (2003). Human resource Schneier (Eds), The Performance
management, 10th edition. Upper appraisal sourcebook (pp. 115-119).
Saddle River: Prentice-Hall Amherst: Human Resource
Development Press.
Dipboye, R. L., & de Pontbriand, R. (1981).
Correlates of employee reactions to Kane, J. S & Lawler, E. E. (1982). Criteria of
performance appraisals and appraisal Appraisal Effectiveness. In L. Bard, R
systems. Journal of pplied W. Beatty, & C. E. Schneier (Eds),
Psychology, 66, 248-251. The Performance appraisal
sourcebook (pp. 129-134). Amherst:
Gabris, G. T., & Ihrke, D. M. (2000). Human Resource Development Press.
Improving employee acceptance
toward performance appraisal and Kreitner, R & Kinicki, A. (2001).
merit pay systems: the role of Organizational behavior. New York:
leadership credibility. Review of Irwin McGraw-Hill.
Public Personnel Management, 20,
41-53. Laird, A, & Clampitt, P. G. (1985). Effective
performance appraisal: Viewpoints
Gabris, G. T., & Ihrke, D. M. (2001). Does from managers. Journal of Bussiness
performance appraisal contribute to Communication, 22, 49-57.
Wijayanti, Wimbarti, Evaluasi dan Pengembangan 13
Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS

Loi, R., Hang-yue, N., & Foley, S. (2006). In L. Bard, R W. Beatty, & C. E.
Linking employees justice Schneier (Eds), The Performance
perceptions to organizational appraisal sourcebook (pp. 4-10).
commitment and intention to leave: Amherst: Human Resource
the mediating role of perceived Development Press.
organizational support. Journal of
Occupational and Organizational Schneier, C. E., & Beatty, R. W. (1982).
Psychology, 79, 101-120. Developing behaviorally-anchored
rating scales (BARS). In L. Bard, R
Maroney, B. P., & Buckeley, M. R. (1992). W. Beatty, & C. E. Schneier (Eds),
Does research in performance The Performance appraisal
appraisal influence the practice of sourcebook (pp. 56-65). Amherst:
performance appraisal. Public Human Resource Development Press.
Personnel Management, 21, 185-196.
Spencer, L. M & Spencer, S. M. (1993).
Millmore, M., Biggs, D., & Morse, L. (2007). Competence at work models for
Gender differences within 360-degree superior performance. Toronto: John
managerial performance appraisals. Wiley & Sons, Inc
Women in Management Review, 22,
536-551. Steensma, H & Visser, E. (2007). Procedural
justice and supervisors personal
Riggio, R. E. (2003). Introduction to power bases: effects on employees
industrial organizational psychology. perceptions of performance appraisal
Upper Saddle River: Prentice Hall. sessions, commitment, and motivation.
Journal Collective Negotiations, 31,
Robbins, S. P. (2003). Organizational 101-118.
behavior, 10th ed. Upper saddle river:
Pearson Education. Suradiraja, H. (2009). Penyusunan penilaian
kinerja model BARS untuk
Roberts, G. E. (1992). Linkages between meningkatkan persepsi karyawan
performance appraisal system terhadap objektifitas penilian kinerja.
effectiveness and rater and ratee Tesis. (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
acceptance. Review of Public Fakultas Psikologi UGM
Personnel Administration,12, 19-41.
Tata, J. (2005). The influence of national
Roberts, G. E. (2002). Employee performance culture on the perceived fairness of
appraisal system participation: a grading procedures: a comparison of
technique that works. Public united states and china. The Journal of
Personnel Management, 31, 333-342. Psychology, 139, 401-412.

Roch, S. G., & McNall, L. A. (2007). An Tziner, A., Kopelman, R. E., & Livneh, N.
investigation of factors influencing (1992). Effects of performance
accountability and performance appraisal format on perceived goal
ratings. The Journal of Psychology, characteristics, appraisal process
141, 499-523. satisfaction, and changes in rated job
performance: a field experiment. The
Schneier, C. E., & Beatty, R. W. (1982). Journal of Psychology, 127, 281-291
Introduction to performance appraisal.
14

Anda mungkin juga menyukai