Anda di halaman 1dari 6

HUKUM TANAH ADAT

Sebagai norma hukum, hukum adalah setiap kesepakatan antara dua atau lebih manusia tentang
apa yang boleh, wajib atau dilarang dilakukan di antara mereka serta padahan yang ditimpakan
secara nyata kepada orang yang melanggarnya. (Punya sanksi Hukum) Ada tiga kelompok
pandangan orang mengenai hukum : Pandangan Normatif-> Utrecht : Hukum ialah himpunan
peraturan yang ditetapkan oleh penguasa masyarakat yang wajib ditaati oleh setiap anggota
masyarakat, siapa yang melanggar dikenakan sanksi Pandangan Sosiologis -> Djojodigoeno :
Hukum ialah karya seluruh rakyat yang bersifat pengugeran yang berarti pembatasan tingkah
laku manusia dalam hubungan pamrihnya Sosiologis Normatif-> Ahmad Sanusi : Hukum ialah
norma yang ditaati dan gejala sosial yang diharuskan Hukum Sebagai Sistem Sosial : Hukum
adalah semua proses dalam kehidupan masyarakat untuk mencapai kedamaian dalam kehidupan
bersama (peaceful living together) Cicero : (Zaman Yunani Kuno) ubi societas ibi ius Masyarakat
= dua atau lebih manusia yang hidup berdampingan ditandai oleh adanya komunikasi di antara
mereka sehingga mampu mengadakan kesepakatan (deal) yang dapat melahirkan hukum Cara
Lahirnya Hukum: Otonom : Melalui gejala sosial (prilaku nyata) warga masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari,->hukum adat Aeteronom : Melalui ketetapan penguasa masyarakat
dengan sengaja membuat peraturan hukum, ->UU Istilah Adat = Sangskerta atau Arab ???
Sangskerta Adat = a + dato/datu; a=tidak dato = hal yang bersifat keduniawian = orang yang
perangainya memikirkan kesenagan dunia saja. Jadi adat adalah perangai dari orang2 baik-baik
Dalam bahasa Arab adat artinya sesuatu yang menjadi kebiasaan, ada kebiasaan baik dan ada
pula yang buruk. Istilah adat telah digunakan sebelum masuk Islam, tentu dari bahasa Sangskerta
Hukum Adat terjemahan dari Adat Recht, pertama kali dipakai oleh Snouck Hurgronje dalam
bukunya De Atjehers Definisi Hukum Adat : Snouck Hurgronje : Hukum adat ialah seluruh
hukum yang ditemukan Belanda di Hinda Belanda (De Atjehers) Van Vollenhoven : Hukum adat
adalah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah
Hindia Belanda dahulu atau alat-alat kekuasaan lainnya yang menjadi sendinya dan diadakan
sendiri oleh kekuasaan Belanda dahulu (Het adat recht van Ned. Indie) (Thn 1596 Ind sudah ada
hukum, Staatrecht Overzee H.Adat=Hk yang ditemukan Bld di HB)) Unsur Hukum Adat : -
Bagian yang tertulis berupa surat perintah raja atau keputusan musyawarah Usur Asli -> hk masy
Malayo Polinesia Unsur Asing hukum agama dan hk adat orang asing yang bedomisili di
Hindia Belanda Bagian Tidak tertulis 3. Ter Haar (Beslissingen leer): Hukum adat lahir dan
dipelihara oleh keputusan-keputusan warga masyarakat hukum, terutama keputusan berwibawa
dari kepala2 rakyat yang membantu pelaksanaan perbuatan2 hukum; atau dalam hal bertentangan
kepentingan keputusan para hakim yang bertugas mengadili sengketa sepanjang tidak
bertentangan dengan keyakinan hukum rakyat; mealinkan senapas seirama dengan kesadaran itu,
diterima/diakui atau setidaknya ditoleransinya. (Peradilan Landraad Berdasarkan Hukum Tidak
Tertulis, 1930) Dengan mengabaikan bagiannya yang tertulis yang terdiri dari peraturan2 desa,
surat perintah raja, hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang terjelma dalam keputusan
para fungsionaris hukum yang berwibawa dan berpengaruh yang dalam pelaksanaannya berlaku
serta merta (spontan) dan dipatuhi sepenuh hati. Hukum adat yang berlaku dapat diketahui dari
keputusan hakim, kepala adat, rapat desa, wali tanah, petugas agama dan petugs desa lainnya.
Bukan hanya mengenai sengketa, tetapi juga kpts kerukunan yang berdasarkan nilai2 yang hidup
sesuai alam rohani dan hidup kemasyarakatan anggota2 persekutuan (Hukum Adat Hindia
Belanda di dalam Ilmu, praktek dan pengajaran 1937) 4. Prof.Dr. Supomo, SH : Hukum adat
ialah hukum yang tidak tertulis dalam peraturan2 legislatif (unstatutory law) meliputi peraturan2
hidup yang walaupun tidak ditetapkan oleh yang berwajib, toh ditaati dan didukung oleh rakyat
berdasarkan atas keyakinan bahwa peraturan itu mempunyai kekuatan hukum. Dalam tata hukum
bari Indonesia, untuk menghindari kesalahfahaman, istilah hukum adat dipakai sebagai sinonim
dari hukum yang tertulis dalam peraturan legislatif (unstatory law), hukum yang hidup sebagai
konvensi pada badan-badan hukum negara (Parlemen, Dewan Propinsi, dsb), hukum yang timbul
karena putusan hakim (Judge made law), dan hukum yang hidup sebagai pertguran kebiasaan
yang dipertahankan dalam pergaulan hidup, baik di kota maupun desa2 (Customary Law).
Beberapa Catatan Mengenai Kedudukan Hukum Adat 4. Dr. Sukanto, SH : Hukum adat ialah
kompleks adat2 yang tidak dikitabkan, tidak dikodifisir, dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi,
jadi mempunyai akibatg hukum. Meninjau Hukum Adat Indonesia 5. Prof. Mr.
M.M.Djojodigoeno : Hukum adat ialah hukum yang tidak bersumber kepada peraturan-
peraturan. Azas-azas Hukum Adat, 1958 6. Mr. JHP. Bellefroid : Hukum adat ialah peraturan2
hidup yang meskipun tidak diundangkan oleh penguasa, toh dihormati dan ditaati oleh rakyat
dengan keyakinan bahwa peraturan tersebut berlaku sebagai hukum. (Inleiding tot de
rechtwetenschap in Nederland 7. Seminar Hukum Adat 1975 di Yogyakarta : Hukum adat ialah
hukum asli bangsa Indonesia yang di sana sini dipengaruhi oleh unsur agama. 8. Prof Dr.
Hazairin: Kesusilaan dan Hukum, 1952 : Seluruh lapangan hukum berhubugnan dengan
kesusilaan, langsung atau tidak langsung. Dalam sistem hukum yang sempurna tidak ada tempat
bagi hukum yang tidak selaras dengan kesusilaan. Istimewa dalam hukum adat, terdapat
persesuaian yang langsung antara hukum dengan kesusilaan, pada akhirnya antara hukum dan
adat demikian langsung sehingga istilah hukum adat tidak dibutuhkan oleh rakyat biasa, cukup
dipakai istilah adat saja. Hukum adat ialah endapan(renapan) kesusilaan dalam masyarakat,
artinya kaedah-kaedah adat berupa kaedah kesusilaan yang kebenarannya telah mendapat
pengakuan umum dalam masyarakat. Walau ada beda kaedah kesusilaan dan kaedah hukum,
namun perbuatan yang dilarang atau disuruh menurut hukum juga dicela dan dianjurkan oleh
kesusilaan. Apa yang tidak dapat dipelihara oleh kesusilaan diusakan pemeliharaannya melalui
kaedah hukum, yang tidak hanya didasarkan kepada kebebasan pribadi, tetapi serentak
mengekang kebebasan itu dengan suatu gertakan, ancaman paksaan, ancaman hukum atau
penguatan hukum. Hukum adat adalah kaedah kesusilaan yang diberi gertakan, ancaman
paksaaan, ancaman hukum atau penguatan hukum. Tanah adalah bagian dari permukaan bumi
dengan batas-batas tertentu . Tanah itu dapat barupa daratan, lautan, sungai, danau, bukit,
gunung, dsb. Contoh: Tanah 1.000 m2, dijual 100 truk, tinggal berapa? Pentingnya Tanah Dalam
Hukum Adat Tanah merupakan kekayaan yang bersifat tetap Tempat berdirinya persekutuan
hukum adat Sarana memenuhi kebutuhan hidup persekutuan dan warganya (tempat tinggal,
sawah, ladang, tambak, dsb.) Tempat dikebumikannya warga persekutuan yang meninggal Alat
pemersatu persekutuan Tempat bermukimnya roh-roh leluhur dan pelindung persekutuan Hak
Persekutuan Atas Tanah Lahirnya Hak Persekutuan: Hak atas tanah yang ada lebih dahulu adalah
hak persekutuan, karena awalnya manusia hidup nomaden dengan berkelompok secara
melingkar dalam suatu wilayah pengembaraan, maka pada saat itu: Semua anggota kelompok
merasa berhak terhadap semua bidang tanah dalam wilayah pengembaraaan Semua anggota
merasa berhak untuk memungut hasil dari smua bidang tanah dalam wilayah pengembaraan Hak
persorangan belum ada, baru muncul setelah masyarakat mulai menetap, sehingga hak
perseorangan tetumpang di atas hak persekutuan, seperti hak sewa yang tetumpang di atas hak
milik Dengan dikuasainya tanah oleh persekutuan dan warganya, terjadi hubungan hukum (hak)
antara persekutuan dengan tanah yang kemudian diikuti dengan munculnya hak perseorangan.
Pola-pola hubungan antara persekutuan/idividu dengan tanah yang dikuasainya disebut hukum
tanah adat. Hubungan hukum adalah hubungan yang bersifat abstrak antara subyek hukum
dengan obyek hukum atau antar subyek hukum yang dapat dipertahankan melalui prosedur
hukum, karena oleh masyarakat disediakan wadah dan prosedur mempertahankannya. Isi
Hubungan Hukum itu adalah hak dan atau kewajiban Zakelijkrecht persoonlijkrecht Kedudukan
Hukum Tanah Adat dalam Hukum Positif Sebelum Kolonial Zaman Kolonial Setelah Merdeka
Wilayah Hukum Adat (Adatrecht kringen) Adalah suatu wilayah yang garis-garis besar, corak
dan sifat hukum adat yang berlaku seragam Ciri : Bahasa Daerah; Sistem Kekerabatan; Sistem
Perkawinan; Sistem Pemerintahan 1. Aceh; 2. Tanah Gayo, Alas, Batak, Nias; 3. Daerah
Minangkabau Beserta Mentawai ; 4. Sumatera Selatan; 5. Daerah Melayu (Sumtim, Jambi dan
Riau); 6. Bangka dan Belitung; 7. Kalimanatan; 8. Minahasa; 9. Gorontalo; 10. Daerah Toraja;
11. Sulawesi Selatan; 12. Kepulauan Ternate; 13. Maluku, Ambon; 14. Irian; 15. Kepulauan
Timor; 16. Bali dan Lombok serta Sumbawa Barat; 17. Jawa Tengah dan Timur serta Madura;
18. Daerah Swapraja (Surakarta dan Yogyakarta); 19. Jawa Barat Kukuban Hukum : Tiap
Wilayah Hukum Adat dibagi atas kukuban hukum, yakni wilayah yang corak dan sifat hukum
adatnya seragam. Contoh : Jawa Barat terdiri dari Betawi, Banten, Priangan, dan Cirebon.
MInangkabau : Darek (Luhak Nan Tigo) dan Rantau Masyarakat Hukum Adat (Adat Recht
Gemeenschap) Sebagai Subyek Tanah Ulayat Sekelompok orang yang merasa sebagai suatu
kesatuan, baik karena keturunan maupun tempat tinggal dan kepentingan, mempunyai organisasi
yang jelas dengan pimpinannya; dan harta kekayaan sendiri baik tanah maupun bukan tanah,
berujud dan tak berujud serta berwenang mengurus kepentingan sendiri. Ciri Masyarakat Hukum
Adat : Himpunan orang Merasa bersatu karena : keturunan, wilayah, atau kepentingan
Mempunyai organisasi yang jelas Mempunyai pimpinan Mepunyai kekayaan sendiri, tanah,
bukanj tanah, berwujud dan tak berujud Wenang mengurus kepentingan sendiri (otonom)
Merupakan subyek hukum, dapat berbuat di luar maupun di depan sidang pengadilan HAK
ATAS TANAH DALAM HUKUM ADAT Hak Persekutuan Atas Tanah adalah kewenangan
persekutuan hukum adat atas setiap jengkal tanah yang ada dalam wilayah persekutuan :
Kewenangan persekutuan untuk memanfaatkan bidang tanah tertentu untuk keperluan
persekutuan, kantor lembaga adat, tempat ibadah, jalan, saluran irigasi, dsb. Kewenangan
persekutuan untuk mengatur pencadangan dan pemanfaatan semua bidang tanah dalam wilyah
persekutuan Kewenangan persekutuan untuk mengizinkan warga persekutuan
membuka/mengolah/memanfaatkan bidang tanah tertentu, sehingga warga itu memperoleh hak
perorangan Kewenangan persekutuan untuk mengurus dan mengatur peralihan bidang tanah
dalam wilayah persekutuan, baik antar warga persekutuan, maupun dengan pihak luar. Istilah
Hak Persekutuan: Ambon : Patuanan; Jawa: Wewengkon; Kalimantan : panyampeto/pawatasan;
Bolaang Mongondow: totabuan; Sulsel : Limpo; Buru: nuru; Minangkabau: wilayat; Bali:
Prabumian; Indonesia (UUPA): Ulayat, Van Collenhoven : Beschickingsrecht Hak Persorangan
Atas Tanah Adalah kewenangan dari anggota persekutuan atas bidang tanah tertentu dari wilayah
persekutuan Memungut hasil: mengambil kayu, rotan, damar, gaharu, ikan, binatang liar, dalam
wilayah persektuannya Dengan izin perekutuan, membuka dan mengusahakan terus menerus
bidang tanah tertentu dalam wilayah persekutuan: pemukiman, sawah, tambak, toko, dsb.
Dengan izin persekutuan melakukan transaksi tanah dan transaksi yang berhubungan dengan
tanah dengan berbagai pihak Hubungan Hak Persekutuan dengan hak perseorangan: Teori Balon
(mengembang dan mengempis) Pada waktu seorang warga persekutuan atas izin persekutuan
membuka dan mengurus terus menerus bidang tanah tertentu, hak ulayat persekutuan menipis
(tapi tetap ada) hak perorangan menonjol. Bila tanah diterlantarkan, hak persekutuan penuh
kembali Transaksi Atas Tanah: Transaksi Tanah: a. Jual Beli Tanah b. Hibah Tanah c. Tukar
Menukar Tanah d. Wakaf Tanah 2. Transaksi Yang berhubungan dengan tanah : a. pinjam
meminjam tanah b. gadai tanah (Jual Gadai) c. sewa menyewa tanah (jual tahunan dan sewa) d.
bagi hasil tanah Pengaruh Luar Terhadap Hukum Tanah Adat Pengaruh hukum Islam Pengaruh
hukum kolonial Belanda Pengaruh Perundangan RI Dasar Hukum Berlakunya Hukum Tanah
Adat Landasan Sosiologis; Landasan Yuridis Formal; Landalasan Filosofis A.Landasan
Sosiologis Berlakunya Hukum Adat Sebelum Inodonesia dijajah Belanda, wilayah Inodonesia
terdiri dari beberpa kerjaan kecil dan besar. Pada saat itu, kehidupan masyarakat pada masing-
masing kerajaan itu, diatur hanya dengan menggunakan hukum adat, karena dalam hidup
bermasyarakat pasti diperlukan adanya hukum guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya.
Jadi pada masa ini landasan berlakunya hukum adat adalah landasan sosiologis, yakni kebutuhan
hidup masyarkat yang memerlukan hukum adat. Setelah Indonesia dijajah Belanda dan akhirnya
merdeka, yang menjadi unsur utma WNI ialah masyarakat pribumi, maka walaupun sudah
berubah status menjadi WNI, hukum adat mereka mengikuti subyeknya; sehingga dewasa ini
landasan sosiologis berlakunya hukum adat masih tetap ada, yakni kebutuhan masyarakat hukum
adat itu sendiri yang memerlukan hukum adat. Dasar Hukum Berlakunya Hukum Adat B.
Landasan Yuridis Formal, Perundangan dan keputusan masyarakat yang berkaitan dengan hukum
adat 1. Pasal 11 AB (1848), Pasal 75 RR Lama (1854) dan RR Baru (1920); Selama Gubernur
Jendral tidak memberlakukan huku perdata dan dagang Eropa, bagi masyarakat Bumi Putra tetap
berlaku godsdientigeweten volks instellingen en gebruiken. (Aturan Agama, lembaga rakyat, dan
kebiasaan mereka). Dipakai isteilah godsdientigeweten, karena pengaruh dari ajaran Receptio in
complexu dari Van Den Berg yang memandang kitab suci sebagai undang-undang 2. Pasal 131
IS (1926) Bagi golongan Bumi Putra berlaku het hunne godsdienten en gebruike. (aturan agama
dan kebiasaan-kebiasaaan mereka) 3. Keputusan Rapat Pemuda Indonesia (1928), di samping
mengakui : bertanah air yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia dan
menjunjung bahaswa persatuan, bahasa Indonesias; juga mengeluarkan keyakinan bahwa
Persatuan Indonesia diperkuat oleh dasar persatuannya, kemauan, sejarah, hukum adat,
pendidikan dan kepanduan Setelah Merdeka 1. Pasal II (I setelah amandemen) Aturan Peralihan
UUD 1945 (sebelum amandemen) Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku sebelum diadakan yang baru menurut UUD ini. Pasal 11 AB, 75 RR, dan 131 IS tetap
berlaku 2. Penjelasan Umum Angka I UUD 1945 UUD suatu negara hanay sebagian dari hukum
dasar negara itu. UUD ialah hukum dasar yang tertulis sedangkan di sampingnya berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis. Untuk meneyelidiki hukum dasar, tidak cukup
hanaya menyelidik pasal2 UUD saja, tetapi harus meneyelidiki pula parakteknya dan suasana
kebatinannya. Untuk mengerti maksud sungguh2 UUD, kita harus mempelajari juga bagaimana
terjadinya teks itu dan dalam suasana apa teks itu dibikin. Berdasarkan pasal ini, kita harus
memperhatikan sejarah perjuangan kemerdekaan RI, termasuk Sumpah Pemuda yang
menginginkan Hukum Adat sebagai Dasar Persatuan RI dan merupakan sumber utama Hukum
Nasional Indonesia. Setelah Merdeka 3. Pasal 18 B ayat 2 UUD 1945 Negara mengakui dan
menghormati kesatuan2 masyarakat hukum adat dan hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih
hidup, sesuai dengan perkembangan masyarakat, dan prinsip NKRI yang diatur dalam UU 4.
Pasal 146 Ayat 1 Konstitusi RIS; Segala keputusan hakim harus bersisi alasan2-nya, dan dalam
perkara hukuman harus menyebut aturan2 UU dan aturan hukum adat yang dijadikan dasar
hukuman itu. 5. Pasal 104 ayat 1 UUDS 1950 (Hukum adat dan Peradilan Adat diakui); Isinya
sama denan Pasal 146 Konstitusi RIS. 6. Pasal 5 UUPA, Hukum Agraria yang berlaku atas bumi,
air dan ruang angkaa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosioalime Indonesia serta
dgn peraturan yang tertulis dalam UU ini dan peraturan per-uu-an lainnya, segala sesuatu degnan
mengindahkan usnsur2 yang bersandar apda hukum agama 7. Pasal 3 jo. Pasal 17 UU
N0.19/1964 (UUPKK, Hukum yang dipakai ialah hukum yang bedasrkan Pancasila, yaitu hukum
yang sifat2-nya berakar pada kepribadian bangsa. Pasal 17 (2). Peradilan menggunakan hukum
tertulis dan tidak tertulis. Penjelasan Umum : Tidak ada tempat preadilan adat dan swapraja,
pelaksanaan hukum adat dipindah ke peradilan negara. 8. Pasal 23 ayat 1 dan Pasal 27 UUPK
No.14/1970); menjadi Pasal 24 dan 28 UUPK No. 4/2004 Dalam kedua UU ini kebijaksanaan
bahwa peradilan hanya peradilan negara dilanjutkan. Pasal 23 UU 14/70 / Pasal 24 UU 4/2004 :
Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan2 dan dasar2 putusan itu, juga harus
memuat passal2 tertentu dari per uu an atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili. Pasal 27 UU 14/70 /Pasal 28 UU 4/2004 : hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, memahami dan mengikuti nilai-nilai hukum yang hidup dalam
masyarakat. hukum tak tertulis + nilai-nilai hukum yang hidup ialah hukum adat 9. Pasal 18
UUD 1945; Pembagian daerah Ind dengan UU dengan memandang dan mengingat dasar
permusyawaratan dalam sistem pemerintahan dan hak2 asal usul dalam daerah yang bersfat
istimewa, Penjelasan : Dalam teritori Ind. Terdapat lk. 250 zelfbesturende landschapen dan
volksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali, nagari di Minangkabau, dusun dan marga
di Palembang dsb. Pasal 18 B (2) UUD 45 setelah amandemen : Negara mengakui dan
menghormati kesatuan2 masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam UU
10. Pasal 1 (o) UU No No. 22/1999 / Pasal 1 angka (12) UU No. 32/2004, desa yang disebut
dengan nama lain (nagari di Minangkabau) adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan asal usul dan adat istiadat setempat diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal ini nagari sebagai persekutuan
hukum adat di Minangkabau diakui dan dihormati sebagai pelaksana pemerintahan RI.
Penjelasan Umum angka 10. : landasan pengaturan adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi
asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. UU ini akui otonomi desa/nagari dan kepada
pem desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari Pemerintah/ Pemda untuk
melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Desa dapat pula dibentuk di kota C.Landasan
Filosofis Berlakunya Hukum Adat 1. Aliran Sosiologis Mengenai Hukum dari Von Savigny
Hukum tidak dibuat, tetapi hukum adalah menifestasi dari volksgeist (jiwa rakyat) yang
berkembang sesuai dengan sejarah perkembangan masy yang bersangkutan. Setiap masyarakat
mempunyai jiwa sendiri2 yang berbeda dengan masyarakat lainnya, sehingga hukum pada masy
tertentu tidak dapat diterapkan begitu saja kepada masy lainnya. 2. Pancasila Sebagai Filsafat
Hidup Masyarakat Indonesia Pasal 3 UU No.19/64 UUPKK, hukum yang dipaka di Ind ialah
hukum yang berdasarkan Pancasila. Dalam penjelasan disebut bahwa hukum Pancasila itu terdiri
dari hukum yang tertulis dan tidak tertulis. Menurut Prof. Mubiarto, SH, hukum adat ialah
hukum Pancasila. Sepanjang menyangkut hukum, Pancasila itu merupakan kristalisasi dari
hukum adat yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Permenag 5/1999 : Pasal 1 1. Hak
ulayat dan yang serupa itu dari masyarakat hukum adat (untuk selanjutnya disebut hak ulayat),
adalah kewenangan yang menurut hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adatt tertentu
atas wilayah tertentu yang merupakan lingkungan hidup para warganya untuk mengambil
manfaat dari sumber daya alam, termasuk tanah, dalam wilayah tersebut, bagi kelangsungan
hidup dan kehidupannya, yang timbul dari hubungan secara lahiriah dan batiniah turun menurun
dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut dengan wilayah yang bersangkutan. 2.
Tanah Ulayat : Tanah ulayat adalah bidang tanah yang diatasnya terdapat hak ulayat dari suatu
masyarakat hukum adat tertentu 3. Masyarakat hukum adat adalah sekelompok orang yang
terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum karena
kesamaan tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan. Wilayah Hukum Adat (Adatrecht
kringen) Adalah suatu wilayah yang garis-garis besar, corak dan sifat hukum adat yang berlaku
seragam Ciri : Bahasa Daerah; Sistem Kekerabatan; Sistem Perkawinan; Sistem Pemerintahan 1.
Aceh; 2. Tanah Gayo, Alas, Batak, Nias; 3. Daerah Minangkabau Beserta Mentawai ; 4.
Sumatera Selatan; 5. Daerah Melayu (Sumtim, Jambi dan Riau); 6. Bangka dan Belitung; 7.
Kalimanatan; 8. Minahasa; 9. Gorontalo; 10. Daerah Toraja; 11. Sulawesi Selatan; 12. Kepulauan
Ternate; 13. Maluku, Ambon; 14. Irian; 15. Kepulauan Timor; 16. Bali dan Lombok serta
Sumbawa Barat; 17. Jawa Tengah dan Timur serta Madura; 18. Daerah Swapraja (Surakarta dan
Yogyakarta); 19. Jawa Barat Kukuban Hukum : Tiap Wilayah Hukum Adat dibagi atas kukuban
hukum, yakni wilayah yang corak dan sifat hukum adatnya seragam. Contoh : Jawa Barat terdiri
dari Betawi, Banten, Priangan, dan Cirebon. MInangkabau : Darek (Luhak Nan Tigo) dan Rantau
Masyarakat Hukum Adat (Adat Recht Gemeenschap) Sekelompok orang yang merasa sebagai
suatu kesatuan, baik karena keturunan maupun tempat tinggal dan kepentingan, mempunyai
organisasi yang jelas dengan pimpinannya; dan harta kekayaan sendiri baik tanah maupun bukan
tanah, berujud dan tak berujud serta berwenang mengurus kepentingan sendiri.

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai