Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

ACARA I
FOSIL DAN PROSES PEMFOSILAN

NAMA : RESTININGTYAS P.
NIM : F 121 14 008

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2015
I. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan asal katanya, fosil berasal dari bahasa latin yaitu
fossa yang berarti "galian", adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk
hidup yang menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan
atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. Oleh para pakar dibedakan
beberapa macam fosil. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu
ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di California.
Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada
disebut fosil hidup dan ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi.

Diversitas organisme mempelajari tingkatan dari suatu organisme


yang anatominya paling sederhana sampai dengan yang paling komplek.
Organisme yang paling komplek anatominya yang akan mampu
bertahan.Klasifikasi adalah esensi pengelompokan jenis organisme dan
diklaskan sesuai dengan kategori utama. Sedangkan Taxonomi adalah upaya
penyusunan klasifikasi suatu organisme secara berurutan dari kelompok
terbesar hingga terkecil.

Masing-masing diturunkan pembagian kelompoknya menjadi :


Clas, Ordo, Keluarga, Genus,dan Spesies. Tata cara penamaan mengikuti
Linnaeus, yang memberi nama dengan bahasa latin, disebut istilah
Binomial Nomenclature.Dalam Procedure in Taxonomy,edisi 3 Tahun
1956, disebutkan: Systema Naturae oleh Carl von Linnaeus (Naturalist
Swedia, 1758): Penamaan bersistem secara hirarki berdasarkan
perbedaan kategori, aturan :

1. Prosedur penamaan suatu organisme, mengikuti aturan penamaan ganda


atau Binary/Binomial Nomenclature yang tetap digunakan hingga
sekarang.
2. Taxonomi merupakan tata cara sistematis, yang terdiri dari penamaan dan
klasifikasi.
3. Dalam aturan penamaan terkandung aspek nama legal/sah dan asli.
4. Esensi klasifikasi suatu kelompok berupa urutan/rangking dari berbagai
kategori sistematika yakni: Kingdom, Filum, Klas, Ordo, Famili, Genus
dan Spesies.

Sejak pengusulan penamaan binomial ini, maka penamaan suatu


taxon menjadi lebih teratur, praktis, dan dipakai secara internasional. Tata
cara penulisan sebagai berikut :
1. Penulisan nama binomial menggunakan nama Latin yang ditulis
miring tanpa garis bawah atau ditulis tegak dengan garis bawah.
2. Huruf pertama diawali dengan huruf besar yang menunjukkan
nama genus.
3. Sedangkan kata kedua seluruhnya ditulis dengan huruf kecil yang
menunjukkan nama spesies itu sendiri.
4. Pada umumnya setelah nama genus dan spesies itu ditambah dengan nama
penemu species tersebut untuk menyertakan nama ilmiah taxon tersebut.
Pemberian nama pada akhir jenis tersebut dikenal sebagai Law of
Priority. Istilahistilah lain sering dijumpai pada penulisan nama suatu
spesies dapat timbul karena kurangnya dokumentasi yang lengkap ataupun
spesies yang dijumpai mempunyai ciri yang agak berbeda dengn spesies
asli menurut penulisan terdahulu, atau juga karena rusak sehingga sangat
meragukan dalam determinasi. Untuk kasus tersebut dapat dipergunakan
istilah berikut:
cf. (confer ~ disebandingkan/disamakan)
Digunakan untuk kesebandingan tetapi penulis masih mempunyai sedikit
keraguan karena individu fosil tersebut terawetkan kurang baik sehingga
terdapat sedikit perbedaan dengan yang asli.

aff. (affis ~ mirip)


Ditunjukan untuk spesies yang mirip dari satu genus yang sama karena
memiliki hubungan yang sama.

sp. (species = spesies)


Ditunjukan untuk lebih dari satu individu yang hampir sama dengan satu
genus dan nama spesiesnya tidak diketahui dengan pasti.

n.sp. (new/nouvelle species = species baru)


Digunakan oleh penulis pertama yang memperkenalkan spesies tersebut dan
baru dipublikasikan untuk pertama kalinya.

Penggunaan seluruh istilah tersebut di atas dengan singkatan dalam


huruf kecil yang ditulis tegak, tidak digaris bawahi dan diakhiri dengan titik.
Kata fosil berasal dari bahasa Latin fossilsyang berarti menggali dan sesuatu
yang diambil dari dalam tanah (terpendam).

Pengertian fosil adalah sisa bahan organik yang terawetkan secara


alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen (10.000 tahun yang lalu).
Proses pemfosilan adalah semua proses yang melibatkan penimbunan
hewan atau tumbuhan dalam sedimen yang terakumulasi serta pengawetan
seluruh atau sebagian maupun pada jejak-jejaknya. Ilmu pengetahuan
cabang Paleontologi yang mempelajari bagaimana proses pemfosilan terjadi
disebut dengan Taphonomy.

Tidak semua organisme yang mati dapat terfosilkan hal ini


dipengaruhi oleh beberapa faktor alami. Faktor-faktor perusak yang
mencegah organisme terfosilkan :

1. Biologi, pada faktor ini adalah adanya kehidupan yang menjadi mangsa
organisme lainnya.
2. Fisika, organisme yang mati bisa terawetkan apabila lingkunganya
mendukunmg proses pemfosilan. Sedimentasi dari material yang kasar
biasanya akan merusak tubuh organisme, sehingga mencegah terjadinya
proses pemfosilan.
3. Kimiawi, tubuh keras dari organisme biasanya mengandung unsur-unsur
kimia yang mudah larut dalam air. Terlarutkannya unsur-unsur tersebut
kadang ikut merusak bentuk shell-nya, sehingga mencegah terjadinya
proses pemfosilan.

Syarat terjadinya pemfosilan :


1. Organisme yang mati tidak menjadi mangsa organisme lainnya.
2. Memiliki bagian tubuh yang atau rangka yang keras (resisten)
3. Rongga-rongga pada bagian yang keras yang dimasuki zat kerisik
sehingga merubah struktur kimiawi tanpa mengubah struktur fisik.
4. Diawetkan oleh lapisan es, misal fosil mammouth.
5. Kejatuhan atau terlingkupi oleh getah.
6. Orgnisme jatuh pada lingkungn anaerob.

Berdasarkan sifat terubahnya dan bentuk yang terawetkan, maka


proses pemfosilan dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu:

a. Fosil Tak Termineralisasi


Golongan ini dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Fosil yang tidak mengalami perubahan secara keseluruhan, yaitu


fosil yang jarang terjadi dan merupakan keistimewaan dalam proses
pemfosilan. Misalnya Mammoth di Siberia yang terbekukan dalam endapan
es tersier.

Fosil Mammoth yang terbekukan dalam endapan es diSiberia


2. Fosil yang terubah sebagian, umumnya dijumpai pada batuan
Mesozoikum dan Kenozoikum. Contohnya gigi-gigi binatang buas, tulang
dan rangka Rhinoceros yang tersimpan di musium Rusia, serta cangkang
moluska.

Fosil gigi Hoplophoneus sp. yang ditemukan di daerah Nebraska

3. Distilasi / karbonisasi, yaitu menguapnya kandungan gas-gas atau


zat lain yang mudah menguap dalam tumbuhan atau hewan karena
tertekannya rangka atau tubuh kehidupan tersebut dalam sedimentasi dan
meninggalkan residu karbon (C) berupa lapisan-lapisan tipis dan kumpulan
unsur C yang menyelubungi atau menyelimuti sisa-sisa organisme yang
tertekan tadi. Contohnya adalah batubara.

4. Amber, yaitu getah dari tumbuhan yang telah mengalami proses


pemfosilan.Sedangkan fossil amber merupakan organisme yang
terperangkap dalam getah dari tumbuhan tersebut. Contohnya insekta yang
terselubungi getah damar dalam endapan Oligosen di Teluk Baltik sebagi
fosil Resen.
b. Fosil Yang Termineralisasikan /
Mineralized Fossils
Golongan ini dibedakan atas dasar
material yang mengubahnya serta cara terubahnya. Golongan ini dibagi
lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Replacement, merupakan penggantian total material penyusun


rumah organisme oleh mineral-mineral asing.

Contoh fosil yang terfosilkan secara Replacement

2. Histometabasis, adalah penggantian total tiap-tiap molekul dari


jaringan tumbuhan oleh mineral-mineral asing yang meresap ke dalam
jasad tumbuh-tumbuhan.Walaupan seluruh molekul telah terganti namun
struktur mikroskopisnya masih terpelihara dan nampak dengan jelas
mineral-mineral pengganti tersebut, antara lain agate, chert ,kalsedon dan
opak.

contoh fosil kayu


3. Permineralisasi, adalah pengisian oleh mineral-minaral asing ke
dalam tiap pori-pori dalam kulit kerang tanpa mengubah material
penyusunnya yang semula (tulang/kulit kerang).
4. Leaching, adalah proses pelarutan dinding test oleh airtanah.

c. Fosil Jejak (Trace fossils)


Fosil ini terbentuk dari jejak hasil aktivitas organisme baik binatang maupun
tumbuhan.

1. Impression, adalah jejak-jejak organisme yang memiliki relief


rendah. Contohnya bekas daun yang jatuh di lumpur, jadi yang tertinggal
hanya jejaknya.
2. Mold, adalah cetakan tapak yang ditinggalkan oleh organisme
berelief tinggi.
3. Cast, adalah cetakan dari jejak oleh material asing yang terjadi
apabila rongga antar tapak dan tuangan terisi zat lain dari luar, sedang
fosilnya sendiri telah lenyap.
4. Koprolit, adalah kotoran binatang yang terfosilkan dan berbentuk
nodul-nodul memanjang dengan komposisi phospatik.
5. Gastrolit, fosil yang dahulu tertelan oleh salah satu hewan
tertentu misalnya pada reptil untuk membantu pencernaan.

Urutan pembentukan fosil Mold dan Cast

6. Trail, adalah jejak ekor binatang yang terfosilkan.


7. Track, adalah jejak kuku binatang yang terfosilkan.
8. Foot print, adalah jejak kaki hewan yang terfosilkan.
9. Burrow, borring, tubes, adalah lubang-lubang yang berbentuk
seperti lubang bor atau pipa yang merupakan tempat tinggal/hidup yang
telah memfosil. Burrow adalah lubang yang dibuat oleh organisme untuk
mencari mangsa/makan dan hidup. Borringadalah lubang yang digunakan
untuk menyimpan makanan. Sedangkan tube adalah lubang hasil aktivitas
organisme yang berbentuk pipa/tabung.Contoh Gambar :
Cas Mold

Impression Cast dan Mold

Koprolit Gastrolit

Trail Track Footprint


II. Pembahasan
Pada praktikum paleontologi acara fosil dan proses pemfosilan,
praktikan mengamati beberapa fosil pada filum moluska dan porifera.
Moluska berasal dari bahasa latin yang berarti soft nut atau soft body,
merupakan hewan lunak dan tidak memilik ruas. Tubuh hewan ini
tripoblastik, simetri bilateral , umumnya memiliki mantel yang dapat
menghasilkan bahan cangkang, cangkang ini tersusun dari bahan kalsium
yang kuat dan apabila organisme tersebut mati, cangkangnya dapat
terawetkan dalam sedimen dan menjadi fosil.
Cangkang moluska berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang
terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram, siput laut, siput sawah dan
bekicot. Namun ada pula moluska yang tidak memiliki cangkang, seperti
cumi-cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Berikut beberapa contoh :
1. Nama fosil : Pseudovertagus aluco
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Cerithinidae
Genus : Pseudovertagus
Spesies : Pseudovertagus aluco
Organisme ini memiliki cangkang yang kuat dan tebal, umumnya
pada permukaan ada rib rib atau tonjolan tonjolan pada arah axial,
canal siphon biasanya pendek dan mencuat. Operculum tipis dan bening.
Termasuk herbivor, kebanyakan hidup di pasir pada laut dangkal atau
daerah pasang surut. Organisme yang di temukan berukuran antara 5 10
cm. Organisme ini hidup pada habitat yang berlumpur itu dikarenakan
pada substrat yang berlumpur terdapat asupan makanannya.

Tubuh lunak dari Gastropoda terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala,
kaki, dan alat pencernaan.Bagian vital ini dilindungi oleh semacam
selubung atau mantel berupa membran yang tipis. Membran tersebut
memanjang membentuk siphon yang berfungsi sebagai alat untuk
memasukkan air dan mengeluarkan kotoran. Di bagian dalam mulut,
dijumpai radula dengan deretan gigi-gigi.Pada beberapa Gastropoda juga
dijumpai adanya rahang pada bagian dorsal/bawah. Adanya radula
dengan sederetan giginya merupakan organ yang berfungsi untuk
membasahi dan memegang.Kaki pada Gastropoda lebih berfungsi untuk
merayap terletak pada bagian bawah tubuh, memanjang dari kepala
sampai belakang.Pada beberapa gastropoda, kakinya dapat berfungsi
untuk berenang.Selain dari organ-organ tersebut di atas, Gastropoda juga
dilengkapi dengan hati, alat-alat pencernaan dan beberapa organ penting
lainnya.Gastropoda merupakan binatang yang memiliki kelengkapan
organ hidup yang hampir lengkap.Begitu juga dengan alat
perkembangbiakannya.
Gambar Morfologi cangkang Gastropoda (Shrock & Twenhofel, 1953),

Apex / Beak : bagian kulit kerang yang mula-mula terbentuk.

Umbo : pertumbuhan kedua setelah apex.

Growth line : pertumbuhan kulit kerang selanjutnya.

Siphon : membran tipis yang memanjang, sebagai alat memasukan air


dan mengeluarkan kotoran.

Nuclear whorl : cangkang gastropoda pada pertumbuhan awal dengan


permukaan yang mulus (smooth).

Whorls : perkembangan selanjutnya dari nuclear whorl.

Suture : batas antara whorls.

Spire : perkembangan whorls hingga akhir pertumbuhan cangkang.

Aperture : lubang pada akhir putaran cangkang sebagai lubang keluar


masuknya organisme.

Operculum : plat penutup pada aperture.

Umbilicus : lubang yang berada pada sumbu perputaran whorls.

Bentuk lengkap cangkang dari Gastropoda berupa satu cangkang


yang terpilin memanjang di dalam satu garis sumbu yang terdiri dari zat
gampingan. Cangkang gastropoda pada bagian awal disebut dengan nuclear
whorls. Nuclear whorls biasanya pada permukaannya mulus /
smooth.Perkembangan cangkang di bawah nuclear whorls disebut dengan
whorls. Batas antara whorls disebut dengan suture. Apabila whorls
berkembang sampai akhir, maka sekumpulan whorls disebut dengan spire.
Pada putaran terakhir akan dijumpai adanya lubang yang disebut dengan
aperture, yang pada beberapa jenis Gastropoda dilengkapi dengan plat
penutup yang disebut dengan operculum. Lubang yang berada pada sumbu
perputaran whorls disebut dengan umbilicus.

2. Nama fosil : Fragum unedo


Filum : Moluska
Kelas : Pelecypoda
Ordo : Eulamellibranchia
Famili : Caedititidae
Genus : Fragum
Spesies : Fragum unedo

Organisme ini merupakan bagian dari kelas Pelecypoda binatang


pemakan tumbuhtumbuhan, tetapi ia tidak mempunyai radula.
Makanannya yang berupa partikelpartikel organik bersamasama dengan
air dihisap 7 oleh siphson dan di saring melalui insang. Hewan ini hidup
membenamkan diri di dalam lumpur, warna nya hitam ukurannya jauh
lebih kecil di bandingkan dengan Tellina staurella yaitu 5 7 cm.
Pelecypoda hidup dari zaman Ordovisium bawah sampai Resen,
merupakan kelas (kelompok) kedua terbesar dari filum Moluska. Ciri
utama hewan ini memiliki dua buah cangkang yang umumnya sama besar
dan terbentuk dari material gamping. Kedua Cangkang dihubungkan oleh
semacam engsel, yang dapat membuka dan menutup dengan menggunakan
otot adductor dalam tubuhnya. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi
tubuh. Fungsi kaki untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir.
3. Nama fosil : Pachydiscus duelmensis
Filum : Moluska
Kelas : Chepalopoda
Ordo : Ammonitida
Famili : Pachydiscidae
Genus : Pachydiscus
Spesies : Pachydiscus duelmensis

Cephalopoda memiliki tentakel yang berada di sekitar kepalanya


dan berfungsi seperti tungkai ( lengan dan kaki). Tungkai ini digunakan
untuk menangkap mangsa. Otak Cephalopoda berkembang dengan baik
dan pada beberapa jenis dapat mengingat dengan baik. Selain itu
Cephalopoda juga memiliki mata yang berkembang dengan baik
(memiliki lensa mata dan iris).
Cephalopoda memiliki lengan penangkap yang bersatu dengan
membentuk bagian leher, corong, dan sifon (sebagai jalan keluarnya air).
Sifon inilah yang berfungsi untuk menyemprotkan air. Energi
penyemprotan ini yang digunakan oleh Cephalopoda untuk bergerak di
perairan. Di sebelah perut terdapat kantung tinta. Tinta disemprotkan
ketika berada dalam kondisi yang membahayakan hidupnya.
System organ pada Cephalopoda telah berkembang dengan baik.
System perncernaan, respirasi serta system peredaran telah memiliki
organ-organ tersendiri. Cephalopoda berkembang biak dengan cara
seksual.Cephalopoda hidup di laut pada bagian litoral sampai neritic atas.
Cephalopoda hidup secara nektonic dengan berenang bebas di perairan.
Beberapa morfologi Cephalopoda yang biasa dikenali, diantaranya :
Kamar (chamber) adalah ruangan yang dibatasi oleh septum, kamar
terakhir di isi oleh binatang, sedangkan kamar yang lainnya berisi
udara.
Septum adalah bidang yang membatasi kamar-kamar yang berdekatan.
Saddle adalah bagian sutura yang cembung (convex) ke arah aperture.
Lobe adalah bagian sutura yang cekung (concave) ke arah aperture.
Umbilicus adalah bagian pusat coil cephalopoda.
Aperture adalah mulut yang berada di anterior.
Sutura adalah suatu garis dimana ujung septa bersatu dengan bagian
luar kulit.
Protoconch adalah garis yang menutupi embrio.
Sifo atau siphuncle adalah garis yang memotong septa dan kamar-
kamar secara melintang, berbentuk silinder.

Seperti pada Ammonoids lainnya, Pachydiscus duelmensis


hidup secara nektonik dengan berenang aktif pada bagian laut dangkal
(zona tidal). Jangkauan daerah pengendapannya adalah zona litoral
sampai neritik. Pachydiscus duelmensis merupakan karnivora yang
memakan binatang laut lain yang lebih kecil.

4. Nama fosil : Favosites saginatus


Filum : Porifera
Kelas : Demospongia
Ordo : Monaxonida
Famili : Favositesidae
Genus : Favosites
Spesies : Favosites saginatus LECOMPTE
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Bentuk : Conical
Komposisi Kimia : Karbonatan
Umur : Devon Tangah (370 juta tahun yang lalu)
Lingkungan Pengendapan: Laut dangkal

Keterangan :
Fosil ini merupakan filum Porifera, kelas Demospongia, ordo
Monaxonida, family Favositesidae, genus Favosites dan spesies Favosites
saginatus LECOMPTE. Mula-mula organisme ini mati dan tertransportasi
oleh agen geologi seperti air. Organisme harus terhindar dari proses
pembusukan. Kemudian organisme terendapkan bersama dengan material-
material sedimen pada sebuah cekungan yang relatif stabil. Lambat laun
semakin banyak material sedimen yang mengendap pada cekungan
tersebut maka organisme akan menerima tekanan yang sangat kuat dan
sisa dari organisme tadi akan terkompaksi, sehingga mineral masuk ke
dalam pori-pori organisme tersebut sebelum tersementasi oleh material-
material sedimen. Proses pemfosilannya berupa permineralisasi.
Permineralisasi merupakan proses perubahan dimana jika terjadi peroses
perubahan mineral menyebabkan pergantian secara menyeluruh mineral
penyusun fosil oleh mineral lain yang lebih resisten.
Proses tersingkapnya fosil ini di akibatkan dari adanya gaya
endogen dan gaya eksogen. Gaya endogen yang berupa tektonik yang
mengubah lingkungan pengendapan dari laut menjadi darat dan semua
material sedimen terangkat ke permukaan. Setelah itu gaya eksogen
berupa erosi dan pelapukan. Erosi dan pelapukan batuan oleh agen geologi
seperti air dan angin menyebabkan material yang menutupi fosil tadi akan
terkikis, sehingga lama kelamaan fosil akan tersingkap. Adapun bagian-
bagian fosil yang masih dapat di jumpai. Test merupakan bagian
kesuluruhan dari fosil. Ektoderm merupakan dinding bagian luar. Ostia
merupakan lubang atau pori yang berfungsi untuk mengeluar masukkan
air. Holdfast merupakan bagian tempat tertambatnya organisme. Ostia
yaitu pori- pori pada fosil yang berukuran kecil.
Fosil ini berbentuk Conical. Conical merupakan bentuk yang
menyerupai kerucut. Fosil ini memiliki komposisi kimia berupa
Karbonatan (CaCO3) hal ini dapat dibuktikan setelah ditetesi oleh HCl
fosil ini bereaksi. Berdasarkan komposisi kimianya maka dapat
disimpulkan bahwa fosil ini terendapkan di laut dangkal. Menurut skala
waktu geologi, fosil ini hidup pada zaman Devon Tangah (370 juta tahun
yang lalu).
Manfaat dari fosil ini sebagai penentu umur relative dari suatu
lapisan sedimen dan lingkungan pengendapan,menjadi bukti dari
kehidupan masa lalu,penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi dan
kedalaman sedimentasi,sebagai penunjuk rekonstruksi paleogeopgrafi,
sebagaipenentu top dan bottom pada suatu lapisan yang mengandungnya.
Selain itu juga untuk penentuan biostratigrafi juga untuk menentukan arah
aliran sedimen dan untuk mengetahui korelasi batuan.
5. Nama fosil : Verruculina tenuis
Filum : Porifera
Kelas : Calcarea
Ordo : Heterecoela
Famili : Verruculinanidae
Genus : Verruculina
Spesies : Verruculina tenuis
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Bentuk : Conical
Komposisi Kimia : Karbonatan
Umur : Kapur Atas (100 65 juta tahun yang lalu)
Lingkungan Pengendapan: Laut dangkal

Keterangan :

Tubuh porifera memiliki dua lapisan utama dan satu lapisan


pemisah. Lapisan-lapisan tersebut adalah:

1.Epidermis (lapisan terluar)

Permukaan luar tubuhnya tersusun dari sel-sel berbentuk pipih dan


berdiding tebal yang disebut pinakosit. Pinakosit berfungsi sebagai
pelindung.Diantara pinakosit terdapat pori-pori yang membentuk saluran
air yang bermuara di spongosol atau rongga tubuh yang terdapat di
lapisan dalam (Endodermis).

2.Endodermis (lapisan dalam)

Endodermis adalah lapisan dalam yang terdiri dari sel-sel leher atau
koanosit yang memiliki flagel dan berfungsi sebagai pencerna makanan.

Sebagai mana kita ketahui porifera hidup dari memakan bakteri


atau plankton yang berada di air. Bakteri atau plankton tersebut di dapat
dari penyerapan yang dilakukan pori-pori (pore) yang terdapat di lapisan
luar porifera. Air yang masuk kedalam tubuh porifera melalui pori-
porinya tersebut kemudian disaring dengan cara menggerakan flagel
yang terdapat pada koanosit yang merupakan sel pelapis spngosol.Di
spongosol makanan ditelan secara fagositosis dan oksigen diserap secara
difusi oleh koanosit.Sisa pembuangan dikeluarkan melalui lubang yang
disebut oskulum. Zat makanan dan oksigen selalin digunakan oleh
koanosit, sebagian juga ditransfer secara difusi ke sel-sel yang selalu
bergerak seperti amoeba, yaitu amoebosit (sel amoeboid).Fungsinya pun
sama yaitu mengedarkan makan dan oksigen keseluruh sel-sel tubuh
lainnya.

Oskulum : tempat keluarnya air yang berasal dari spongosol.

Mesoglea : lapisan pembatas antara lapisan dalam dan lapisan luar.

Porosit :saluran penghubung antara pori-pori dan spongosol.


tempat masuknya air.

Spongosol : rongga di bagian dalam tubuh porifera.

Ameboid : sel yang berfungsi mengedarkan makanan.

Epidermis : lapisan terluar.

Spikula : pembentuk/penyusun tubuh.


Flagel : alat gerak koanosit.

Koanosit :sel pelapis spongosol seta berfungsi sebagai pencerna


makanan. di bagian ujungnya terdapat flagel dan di pangkalnya terdapat
vakuola.

Porifera dapat berkembang biak secara vegetatif (Aseksual) dan generatif


(Seksual). Secara vegetatif, perkembangbiakan dilakukan dengan membentuk
kuncup dalam koloni. Kuncup muncul dari pangkal kaki porifera. Kuncup makin
membesar sehingga jika terbentuk beberapa kuncup, akan membentuk sebuah
koloni. Selain itu, potongan tubuhnya yang terlepas akan mudah tumbuh menjadi
porifera baru.

Porifera air tawar dapat berkembang dengan gemmula atau terbungkusnya


sel-sel koanosit dengan kuat dan tebal. Keadaan ini merupakan bentuk pertahanan
porifera terhadap kekeringan. Jika air telah cukup, akan tumbuh lagi menjadi
porifera baru.

Pembiakan secara generatif dilakukan dengan pembuahan antara ovum


dan spermatozoid. Porifera termasuk hewan yang hermafrodit (berkelamin ganda).
Hasil pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia.
Karena bersilia, larva dapat bergerak bebas dan akhirnya akan menempel pada
tempat tertentu dan kemudian tumbuh menjadi porifera baru.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.discoveringfossils.co.uk/ammonites.htm
http://www.palaeos.org/Cravenoceras
http://www.mrwoodsfossils.co.uk/product.php?prod=266
http://www.fossilmuseum.net/EdResources/AmmoImages.htm
http://www.tumblr.com/tagged/ammonite-fossil
http://www.boltonmuseums.org.uk/collections/geology/fossils/ammonites/
http://www.enchantedlearning.com/subjects/dinosaurs/glossary/Ammonite.shtml

Anda mungkin juga menyukai