Anda di halaman 1dari 9

Cekungan-cekungan di

Kalimantan
Fajar F Amanda 12010051

11/20/2013
CEKUNGAN TARAKAN

Cekungan Tarakan merupakan cekungan sedimentasi berumur Tersier yang terletak di bagian
timurlaut Kalimantan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Samporna di bagian Utara,
Tinggian Kuching di bagian barat, Tinggian Mangkalihat di selatan, dan membuka ke arah
timur sampai Laut Sulawesi (Gambar Cekungan Tarakan).

Cekungan Tarakan (Achmad and Samuel, 1984)

Pola Sedimentasi dan Pemodelan Fasies pada Formasi Santul, Cekungan Tarakan,
Kalimantan Timur Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 subcekungan yaitu
Subcekungan Tarakan, Tidung, Berau, dan Muara (Tossin dan Kadir, 1996; Achmad and
Samuel, 1984). Tinggian Suikerbrood terbentuk pada umur Oligosen Akhir (Achmad and
Samuel, 1984), yang memisahkan Subcekungan Muara dan Berau, sedangkan Subcekungan
Berau dan Tidung dipisahkan oleh Tinggian Sekatak. Subcekungan Tarakan berkembang
sampai ke lepas pantai.
STRATIGRAFI

Stratigrafi regional dapat dibagi menjadi endapan pra-Tersier, Tersier, dan Kuarter. Batuan
pra-Tersier tertua dinamakan Formasi Danau, tersusun atas batuan yang telah mengalami
tektonik kuat dan batuan metamorf dengan ketebalan yang signifikan, dengan umur yang
masih menjadi perdebatan antara Perm Karbon atau Jura Kapur (Marks, 1957 op. cit.
Achmad and Samuel, 1984). Formasi Sembakung terendapkan secara tidak selaras di atas
Formasi Danau, memiliki umur Eosen Tengah (Achmad and Samuel, 1984). Pada bagian
bawah, formasi ini terdiri atas batupasir merah dengan konglomerat. Pada bagian atas, terdiri
dari batulumpur yang kaya karbon dan fosil, miskin mika, yang dinamakan Malio Mudstone
(Achmad and Samuel, 1984). Formasi Sembakung dan Formasi Danau merupakan batuan
dasar dari Cekungan Tarakan.

Tatanan stratigrafi di atas batuan dasar dari tua muda dapat dibagi menjadi 5 siklus
sedimentasi menurut Achmad and Samuel, 1984, yaitu siklus 1 (Eosen Akhir Oligosen
Akhir), siklus 2 (Miosen Awal Miosen Tengah), siklus 3 (Miosen Tengah Miosen Akhir),
siklus 4 (Pliosen), dan siklus 5 (Kuarter).

Kolom tektonostratigrafi Cekungan Tarakan


STRUKTUR GEOLOGI

Pola struktur dan perkembangan tektonik selama Zaman Tersier di Kalimantan diwarnai
dengan pembentukan cekungan sedimentasi, kegiatan magmatik serta deformasi yang
didominasi dan bersumber dari gerak-gerak lateral melalui sesar-sesar yang umumnya
merupakan pengaktifan kembali sesar-sesar tua yang terdapat dalam batuan dasar (Asikin,
2002). Secara umum struktur geologi Cekungan Tarakan (Gambar 2.3) dikontrol oleh pola
sesar yang berarah relatif timurlaut - baratdaya dan pola lipatan dengan arah umum baratlaut
tenggara. Struktur tersebut terbentuk akibat ekstensi pada umur Eosen Miosen Awal dan
tereaktivasi akibat kompresi selama Miosen Tengah sekarang.

CEKUNGAN BARITO
TEKTONIK
Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner
Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur
dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutaioleh pelenturan berupa Sesar Adang,
ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda.
Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan
(foredeep) pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat. Cekungan
Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara microcontinent
Paternoster dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana, 1996).
Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik
konvergen, dan menghasilkan pola rifting Baratlaut Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi
tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari Formasi Tanjung
bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti
oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi.
Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan
Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras
dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping
masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang
mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin
bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala ketidakselarasan lokal
(hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.
Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan
Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas pliosen.
Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat,
dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk
dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier, terutama daerah-
daerah Tinggian Meratus.
STRATIGRAFI
Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :
Formasi Tanjung (Eosen Oligosen Awal)
Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan basalt. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.
Formasi Berai (Oligosen Akhir Miosen Awal)
Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih di bagian
bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas kembali
berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini diendapkan
dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang
terletak di bagian bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m
pada dekat Tanjung.
Formasi Warukin (Miosen Bawah Miosen Tengah)
Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras oleh
Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat Tinggian
Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah selatan
Tanjung yang masih dibawah permukaan.
Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan
Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan
susunan litologinya.
Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung
gampingan dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan
dibagian atas merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya
mempunyai ketebalan tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan
lebih dari 30 m.
Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum 500 meter, berupa
perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara
mencapai lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air
tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) deltaik
dan menunjukkan fasa regresi.
Formasi Dahor (Miosen Atas Pliosen)
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih yang
diendapkan dalam lingkungan litoral supra litoral.

CEKUNGAN KUTAI
TEKTONIK
Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar
Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-
sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan
membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung
denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.

Elemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998. )

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan
pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan
pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift
dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen
dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan
Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian
pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian
timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur. Sedimen-sedimen
yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-lipatan yang subparalel
dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di
daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin
yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-
lipatan terbentuk bersamaan dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan
yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi
secara lokal berarah barat.

Cekungan Kutai dari Oligosen akhir sekarang. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998.)
STRATIGRAFI
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi
sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih
Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran Tinggi
Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan
Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimen-
sedimen delta terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta
bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang
terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan sungai yang
banyak didominasi substansi gambut delta plain bagian atas yang kemudian membentuk
lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat kawasan Pinang. Subsidence yang
berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya
sesar-sesar pada sedimen-sedimen. Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan
dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen,
serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai
kedalaman 2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan
pergerakan diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur
antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan
pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.

Anda mungkin juga menyukai