Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

AMDAL PERTAMBANGAN

METODE PRAKIRAAN DAMPAK & METODE


EVALUASI DAMPAK

MARCIA VIOLETHA RIKUMAHU


212.15.0036

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016
DAMPAK LINGKUNGAN DARI PEMBANGUNAN MALL HARTONO
KEBISINGAN
A. CARA PENGUKURAN
Pengukuran tingkat kebisingan dapat diiakukan dengan dua cara :
- Cara Sederhana.
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat tekanan bunyi
db(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan setiap 5 (lima) detik.
- Cara Langsung
Dengan sebuah integrating sound level meter yang mempunyai fasilitas
pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktuukur setiap 5 detik, dilakukan
pengukuran selama 10 (sepuluh) menit.Waktu pengukuran dilakukan selama
aktifitas 24 jam (LSM) dencan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang
paling tinggi selama 10 jam (LS) pada selang waktu 06.00 - 22. 00 dan
aktifitas dalam hari selama 8 jam (LM) pada selang 22.00 - 06.00.Setiap
pengukuran harus dapat mewakili selang waktu tertentu dengan menetapkan
paling sedikit 4 waktu pengukuran padasiang hari dan pada malam hari
paling sedikit 3 waktu pengukuran, sebagai contoh :
-L1 diambil pada jam 7.00 mewakli jam 06.00 - 09.00
-L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
-L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
-L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
-L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
-L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
-L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
Keterangan :
- Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat Kebisingan
Sinambung Setara ialah nilai tertentukebisingan dari kebisingan yang
berubah-ubah (fluktuatif selama waktu tertentu, yang setara
dengantingkat kebisingan dari kebisingan yang ajeg (steady) pada
selang waktu yang sama.Satuannya adalah dB (A).
- LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
- LS = Leq selama siang hari
- LM = Leq selama malam hari
- LSM = Leq selama siang dan malam hari.
B. METODE PENGUKURAN
LS dihitung sebagai berikut :
LS = 10 log 1/16 ( T1.10 01L5 +.... +T4.10 01L5 ) dB (A)
LM dihitung sebagai berikut :
LM = 10 log 1/8 ( T5.10 01L5 +.... +T7.10 01L5 ) dB (A)
Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah melampaui tingkat
kebisingan maka perlu dicari nilai LSM dari pengukuran lapangan. LSM
dihitung dari rumus :
LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 01L5 +.... +8.10 01L5 ) dB (A).
Contoh Studi Kasus analisis kebisingan , dampak dari pembangunan Hartono Mall
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer tingkat kebisingan di lokasi kegiatan Hartono
Lifestyle Mall dilakukan dengan cara pengukuran langsung di lapangan.
Pengukuran tingkat kebisingan dan getaran menggunakan alat sound level
meter.
Metode Analisis Data
Hasil analisis kebisingan dan getaran yang diperoleh kemudian dianalisis
menggunakan tabel dan grafik serta membandingkannya dengan baku mutu
kebisingan mengacu kepada Kep MenKLH No.48 tahun 1996.
Lokasi Pengambilan Data
Penentuan lokasi pengukuran tingkat kebisingan dan getaran diambil di
dalam tapak proyek kegiatan Pembangunan Hartono Lifestyle Mall, sehingga
dapat menggambarkan kondisi rona lingkungan hidup di lokasi rencana
tersebut. Titik lokasi yaitu dua (2) titik di sekitar, untuk mengetahui rona
awal sebelum konstruksi dan operasional lokasi sekitar Pembangunan
Hartono Lifestyle Mall..
A. Identifikasi Dampak Potensial
Hasilnya adalah secara hipotetik, tingkat kebisingan pada lingkungan
potensial yang terkena dampak adalah sebagai berikut :
Tahap Konstruksi : Mobilisasi Tenaga Kerja , peralatan dan material,
pembangunan bangunan tambahan beserta fasilitasnya, dan demobilisasi
peralatan material
Tahap Operasi : Operasional Hartono Lifestyle Mall
Sehingga dampak potensial yang berpengaruh terkhususnya tingkat
kebisingan dapat digambarkan dalam tabel matriks identifikasi dampak potensial
Tabel 1. Matriks Identifikasi Dampak Potensial
KOMPONEN KEGIATAN
Tahap
Tahap
KOMPONEN Pra Tahap
Konstru
LINGKUNGAN Konstru Operasional
ksi
ksi (3)
(2)
(1)
a B a b c d a b
1. Kebisingan X X X X

Keterangan : 1a= Sosialisasi rencana kegiatan dan konsultasi publik


1b = Rekrutmen tenaga kerja konstruksi
2a = Mobilisasi tenaga kerja
2b = Mobilisasi peralatan dan material
3a = Perekrutan tenaga kerja operasi
3b = Operasional perubahan fungsi ruangan dan penambahan
luasan
bangunan Hartono Lifestyle Mall
B. Evaluasi Dampak Potensial
Dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,
sehingga diperoleh daftar prioritas dampak penting yang dipandang perlu
dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam ANDAL. Daftar dampak
penting potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang
dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana kegiatan, instansi yang
bertanggung jawab dan tim studi. Pada tahap ini daftar dampak penting yang
dihasilkan belum tertata secara sistematis. Metoda yang digunakan pada
tahap ini adalah diskusi antar tenaga ahli. Kegiatan identifikasi dampak
besar dan penting ini dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan
(bersama dengan tim konsultan penyusun AMDAL), dengan
mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan instansi yang
bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. Kriteria yang
digunakan dalam menentukan evaluasi dampak potensial terdiri dari empat
pertanyaan, yaitu :
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi?
hal ini terlihat dari analisis data sekunder dan hasil pra survei
2. Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonomi) dan
terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) sekitar?Hal ini
terlihat dari hasil pra-survei
3. Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen
lingkungan tersebut? hal ini terlihat dari hasil konsultasi masyarakat
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak
tersebut? hal ini terlihat dari peraturan-peraturan yang menetapkan
baku mutu lingkungan
Setiap dampak potensial ditapis dengan empat pertanyaan di atas, jika
salah satu pertanyaan dijawab dengan ya maka komponen lingkungan
tersebut dikaji dalam ANDAL. Setelah diadakan diskusi dengan antar tenaga
ahli, maka terdapat beberapa dampak potensial yang dihilangkan. Berikut
adalah evaluasi dari dampak-dampak potensial menjadi dampak penting
hipotetik.
Tabel 2. Evaluasi Dampak Potensial Menjadi Dampak Penting Hipotetik
DIKAJI
DAMPAK KRITERIA DALAM
SUMBER DAMPAK
POTENSIAL ANDAL
I II III IV
Konstruksi

Kebisingan Ya
1. Mobilisasi Tenaga Kerja Tidak Ya Ya Ya
2. Mobilisasi Peralatan dan
Tidak Ya Ya Ya Ya
Material
3. Pembangunan bangunan Tidak Ya Ya Ya Ya
tambahan beserta
DIKAJI
DAMPAK KRITERIA DALAM
SUMBER DAMPAK
POTENSIAL ANDAL
I II III IV
fasilitasnya
4. Demobilisasi Peralatan
Tidak Ya Ya Ya Ya
Material
Tahap
Operasi

Operasional Hartono Lifestyle


Kebisingan Tidak Tidak Ya Tidak Ya
Mall
Keterangan :
I : Apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah
tinggi?
II : Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonomi) dan
terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis) sekitar?
III : Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang
komponen lingkungan tersebut?
IV : Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak
tersebut?
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dampak penting hipotetik adalah:
Tabel 3. Penjelasan Dampak Penting Hipotetik
Dampak
Sumber Dampak Penjelasan Hipotetik
Potensial
Konstruksi
1. Mobilisasi Tenaga
Kerja
2. Mobilisasi Berpotensi menimbulkan masalah
peralatan dan kesehatan masyarakat dan
material penurunan kekuatan bangunan,
Kebisingan 3. Pembangunan perlu diantisipasi dengan pola
bangunan konstruksi yang ramah lingkungan
tambahan beserta dan dampak lainnya timbul
fasilitasnya keresahan masyarakat
Rencana Kegiatan 4. Demobilisasi
Konstruksi peralatan material
Operasi
Tahap Operasi
Suara genset dan sumber energy
dapat menimbulkan keresahan
Operasional DAMPAK
Hartono masyarakat
POTENSIAL apabila DAMPAK
tingkat
PENTING HIPOTETIK
Kebisingan Tahap Konstruksi Tahap Konstruksi
Lifestyle MallPeningkatan kebisingan
kebisingan akibat aktivitasPeningkatan
pusat kebisingan
Identifikasi Dampak Potensial Tahap OperasionalbisnisEvaluasi
melebihi bakuPotensial
Dampak mutu Tahap Operasional
Peningkatan kebisingan Peningkatan kebisingan

Matrik Identifikasi Bagan Alir


Rona Lingkungan Hidup Awal
Interaksi Kelompok Survei Lapangan
(Tingkat Kebisingan)
Panduan Pelingkupan KA, KLH RI 2009
Gambar 1. Bagan alir Proses Pelingkupan Perubahan Dampak Hipotetik

C. Prakiraan Besarnya Dampak


Tingkat kebisingan pada tapak proyek sebesar 76,9 dBA, tingkat kebisingan
ini berada di atas baku mutu tingkat kebisingan kawasan perdagangan dan jasa
yaitu 70 dBA. Dengan adanya kegiatan konstruksi yang menggunakan beberapa
peralatan yang menimbulkan suara diprakirakan akan meningkatkan tingkat
kebisingan di lokasi proyek dan sekitarnya. Dengan tingkat bising peralatan berat
pada jarak sekitar 5 m sebesar 85 dBA. Berdasarkan perhitungan bising fungsi
jarak, maka pada jarak 50 m dan 100 m diperoleh tingkat bising sebesar:
L2 = L1 - 10 Log R2/R1 L2 = L1 - 10
Log R2/R1
= 85 - 10 Log 50/5 = 85 - 10 Log 100/5
= 75 dBA = 71,99 dBA
Pada jarak 50 m dan 100 m yaitu pada lokasi permukiman terdekat tingkat
kebisingan mencapai 75 dBA dan 71,99 dBA telah melebihi baku mutu tingkat
kebisingan untuk kawasan permukiman (55 dBA) dan kawasan perdagangan dan
jasa (70 dBA) Sesuai table 1 . Dengan demikian perubahan tingkat bising yang
diakibatkan oleh kegiatan tersebut diatas cukup tinggi. Kebisingan mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dengan adanya kegiatan konstruksi. Dampak
kegiatan lebih terasa apabila kegiatan dilakukan pada malam hari. Namun
demikian jika dikaitkan dengan kriteria risiko kerusakan telinga (Rau & Wooten,
1980), pada tingkat bising 92 dBA, diijinkan didengar selama 6 jam terus menerus.
Padahal waktu paparan bising truk yang sedang berjalan sangat pendek 0,02
jam. Jika dihitung paparan bisingnya = (0,02/6), kurang dari 1, sehingga resiko
kerusakan gendang telinga sangat rendah. Kondisi rona awal skala kualitas
lingkungan kebisingan di wilayah studi dapat dikategorikan sedang.
Dengan adanya kegiatan konstruksi, kebisingan mengalami peningkatan
yang tidak signifikan. Dengan demikian maka skala kualitas lingkungan
tingkat kebisingan menjadi jelek.
Tabel 4. Tingkat Baku Kebisingan
Tabel 5. Skala Kualitas Lingkungan
SKALA KUALITAS
LINGKUNGAN
1 Sangat Jelek
2 Jelek
3 Sedang
4 Baik
5 Sangat Baik

Tabel 6. Skala Besaran Dampak


SKALA BESARAN DAMPAK
(+/-)
4 Sangat Besar
3 Besar
2 Sedang
1 Kecil
0 Tidak ada Dampak
Berdasarkan Data yang telah diuraikan maka data dihitungan kualitas
lingkungan dan Besaran Dampak yaitu :
Besaran Perkiraan Dampak =KLp -- KLRLA

Dimana KLp : Skala Kualitas lingkungan saat kegiatan berlangsung

KLRLA : Skala Kualitas lingkungan saat rona lingkungan awal


Maka dapat dilihat skala kualitas lingkungan saat rona lingkungan awal
adalah sedang dengan skala 3 , setelah ada kegiatan konstruksi pembangunan
maka skala kualitas lingkungan pada saat kegiatan berlangsung adalah jelek
dengan skala 2 maka Besaran Perkiraan Dampak ialah
Besaran Dampak = KLp -- KLRLA
= 2- 3
= -1
Maka besaran dampak adalah kecil
D. Prakiraan Pentingnya Dampak
Prakiran Dampak Penting berpedoman pada UU RI NO 32 Tahun 2009
mengenai Perindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ada 6 kriteria dampak
yaitu
1) Jumlah manusia yang terkena dampak
2) Luas wilayah persebaran dampak
3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4) Jumlah komponen lingkungan yang terkena dampak
5) Sifat kumulatif dampak
6) Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, maka bobot dampaknya dapat
dinyatakan penting, karena yang terkena dampak tidak hanya pekerja proyek
tetapi juga penduduk di sekitar tapak proyek.
Ditinjau dari luas wilayah persebaran dampak, maka bobotnya dapat dinyatakan
penting, karena persebaran luas, yaitu di areal yang dilewati mobilisasi
kendaraan dan material.
Ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung, maka bobot dampaknya
dapat dinyatakan penting, karena intensitas dampaknya cukup tinggi, walaupun
dampak berlangsung hanya pada saat konstruksi.
Ditinjau dari banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, maka bobot
dampaknya dapat dinyatakan penting, karena komponen lingkungan yang
terkena dampak adalah kebisingan, kenyamanan, persepsi dan kesehatan
masyarakat.
Ditinjau dari kumulatif dampak, maka bobot dampaknya dapat dinyatakan tidak
penting, karena dampak tidak bersifat kumulatif.
Ditinjau dari berbalik atau tidak berbaliknya dampak, maka bobot dampaknya dapat
dinyatakan tidak penting, karena dampak dapat berbalik.
Secara keseluruhan dampak peningkatan kebisingan akibat kegiatan
konstruksi dapat dikategorikan dampak negatif penting (NP).Akhirnya langkah
selanjutnya dilakukan telaah evaluasi secara holistik terhadap dampak-dampak
penting yang terjadi dengan mengunakan metode matriks Leopold-Lohani Than.
Tabel 8. Kriteria Tingkat Pentingnya Dampak
No Kriteria Tingkat Pentingnya
Nilai
. Dampak
1 Penting 5
2 Tidak Penting 1

Tabel 9. Faktor Penentu Dampak Penting


Kriteria Dampak Penting
NO Faktor Penentu Dampak
Tidak Penting Penting
. Penting
(Nilai 1) (Nilai 5)
Penduduk yang Penduduk yang
Penduduk (Pd)
menerima menerima
Pd = P1/P2
manfaat lebih dampak lebih
P1 = Penduduk yang terkena
1. besar daripada besar daripada
dampak
penduduk yang penduduk yang
P2= Penduduk yang
menerima menerima
menikmati manfaat
dampak manfaat
Luas persebaran dampak (L) Tidak ada
Ada wilayah yang
L = L1/L2 wilayah yang
mengalami
2. L1 = Luas persebaran mengalami
perubahan
dampak perubahan
mendasar
L2 = Luas areal kegiatan mendasar
Lamanya dampak
Lamanya
Lama berlangsungnya lebih dari 1
dampak kurang
dampak (W) tahapan kegiatan
dari 1 tahapan
W = W1/W2 sedang s/d berat,
kegiatan,
W1 = Lamanya dampak populasi terkena
ringan, populasi
berlangsung dampak
terkena
W2 = Lamanya kegiatan terpengaruh,
dampak tidak
(tahapan kegiatan) melampaui baku
terpengaruh
mutu
Ringan, Sedang sampai
populasi yang berat, populasi
3. Intensitas dampak terkena yang terkena
dampak tidak dampak
terpengaruh terpengaruh
4. Banyaknya komponen Banyaknya Banyaknya
lingkungan hidup lain yang komponen komponen
terkena dampak (DL) lingkungan lingkungan hdup
DL = SR/PR hdup primer primer lebih
SR = Dampak Sekunder lebih banyak sedikit daripada
PR = Dampak Primer daripada dampak sekunder
dampak
Kriteria Dampak Penting
NO Faktor Penentu Dampak
Tidak Penting Penting
. Penting
(Nilai 1) (Nilai 5)
sekunder
Tidak kumulatif, Kumulatif dan
dapat sinergistik, tidak
5. Sifat kumulatif dampak
diasimilasi oleh dapat disimilasi
lingkungan oleh lingkungan
Dapat
dipulihkan Tidak dapat
6. Berbalik atau tak berbalik dengan Dipulihkan (tidak
rekayasa berbalik)
manusia

Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup


yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar sebagaimana dikaji pada
pelingkupan dampak penting. Yang dimaksud dengan evaluasi dampak yang
bersifat holistik adalah telaahan secara totalitas terhadap beragam dampak
penting lingkungan hidup yang dimaksud pada pelingkupan dampak penting
dengan sumber rencana kegiatan penyebab dampak. Beragam komponen
lingkungan hidup yang terkena dampak penting tersebut (baik positif
maupun negatif) ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan
saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga diketahui sejauh mana
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dengan yang bersifat
negatif. Telaahan ini akan menggunakan metode Leopold yang dimodifikasi
oleh Lohani Than.
E. Evaluasi Secara Holistik
Evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan merupakan hasil kajian
atau telaahan secara holistik dan kausatif terhadap beragam dampak penting yang
timbul akibat adanya rencana kegiatan perubahan fungsi ruangan dan penambahan
luasan bangunan Hartono Lifestyle Mall. Secara holistik, beragam dampak penting
tersebut ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
mempengaruhi, yang didasarkan pada prakiraan dampak penting yang telah
ditetapkan. Sedangkan telaahan secara kausatif dilakukan dengan menguraikan
sebab akibat terjadinya dampak penting, baik yang bersifat positif maupun negatif,
sementara atau permanen, saling memperkuat (sinergis) atau saling memperlemah
(antagonis). Hasil evaluasi digunakan sebagai alat pertimbangan oleh instansi yang
bertanggung jawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup dari rencana
kegiatan tersebut dan sebagai dasar untuk membuat arahan penyusunan Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dari
rencana kegiatan perubahan fungsi ruangan dan penambahan luasan bangunan
Hartono Lifestyle Mall. Berdasarkan metode studi dalam dokumen Kerangka Acuan,
maka untuk mengevaluasi dampak secara holistik digunakan Matrik Sederhana.
Untuk selanjutnya rangkaian pelaksanaan evaluasi secara holistik dari rencana
perubahan fungsi ruangan dan penambahan luasan bangunan Hartono Lifestyle
Mall, adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Rekapitulasi Derajat Besaran dan Tingkat Kepentingan Dampak
Jenis Dampak Besaran Tingkat
Penting Evaluasi
Sumber Dampak Dampak Kepentingan
Dampak
Hipotetik (+/-) Dampak ( P)

Tahap Konstruksi

Mobilisasi Tenaga Kerja


Mobilisasi peralatan dan
material
Pembangunan bangunan Negatif kecil
Tingkat kebisingan -1 5
tambahan beserta dan penting
fasilitasnya
Demobilisasi peralatan
material
Tahap Operasi

Operasional Hartono Negatif kecil


Tingkat kebisingan -1 4
Lifestyle Mall dan penting

Ketarangan:
Tingkat Kepentingan Besaran Dampak

5 Sangat Penting 4 sangat besar

4 Penting 3 besar

3 Cukup Penting 2 sedang

2 Kurang Penting 1 kecil

1 Tidak Penting

Tabel 11. Matrik Arahan Pengelolaan Lingkungan Hidup

No Dampak Lingkungan Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan


. Yang Dikelola Dampak Lingkungan

A. Tahap Konstruksi
Tingkat kebisingan Mobilisasi Tenaga Kerja Perawatan mesin-mesin peralatan
Mobilisasi peralatan dan berat dan kendaraan angkut
material untuk mengurangi emisi udara
Pembangunan bangunan dan kebisingan
tambahan beserta Pembatasan jam kerja, jangan
No Dampak Lingkungan Kegiatan Penyebab Arahan Pengelolaan
. Yang Dikelola Dampak Lingkungan

bekerja pada malam hari


(maksimum jam 21.00), kecuali
untuk pekerjaan pengecoran yang
bersifat menerus
fasilitasnya
Pembuatan pondasi dengan tiang
Demobilisasi peralatan
pancang menggunakan sistem
material
bor pile
Memberikan kompensasi bila terjadi
kerugian yang dialami oleh
masyarakat
B. Tahap Operasional

Menempatkan genset di ruang


kedap suara sehingga tidak
mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar
Operasional Hartono Pemasangan cerobong emisi
. Tingkat kebisingan
Lifestyle Mall dengan ketinggian minimal 10 kali
Diameter cerobong sesuai dengan
Kep.-205/Bapedal/07/1996 dan
kecepatan aliran gas dari
cerobong lebih besar dari 20
meter/detik.

Anda mungkin juga menyukai