CSS Edwina-Decomp Cordis PD Kehamilan
CSS Edwina-Decomp Cordis PD Kehamilan
PENDAHULUAN
Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan
patologis akibat adanya kelainan fungsi jantung akibat jantung gagal memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi akibat penyakit
atau keadaan keadaan patologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim
peredaran darah .1,2
Kehamilan menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis dari sistem
kardiovaskuler yang akan dapat ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun
akan menjadi ancaman yang berbahaya bagi ibu hamil yang mempunyai kelainan
jantung sebelumnya ataupun tidak. Tanpa diagnosis yang akurat dan penanganan yang
baik maka penyakit jantung dalam kehamilan dapat menimbulkan mortalitas ibu yang
signifikan.2,3
Banyaknya perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil nampaknya
mempersulit diagnosis kelainan jantung, misalnya bising jantung fisiologis sering
ditemukan pada wanita hamil normal, demikian pula dengan dispnue dan oedem.
Cunningham dkk menyatakan bahwa diagnosis penyakit jantung pada kehamilan jangan
ditegakkan bila tidak ada kelainan yang ditemukan sebaliknya kegagalan dan
keterlambatan menegakkan diagnosis bila memang ada kelainan membawa komplikasi
yang buruk. Martin dkk (1999) melaporkan bahwa kelainan jantung merupakan
penyebab kematian ketiga terbanyak pada wanita usia 25 44 tahun.2,3,4
Payah jantung dapat ditemukan pada tingkat permulaan sampai pada tingkat
yang berat. Gagal jantung dapat diklasifikasikan berdasarkan beratnya gejala yang
timbul. Klasifikasi yang banyak digunakan adalah dari New York Heart Association
Classification (NYHA ) 1994.2,3,4
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.
Decompensasi cordis atau disebut juga dengan gagal jantung adalah suatu
keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan pengisian vena normal. Definisi lain menyatakan
bahwa gagal jantung bukanlah suatu penyakit yang terbatas pada satu sistem organ,
melainkan suatu sindrom klinis akibat kelainan jantung yang ditandai dengan suatu
bentuk respons hemodinamik, renal, neural dan hormonal.3,4
Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah salah satu tipe kegagalan
sirkulasi, suatu istilah yang juga mencakup hipoperfusi yang diakibatkan oleh kondisi
jantung tambahan, seperti hipovolemia, vasodilatasi perifer, dan ketidakadekuatan
oksigenisasi hemoglobin.Gagal jantung mengacu pada kumpulan tanda dan gejala yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memompakan cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.5,6
2.2 Etiologi
2
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
Menentukan fungsi jantung adalah penting bagi pasien hamil dengan penyakit jantung.
Status fungsional untuk pasien dengan penyakit jantung umumnya dikelompokkan
menurut system klasifikasi New York Heart Association (NYHA). Seperti tabel 1.1,
pasein dengan NYHA kelas I atau II memiliki resiko komplikasi yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan pada kelas III atau IV 6,7,8
3
Tabel 1.1 Sistem klasifikasi fungsional jantung menurut New York Heart
Association (NYHA)6
Kelas Deskripsi
Kelas 1 Pasien dengan penyakit jantung tetapi tanpa adanya pembatasan
aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menimbulkan kelelahan,
palpitasi, dispneu atau nyeri angina
Kelas II Pasien dengan penyakit jantung mengakibatkan sedikit keterbatasan
aktivitas fisik. Akan merasa lebih baik dengan istirahat. Aktivitas
fisik biasa menimbulkan kelelahan, palpitasi, dispneu ataupun nyeri
angina.
Kelas III Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan
aktivitas fisik nyaman saat istirahat. Aktivitas fisik yang kurang
biasanya menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispneu ataupun nyeri
angina
Kelas IV Pasien dengan penyakit jantung ditandai ketidak mampuan untuk
melakukan semua aktivitas fisik. Gejala insufisiensi jantung dapat
muncul saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan,
ketidaknyamanan meningkat
4
KONDISI DIMANA RESIKO KEHAMILAN TERMASUK WHO I
Tanpa komplikasi, kecil atau ringan
Stenosis pulmonal
Patent ductus arteriosus
Prolapse katub mitral
Perbaikan lesi sederhana yang berhasil (defek septal ventricular atau atrial, patent
ductus arteriosus, anomaly aliran vena pulmonalis)
Denyut ektopik ventricular atau atrial, isolated
KONDISI DIMANA RESIKO KEHAMILAN TERMASUK WHO II ATAU III
WHO II (jika ditanyakan baik dan tanpa komplikasi)
Defek septal atrial atau ventricular yang tidak dioperasi
Repaired tetralogy fallot
Sebagian besar aritmia
WHO II-III (tergantung individu
Gangguan ventrikel kiri ringan
Kardiomiopati hipertrofik
Sindroma Marfan tanpa dilatasi aorta
Aorta < 45 mm pada gangguan aorta berhubungan dengan katub
bikuspidal aorta
Koarktasio yang diperbaiki
WHO III
Katub mekanik
Penyakit jantung sianosis (tanpa perbaikan)
Penyakit jantung bawaan kompleks lainnya
Dilatasi aorta 40-45 mm pada sindrom Marfan
Dilatasi aorta 40-45 mm pada gangguan aorta berhubungan dengan katup
bikuspidal aorta
KONDISI DIMANA RESIKO KEHAMILAN TERMASUK WHO IV
(kontraindikasi hamil)
Hipertensi arteri pulmonal dengan penyebab apapun
Disfungsi ventrikel sistemik berat (LVEF <30%, NYHA III IV)
Kardiomiopati peripartum sebelumnya dengan adanya sisa gangguan
fungsi ventrikel kiri
Stenosis mitral berat, stenosis aorta simptomatik berat
Sindoma Marfan dengan dilatasi aorta > 45 mm
Dilatasi aorta >50 mm pada gangguan aorta berhubungan dengan katup aorta
bikupidal
5
Penjelasan :
WHO Kelas I merupakan risiko sangat rendah, dan tindak lanjut kardiologi
selama kehamilan dapat terbatas pada satu atau dua pertemuan
WHO kelas II merupakan risiko rendah atau moderat, dan direkomendasikan
untuk tindak lanjut tiap trimester
WHO kelas III terdapat risiko komplikasi yang tinggi dan peninjauan kardiologi
dan obstetric berkala direkomendasikan tiap bulan atau tiap dua bulan
WHO kelas IV terdapat risiko komplikasi yang sangat tinggi,
dikontraindikasikan untuk hamil, dan jika terjadi kehamilan dapat dilakukan
terminasi segera.
Beberapa skor risiko dapat di tangani berdasarkan prediktor tersebut, yang mana
CARPREG risk score yang paling diketahui dan sering digunakan. Skor risiko
telah di validasi pada beberapa penelitian dan sudah bisa untuk menilai resiko
kehamilan. Skor risiko CARPREG telah di jelaskan pada tabel 1.3. pada wanita
dengan gagal jantung kongenital, skor CARPREG bisa terkait dengan resiko
tinggi kejadian kardiovaskular setelah kehamilan. 8,9,10
Aplikasi praktis diberikan dalam Tabel 1.3. Pada wanita di kelas WHO I,
risiko sangat rendah, dan kardiologi tindak lanjut selama kehamilan mungkin
terbatas pada satu atau dua kunjungan. Mereka di WHO II berada pada risiko
rendah atau sedang, dan tindak lanjut setiap trimester dianjurkan. Bagi
perempuan di kelas WHO III, ada risiko tinggi komplikasi, dan sering (bulanan
atau dua bulanan) kardiologi dan ulasan obstetri selama kehamilan dianjurkan.
Perempuan di WHO kelas IV harus disarankan terhadap kehamilan tetapi, jika
mereka menjadi hamil dan tidak akan mempertimbangkan penghentian, ulasan
bulanan atau dua bulanan yang dibutuhkan. 8,9,10
7
2.6 Perubahan Hemodinamik Dalam Kehamilan
8
Takikardia akan mengurangi pengisian ventrikel kiri, mengurangi perfusi
pembuluh darah koroner pada saat diastol dan secara simultan kemudian meningkatkan
kebutuhan oksigen pada miokardium. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen akan memicu terjadinya iskemia miokard. Tiga perubahan hemodinamik yang
berhubungan dengan penanganan penyakit jantung adalah : peningkatan curah jantung,
peningkatan denyut jantung dan penurunan resistensi vaskuler.
Pada awal kehamilan terjadi ekspansi aliran darah ginjal dan peningkatan laju
filtrasi glomerulus. Natrium yang difiltrasi meningkat hampir 50%. Meskipun
perubahan-perubahan fisiologis ini akan meningkatkan pengeluaran natrium dan air
terjadi pula peningkatan volume darah sebesar 40-50%. Sistem renin angiotensin akan
diaktifkan dan konsentrasi aldosteron dalam plasma akan meningkat. 1, 2,5
Penambahan volume plasma akan menyebabkan penurunan hematokrit dan
merangsang hematopoesis. Massa sel-sel darah merah akan bertambah dari 18 %
menjadi 25% tergantung pada cadangan besi tiap individu. Keadaan anemia fisiologis
ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi pada jantung ibu, namun anemia yang lebih
berat akan meningkatkan kerja jantung dan menyebabkan terjadinya takikardia.
Mikrositosis akibat defisiensi besi dapat memperburuk perfusi pada sistem
mikrosirkulasi penderita polisitemia yang berhubungan dengan penyakit jantung
sianotik sebab sel-sel darah merah yang mikrositik sedikit yang dirubah. Keadaan ini
membutuhkan suplai besi dan asam folat.
Kadar albumin serum akan menurun 22 % meskipun massa albumin
intravaskuler bertambah 20% akibatnya terjadi penurunan tekanan onkotik serum dari
20 mmHg menjadi 19 mmHg. Pada kehamilan normal balans cairan intravaskuler
dipertahankan oleh penurunan tekanan onkotik intertitial, namun bila terjadi
peningkatan tekanan pengisian ventrikel kiri atau bila terjadi gangguan pada pembuluh
darah paru maka akan terjadi edem paru yang dini.1,2,5
Tabel 1.5 Beberapa indikator klinik dari penyakit jantung dalam kehamilan 2
Gejala
Dyspnea yang progresif atau orthopnea
Batuk pada malam hari
Hemoptisis
Sinkop
Nyeri dada
Tanda-tanda klinik
Sianosis
Clubbing pada jari-jari
Distensi vena di daerah leher yang menetap
Bising sistolik derajat 3/6 atau lebih
Bising diastolik
Kardiomegali
Aritmia persisten
Terpisahnya bunyi jantung dua yang persisten
Adanya kriteria hipertensi pulmonal
Alur diagnostic5
11
2.8 Patofisiologi
Volume plasma meningkat secara maksimal diatas 40% pada akhir minggu ke-
24. Meskipun 30-50% cardiac output meningkat pada kehamilan normal. Denyut nadi
meningkat pada awal minggu ke-20 sampai minggu ke-32. Denyut nadi ditemukan
masih tinggi 2 sampai 5 hari setelah ibu melahirkan. Tekanan darah sistemik biasanya
menurun sekitar 10mmHg pada trimester kedua kehamilan. Penurunan tekanan darah ini
disebabkan oleh aktivasi mediator lokal seperti prostacyclin dan nitrid oksida. Pada
trimester ketiga kehamilan tekanan darah sistemik kembali normal atau kembali
meningkat seperti masa sebelum kehamilan terjadi. 11,12,13
12
Ukuran jantung juga dapat meningkat sampai 30% secara perlahan-lahan akibat
dari dilatasi pembuluh darah yang telah diuraikan diatas. Kehamilan juga
mengakibatkan perubahan pada system hemoistasis tubuh, peningkatan factor koagulasi,
fibrinogen, adhesivitas trombosit hal ini mengakibatkan fibrinolysis yang memicu pada
terjadinya hiperkoagullasi dan tromboemboli. 11,12
Janin yang sedang bertumbuh akan memerlukan oksigen dan zat-zat makanan
yang banyak saat berlangsungnya proses kehamilan. Semua itu tentunya harus dipenuhi
melalui darah ibu, untuk itu banyaknya darah yang beredar dalam tubuh ibu akan
bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan
selalu terjadi perubahan dalam sistem kardiovaskuler yang baisanya masih dalam batas-
batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena :
2. Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri,
dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami
lekukan dan putaran.
13
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan
jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada
sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan
total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites,
penambahan berat badan, nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan,
peningkatan tekanan vena perifer.
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnoe
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat
terjadi ortopnu.bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang
dinamakan paroksimal nokturnal dispnea (PND).
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
14
Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
Batuk
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena di hepar.
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
Nokturia
Kelemahan.
2.10 Penatalaksanaan
A. Prekonsepsi
Pada semua wanita yang menujukkan gejala dan tanda adanya penyakit
jantung sebaiknya dilakukan evaluasi menyeluruh tentang status
kardiologinya sebelum kehamilan. Evaluasi itu antara lain:11,12,13
Riwayat Penyakit jantung yang diderita beserta penanganannya
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan foto toraks dan EKG 12 lead
Pemeriksaan pulse oxymetri
Pemeriksaan trans toraks ekokardiografi
15
Evaluasi status fungsional jantung
Pengelompokan penyakit jantung berdasarkan kelompok resiko
Selain itu dibutuhkan konseling individual oleh spesialis kandungan
ataupun kardiologi. Hal-hal penting yang perlu disampaikan meliputi:
Lesi jantung yang menyertai (fungsi ventrikel, tekanan pulmonal,
besarnya lesi obstruktif,shunt adanya hipoksemia
Status fungsional jantung pasien
Kemunkinan bedah korektif maupun paliatif
Factor resiko tambahan seperti pemakaian antikoagulan dan
pemakaian prostetik
Risiko kehamilan yang tergantung pada penyakit jantung spesifik
dan status klinis pasien. Oleh karena itu perlu dijelaskan risiko yang
akan terjadi akan hamil atau saat ini dalam kondisi hamil
Pemberian rekomendasi untuk kontrasepsi, dan masalah kehamilan
jika pasien masih aktif secara seksual
Harapan hidup dan kemampuan merawat anak kemungkinan
tatalaksana selama kehamilan
Persalinan disarankan dilakukan dirumah sakit, ditangani bersama
oleh dokter ahli kandungan dan jantung sejak awal kehamilan
B. Antepartum
C. Intrapartum
Manajemen pada saat inpartu dan persalinan harus direncanakan dengan
teliti pada wanita dengan penyakit jantung. Perhatian diutamakan pada
penggantian volume dan perdarahan, bantuan farmakologi, profilaksis
endokarditis dan kebutuhan antikoagulan. Termasuk usaha untuk
mempertahankan fungsi ventrikel, preload yang adekuat dan mencegah
penurunan afterload yang tidak diinginkan. Penurunan resistensi vaskuler
sistemik berbahaya pada kondisi left-to-right shunt dengan adanya hipertensi
pulmonal. Perawatan medis harus dioptimalkan sebelum inpartu untuk
mencegah perubahan preload, curah jantung dan denyut jantung yang cepat.
Anestesi epidural aman diberikan pada sebagian besar kasus kelainan jantung.
Tekanan arteri sistemik harus dimonitor selama inpartu karena anestesi epidural
dapat menyebabkan hipotensi, dimana kondisi ini sangat berbahaya pada
penderita dengan Tetralogi of Fallot dan sindroma Eisenmenger.7,11, 13
Persalinan pervaginam direkomendasikan pada sebagian besar wanita
dengan kelainan jantung struktural, dengan operasi caesar diperuntukkan standar
indikasi obstetri. Pada umumnya persalinan pervaginam dengan anestesi
epidural dosis rendah adalah metode yang dipilih. Ada beberapa risiko yang
17
perlu dipertimbangkan berkaitan dengan operasi caesar apabila dibandingkan
dengan persalinan pervaginam. Antara lain , rata-rata jumlah perdarahan dua kali
lipat, risiko terjadinya trombosis lima kali lebih tinggi, dan risiko terjadinya
infeksi meningkat sepuluh kali lipat.7,16,17
Pemantauan ibu dan janin sebaiknya dikerjakan selama persalinan.
Pemantauan EKG berkelanjutan selama persalinan sangat dianjurkan. Kateter
Swan-Ganz sangat bermanfaat karena dapat memberikan informasi akurat
mengenai status cairan tubuh dan fungsi jantung kiri. Kateter Swan-Ganz
memungkinkan pengukuran tekanan kapiler paru yang merupakan gambaran
paling akurat dari hubungan antara volume darah dengan kapasitas vaskuler,
serta hubungan antara tekanana vena sentral dengan output jantung.10,12
Standar penanganan penderita kelainan jantung dalam masa persalinan
adalah :
1. Diagnosis yang akurat
2. Jenis persalinan berdasarkan pada indikasi obstetri
3. Penanganan medis dimulai pada awal persalinan
i. Hindari partus lama
ii. Induksi dilakukan bila serviks sudah matang
4. Pertahankan stabilitas hemodinamik
i. Pemantauan hemodinamik invasif bila diperlukan
ii. Mulai dengan keadaan hemodinamik yang sudah terkompensasi
iii. Penanganan yang spesifik tergantung pada kondisi jantung.
5. Cegah nyeri dan respons hemodinamik dengan pemberian analgesia
epidural dengan narkotik dan teknik dosis rendah lokal.
6. Antibiotik profilaksis diberikan bila ada risiko endokarditis.
7. Ibu tidak boleh mengedan. Persalinan dengan vakum atau forcep rendah.
8. Hindari perdarahan dengan melakukan managemen aktif kala III dan
penggantian cairan yang dini dan sesuai.
9. Managemen cairan pada postpartum dini : sering diperlukan pemberian
diuresis yang agresif namun perlu hati-hati.
18
Lebih baik menunggu saat inpartu spontan yang memberi kesempatan
terbaik untuk proses inpartu dan persalinan pervaginam yang tidak terjadi
komplikasi. Persalinan lebih awal dapat disarankan bila pada ibu mulai tampak
gejala dekompensasi atau dengan melanjutkan kehamilan dapat menimbulkan
gangguan permanen pada fungsi jantung atau janin tidak tumbuh dengan baik.
7,11,17
D. Laktasi
Laktasi dapat berhubungan dengan risiko rendah terjadinya bakterimia
sekunder akibat mastitis. Pada pasien gangguan jantung berat/simptomatis, perlu
dipertimbangkan untuk menyusui menggunakan botol
E. Terminasi kehamilan
Dilatasi dan evakuasi adalah prosedur yang paling aman pada trimester
pertama dan kedua. Dapat pula digunakan prostaglandin E1 atau E2, atau
misoprostol untuk mengeluarkan konsepsi. Trimester pertama adalah waktu yang
paling aman untuk terminasi kehamilan elektif dan harus dilakukan di rumah
sakit. Selain itu perlu juga perhatian pada anestesi dan disesuaikan untuk tiap
individu.
19
BAB III
KESIMPULAN
Kehamilan yang berisiko tinggi harus mendapat monitoring ketat selama hamil
begitu pula kehamilan berisiko rendah tidak berarti bebas dari risiko. Manajemen lebih
lanjut dengan teliti harus dilakukan dalam menghadapi kehamilan dengan kelainan
jantung dengan shunt terutama pada kondisi right-to-left shunt dan hipertensi pulmonal.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi ibu dan bayi , manajemen harus dilakukan
oleh tim yang terdiri dari ahli kardiologi, obstetri dan anestesi.12,13
Memburuknya kondisi jantung dalam kehamilan sering terjadi secara samar
namun membahayakan. Pada kunjungan rutin harus dilakukan pemeriksaan denyut
jantung, pertambahan berat badan dan saturasi oksigen. Pertambahan berat badan yang
berlebihan menandakan perlunya penanganan yang agresif. Penurunan saturasi oksigen
biasanya akan mendahului gambaran radiologi (foto toraks) yang abnormal.10,11,15
Salah satu prosedur penatalaksanaan selama kehamilan adalah membatasi
aktifitas fisik sehingga mengurangi beban sistem kardiovaskuler. Dianjurkan tidak
melakukan aktivitas fisik yang berat untuk mempertahankan aliran darah uterus dan
menjaga kesehatan janin 13,14,15
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Easterling TR, Otto C. Heart disease. In: Gabbe, editor. Obstetrics-normal and
problem pregnancies. 4 th ed. London: Churchill Livingstone Inc; 2002. p. 1005-
30.
2. Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins Gea.
Cardiovascular diseases. In: Williams obstetrics. 21 st ed. New York: McGraw
Hill; 2001. p. 1181-203.
3. Artoni F, Sedyawan J. Kelainan jantung pada kehamilan dan persalinan tahun
2001 di RSCM. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan XIII POGI; 2002; Malang; 2002.
4. Ratnadewi N, Suardi A. Tinjauan kasus penyakit jantung dalam kehamilan di
RSU Dr.Hasan Sadikin selama 5 tahun (1994-1998). Maj Obstet Ginekol
Indones 2000;24 (1):37 - 42.
5. Cole P. Cardiac disease. In: Winn H, Hobbins J, editors. Clinical maternal-fetal
medicine. 1 st ed. New York: The Parthenon Publishing Group; 2000. p. 369 -
84.
6. maroo A, Raymond R. Pregnancy and Heart Disease. 2009 January.
7. RegitzZagrosek V, Lundqvist CB, Borghi C, Cifkova R, Foidart JM, Gibbs JSR,
et al. ESCGuidelines on the management of cardiovascular diseases during
pregnancy. EuropeanHeart Journal. 2011.
8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics. 23rd ed. United States of America: McGrawHill
Companies, Inc.; 2010.
9. Martin SR. Cardiac Disease in Pregnancy. In Foley MR. Obstetric Intensive
Care Manual 3rd edition. United States: the McGraw Hill Companies, Inc; 2011.
p. 91110.
10. Gei A, Hankins G. Medical complications of pregnancy cardiac disease and
pregnancy. Obstet and gynecol clin 2001;28 (3):1-42.
21
11. Dob D, Yentis S. Practical management of the parturient with congenital heart
disease. Int J Obstet Anesth. 2006; 15(137144).
12. Bonica J, McDonald J. Principles and Practice of Obstetric
Analgesia and Anesthesia. 2nd ed. Baltimore: Williams & Wilkins;
1994
13. Blake M, Martin A, Manktelow B, Armstrong C, Halligan A, Panerai R.
Changes in baroreceptor sensitivity for heart rate during normotensive
pregnancy and the puerperium. Clin Sci (Lond). 2000; 98: p. 259 268.
14. Foley M, Lockwood C, B Gersh VB. Maternal cardiovascular and hemodynamic
adaptation to pregnancy. Uptodate. 2010.
15. Wiratama K, Suwardewa T. Kehamilan dengan penyakit jantung rematik (pjr)
serta komplikasi stroke hemoragik. In: Pertemuan Ilmiah Tahunan POGI XI;
1999; Semarang; 1999.
16. Gelson E, Johnson M, Gatzoulis M, Uebing A. Cardiac disease in pregnancy.
Part 1: congenital heart disease. The Obstetrician & Gynaecologist 2007;9:15-
20.
22