Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM 3

MENJALANKAN SEBUAH MOTOR LISTRIK 3 PHASA MENGGUNAKAN


SISTIM RUNNING-JOGGING (RUN-JUG)
Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Workshop Instalasi Tenaga Listrik
yang Dibimbing oleh Bapak Dwi Prihanto

oleh:
Siska Dwi Ambarwati (140534603377)
S1 PTE B 2014

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
Maret 2017
PRAKTIKUM 3
MENJALANKAN SEBUAH MOTOR LISTRIK 3 PHASA MENGGUNAKAN
SISTIM RUNNING-JOGGING (RUN-JUG)

A. TUJUAN
1. Membaca rangkaian pengendali (Run-Jogging Motor 3 Fasa)
2. Mengetahui cara kerja rangkaian pengendali (Run-Jogging Motor 3 Fasa)
3. Membaca rangkaian daya (Run-Jogging Motor 3 Fasa)
4. Mengetahui cara kerja rangkaian daya (Run-Jogging Motor 3 Fasa)
5. Mengoperasikan (Run-Jogging Motor 3 Fasa)

B. DASAR TEORI
1. RUN-JOGGING
Menjalankan motor induksi 3 fasa secara running menggunakan alat
bantu sebuah kontaktor magnit dan tombol tekan (on off). Yang di maksud
rangkaian motor running jogging adalah motor dapat berputar secara langsung
dan dapat berputar secara manual (di control dengan tombol). Jika tombol on
ditekan, kontak utama dari kontaktor akan bekerja yaitu menggunakan sumber
listrik MCB ke motor induksi 3 fasa. Sehingga mototr akan berputar. Jika
tombol off ditekan maka motor tersebut akan berhenti (tidak berputar). Sebab
kontak utama dari kontaktor akan kembali pada posisi normal. Jadi yang
dimaksud menjalankan motor induksi 3 fasa secara running adalah motor akan
bekerja bila tombol sudah ditekan walaupun hanya sesaat dimana motor akan
berhenti bekerja jika tombol off ditekan. Motor pada rangkaian ini kebanyakan
di gunakan oleh industri untuk memindahkan barang dengan jarak yang jauh.
Untuk menjalankan motor secara running, pada tombol on diberi
pengunci NO dari kontaktor magnit. Untuk menjalankan mototr secara jogging
pada tombol double push botton tidak perlu diberi pengunci NO dari kontaktor
magnit.

2. KONTAKTOR
Kontaktor magnet yaitu suatu alat penghubung listrik yang bekerja
atas dasar magnet yang dapat menghubungkan antara sumber arus dengan
muatan. Bila inti koil pada kontaktor diberikan arus, maka koil akan menjadi
magnet dan menarik kontak sehingga kontaknya menjadi terhubung dan dapat
mengalirkan arus listrik.
Kontaktor magnet atau saklar magnet merupakan saklar yang bekerja
berdasarkan prinsip kemagnetan. Artinya sakelar ini bekerja jika ada gaya
kemagnetan pada penarik kontaknya. Magnet berfungsi sebagai penarik dan
dan sebagai pelepas kontak-kontaknya dengan bantuan pegas pendorong.
Sebuah kontaktor harus mampu mengalirkan dan memutuskan arus dalam
keadaan kerja normal. Arus kerja normal ialah arus yang mengalir selama
pemutusan tidak terjadi. Sebuah kontaktor dapat memiliki koil yang bekerja
pada tengangan DC atau AC.
Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya.
Biasanya pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal
membuka (Normally Open = NO) dan kontak normal menutup.

Gambar 2.1. Kontaktor Magnet

Kontaktor akan bekerja normal bila tegangannya mencapai 85 % dari tegangan


kerja, bila tegangan turun kontaktor akan bergetar.
Ukuran dari kontaktor ditentukan oleh batas kemampuan arusnya. Biasanya
pada kontaktor terdapat beberapa kontak, yaitu kontak normal membuka
(Normally Open = NO) dan kontak normal menutup (Normally Close = NC).
Kontak No berarti saat kontaktor magnet belum bekerja kedudukannya
membuka dan bila kontaktor bekerja kontak itu menutup/ menghubung.
Sedangkan kontak NC berarti saat kontaktor belum bekerja kedudukan
kontaknya menutup dan bila kontaktor bekerja kontak itu membuka. Jadi fungsi
kerja kontak NO dan NC berlawanan. Kontak NO dan NC bekerja membuka
sesaat lebih cepat sebelum kontak NO menutup.

Gambar 2.2. Simbol-simbol kontaktor magnet.


Fungsi dari kontak-kontak dibuat untuk kontak utama dan kontak bantu. Kontak
utama terdiri dari kontak NO dan kontak bantu terdiri dari kontak NO dan NC.
Kontak utama digunakan untuk mengalirkan arus utama, yaitu arus yang
diperlukan untuk pesawat pemakai listrik misalnya motor listrik, pesawat
pemanas dan sebagainya. Sedangkan kontak bantu digunakan untuk
mengalirkan arus bantu yaitu arus yang diperlukan untuk kumparan magnet, alt
bantu rangkaian, lampu-lampu indikator, dan lain-lain.
Kumparan / koil adalah lilitan yang apabila di aliri arus / tegangan maka akan
tejadi magnetisasi yang akan menarik kontak - kontaknya sehingga input &
output pada kontak no akan terhubung & sebaliknya untuk kontak nc akan
terputus / tidak terhubung. bila tegangan turun kontaktor akan bergetar.apabila
pada kumparan kontaktor diberi tegangan terlalu tinggi / tidak sesuai dengan
spesifikasi maka akan menyebabkan berkurangnya umur / merusak kumparan
kontaktor. Tetapi bila tegangan yang diberikan terlalu rendah maka akan
menimbulkan tekanan antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi berkurang
yang nantinya dapat menimbulkan bunga api pada permukaannya serta dapat
merusak kontak-kontaknya.

3. THERMAL OVERLOAD RELAY (THOR)


Pengaman beban lebih atau over load yang digunakan pada instalasi
motor listrik adalah Thermal Over Load Relay (TOR/TOL). Jika arus yang
melalui penghantar yang menuju motor listrik melebihi kapasitas atau setting
TOR/TOL, maka TOR/TOL drop atau terputus sehingga rangkaian yang
menuju motor listrik terputus. Thermal Over Load Relay (TOR/TOL) biasanya
digandengkan dengan kontaktor. Relay ini biasanya dihubungkan pada
kontaktor ke kontak utama 2, 4, dan 6 sebelum dihubungkan ke beban
(motor). Gunanya untuk memberikan perlindungan terhadap motor dari
kerusakan akibat beban lebih.
Prinsip Kerja
Prinsip kerja Thermal Over Load Relay (THOR/TOL) berdasarkan
panas (temperatur) yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir melalui elemen-
elemen pemanas. bimetal, yang mengakibatkan bimetal melengkung
selanjutnya akan menggerakan kontak-kontak mekanik pemutus rangkaian
listrik kontak 95 96 membuka dan kontak 97 98 menutup. THOR dipasang
secara seri dengan kontak utama kontaktor magnit. Pada gambar bimetal dialiri
arus utama. Jika terjadi arus lebih, maka bimetal akan membengkok dan secara
mekanis akan mendorong kontak bantu Normally Close (NC) 95-96. Oleh
karena dalam prakteknya kontak bantu NC 95-96 disambung seri pada rangkaian
koil kontaktor magnit, maka jika NC lepas, koil kontaktor tidak ada arus,
kontaktor magnit tidak aktif dan memutuskan kontak utama.

Gambar 3.1. Thermal Overload Relay

Gambar 3.2. Prinsip kerja bimetal


Jika terjadi beban lebih maka arus menjadi besar dan menyebabkan penghantar
panas. Panas pada penghantar melewati bimetal sehingga bimetal
melengkung dan selanjutnya aliran listrik yang menuju motor listrik
terputus dan motor listrik belitannya tidak sampai terbakar. Diagram
hubungan kontak-kontak pada THOR ditunjukkan pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Diagram kontak-kontak THOR
Diagram penyambungan kontak-kontak pada TOR pada magnetic contactor
ditunjukkan pada Gambar 3.4

Gambar 3.4. Diagram Penyambungan THOR pada Kontaktor

Gambar 3.5. THOR dalam keadaan normal dan dalam keadaan beban lebih

4. PUSH BOTTON
Push Button merupakan suatu jenis saklar yang banyak dipergunakan dalam
rangkaian pengendali dan pengaturan.
Tipe Normally Open (NO)
Tombol ini disebut juga dengan tombol start karena kontak akan menutup bila
ditekan dan kembali terbuka bila dilepaskan. Bila tombol ditekan maka kontak
bergerak akan menyentuh kontak tetap sehingga arus listrik akan mengalir.
Tipe Normally Close (NC)
Tombol ini disebut juga dengan tombol stop karena kontak akan membuka
bila ditekan dan kembali tertutup bila dilepaskan. Kontak bergerak akan lepas
dari kontak tetap sehingga arus listrik akan terputus.

Gambar 4.1. Push Botton NO dan NC

5. MOTOR 3 FASA
Motor induksi tiga fasa merupakan motor listrik arus bolak-balik yang
paling banyak digunakan dalam dunia industri. Dinamakan motor induksi
karena pada kenyataannya arus rotor motor ini bukan diperoleh dari suatu
sumber listrik, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya
perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar. Dalam
kenyataannya, motor induksi dapat diperlakukan sebagai sebuah
transformator, yaitu dengan kumparan stator sebagai kumparan primer
yang diam, sedangkan kumparan rotor sebagai kumparan sekunder
yang berputar. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi,
dengan demikian pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah
dilakukan terhadap motor ini.
Keuntungan motor 3 fasa :
1. Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor
sangkar
2. Harga relatif murah untuk industri dan kehandalan tinggi
3. Effisiensi relatif tinggi pada keadaan normal dan tidak ada sikat sehingga
rugi gesekan kecil
4. Biaya pemeliharaan rendah
Kerugian motor 3 fasa :
1. Kecepatan tidak mudah dikontrol
2. Power faktor rendah pada beban ringan
3. Arus start biasanya 5-7 kali arus nominal
Konstruksi Motor Induksi Tiga Fasa
Antara bagian stator dan rotor dipisahkan oleh celah udara yang sempit,
dengan jarak berkisar dari 0,4 mm sampai 4 mm.

Gambar 5.1. Penampang Stator dan Rotor Motor Induksi Tiga Fasa
1. Stator
Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi
tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada
tumpukan laminasi inti diisolasi dengan kertas. Tiap elemen laminasi inti
dibentuk dari lempengan besi. Tiap lempengan besi tersebut memiliki
beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk menyatukan inti. Tiap
kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan fasa dimana untuk motor
tiga fasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat
kumparan yang digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi
tipis. Kemudian tumpukan inti dan belitan stator diletakkan dalam cangkang
silindris.
2. Rotor
Berdasarkan jenis rotornya, motor induksi tiga fasa dapat dibedakan menjadi
dua jenis, yang juga akan menjadi penamaan untuk motor tersebut, yaitu
rotor belitan (wound rotor) dan rotor sangkar tupai (squirrel cage rotor).

Gambar 5.2. Skematik Diagram Motor Induksi Rotor Belitan

6. MCB
MCB merupakan kependekan dari Miniature Circuit Breaker (bahasa
Inggris). Biasanya MCB digunakan oleh pihak PLN untuk membatasi arus
sekaligus sebagai pengaman dalam suatu instalasi listrik. MCB berfungsi
sebagai pengaman hubung singkat (konsleting) dan juga berfungsi sebagai
pengaman beban lebih. MCB akan secara otomatis dengan segera
memutuskan arus apabila arus yang melewatinya melebihi dari arus nominal
yang telah ditentukan pada MCB tersebut. Arus nominal yang terdapat pada
MCB adalah 1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dan lain
sebagainya.
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, ketika ada arus lebih maka arus lebih
tersebut akan menghasilkan panas pada bimetal, saat terkena
panas bimetal akan melengkung sehingga memutuskan kontak MCB (Trip).
Selain bimetal, pada MCB biasanya juga terdapat solenoid yang akan
mengtripkan MCB ketika terjadi grounding (ground fault) atau hubung
singkat (short circuit).
Namun penting juga untuk di ingat, bahwa MCB juga bisa trip dengan panas
(over heating) yang diakibatkan karena kesalahan desain/perencanaan
instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil untuk digunakan dalam arus
yang tinggi, sehingga menghasilkan panas, yang lama-kelamaan akan
melekungkan bimetal dan mengtripkan MCB. Oleh karena itu penggunaan
kabel instalasi juga harus memperhatikan standar maksimum arus (A) kabel
yang akan digunakan, dan arus kabel tersebut tidak boleh lebih kecil dari arus
maksimum rangkaian/circuit.

Gambar 6.1. MCB

C. ALAT DAN BAHAN


- Box Panel : 1 Buah - Obeng plus : 1 Buah
- Obeng minus : 1 Buah - Push Button (1 NC/ 2 NO) : 3 Buah
- Tespen : 1 Buah - Thermal Overload Relay : 1 Buah
- Tang potong : 1 Buah - Lampu Indikator : 3 Buah
- Tang kombinasi : 1 Buah - Multimeter : 1 Buah
- MCB 1 Fasa : 1 Buah - Kabel jumper : Secukupnya
- MCB 3 Fasa : 1 Buah - Motor Induksi 1 HP 3 Fasa : 1 Buah
- Kontaktor Magnet : 1 Buah
-
D. GAMBAR RANGKAIAN

-
E. LANGKAH KERJA
1. Pelajari gambar di bawah ini

-
2. Persiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dan uji baik / tidaknya alat, juga
pada motor.
3. Pasang komponen yang diperlukan pada rel omega sesuai dengan kebutuhan
pada rangkaian pengendali dan rangkaian daya seperti kontaktor dan THOR.
4. Pasang kabel fasa dari sumber ke terminal MCB. Dari MCB sambung ke
terminal OL 95 lalu output di 96.
5. Pada baris 1:
Dari terminal 96 di jumper ke push button NC lalu disambung ke kontaktor
NO.
Lalu dari push button NC di sambung ke push button NO (ON-RUN) dan
di jumper ke push buttonNC (ON-JOG).
Setelah itu sambung ke kontaktor terminal A1.
6. pada baris 2:
dari terminal 96 di sambung ke kontaktor NO.
Setelah itu di sambung ke lampu indikator warna hijau (tanda motor ON)
7. pada baris 3:
dari terminal 96 disambung ke kontaktor NC.
Lalu di sambung ke lampu indikator warna merah (tanda motor OFF)
8. setelah dipastikan semua fasa terpasang, selanjutnya pasang kabel netral yaitu
dari lampu merah, di jumper ke lampu hijau lalu jumper ke kontaktor
terminal A2, dan hubungkan dengan sumber netral.
9. Jika semua rangkaian sudah selesai dirangkai, untuk memastikannya lagi
panggilah instruktur praktikum untuk memeriksa ulang rangkaian
10. Cara pengoperasian:
MCB di set pada posisi ON dengan cara menaikkan lidah MCB ke atas
Tekan tombol RUN maka Motor akan berputar dan ditandai dengan menyala
lampu hijau
Dan apabila menekan tombol JOG maka Motor akan berputar sesaat selama
tombol ditekan dan ditandai dengan menyala lampu hijau.
Untuk mematikan Motor 3 Fasa, tekan tombol STOP, dan ditandai dengan
lampu merah menyala
11. Ukurlah tegangan pada sumber MCB/Motor 3 Fasa dan kecepatan putaran
motor (Rpm)
12. Laporkan kepada instruktur hasil pekerjaan jika sudah selesai
13. Setelah selesai bersihkan lingkungan tempat kerja dan kembalikan semua
peralatan ke tempat semula.
14. Buat laporannya.
-
F. HASIL PRAKTIKUM
-
-

- Kondisi awal rangkaian saat


- Gambar seluruh rangkaian pada MCB di ON-kan. Rangkaian dalam
box panel beserta motor 3 fasa keadaan STOP, motor tidak berputar
ditandai dengan lampu merah menyala.
-
-

- Kondisi pada saat tombol JOG


- Kondisi pada saat tombol RUN d
di tekan, motor yang semula
tekan maka motor berputar dan
berputar menjadi berhenti, dan
ditandai dengan lampu hijau
ditandai dengan lampu merah
menyala
menyala.
-
-

- Pada saat motor berputar lalu di


- Kondisi pada saat tombol JOG tekan tombol STOP maka motor
dilepas maka motor akan kembali akan berhenti berputar, dan
berputar, dan ditandai dengan kembali pada kondisi awal di
lampu hijau kembali menyala. tandai dengan lampu merah
menyala.
-
G. ANALISA
- Berdasarkan hasil percobaan, kondisi awal ketika push botton
ON-RUN ditekan maka motor akan berputar dan lampu indikator hijau akan
menyala dikarenakan tombol tersebut disambungkan pada kontak NO kontaktor
1. Ketika tombol ON-JOG ditekan, maka rangkaian pengunci kontaktor 1 akan
terbuka sehingga motor akan berputar dan lampu indikator hijau menyala. Hal
ini terus berlanjut jika tombol ON-JOG tetap ditekan. Dikarenakan rangkaian
pengunci kontaktor 1 terbuka oleh kontak NC tombol ON-JOG dan tetap bekerja
selama tombol masih ditekan. Inilah yang disebut dengan jogging. Ketika
tombol ON-JOG dilepas, jika kontak NC tertutup sebelum kontak starter tetap
terbuka, motor akan terus menerus berputar. Ketika tombol stop ditekan, maka
motor akan berhenti berputar, lampu indikator merah menyala dan akan kembali
ke kondisi awal. Untuk mengaktifkan kembali, tekan tombol ON-RUN.
-
H. KESIMPULAN
- Rangkaian motor running jogging adalah motor dapat berputar secara langsung
dan dapat berputar secara manual (di control dengan tombol).
- Jika tombol on ditekan, kontak utama dari kontaktor akan bekerja yaitu
menggunakan sumber listrik MCB ke motor induksi 3 fasa. Sehingga mototr
akan berputar.
- Jika tombol off ditekan maka motor tersebut akan berhenti (tidak berputar).
Sebab kontak utama dari kontaktor akan kembali pada posisi normal.
- Menjalankan motor induksi 3 fasa secara running adalah motor akan
bekerja bila tombol sudah ditekan walaupun hanya sesaat dimana motor akan
berhenti bekerja jika tombol off ditekan.
- Motor akan terus berputar jika tombol ON-JOG tetap ditekan.
-
- DAFTAR RUJUKAN
-
1. Chapter II.
- (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20004/3/Chapter%20II.pdf,
online, diakses 5 Maret 2017)
2. Wicaksono, Ari. 2014.
- (http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/41684451/thermal-over-
load-relay.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&Expires=1489068779&Signat
ure=CUSCzwTrsRBaKwInERTVlyVDp48%3D&response-content-
disposition=attachment%3B%20filename
%3DThermal_Over_Load_Relay_TOR_TOL.pdf, online, diakses 5 Maret 2017)
3. Modul Pembelajaran: Kontrol Magnetik. 2003.
- (http://psbtik.smkn1cms.net/elektro/teknik_listrik_pembangkit/kontrol_magneti
k.pdf, online, diakses 5 Maret 2017)
4. Rejeki, Sri.
- (http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-srirejekic-5221-2-
bab2.pdf, online, diakses 5 Maret 2017)
5. Prinsip Kerja Sistem Kendali Elektromagnetik
- (https://www.smkn1kutaselatan.sch.id/asset/download/PRINSIP%20KERJA
%20SISTEM%20KENDALI%20ELEKTROMAGNETIK.pdf, online, diakses 5
Maret 2017)
-

Anda mungkin juga menyukai