Anda di halaman 1dari 13

MAGISTER TERAPAN REKAYASA INFRASTRUKTUR

ANALISA
SENSITIVITAS
Statistik dan Analisa Kehandalan

AGHNIA DARAJATUN DWIHANDINI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


Kriteria kegagalan struktural perkerasan lentur terutama disebabkan karena kelelahan/ fatigue
dan alur/ rutting. Untuk menentukan kinerja kelelahan dan alur, maka parameter critical
horizontal tensile strain (t) di bagian bawah lapisan aspal dan critical vertical compressive
strain (z) di bagian atas lapisan tanah dasar sering digunakan dalam proses desain perkerasan
metoda mekanistik-empiris (ME). Untuk memprediksi critical horizontal tensile strain dan
critical vertical compressive strain pada struktur perkerasan lentur akan bersifat probabilistik,
karena ketidakpastian yang signifikan terkait parameter masukkan, random/ acak. Parameter
random bisa berupa ketebalan lapis permukaan (h1), ketebalan lapis granular (h2), Modulus
Elastisitas Material Lapis Permukaan, Modulus Elastisitas Lapis Granular (E2) dan Modulus
Elastisitas Tanah Dasar (E3). Paremeter tersebut akan mempengaruhi nilai
horizontal tensile strain (t) dan critical vertical compressive strain. Kemudian akan dicari
parameter mana yang memiliki pengaruh sensitivitas yang paling besar pada horizontal
tensile strain (t), critical vertical compressive strain serta safety factor.

Gambar A.Typical Flexibel Pavement Model


Sumber: Modul Reliability 04 First Order Reliability Method (FORM)

Tabel 1. Critical Locations in a pavement structure


Sumber: Modul Reliability 04 First Order Reliability Method (FORM)

Dari gambar dan grafik diatas dapat kita ketahui bahwa vertical compressive strain berkerja pada atas
intermediate layer dan subgrade. Untuk horizontal tensile strain bekerja pada bagian bawah HMA
layer.
h1 terhadap t dan z
h1
Parameter (cm) t z
Rata2-1std dvs 14,3 0,000134418 -0,000236282
rata2 15 0,000129352 -0,000231
rata2 + 1 std dvs 15,7 0,000124518 -0,000226288

Hubungan h1 terhadap t dan z


0

0 t
t dan z 14.3 15 15.7
z
0

lapisan permukaan (h1) cm

Gambar1. Grafik Hubungan antara Ketebalan Lapis Permukaan (h1) dengan Horizontal Tensile Strain (t) dan
Vertical Compressive Strain (z)

Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara horizontal tensile strain dan vertical compressive strain
terhadap tebal lapisan permukaan perkerasan lentur (h1). Dari gambar 1 dapat dilihat variasi ketebalan
lapisan permukaan mulai dari 14,3 cm hingga 15,7 cm tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap horizontal tensile strain dan vertical compressive strain. Dapat dilihat bahwa semakin besar
tebal suatu lapis permukaan maka nilai dari horizontal tensile strain semakin rendah. Namun
demikian nilai dari kedua parameter tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Natasha(2012). Berbeda dengan nilai dari vertical compressive yang semakin tinggi seiring dengan
kenaikan ketebalan dari suatu lapis permukaan. Perubahan tebal permukaan perkerasan lentur sebesar
0,7 cm memberikan pengaruh sebesar 3,7 % untuk Horizontal Tensile Strain (t) dan 2,2 % untuk Vertical
Compressive Strain (z).
h2 terhadap t
Parameter h2 t z
Rata2-1std dvs 36,000 0,000130 -0,000243
rata2 38 0,000129352 -0,000231
rata2 + 1 std dvs 40 0,000128998 -0,000220

Hubungan h2 terhadap t dan z


0.000200

0.000100

0.000000 t
t dan z 36 38 40
z
-0.000100

-0.000200

-0.000300

h2 (lapisan granular) cm

Gambar2. Grafik Hubungan antara Ketebalan Lapis Granular (h2) dengan Horizontal Tensile Strain (t) dan
Vertical Compressive Strain (z)

Berdasarkan variasi ketebalan lapisan granular terhadap Horizontal Tensile Strain (t) dan
Vertical Compressive Strain (z) seperti yang tertera pada gambar 2, dapat terlihat bahwa
variasi ketebalan lapisan granular tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap nilai
Horizontal Tensile Strain (t) dan Vertical Compressive Strain (z). Dapat dilihat bahwa
semakin besar tebal suatu lapis granular maka nilai dari horizontal tensile strain semakin rendah.
Berbeda dengan nilai dari vertical compressive yang semakin tinggi seiring dengan kenaikan
ketebalan dari suatu lapis permukaan. Hasil pengamatan tersebuat sesuai dengan penelitian
Natasha(2012). Perubahan tebal permukaan perkerasan lentur sebesar 2 cm memberikan pengaruh
sebesar 0,7 % untuk Horizontal Tensile Strain (t) dan 4,9 % untuk Vertical Compressive Strain (z).
E1 terhadap t dan z
Parameter E1 t z
Rata2-1std dvs 1600 0,000147 -0,00024
rata2 2000 0,000129 -0,00023
rata2 + 1 std dvs 2400 0,000115 -0,00023

Hubungan E1 terhadap t dan z

0
t
t dan z 0 z
1600 2000 2400
0

E1 (Modulus Elastisitas Material Lapis Permukaan) MPa

Gambar3. Grafik Hubungan antara Modulus Elastisitas Material Lapis Permukaan dengan
Horizontal Tensile Strain dan Vertical Compressive Strain

Hubungan antara vertical compressive strain (t), horizontal tensile strain tehadap modulus
elastistas tanah dasar (E1) dapat dilihat pada Gambar 3. Dari gambar 3 dapat dilihat variasi modulus
elastisitas material lapis permukaan dari 1600 MPa hingga 2400 MPa memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap horizontal tensile strain . Berbeda dengan vertical compressive strain, perubahan
elastisitas material lapis permukaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan . Dapat dilihat
bahwa semakin besar modulus elastisitas material lapis permukaan maka nilai dari horizontal
tensile strain semakin rendah. Berbeda dengan nilai dari vertical compressive yang semakin tinggi
seiring dengan kenaikan modulus elastisitas material lapis permukaan. Perubahan besar modulus
elastisitas material lapis permukaan 400 MPa memberikan pengaruh sebesar 12,2 % untuk
Horizontal Tensile Strain (t) dan 4,16 % untuk Vertical Compressive Strain (z). Modulus elastisitas lapisan
permukaan memberikan pengaruh yang besar terhadap Horizontal Tensile Strain (t). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dibuat oleh Samad (2011).
E2 terhadap t
Parameter E2 t z
-
Rata2-1std dvs 350 0,000146 0,00025
-
rata2 450 0,000129 0,00023
rata2 + 1 std -
dvs 550 0,000116 0,00022

Hubungan E2
terhadap t dan z
0

0
t
0 z
t dan z 350 450 550
0

E2 (Modulus Elastisitas Lapis Granular) MPa

Gambar 4. Hubungan antara Horizontal Tensile Strain dan Vertical Compressive Strain dengan Modulus
Elastisitas Lapis Granular (E2) pada Struktur Perkerasan Lentur

Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara horizontal tensile strain dan vertical compressive strain
terhadap Modulus Elastisitas Lapis Granular (E2). Dari gambar 4 dapat dilihat variasi Modulus
Elastisitas Lapis Granular mulai dari 350 MPa hingga 550 MPa memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap horizontal tensile strain . Berbeda dengan vertical compressive strain, perubahan
elastisitas material lapis permukaan tidak memberikan pengaruh yang signifikan . Dapat dilihat
bahwa semakin besar modulus elastisitas material lapis permukaan maka nilai dari horizontal
tensile strain semakin rendah. Berbeda dengan nilai dari vertical compressive yang semakin tinggi
seiring dengan kenaikan modulus elastisitas material lapis permukaan. Perubahan besar modulus
elastisitas material lapis permukaan 400 MPa memberikan pengaruh sebesar 11,6 % untuk
Horizontal Tensile Strain (t) dan 4,16 % untuk Vertical Compressive Strain (z).
E3 terhadap t
Parameter E3 t z
Rata2-1std dvs 60 0,000129 -0,00026
rata2 80 0,000129 -0,00023
rata2 + 1 std
dvs 100 0,000129 -0,00021

Hubungan E3
terhadap t dan z
0

0
t
0 z
t dan z 60 80 100
0

E3 (Modulus Elastisitas Tanah Dasar ) MPa

Gambar 5. Hubungan antara Horizontal Tensile Strain dan Vertical Compressive Strain dengan Modulus
Elastisitas Tanah Dasar (E3) pada Struktur Perkerasan Lentur

Hubungan antara vertical compressive strain (t), horizontal tensile strain tehadap modulus elastistas
tanah dasar (E1) dapat dilihat pada Gambar 5. Dari gambar 5 dapat dilihat variasi dengan Modulus
Elastisitas Tanah Dasar (E3) dari 60 MPa hingga 100 MPa tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap horizontal tensile strain . Berbeda dengan vertical compressive strain, perubahan dengan
Modulus Elastisitas Tanah Dasar memberikan pengaruh yang signifikan. Dapat dilihat bahwa variasi
modulus elastisitas material lapis permukaan tidak mempengaruhi nilai dari horizontal tensile
strain. Berbeda dengan nilai dari vertical compressive yang semakin tinggi seiring dengan kenaikan
dengan Modulus Elastisitas Tanah Dasar. Namun demikian nilai dari kedua parameter tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Natasha(2012) Perubahan Modulus Elastisitas Tanah Dasar (E3)
sebesar 20 MPa memberikan pengaruh sebesar 0 % untuk Horizontal Tensile Strain (t) dan 10,6 % untuk
Vertical Compressive Strain (z).
h1 terhadap t dan z
Parameter h1 FR
Rata2-1std dvs 14,3 1,747785
rata2 15 2,004311
rata2 + 1 std dvs 15,7 2,295845

2.500000

2.000000

1.500000

SAFETY FACTOR
1.000000

0.500000

0.000000
14.3 15 15.7

Ketebalan Lapisan Permukaann (h1) cm

Gambar 6. Grafik Hubungan antara Ketebalan Lapisan Permukaann dengan Safety Factor

Gambar 6 menunjukan grafik hubungan antara tebal permukaan perkerasan (h1) terhadap faktor
keamanan (SF). Dari gambar 6 dapat terlihat bahwa nilai dari tebal permukaan perkerasan (h1)
berbanding lurus terhadap nilai safety factor. Jika tebal permukaan perkerasan ditingkatkan dari 14,3
cm menjadi 15,7 cm, maka nilai faktor keamanan meningkat sebesar 12,7 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil analisis sensitifitas parameter tebal permukaan terhadap parameter faktor
keamanan memberikan pengaruh yang kurang signifikan.
h2 terhadap
Parameter h2 FR
Rata2-1std dvs 36,000000 1,983800
rata2 38,000000 2,004311
rata2 + 1 std dvs 40,000000 2,024022

2.030000

2.020000

2.010000

2.000000

SAFETY FACTOR 1.990000

1.980000

1.970000

1.960000
36 38 40

Ketebalan Lapisan Granular (h2) cm

Gambar 7. Grafik Hubungan antara Ketebalan Lapisan Granular dengan Safety Factor

Hubungan antara tebalan lapisan granular (h2) terhadap faktor keamanan (SF) dapat dilihat pada
Gambar7. Dari gambar tersebut terlihat perubahan tebal lapis granular dari 36 cm hingga 40
cm, tidak menimbulkan perubahaan yang signifikan terhadap safety factor. Dari gambar
tersebut pula menunjukkan bahwa semakin tebal lapis granular, maka besar safety factor akan
semakin besar. Besarnya pengaruh (sensitivitas) akibat berkurang atau bertambahnya tebal
lapis granular sebesar 2 cm terhadap safety factor adalah 0,97%. Dapat disimpulkan, hasil
analisis sensitivitas parameter tebal lapis granular terhadap safety factor sangat kecil
pengaruhnya.
E1 terhadap
Parameter E1 FR
Rata2-1std dvs 1600,000000 1,264317
rata2 2000,000000 2,004311
rata2 + 1 std dvs 2400,000000 3,070074

3.5

2.5

SAFETY FACTOR 1.5

0.5

0
1600 2000 2400

Modulus Elastisitas Lapis Permukaan (E1 ) MPa

Gambar 8. Grafik Hubungan antara Modulus Elastisitas Lapis Permukaan dengan Safety Factor

Gambar 8 menunjukan grafik hubungan antara Modulus Elastisitas Lapis Permukaan terhadap faktor
keamanan (SF). Dari gambar 8 dapat terlihat bahwa nilai dari Modulus Elastisitas Lapis Permukaan
berbanding lurus terhadap nilai safety factor. Jika tebal permukaan perkerasan ditingkatkan dari 1600
MPa menjadi 2400 MPa, maka nilai faktor keamanan meningkat sebesar 34,7 %. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil analisis sensitifitas parameter tebal permukaan terhadap parameter faktor
keamanan memberikan pengaruh yang tidak terlalu signifikan.
E2 terhadap FR
Parameter E2 FR
Rata2-1std dvs 350 1,304073
rata2 450 2,004311
rata2 + 1 std
dvs 550 2,944911

3.5

2.5

SAFETY FACTOR 1.5

0.5

0
350 450 550

Modulus Elastisitas Granular (E2) MPa

Gambar 9. Grafik Hubungan Antara Modulus Elastisitas Granular (E2) terhadap Faktor Keamanan
(SF)

Gambar 9 merupakan grafik hubungan antara modulus elastisitas granular (E2)


terhadap faktor keamanan (SF). Dari gambar 9 terlihat bahwa semakin besar nilai
modulus elastisitas granular, semakin tinggi pula nilai faktor keamanannya. Apabila
nilai modulus elastisitas granular diberikan perubahan dari 350 MPa menjadi 550
MPa, maka akan memberikan perubahan kenaikan yang signifikan pada nilai faktor
keamanannya mencapai 31,9 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis
sensitifitas parameter modulus elastisitas granular terhadap parameter faktor
keamanan memiliki pengaruh yang besar namun, tidak sebesar pengaruh dari modulus
permukaan yang diperlihatkan pada gambar 8.
E3 terhadap t
Parameter E3 FR
Rata2-1std dvs 60 2,002055
rata2 80 2,004311
rata2 + 1 std
dvs 100 2,006064
2.01

2.01

2.01

SAFETY FACTOR 2

2
60 80 100

modulus elastisitas tanah dasar (subgrade) (E3) MPa

Gambar 10. Grafik Hubungan antara Modulus Elastisitas Tanah Dasar dengan Safety Factor

Gambar 10 memperlihatkan hubungan antara safety factor dengan modulus elastisitas


tanah dasar (subgrade) suatu struktur perkerasan lentur. Dari gambar di atas terlihat
perubahan modulus elastisitas tanah dasar dari 60 MPa hingga 100 MPa, menimbulkan
perubahaan yang tidak signifikan pada safety factor struktur perkerasan. Gambar tersebut
menunjukkan pula bahwa semakin tinggi modulus elastisitas tanah dasar, maka besar safety
factor akan semakin besar. Besarnya pengaruh (sensitivitas) akibat berkurang atau
bertambahnya modulus elastisitas tanah dasar sebesar 20 MPa terhadap safety factor adalah
0,08%. Dapat disimpulkan bahwa hasil analisis sensitivitas parameter modulus elastisitas
tanah dasar terhadap safety factor sangat kecil pengaruhnya.
Kesimpulan:

Untuk Safety factor parameter dan Horizontal Tensile Strain yang paling mempengaruhi adalah
modulus elastisitas permukaan (E1). Sedangkan untuk vertical compressive
strain (z)parameter yang paling berpengaruh adalah Modulus Elastisitas Tanah Dasar.

Sumber:

Samad, E. 2011. Sensitivity Analysis in Flexible Pavement Performance Using Mechanistic


Empirical Method (Case Study: Cirebon-Losari Road Segment, West Java). Civil
Engineering Forum Volume XX/1.
Nathasya, P 2012 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur dengan program Kanpave dan Studi
Parameter Pengaruh Tebal Lapis dan Modulus Elestisitas Terhadap Nilai Tegangan, Regangan
dan Repitisi Beban . Teknik Sipil. Universitas Bina Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai