Anda di halaman 1dari 6

LO 4 JENIS BAHAN PENGISI SALURAN AKAR PLASTIS

Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-


organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi
mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam
pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan
menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan
jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan
teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan
oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. (Soedjono,2009)
1. Gutta Percha

A. Komposisi Gutta percha

Gutta percha telah digunakan sebagai bahan pengisi saluran akar selama
lebih dari 100 tahun. Terdapat dua jenis gutta percha point yang telah diproduksi
yaitu standardised point atau cone dan nonstandardized atau accessory point.
Nonstandardized point mempunyai ukuran yang bervariasi seperti extra fine, fine
atau medium, tergantung dari buatan pabrik. Perbedaan kedua jenis point ini
adalah nonstandardized point lebih tapered (Messing dan Stock, 1988).
Material gutta percha yang sudah lama dijadikan bahan pengisi saluran akar ini
terbuat dari olahan karet dari beberapa jenis pohon tropikal. Gutta percha secara
alami mengandung 1,4 polyisoprene dan lebih keras, lebih rapuh dan lebih elastik
daripada karet biasa. Cones gutta percha modern untuk material pengisi saluran
akar mengandung sekitar 20% gutta-percha, zinc oxide 60-75%, dan sisanya 5%-
10% berupa beberapa jenis resin, wax dan garam metal. Gutta percha antiseptik
dengan agen mikrobial telah diusulkan, namun tidak ada informasi mengenai efek
dari bahan aditifnya. Material cone gutta percha memiliki ketebalan 1 mm dan
bersifat radiopak (Cohen dan Hargreaves, 2006).
Persentase komposisi gutta percha:

Gutta percha 19% - 22 %

Zinx oxide 59% -75% (untuk kekentalan)

Metal sulphates 1.5% - 17% (untuk radiopak)


Waxes/resin 1% - 4% (materi handling)

Colouring agent <1% (untuk kontras visual) (Ford, 2002)

B. Sifat Gutta Percha

Sebagian besar kegagalan perawatan saluran akar disebabkan pengisian


yang tidak hermetis dapat mengakibatkan mudahnya mikroorganisme masuk ke
jaringan periapikal. Maka sangat perlu mengetahui sifat-sifat gutta percha sebagai
bahan pengisian saluran akar. Berikut ini adalah berbagai sifat dari gutta percha
point :

1. Sifat Biologis
Gutta percha memiliki sifat tidak mengiritasi jaringan lunak dan pulpa,
tidak berbau sebagai bahan pengisian saluran akar. Bahan ini mudah disterilkan
dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri/ aktivitas anti bakteri dengan
menggunakan desinfektan dingin seperti larutan metafen tak berwarna atau
senyawa amonium kuartener seperti zefiran, larutan tiomersal 0,1 % dan etil
alcohol 60 %. Kombinasi zinc oxide eugenol dan ikatan acrylic diameter 160
tidak memberikan efek negatif pada periodonsium sedangkan calcium hydroxide
dapat efek rangsangan penutupan pada apeks saluran akar (Grossman, 1995;
Harty, 1992; Grossman, 1978).
2. Sifat Fisik
Gutta percha point dikenal dengan sifat plastisitas. Untuk medapatkan
sifat plastisitas digunakan teknik melalui pemanasan (thermoplasticied
guttapercha technique) dan secara kimiawi (kloroperca, eucaperca).
Dengan cara thermoplastik menggunakan lebih banyak panas untuk menaikkan
plastisitas gutta percha dan sedikit tekanan sedangkan dengan menggunakan
pelarut kimiawi mengurangi viskositas gutta percha pada keadaan yang lebih cair
dan menaikkan plastisitasnya melebihi plastisitas pada keadaan thermoplastik.
Bentuk molekul trans linear dan sifat kristalnya lebih cepat sehingga
mengakibatkan gutta percha lebih keras dan kaku sehingga lebih mudah patah
serta kurang elastik dari pada getah murni (Grossman, 1995; Nicholls, 1984;
Grossman, 1952).
3. Sifat Thermis
Karakteristik temperatur gutta percha berdasarkan proses terjadinya
kristalisasi dibagi atas 2 bentuk yaitu alpha dan beta. Bentuk fase beta melunak
sekitar 98,60F (370C) berubah menjadi bentuk kristal ke fase alfa sekitar 107,6 0F-
111,20F (420C- 440C) dan akhirnya mengerut, berbentuk amorphous. Gutta percha
mengalami 60% kristalisasi dan 40% memiliki bentuk amorphous.
Hasil pembentukan fase alpha dapat mengalami pengerutan sedikit akan
tetapi kompaksi tekanan serta penggunaan teknik yang baik dapat mengurangi
proses pengerutan.
Gutta percha dapat dilunakkan dengan pelarut kimia untuk meningkatkan
adaptasi dalam persiapan pengisian saluran akar. Akan tetapi proses pengerutan
dapat terjadi dan jaringan periradikuler dapat mengalami iritasi oleh karena proses
penguapan bahan pelarut. Hal ini disebabkan karena bahan pelarut sulit
menjangkau saluran gigi atau kurang kehati-hatian di dalam menumpatkan
sejumlah gutta percha yang lunak ke dalam jaringan periradikuler (Cohen, 1998;
William, 1979).
4. Sifat Kimia
Struktur kimia gutta percha secara alamiah berasal dari polimer Isoprene
(C5H8) yang merupakan molekul polimer organik yang ditandai suatu atom ikatan
rantai kovalen. Struktur isomer gutta percha adalah trans -1, 4-poly isoprene, di
mana memiliki struktur yang teratur yang dapat mengalami kristalisasi sehingga
tampak keras dan kaku (Cohen, 1998; William, 1979).

C. Bentuk gutta percha

1. Guttap cone
Berbentuk cone (conus) sebagai bahan pengisi utama. Ukuran
gutta- percha pengisi yang sama dengan ukuran jarum endodontik, dari besaran 15
sampai 140, sesuai dengan standard ADA dan ISO, gutta
p e r c h a i n i d a p a t disterilkan dengan alkohol 70%, c hlorhexidine 2%,
atau sodium hipoklorit (5%).
2. Guttap point
Bentuk sesuai dengan standard ISO dengan penambahan
diameter keruncingan 2% per mm.
3. Guttappoint protaper
Dengan penambahan keruncingan 4%, 6%, 12% per mm. Namun
demikian masih banyak sistem keruncingan yang berbeda karena
tergantung pada merek misalnya: core filler gutta percha, gutta percha point,
yang menggunakan inti dari resin.

D. Sediaan Gutta percha


Bentuk sediaan terkini dari gutta percha adalah:
- Solid core gutta percha points (Standardized dan Non standardized)
- Thermo mechanical compactible Gutta-percha
- Thermo plasticized Gutta-percha (Solid core system dan injectable form)
- Medicated Gutta-percha
(Prakash et al)

E. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Gutta percha


Tujuan dari pengisian saluran dengan gutta percha adalah untuk mengisi
sistem saluran akar secara keseluruhan dan mengisolasi saluran akar dari
kebocoran (leakage) dari arah koronal maupun apical.

Kelebihan dari penggunaan material gutta-percha ini antara lain:

Inert
Berdimensi stabil
Tidak menyebabkan alergi
Antibakteri
Tidak menyebabkan pewarnaan pada dentin
Radiopak
Dapat dilunakkan dengan panas
Dapat dilunakkan dengan larutan organik
Dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan

Selain itu, penggunaan material ini juga memiliki kerugian yaitu:


Kurang kaku
Tidak berikatan secara adesi dengan dentin

(Ford, 2004)

2. Amalagam

Amalgam dalam bidang kedokteran gigi disebut dental amalgam, yaitu


suatu paduan antara merkuri (Hg) dan suatu alloy. Menurut Charbeneau dkk.
(1981) amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun 1826 di
Paris. Pada waktu pertama kali diperkenalkan, amalgam disebut silver amalgam,
karena bagian terbesar komponennya adalah perak. Black adalah orang yang
pertama kali memperkenalkan amalgam dengan bentuk partikel lathe cut. Dalam
publikasinya pada tahun 1896, komposisi alloy amalgam adalah :
Ag (perak) 68,50%
Sn (Timah putih) 25,50%
Au (emas) 5%
Zn (seng) 1%
Amalgam telah dikenal sebagai bahan pengisi retrograde sejak lama.
Dewasa ini para peneliti terus berusaha mencari alternatif bahan pengisi
retrograde selain amalgam. Tidak ada bahan pengisi retrograde yang
ideal.Amalgam sebagai bahan pengisi retrograde memiliki Kekurangan: yaitu
kebocoran marginal, korosi, kontaminasi merkuri pada jaringan periapikal,
beberapa alloy sensitif terhadap kelembaban, memerlukan preparasi untuk
undercut dan dapat mewarnai jaringan lunak dan jaringan keras. (Heptorina,
2007).

DAFTAR PUSTAKA
Cohen S. 1998. Pathways of Pulp, 7th ed. Philadelphia : Mosby Inc.

Cohen S, dan Hargreaves KM. 2006. Pathways of The Pulp, 9th ed. St. Louis:
Mosby Elsevier.

Ford TRP. 2004. Endodontics in Clinical Practice. 5th edition. London : Kings
college.

Grossman LI. Dental Formulas and Aids to Dental Practice. Philadelphia : Lea
and Febiger Company Ltd.

Grossman IL. 1978. Endodontic Practice, 6th ed. Philadelphia : Toppen Company
Ltd

Grossman IL. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. edisi 11. Alih bahasa :
Abyono R. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harty FJ. 1992. Endodonti Klinis, edisi 3. Jakarta : Hipocrates.

Heptorina, Y. 2007. Case Report : Perawatan Bedah Apeks Reseksi pada Gigi
yang Direstorasi Mahkota Pasak dengan Granuloma Periapeks.

MessingJJ dan Stock CJR. 1988. A Colour Atlas of Endodontics. London: Wolfe
Medical Publications Ltd.

Nicholls E. 1984. Endodontics. 3th edition. Bristol : J Wright and Sons Ltd.

Soedjono P, Latief M, dan Laksmiari S. Penutupan apeks pada pengisian saluran


akar dengan bahan kalsium oksida lebih baik dibanding kalsium hidroksida.
Jurnal Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Vol. 58, No. 2, Mei 2009, hal. 1-5.
Wiliams DF dan Cunningham J. 1979. Material in Clinical Dentistry. New York :
Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai