Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EVALUASI PROSES DAN

HASIL BELAJAR
(Teknik Penganalisisan Item Tes Hasil Belajar)

DISUSUN OLEH
1. Ayu Fadhilah (060911814190
2. Era Ningsih (06091181419074)
3. Zakiyah (060911814190)

DOSEN PEMBIMBING
Dra. Djunaidah Zen, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana peningkat kualitas hidup
manusia. Guru sebagai pelaksana pendidikan juga berperan sebagai pendidik
sekaligus fasilitator yang mengarahkan siswanya untuk mencapai tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, seorang guru harus mengadakan
evaluasi. Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat
diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta
mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depannya.
Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan
rnenyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-
alternatif keputusan. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap kegiatan
evaluasi merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh
informasi atau data. Sehubungan dengan hal tersebut di dalam proses
pembelajaran perlu adanya teknik dalam menyusun dan melaksanakan tes hasil
belajar. Setelah tes hasil belajar (THB) di tulis sesuai dengan kaidah penulisan
butir THB yang baik dan kisi-kisi yang di rencanakan, maka THB tersebut secara
teoritik sudah baik. THB yang baik harus teruji dalam dua tahap pengujian, yaitu
secara teoritik dan empiric.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari analisis butir tes hasil belajar?
2. Apa saja manfaat dari analisis butir tes hasil belajar?
3. Bagaimana teknik dari analisis butir tes hasil belajar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari analisis butir tes hasil belajar.
2. Untuk mengetahui manfaat dari analisis butir tes hasil belajar.
3. Untuk mengetahui teknik dari analisis butir tes hasil belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Tes Hasil Belajar


Tes hasil belajar terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat
dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes
hasil belajar merupakan power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan. Soal-soal yang terdapat
dalam tes hasil belajar seharusnya dilakukan analisis terlebih dahulu agar soal
yang diberikan bersifat baik dan bermutu.
Aiken dalam Suprananto (2012) berpendapat bahwa kegiatan analisis butir
soal merupakan kegiatan penting dalam penyusunan soal agar diperoleh butir soal
yang bermutu. Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar diperoleh soal yang bermutu
sebelum digunakan;
2. Meningkatkan kualitas butir tes melalui revisi atau membuang soal yang
tidak efektif;
3. Mengetahui informasi diagnostik pada siswa apakah mereka telah
memahami materi yang telah diajarkan.

Selanjutnya menurut Anastasia dan Urbina (1997) dalam Suprananto


(2012), analisis butir soal dapat dilakukan secara kualitatif (berkaitan dengan isi
dan bentuknya) dan kuantitatif (berkaitan dengan ciri-ciri statistiknya). Analisis
kualitatif mencakup pertimbangan validitas isi dan konstruksi, sedangkan analisis
kuantitatif mencakup pengukuran validitas dan reliabilitas butir soal, kesulitan
butir soal serta diskriminasi soal. Dalam menganalisis hasil tes ada 4 cara untuk
menilai tes, yaitu :
1. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat
diperoleh jawaban ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran,
dan lain-lain keadaan soal tersebut.
2. Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu
prosedur yang sistematis yang akan memberikan informasi-informasi yang
sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
3. Mengadakan checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes
buatan guru adalah validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan
setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat
kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
4. Mengadakan checking reliabilitas. Salah satu indicator untuk tes yang
mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-
soal tes itu mempunyai daya pembeda tinggi.

2.1 Fungsi Analisis Tes Hasil Belajar


Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Anastasia dan Urbina
(1997) dalam Suprananto (2012), analisis butir soal memiliki banyak manfaat,
diantaranya yakni:
1. Membantu pengguna tes dalam mengevaluasi kualitas tes yang
digunakan;
2. Merevisi soal yang tidak relevan degan materi yang diajarkan, ditandai
dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu;
3. Mendukung penulisan butir soal yang efektif;
4. Secara materi dapat memperbaiki tes di kelas;
5. Meningkatkan validitas soal dan reliabilitas.
Selain itu, data hasil analisis butir soal juga sangat bermanfaat sebagai dasar
untuk:
1. Diskusi tentang efisien hasil tes;
2. Kerja remedial;
3. Peningkatan secara umum pembelajaran di kelas;
4. Peningkatan keterampilan pada kontruksi tes.

2.3 Teknik Menganalisis Butir Tes Hasil Belajar


Penganalisaan terhadap butir-butir item tes hasil belajar dapat dilakukan
dari tiga segi, yaitu:
(1) Segi derajat kesukaran itemnya;
(2) Segi daya pembeda itemnya;
(3) Segi fungsi distraktornya.

1. Teknik Analisis Kesukaran Item Soal


Bermutu atau tidaknya butir-butir soal, pertama-tama dapat diketahui dari
derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item
tersebut. Butir-butir tersebut dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik,
apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah
dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Bilangan
yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index) yang dalam dunia evaluasi belajar umumnya dilambangkan
dengan huruf P (proporstion).
Menurut Witheribgton besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan
indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya
indeks 1,00 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Angka indeks kesukaran
item ini dapat diperoleh dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du
bois yaitu:
NP
P=
N

Dimana:
P : Angka indeks kesukaran item soal
Np : Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir
item yang bersangkutan
N : Jumlah testee yang mengikuti tes

Rumus lainnya:
B
P=
JS

Di mana :
P : Proportion = proporsi = proporsa = difficulty index = angka indek
kesukaran item.
B : Banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir
item yang bersangkutan
JS : Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.

Mengenai bagaimana cara memberikan penafsiran (interpretasi) terhadap


angka indek kesukaran item , Robert L. Thorndike dan Elizabeth dalam bukunya
berjudul measurement and evaluation in psychology and education
mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
0,30-0,70 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,70 Terlalu mudah

Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya berjudul Psychology Education


adalah sebagai berikut:
Besarnya P Interpretasi
Kurang dari 0,25 Terlalu sukar
0,25-0,75 Cukup (sedang)
Lebih dari 0,75 Terlalu mudah

Contoh soal
Sebanyak 10 orang teste mengikuti tes hasil belajar tahap akhir dalam mata
pelajaran anatomi tumbuhan yang dituangkan dalam bentuk tes obyektif dengan
menyajikan 10 butir item, dimana untuk setiap butir item yang dapat dijawab
dengan betul diberikan bobot 1 dan untuk setiap jawaban salah diberikan bobot 0.
Setelah tes hasil belajar tersebut berakhir, dilakukan koreksi dan diberikan skor,
pada akhirnya tes hasil belajar tersebut menghasilkan pola penyebaran jawaban
item sebagai berikut.
Tabel 1. Penyebaran skor jawaban 10 orang testee terhadap 10 butir item yang
diajukan dalam tes hasil belajar tahap akhir dalam mata pelajaran
anatomi tumbuhan
Skor Yang Dicapai Oleh Testee Untuk Butir Item Nomor.
Testee
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0
B 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
C 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0
D 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1
E 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
F 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1
G 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
H 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1
I 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1
J 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
6= 2= 8= 5= 6= 2= 8= 3= 8= 7=
10=
NP NP NP NP NP NP NP NP NP NP
N=JS
=B =B =B =B =B =B =B =B =B =B

Tabel 2. Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh P, dalam rangka analisis


derajat kesukaran dari 10 butir item dalam tes hasil belajar yang diikuti
oleh 10 orang testee.
Butir
Item
Angka Indek Kesukaran Item (P) Interpretasi
Nomo
r
1 P = NP / N = B/JS = 6/10 =0,60 Cukup (sedang)
2 P = NP / N = B/JS = 2/10 =0,20 Terlalu sukar
3 P = NP / N = B/JS = 8/10 =0,80 Terlalu mudah
4 P = NP / N = B/JS = 5/10 =0,50 Cukup (sedang)
5 P = NP / N = B/JS = 6/10 =0,60 Cukup (sedang)
6 P = NP / N = B/JS = 2/10 = 0,20 Terlalu sukar
7 P = NP / N = B/JS = 8/10 = 0,80 Terlalu mudah
8 P = NP / N = B/JS = 3/10 = 0,30 Cukup (sedang)
9 P = NP / N = B/JS = 8/10 = 0,80 Terlalu mudah
10 P = NP / N = B/JS = 7/10 = 0,70 Cukup (sedang)

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap 10 butir item tes hasil belajar
tersebut pada akhirnya dapat diketahui bahwa sebanyak lima butir item termasuk
dalam kategori item yang kualitasnya baik, dalam arti derajat kesukaran itemnya
cukup/sedang yaitu butir item nomor 1,4,5,8 dan 10. Butir-butir item yang
termasuk kategori terlalu sukar adalah butir item nomor 2 dan 6. Adapun butir
item yang termasuk kategori terlalu mudah yakni butir item nomor 3,7, dan 9.
Berati 50% dari keseluruhan butir item yang diajukan dalam tes hasil belajar
tersebut termasuk baik, sedangkan 50% selebihnya adalah termasuk kategori item
yang jelek, karena terlalu sukar maupun karena terlalu mudah.
Dalam kaitan dengan hasil analisis item dari segi derajat kesukaran, maka
tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh tester adalah sbegai berikut:
1. Untuk butir-butir item yang berdasarkan hasil analisis dalam kategori baik,
seyogyanya butir item tersebut segera dicatat dalam buku bank soal.
2. Untuk butir-butir item yang masuk dalam kategori terlalu sukar ada tiga
kemungkinan yaitu:
1. Butir item tersebut dibuang atau tidak dikeluarkan lagi dalam tes
hasil belajar yang akan datang;
2. Diteliti ulang, dilacak dan ditelusuri untuk mengetahui faktor
kesulitan dari butir item tersebut setelah ada perbaikan maka buitr
item terdebut dapat dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang
akan datang;
3. Butir item yang terlalu sukar tidak digunakan dalam tes hasil
belajar tetapi dimanfaatkan untuk tes-tes yang lain seperti tes
seleksi yang sifatnya ketat, dengan tujuan testee yang
berkemampuan rendah akan mudah tersisihkan dari seleksi.
3. Untuk butir item yang masuk dalam kategori mudah juga terdapat tiga
kemungkinan yaitu:
1. Butir item tersebut tidak dipakai dalam tes hasil belajar
selanjutnya;
2. Diteliti ulang, dilacak dan di telusuri faktornya, setelah ada
perbaikan dapat dikeluarkan lagi pada tes hasil belajar berikutnya
untuk mengetahui derajat kesukarannya lebih baik ataukah tidak;
3. Sama seperti halnya butir item yang sukar, butir item ini dapat
digunakan dalam tes seleksi yang sifatnya longgar atau tes
formalitas saja, tetapi tidak digunakan dalam tes hasil belajar.

Kelemahan utama yang terdapat pada angka indeks kesukaran rata-rata P


ialah, adanya hubungan yang terbalik antara derajat kesukaran item dengan angka
indek itu sendiri. Karena makin rendah angka indeks kesukaran item yang dimiliki
oleh sebutir item akan semkain tinggi derajat kesukaran item tersebut, sebaliknya
semakin tinggi angka indeks kesukaran yang dimiliki oleh sebutir item, maka
derajat kesukaran item tersebut semakin rendah. Jadi hubunga diantara keduanya
hubungan yang berlawanan arah.

Cara kedua yang dapat ditempuh dalam mencari atau menghitung angka
indeks kesukaran item adalah dengan menggunakan skala kesukaran linear. Skala
kesukaran linear ini disusun dengan cara mentransformasikan nilai P menjadi nilai
z, dimana perubahan dari P ke z itu dilakukan dengan berkonsultasi pada tabel
nilai z yang pada umumnya dilampirkan pada buku-buku statistik.
Langkah pertama: Mengoreksi nilai P Kotor (Pk) menjadi nilai P bersih
(Pb) dengan menggunakan rumus :
a Pk 1
P b=
a1

Di mana :
Pb : P bersih.
Pk : P kotor.
a : Alternatif atau option yang disediakan atau dipasangkan pada butir
item yang bersangkutan.
1 : Bilangan konstan.

Rumus lain untuk mencari P bersih:


S
B
a1
P b=
B+S

Dimana:
Pb = angka indek kesukaran item (setelah dikoreksi)
B = jumlah testee yang jawabannya betul
S = jumlah testee yang jawabannya salah
A = alternatif jawaban yang dipasang pada item yang bersangkutan

Tabel 3. Hasil transformasi P kotor yang diperoleh pada tabel 2 menjadi P bersih
dengan catatan bahwa dalam contoh ini jumlah option yang dipasang
pada setiap item adalah 5 buah.
Butir
a Pk 1
item P b=
a1
P kotor
nomo
r
5 x 0,601 2
= =0,50
1 0,60 51 4
5 x 0,201 0
= =0,00
2 0,20 51 4
5 x 0,801 3
= =0,75
3 0,80 51 4
5 x 0,501 1,5
= =0,375
4 0,50 51 4
5 x 0,601 2
= =0,50
5 0,60 51 4
5 x 0,201 0
= =0,00
6 0,20 51 4
5 x 0,801 3
= =0,75
7 0,80 51 4
5 x 0,301 0,5
= =0,125
8 0,30 51 4
5 x 0,801 3
= =0,75
9 0,80 51 4
5 x 0,701 2,5
= =0,625
10 0,70 51 4

Catatan: dalam rangka pengoreksian P kotor menjadi P bersih sudah disediakan


tabelnya pada lampiran 1. Dalam tabel tersebut banyaknya option atau alternatif
berkisar antara 2 sampai 5.

Langkah kedua: mentransformasikan nilai P bersih (Pb) menjadi z.


Lihat lampiran 2. Sebagai contoh P bersih yang dimiliki oleh butir item
nomor 9 sebesar 0,75. Untuk mentransformasikan P bersih menjadi nilai z, kita
cari angka sebesar 0,75 dalam tabel kurva normal terlampir. Berdasarkan hasil
konsultasi pada tabel kurva normal, maka dengan P bersih 0,75 diperoleh harga z
sebesar 0,6745. Dengan berpegangan pada patokan yang diberikan oleh Robert L.
Thorndike dan Elizabeth dalam bukunya berjudul measurement and evaluation in
psychology and education, maka dengan angka indek kesukaran item sebesar
0,6745 kita dapat menyatakan bahwa butir item nomor 9 termasuk dalam kategori
item yang telah memiliki derajat kesukaran yang cukup (sedang), karena nilai z
terletak antara 0,30-0,70.

Langkah ketiga: mencari atau menghitung angka indek dengan


menggunakan indeks Davis yang diberi lambang D, yang diperoleh dengan
menggunakan rumus:
D = 21,063 z +50
keuntungan menggunakan indeks ini adalah kita dapat terhindar dari tanda
minus yang dimungkinkan terjadi apabila kita menggunakan skala kesukaran
linier. Jika kita ingin memperoleh angka indek Davis secara cepat lihat lampiran
3. Misalnya diketahui P = 0,265 kita cari P sebesar 0,265 pada tabel mengestimasi
nilai D , maka diperoleh angka indek Davis sebesar 63,23.

2. Teknik Analisis Daya Pembeda Item


Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan ( mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan
tinggi ( pandai), dengan testee yang berkemampuan rendah (= bodoh).
Mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu dasar
yang dipegangi untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya
anggapan, bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu
berbeda-beda, dan bahwa butir-butir item tes hasil belajar itu haruslah mampu
memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan
kemampuan yang terdapat di kalangan testee tersebut.
Daya pembeda item dapat diketahui dengan cara melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi item, yaitu angka yang nenunjukkan besar kecilnya
daya pembeda (diskrimnasi power) butir item. Untuk mengetahui angka indeks ini
dapat menggunakan rumus-rumus sebagai berikut:
Rumus pertama
D=P A PB D=P H P L
atau

Dimana:
D : Discriminatory power
PA atau PH :Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab betul butir
item yang bersangkutan. PA atau PH ini dapat diperoleh dengan rumus :
BA
P A =P H =
JA

Dimana:
BA :Banyaknya testee kelompok atas yang dapat menjawab
dengan betul butir item yang bersangkutan.
JA :Jumlah testee yang termasuk dalam kelompok atas.

PB atau PL :Proporsi tes kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan. PB atau PL diperoleh dengan cara:
BB
PB =PL =
JB

Dimana:
BB : banyaknya testee kelompok bawah yang dapat menjawab
dengan betul butir item yang bersangkutan.
JB : jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah.

Contoh:
10 orang testee mengikuti tes hasil belajar dalam mata pelajaran anatomi
tumbuhan yang tertuang dalam bentuk multiple choice item. Dimana setiap butir
item yang dijawab betul diberi bobot 1 sedangkan yang salah diberi bobot 0.
Setelah tes hasil belajar berakhir akan dilakukan pengoreksian serta diberikan
skor.
Tabel 4 . distribusi skor-skor hasil tes belajar mata pelajaran anatomi tumbuhan
yang diikuti oleh 10 orang testee.
Skor untuk butir item nomor: Total
Testee
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 5
B 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
C 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 7
D 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 3
E 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
F 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 4
G 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7
H 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9
I 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 4
J 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 5
10=
5 9 2 8 6 8 5 6 6 6 61
N

Untuk mengetahui angka indeks diskriminasi item D, langkah-langkah


yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Membagi (mengelompokan) testee yang jumlahnya 10 orang menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah (bodoh).

Berdasarkan skor hasil tes diatas maka dapat dikelompokan menjadi 2


kelompok yaitu:
Kelompok Atas Kelompok Bawah
Testee Skor Testee Skor
B 10 A 5
H 9 J 5
C 7 I 4
G 7 F 4
E 7 D 3
JA = 5 - JB = 5 -

2. Menuliskan dan memberikan kode-kode terhadap hasil pengelompokan


testee atas dua kategori.
3. Mencari (menghitung) BA, BB, PA, PB dan D.

Tabel 5 . hasil perhitungan BA, BB, PA, PB dan D.

Nomor BA BB
PA= PB =
JA JB D=P A PB
butir BA BB JA JB
item
1 3 2 5 5 0,60 0,40 0,20
2 5 4 5 5 1,00 0,80 0,20
3 2 0 5 5 0,40 0,00 0,40
4 4 4 5 5 0,80 0,80 0,00
5 3 3 5 5 0,60 0,60 0,00
6 5 3 5 5 1,00 0,60 0,40
7 4 1 5 5 0,80 0,20 0,60
8 5 1 5 5 1,00 0,20 0,80
9 5 1 5 5 1,00 0,20 0,80
10 4 2 5 5 0,80 0,40 0,40
4. Memberikan penafsiran (interpretasi) mengenai kualitas daya pembeda
item yang dimiliki oleh 10 butir item tes hasil belajar.

Tabel 6 . pemberian interpretasi terhadap D.


Nomor
Besarnya D Klasifikasi Interpretasi
Butir Item
Daya pembeda itemnya baik
8 dan 9 0,80 excellent
sekali
7 0,60 Good Daya pembedanya baik
3, 6 , dan
0,40 Satisfactory Daya pembedanya cukup
10
Daya pembedanya lemah sekali
1 dan 2 0,20 Poor
(jelek)
Tidak memiliki daya pembeda
4 dan 5 0,00 Poor
sama sekali (jelek)
Bertitik tolak dari hasil penganalisisan tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa 60% (6 butir) dari 10 butir item yang diajukan sudah memiliki
daya pembeda item yang memadai, sedangkan sisanya 40% (4 butir item)
tergolong dalam kelompok item yang tidak/belum memiliki daya pembeda item
yang diharapkan.

Rumus kedua
Untuk mengetahui angka indeks daya pembeda adalah dengan
menggunakan teknik korelasi Phi ().
P H P L
=
2 ( p ) ( q)

Dimana:
: Angka indeks korelasi Phi;
p : Proporsi seluruh testee yang jawabannya betul;
PH : Proportion of the higher group;
PL : Proportion of the lower group;
2 : Bilangan konstan;
q : Proporsi seluruh testee yang jawabannya salah, dimana q = (1- p).

Akhirnya sebagai tindak lanjut atas hasil penganalisisan mengenai daya


pembeda item tes hasil belajar tersebut adalah:
1. Butir-butir item yang sudah memiliki daya pembeda item yang baik
(satisfactory, good, excellent) hendaknya dimasukan dalam buku bank soal
tes hasil belajar;
2. Butir-butir item yang daya pembedanya masih rendah (poor) ada 2
kemungkinan tindak lanjut, yaitu:
1. Ditelusuri untuk kemudian diperbaiki, setelah diperbaiki dapat
diajukan lagi dalam tes hasil belajar yang akan datang;
2. Dibuang (didrop) dan untuk tes hasil belajar yang akan datang butir
item tersebut tidak akan dikeluarkan lagi.
3. Khusus butir-butir item yang angka indek diskriminasi itemnya bertanda
negatif , sebaiknya pada tes hasil belajar yang akan datang tidak usah
dikeluarkan lagi.

3. Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk multiple choice item
telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif bentuk multiple choice item tersebut
untuk setiap butir item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi
dengan beberapa kemungkinan jawaban, atau yang sering dikenal dengan istilah
option atau alternatif.
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan
lima buah, dan dari kemungkinan-kemungkinan jawaban yang terpasang pada
setiap butir item itu, salah satu diantaranya adalah merupakan jawaban betul (=
kunci jawaban); sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban salah. Jawaban-
jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor (distraktor =
pengecoh).
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item itu adalah,
agar dari sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik
atau terangsang untuk memilihnya, sebab mereka menyangka bahwa distraktor
yang mereka pilih itu merupakan jawaban betul. Jadi mereka pilih itu merupakan
jawaban betul. Jadi mereka terkecoh. Tentu saja, makin banyak testee yang
terkecoh, maka kita dapat menyatakan bahwa distraktoritu makin dapat
menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya.
Distraktor dinyatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik
apabila distraktor tersebut sekurang-kurangnya sudah dipilih oleh 5% dari seluruh
peserta tes. Misalnya, tes hasil belajar diikuti oleh 100 orang testee. Distraktor
yang dipasang pada item tersebut dapat dinyatakan berfungsi apabila minimal 5%
orang dari 100 orang testee itu sudah terkecoh untuk memilih distraktor
tersebut.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang telah diuraikan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Analisis butir tes hasil belajar merupakan power test. yakni kegiatan yang
dilakukan secara sistematis terhadap butir tes yang diujikan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2. Manfaat analisis butir tes hasil belajar yaitu menentukan soal-soal yang
cacat atau tidak berfungsi dengan baik dan merevisi soal yang tidak
relevan degan materi yang diajarkan yang ditandai dengan banyaknya anak
yang tidak dapat menjawab butir soal tertentu.
3. Penganalisisan terhadap butir-butir soal dapat dilakukan dari tiga segi
yaitu teknik analisis kesukaran item soal, teknik anallisis daya pembeda
dan teknik analisis fungsi distraktor.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan Ed. Revisi, Cet.
II .Jakarta: Bumi Aksara.
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjiono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3

Anda mungkin juga menyukai