Vitriana Kumalasari-I0108156 PDF
Vitriana Kumalasari-I0108156 PDF
id
Stability Analysis with Soil Nailing Reinforcement Using Geoslope Computer Program
SKRIPSI
Disusun oleh :
VITRIANA KUMALASARI
I 0108156
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Vitriana Kumalasari, 2012. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan Soil Nailing
Menggunakan Program Geoslope, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.
Analisis stabilitas lereng dilakukan untuk mengecek keamanan dari suatu lereng. Usaha
peningkatan stabilitas lereng ada beberapa cara, salah satu diantaranya adalah perkuatan lereng
dengan soil nailing. Soil nailing adalah metode perbaikan tanah asli (in-situ) dengan cara
melakukan pemakuan batang-batang seperti cerucuk, baja, bambu, dan mini pile. Penelitian ini
bersifat teoritis yang dimodelkan dengan bantuan program geoslope, dan tidak dilakukan
permodelan fisik di laboratorium.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semakin curam lereng, maka nilai SF semakin kecil.
Bertambahnya kemiringan lereng dari 450 ke 600 dan dari 600 ke 900 menyebabkan pengurangan
angka keamanan yaitu 7% dan 47% pada perhitungan manual dan 6% dan 46% dengan
menggunakan program geoslope. Bertambahnya jarak antar nail (H) = 0,5m menyebabkan
penurunan angka keamanan yaitu 16% dan 30% dengan perhitungan manual dan dengan
menggunakan program geoslope. Kasus yang sama juga ditemukan pada kemiringan nail,
dimana setiap bertambahnya sudut pemasangan nail (i)=100 menyebabkan penurunan angka
keamanan yaitu dengan perhitungan manual +14%, dengan program geoslope +16%. Didapatkan
pula perbandingan nilai SF analisis stabilitas terhadap kelongsoran lereng menggunakan program
geoslope dan manual dengan metode baji (wedge) yaitu 50%.
Kata kunci : analisis stabilitas lereng, soil nailing, kemiringan lereng, sudut nail, jarak antar nail,
geoslope, metode baji(wedge)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Vitriana Kumalasari, 2012. Slope Stability Analysis with Soil Nailing Reinforcement Using
Geoslope Computer Program, Thesis, Civil Engineering Faculty, Sebelas Maret University of
Surakarta.
Slope stability analysis is performed to check the safety of a slope. There are several ways In
efforts to increase the stability of the slope, one of them is reinforcement of slopes with soil
nailing. Soil nailing is an original method of soil improvement (in-situ) by doing such nailing
cerucuk, steel, bamboo, and minipile. This research is theoretical work by modelling the slope
using geoslope computer program, without physical in modelling laboratory.
The results of slope stability analysis by geoslope computer program then is compared with the
manual calculation using Bishop method for the slope without reinforcement and using
the wedge method for the slope with reinforcement. Manual calculation of external stability
also performed for the sliding stability failure and soil bearing capacity failure. Internal stability
analysis is also conducted to the nail tensile failure and nail pull-out failure. The variations of
parameters in this research are slope inclination (450, 600 and 900), the nail inclination (100, 200
and 300), and the nail space (1m, 1.5m and 2m).
From the results it is obtained that the steeper slope, the smaller the value of SF. By increasing
the slope from 450 to 600 and from 600 to 900 coused the decreasing of safety factor of 7% and
47% by manual calculation and of 6% and 46% by computer program respectively. The
increasing nail space (H) of 0,5m caused the decreasing factor of safety of 16% and 30% by
manual calculation and by computer program. The same case occurred in the nail inclination
where the increase of 100 of the nail inclination decreased the slope stability of 140 by manual
calculation and 16% by geoslope computer program. It was also also found that there was a
dicrepancy up to 50% of slope safety factor after comparing the manual calculation to geoslope
computer program.
Keyword : Slope stability analysis, soil nailing, nail inclination, nail space, geoslope, wedge
method
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 1
PENDAHULUAN
Kegiatan transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Transportasi berperan penting dalam kehidupan manusia antara lain dalam aspek
-aspek sosial, politik, ekonomi, dan keamanan. Sebagai pemenuhan kebutuhan manusia
akan sarana dan prasarana transportasi yang tinggi maka banyak dilakukan proyek
pembangunan jalan raya. Terkadang ditemui rute jalan yang melalui daerah perbukitan
dan berlereng dengan kondisi tanah yang kurang baik. Lereng-lereng tersebut harus
mampu menahan beban yang besar akibat pembangunan jalan raya, kondisi ini dapat
memicu berkurangnya tingkat keamanan lereng yang berdampak pada kelongsoran. Hal
ini perlu diantisipasi untuk mencegah dari kemungkinan terburuk yang disebabkan oleh
bahaya longsor yang dapat menelan banyak korban jiwa dan kerugian ekonomi.
Untuk mencegah bencana tanah longsor perlu dilakukan adanya upaya perkuatan pada
lereng. Pada saat ini telah banyak alternatif perkuatan lereng, salah satu diantaranya yaitu
dengan soil nailing. Soil nailing adalah merupakan metode perbaikan tanah asli (in-situ)
dengan cara melakukan pemakuan batang-batang seperti cerucuk, baja, bambu, dan mini
pile. Soil nailing dapat digunakan untuk banyak jenis tanah, dan kondisi. Pengalaman dari
berbagai proyek menunjukkan beberapa kondisi tanah yang menguntungkan, akan
membuat metode soil nailing menjadi lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan
teknik lain (Lazarte, 2003).
Dalam penelitian ini akan membahas pengaruh penggunaan soil nailing pada lereng yang
di variasikan dengan kemiringan lereng, sudut nail dan jarak nail, terhadap nilai faktor
keamanan (SF) pada lereng. Pengamatan ini dianalisis menggunakan program geoslope
dan dibandingkan dengan perhitungan manual menggunakan metode bishop pada lereng
tanpa perkuatan dan metode baji (wedge) pada lereng dengan perkuatan.
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu meluas
maka perlu pembatasan masalah. Batasan-batasan masalah yang diambil dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1) Data tanah yang digunakan adalah data tanah di Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg
Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali dengan 3 lapisan tanah.
2) Lereng terdiri dari dua tingkat, dengan ketinggian yang berbeda.
3) Model material tanah yang digunakan adalah Mohr-Coulumb.
4) Model berupa lereng miring dengan perkuatan soil nailing dengan dimensi nail
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
5) Analisis stabilitas lereng menggunakan bantuan program geoslope dan perhitungan
manual. Perhitungan manual menggunakan metode bishop pada lereng tanpa
perkuatan dan metode baji (wedge) pada lereng dengan perkuatan.
6) Longsor lereng diamati dengan menggunakan permodelan dua dimensi.
7) Muka air tanah tidak ikut diperhitungkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
1) Mengetahui seberapa besar pengaruh kemiringan lereng terhadap besarnya nilai faktor
keamanan (SF) pada lereng.
2) Mengetahui seberapa besar pengaruh jarak antar nail terhadap besarnya nilai faktor
keamanan (SF) pada lereng.
3) Mengetahui seberapa besar pengaruh sudut kemiringan nail terhadap besarnya nilai
faktor keamanan (SF) pada lereng.
4) Mengetahui seberapa besar perbandingan hasil analisis stabilitas lereng dengan
menggunakan program dan secara manual.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
LANDASAN TEORI
Soil nailing merupakan jenis perkuatan pasif pada tanah dengan menancapkan
potongan-potongan baja (nails) yang kemudian di-grout. Soil nailing digunakan
secara khusus untuk menstabilisasi lereng atau galian yang lebih menguntungkan
dibandingkan sistem dinding penahan tanah yang lain. Pada beberapa kondisi, soil
nailing memberikan alternatif yang bisa dilakukan dilihat dari sisi kemungkinan
pelaksanaan, biaya pembuatan, dan lamanya waktu pengerjaan jika dibandingkan
dengan sistem perkuatan lereng yang lain (Lazarte, 2003).
Analisis tegangan perpindahan dan faktor keamanan (SF) pada lereng miring
dengan perkuatan soil nailing menggunakan program plaxis 8.2. Hasil analisisnya
nilai faktor keamanan (SF) lereng mengalami peningkatan seiring dengan
penambahan panjang nail dan nilai faktor keamanan (SF) mengalami penurunan
seiring dengan penambahan sudut kemiringan lereng (Aza, 2012).
Analisis stabilitas lereng pada badan jalan dan perencanaan perkuatan dinding
penahan tanah pada studi kasus jalan raya Selemadeg, Desa Bantas, Kecamatan
Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Hasil analisisnya nilai
faktor keamanan (SF) lereng pada kontur alami kurang dari 1. Faktor keamanan
(SF) mencapai angka lebih dari 1 setelah mengurangi kecuraman lereng dan
dibangun dinding penahan tanah (Tjokorda, 2010).
Metode kesetimbangan batas telah digunakan untuk stabilitas lereng dalam waktu
yang lama. Metode kesetimbangan konvensional memiliki beberapa keterbatasan,
salah satunya hanya memenuhi persamaan kesetimbangan gaya. Metode tersebut
tidak menganggap tegangan dan perpindahan dari suatu lereng. Keterbatasan ini
dapat diatasi dengan menggunakan program
commit yang mampu menganalisis gaya dan
to user
4
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
tegangan geser total pada pada permukaan longsor sehingga dapat digunakan
untuk menentukan angka keamanan (Krahn, 2003).
Suatu lereng dikatakan stabil jika lereng tersebut tidak mengalami pergerakan dan
tidak berpotensi mengalami pergerakan, yaitu apabila besarnya komponen gaya
penahan pada lereng lebih besar dibanding komponen gaya penggerak lereng.
?x
.+ tan
( )
= (2.1)
tan
= cos 1 + (2.2)
Keterangan :
SF = faktor aman
C = kohesi tanah (kN/m2)
= sudut gesek dalam tanah (0)
= sudut irisan dengan bidang longsor (0)
W = berat irisan tanah ke-n + q (kN/m)
Q = beban merata (kN/m2)
x = panjang irisan ke-n (m)
F commit to user
= faktor aman rencana
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
Perkerasan beton semen (perkerasan kaku) adalah struktur yang terdiri atas pelat
beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau
menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar,
tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal (SNI PD T-14-2003).
Pada umumnya perkerasan beton semen dilapisi dengan perkerasan aspal di
atasnya. Namun struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat
pada Gambar 2.2.
Bahan pondasi bawah pada perkerasan beton semen berdasarkan SNI PD T-14-
2003 dapat berupa :
1) Bahan berbutir.
2) Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete).
3) Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).
Tebal pondasi minimum yang mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-
2000 dan AASHTO M-15 serta SNI No. 03-1743-1989 adalah 10 cm. Perancangan
tebal perkerasan beton semen dapat dihitung dengan menggunakan beberapa
metode diantaranya; metode AASHTO , AUSTROAD 2000, metode Bina Marga,
metode Asphalt Institute, metode ROAD NOTE 29, dan lain-lain. Pada umumnya
tebal perkerasan beton semen berkisar antara 20 - 30 cm.
Gaya yang ditimbulkan oleh adanya struktur jalan raya di atas konstruksi lereng
harus mampu ditahan oleh lereng tersebut. Gaya tersebut yaitu gaya vertikal yang
disebabkan oleh beban perkerasan dan beban kendaraan. Gaya-gaya yang berasal
dari kendaraan nantinya akan diteruskam pada perkerasan sebagai tekanan vertikal.
Tekanan vertikal dapat ditentukan dengan menggunakan penyebaran tekanan ( 2H:
1V atau = 260) dari Giroud dan Noiray (1981).
Tekanan ban (p) pada kedalaman (h) dari permukaan dapat diperoleh dengan
rumus :
= (2.3)
2 + 2 + 2
Keterangan :
p = tekanan ban pada kedalaman h (kN/m2)
P = beban gandar (kN)
h = tebal perkerasan (m)
= sudut penyebaran beban terhadap vertikal (0)
L = panjang bidang kontak (m)
B = lebar bidang kontak (m)
B L
pc
h p'
Tanah Dasar
B + commit to user
2 h tg
Gambar 2.3. Distribusi Beban Kendaraan ( Giroud dan Noiray, 1981)
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
2
= , = 0,5 (2.4)
Giroud dan Noiray, 1981, menyatakan besarnya tekanan ban (pc) untuk kendaraan
proyek sebesar 620 kPa.
Secara umum elemen-elemen yang dibutuhkan dalam perkuatan dengan soil nailing
adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
Besarnya nilai kuat tarik yang dianjurkan oleh Federal Highway Administration
(FHWA) adalah sebesar 420 MPa 520 MPa dengan diameter bervariasi yaitu 19
mm, 22 mm, 25 mm, 29 mm, 32 mm, 36 mm, dan 43 mm, tergantung kebutuhan
(Lazarte, 2003).
Menurut standar ASTM A615 baja yang umum digunakan pada soil nailing adalah
baja ulir dengan daya dukung tarik 420 MPa (60 ksi atau Grade 60) atau 520 MPa
(75ksi atau Grade 75). Ukuran diameternya yang tersedia adalah 19, 22, 25, 29, 32,
36, dan43 mm, serta ukuran panjang mencapai 18 m (Tabel 2.2).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Tabel 2.2. Properti Baja Ulir [ASTM A615, Fy = 420 dan 525 MPa (60 dan 75 ksi)]
Kapasitas Beban
Diameter Luas Penampang Berat Jenis Kuat Leleh
Aksial
2 2
Inggris mm inch mm lbs/ft Kg/m ksi MPa Kips kN
60 414 26.4 118
#6 19 0.44 284 0.86 21.8
75 517 33.0 118
60 414 36.0 160
#7 22 0.66 387 0.99 25.1
75 517 45.0 200
60 414 47.4 211
#8 25 0.79 510 1.12 28.4
75 517 59.3 264
60 414 60.0 267
#9 29 1.00 645 1.26 32.0
75 517 75.0 334
60 414 76.2 339
#10 32 1.27 819 1.43 36.3
75 517 95.3 424
60 414 93.6 417
#11 36 1.56 1006 1.61 40.9
75 517 117.0 520
60 414 135.0 601
#14 43 2.25 1452 1.86 47.2
75 517 168.8 751
Mengacu pada standar ASTM baja yang umum digunakan pada soil nailing adalah
baja ulir dengan daya dukung tarik 420 MPa, pada penelitian ini dipakai baja ulir
diameter 25 mm, dengan fy 420 Mpa dan kapasitas beban aksial 211 kN.
2) Nail Head
Nail Head adalah bagian ujung dari baja yang menonjol keluar dari wall facing
(tampilan dinding).
Hex nut (mur persegi enam), dan washer (cincin yang terbuat dari karet atau logam)
yang digunakan harus memiliki kuat leleh yang sama dengan batangan bajanya.
Bearing plate (pelat penahan) umumnya berbentuk persegi dengan panjang sisi
200-250 mm, tebal 19m, dan kuat leleh 250 MPa (ASTM A36).
commit
Cor beton untuk soil nailing dapat to user
berupa adukan semen pasir. Semen yang
digunakan adalah semen tipe I, II, dan III. Semen tipe I (normal) paling banyak
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
5) Centralizers (Penengah)
Centralizers adalah alat yang dipasang pada sepanjang batangan baja dengan jarak
tertentu (0.52.5m) untuk memastikan tebal selimut beton sesuai dengan rencana
sehingga dalam terhindar dari karat yang diakibatkan oleh oksidasi dalam tanah dapat
dihindari. Alat ini terbuat dari PVC atau material sintetik lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
Lanjutan Gambar 2.8. Tahapan Konstruksi Dinding Soil Nailing Secara Umum
(Sumber: Soil Nail Walls, Report FHWA-IF-03-017)
Keterangan :
Tahap 1. Galian Tanah
Galian tanah dilakukan secara bertahap dengan kedalaman galian tertentu
(umumnya 1-2 m / 3 and 6 ft), hingga mencapai kedalaman galian
rencana. Kedalaman galian tiap tahap harus disesuaikan dengan
kemampuan tanah, sehingga muka galian dapat berdiri tanpa perkuatan,
dalam periode waktu yang singkat (umumnya 24-48 jam).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
tertentu pada tanah yang lemah memerlukan daya ikatan yang lebih tinggi,
ini dapat dihasilkan dengan melakukan pengecoran dengan tekanan tinggi
(jet grouting). Adanya tekanan juga dapat menghasilkan beton yang lebih
padat, dan diameter efektif pengecoran mengembung menjadi lebih besar,
dengan demikian kemampuan menahan gaya cabut juga menjadi lebih baik.
Aliran air ke dalam dinding galian harus dicegah. Oleh karena itu, metode
konvensional dalam pengendalian air permukaan dan drainase, diperlukan
selama masa konstruksi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
penambahan lembaran geokomposit vertikal, dapat membantu mencegah
peningkatan tekanan air tanah pada muka lereng.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id
commit
Gambar 2.13. Muka/tampilan to user(Permanent Wall Facing)
permanen
(Sumber : http://www.fhwa.dot.gov)
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
Dalam upaya stabilitas lereng dengan menggunakan perkuatan soil nailing terdapat
banyak kelebihan apabila dibandingkan dengan perkuatan lereng dengan metode
lain, tetapi adapula kelemahan dalam perkuatan soil nailing.
Suatu perkuatan dinding penahan tanah harus dirancang agar aman/ stabil terhadap
pengaruh-pengaruh gaya dalam dan gaya luar. Analisis terbagi menjadi dua yaitu
stabilitas ekstern atau stabilitas luar (external stability) dan stabilitas intern atau
stabilitas dalam (internal stability).
Gambar 2.15. Gaya yang Bekerja Dalam Metode Baji (Wedge Method)
Variabel P dalam persamaan 2.5 dan 2.6 merupakan gaya dari tanah pada
permukaan bidang longsor, dan dengan mempertimbangkan keseimbangan
gaya, maka:
= (2.7)
Pada tanah yang memiliki nilai kohesi, maka perlu diperhitungkan kuat
geser tanah pada sepanjang permukaan bidang longsor, berikut persamaan
untuk menghitung kuat geser:
.
= (2.8)
Dari persamaan 2.5, 2.6, 2.7, dan 2.8, nilai faktor keamanan dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
Keterangan :
FS = faktor aman
c = kohesi tanah (kN/m2)
= sudut gesek dalam tanah (0)
= sudut kemiringan bidang longsor terhadap garis horisontal
W = berat irisan tanah ke-n (kN/m)
Q = beban mati diatas lereng (kN/m)
Lf = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-n (m)
Le = panjang nail bar di belakang bidang longsor (m)
= kemiringan lereng(0)
i = kemiringan nail (0)
Ti = jumlah daya dukung terhadap gaya tarik (kN/m)
Vi = jumlah daya dukung gaya geser (kN/m)
= 4(900 ) (2.11)
Keterangan:
V = gaya geser ijin nail bar
T = gaya tarik ijin nail bar
Rn = daya dukung tarik nail bar
Untuk menghitung gaya geser ijin dari tanah dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
= (2.12)
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Keterangan:
V = gaya geser ijin pasif tanah
D = diameter nail bar+grouting
4 4
= = panjang penyaluran
1. (Nilai koefisien C1, C2, dan C3, ditentukan dari Gambar 2.16)
2.
Koefisien C1, C2, dan C3
Gambar 2.16. Grafik Korelasi Untuk Tanah Pasir API
(Sumber: API, 1987)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
Setelah mendapatkan gaya geser ijin terkecil antara nail bar dan tanah, maka gaya
tarik ijin pada nail bar perlu dibatasi, yang ditentukan dari persamaan berikut:
2 2
2 + =1 (2.16)
2
Keterangan:
Vmax = gaya geser ijin global,
Tmax = gaya tarik ijin global,
Rc = Rn/2 = daya dukung geser nail bar
fmax adalah daya dukung geser pada ikatan antara tanah dengan permukaan
sepanjang nail bar, sebaiknya dilakukan pengujian di lapangan untuk medapatkan
nilai ini. Berikut nilai fmax pada beberapa jenis tanah pasir pada tabel 2.4.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
Tabel 2.4. Daya Dukung Geser Soil Nailing pada Tanah Pasir
.1 2
= . (2.19)
2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Keterangan :
FS = faktor aman
Cb = kohesi tanah (kN/m2)
Bl = lebar struktur (m)
W = berat irisan tanah (kN/m)
Q = beban mati diatas lereng (kN/m)
= sudut gesek dalam tanah (0)
H = tinggi dinding tanah (m)
= Berat isi tanah (kN/m3)
= sudut gesek antara tanah fondasi dan dasar struktur
(fondasi dianggap sangat kasar terbuat dari beton tg=tg)
Keterangan :
c = kohesi tanah pondasi (kN/m2)
= berat volume tanah pondasi (kN/m3)
q = tekanan overburden pada dasar pondasi (kN/m2)
Nc, N = koefisien-koefisien kuat dukung yang merupakan fungsi
dari sudut geser dalam tanah, yang dapat dalam Tabel 2.5.
Heq = tinggi dinding tanah (m)
Be = lebar excavation (m)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Nc Nq N Nc Nq N
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
0.25x x d 2 x f y
( )
1000
= (2.22)
. .
= . (2.23)
Keterangan :
Sv = jarak tulangan arah vertikal (m)
Sh = jarak tulangan arah horisontal(m)
= daya dukung tarik baja (MPa)
d = diameter tulangan (mm)
h = tekanan horizontal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m2)
= Berat isi tanah (kN/m3)
z = kedalaman yang ditinjau (m)
= koefisien tekanan aktif lateral pada rumus 2.20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
.q u .D Lp
= . dh (2.24)
.
Keterangan :
Sv = jarak tulangan arah vertikal (m)
qu = ultimate bond strength (kN/m2)
h = tekanan horizontal tanah pada kedalaman yang ditinjau (kN/m2)
Lp = panjang tulangan yang berada di zona pasif (m)
= sudut gesek internal tanah ( 0 )
DDH = diameter lunang bor (m)
Slope/w adalah suatu program yang menggunakan metode kesetimbangan batas untuk
memecahkan (mencari faktor keamanan). Program ini dibuat oleh Geo-Slope
International Ltd, Calgary, Alberta, Canada.. Software ini melingkupi slope w, seep w,
sigma w, quake w, temp w, dan ctran w. Bersifat terintegrasi sehingga memungkinkan
untuk menggunakan hasil dari satu produk ke dalam produk yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
Ada beberapa metode perhitungan faktor keamanan (SF) antara lain dengan metode
ordinary, bishop dan janbu, yang dapat dipilih sesuai keinginan. Hasil gambar ouput
perhitungan bisa di export ke dalam bentuk foto format (bmp, wmf dan emf) dan gambar
dalam bentuk auto cad dengan format dxf.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
METODE PENELITIAN
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Tanah 1
= 21 kN/m3 Beban kendaraan
c=1,8 kN/m2
=24 o @P=20ton
Badan jalan H
Tanah 2
= 19,5 kN/m3
c=2,9 kN/m2 X=2m
=15
Tanah 3
=21 kN/m3
c=1,8 kN/m2
=24 o
Sedangkan untuk variasi sudut kemiringan lereng yang digunakan yaitu 45o, 60o, dan
90o. Pemilihan kondisi lereng tersebut berdasarkan pada SNI 03-1997-1995 dan
klasifikasi lereng yang dilakukan oleh Christopher, (2000), yang dapat dilihat dalam
Tabel 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Mengacu pada beberapa sumber pada dasar teori pada penelitian ini dipakai baja ulir
diameter 25mm, dengan fy 420Mpa dan kapasitas beban aksial 211 kN. Daya dukung
geser soil nailing pada tanah silty sand 100 150 kN/m2, diambil 125 kN/m2.
Kelas jalan yang direncanakan dalam penelitian lereng ini yaitu Arteri III dengan
asumsi VLHR sebesar 8.000 smp/hari. Lebar jalur yang digunakan untuk kelas jalan
Arteri IIIA dalam penelitian ini yaitu 3 m dan lebar bahu sebesar 2m. Adapun struktur
jalan yang direncanakan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
perkerasan aspal
perkerasan beton
pondasi bawah
tanah dasar
bahu jalan jalur jalur bahu jalan
2m 3m 3m 2m
1) Perkerasan Jalan
Perkerasan yang digunakan yaitu perkerasan beton yang dilapisi dengan
perkerasan aspal, sedangkan pondasi bawah direncanakan menggunakan beton
tumbuk. Adapun rincian struktur jalan raya pada lereng yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
2) Kendaraan
Pada perancangan ini diasumsikan pada saat dua buah kendaraan berpapasan dan
sejajar. Beban as kendaraan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu MST
sumbu triple (3 as) sebesar 20 ton sehingga beban untuk masing-masing roda
kendaraan sebesar 100 kN (Bina Marga, 1984). Dimensi kendaraan truk 3 as dan
kedudukannya ditunjukkan pada Gambar 3.3.
3) Perhitungan beban
a) Beban perkerasan
Berat perkerasan aspal = 0,10 xto24
commit = 2,4 kN/m2
user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
b) Beban kendaraan
Beban roda kendaraan (P) = 100 kN
2 100 2
= = = 0,48
620
L = 0,5 B = 0,24 m
Distribusi beban kendaraan dapat dilihat dalam Gambar 3.4.
0,48 m
0,24 m
620 kPa
0,55 m
p'
Tanah Dasar
B + 2 h tg
Gambar 3.4. Penyaluran Beban oleh Roda
Maka tekanan akibat roda kendaraan
=
2 + 2 + 2
100
=
2 0,48 + 2 0,55 260 0,24 + 2 0,55 260
= 63,59 / 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Tabel 3.3. Variasi Kemiringan Lereng, Kemiringan Nail, dan Jarak antar Nail
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Pengaturan awal untuk melakukan analisis dengan program Geoslope terdiri dari
beberapa tahap, diantaranya pengaturan kertas kerja, skala gambar, dan jarak grid.
Kertas kerja merupakan ukuran ruang yang disediakan untuk melakukan
mendefinisikan masalah. Skala gambar merupakan perbandingan yang digunakan
untuk mendefinisikan ukuran lereng sebenarnya terhadap gambar pada program. Grid
diperlukan untuk memudahkan dalam menggambarkan titik supaya tepat dengan
koordinat yang diinginkan. Adapun langkah-langkah pengaturan awal adalah sebagai
berikut :
1) Mengatur kertas kerja, klik menu utama set kemudian klik page.
Pemodelan lereng dimulai dengan pembuatan sketsa gambar dari model, yang
merupakan representasi dari masalah yang ingin dianalisis. Pemodelan tersebut dibuat
dari menu utama sketch, kemudian klik lines untuk menggambar model geometri
lereng seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
1) Menentukan Project ID, dari menu utama KeyIn klik analysis settings.
Project ID digunakan untuk mendefinisikan nama atau judul pada masalah yang
sedang dianalisis seperti terlihat pada Gambar 3.8.
3) Menentukan bidang gelincir, klik tabsheet slip surface pada analysis settings.
Dalam tabsheet ini pergerakan arah kelongsoran dapat ditentukan sesuai
dengan keinginan, baik dari arah kiri ke kanan maupun sebaliknya. Bidang
longsor ditentukan dengan memilih option Entry and Exit seperti yang
terdapat pada Gambar 3.11.
Jenis material yang diinput sesuai dengan uraian umum pada langkah-langkah
sebelumnuya. Material model yang digunakkan adalah Mohr-Coulomb. Parameter
yang diperlukan yaitu berat isi tanah (), kohesi (c), dan sudut geser (). Sebelum
dilakukan input data perlu dilakukan penyeragaman satuan masing-masing parameter.
Langkah untuk mendefinisikan parameter tanah yaitu dari tampilan menu utama
KeyIn klik material properties seperti yang terdapat pada Gambar 3.12.
1) Klik sketch pada menu utama kemudian pilih lines, gambar masing-masing
lapisan tanah. Klik pointer lalu tarik sehingga embentuk lapisan tanah yang
dikehendaki.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
2) Menggambar properties tanah klik draw lalu plih regions. Klik titik pertama
yang dijadikan titik acuan kemudian buat garis mengelilingi lapisan tanah
tersebut dan kembali ke titik pertama. Lalu pilih tipe material.
Salah satu kesulitan dengan metode Grid and Radius adalah untuk memvisualisasikan
luasan atau berbagai permukaan bidang longsor. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
menentukan lokasi dimana percobaan bidang longsor kemungkinan akan masuk dan
keluar dari permukaan tanah. Metode ini disebut Entry and Exit. Untuk
menggambarkan Entry and Exit bidang longsor yaitu dari menu utama draw klik slip
surface, kemudian pilih Entry and Exit seperti yang terdapat pada Gambar 3.15.
Menggambar beban merata langkah pertama klik draw lalu pilih pressure lines isi
beban yang dikehendaki lalu mulailah menggambar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Spesifik geotekstil yang digunakan sesuai dengan yang spesifikasi nail yang
digunakan, diantaranya diameter lubang, kuat gesek, spasi antar nail, kapasitas beban
dll. Langkah untuk menggambar soil nailing pada model lereng yaitu pada menu
utama draw klik reinforcement loads. Pilih nail, lalu ketik spesifikasi nail yang
digunakan seperti yang terlihat pada Gambar 3.17.
Setelah data-data yang dibutuhkan untuk proses analisis termodelkan, maka dilakukan
pemeriksaan data. Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya kesalahan dalam
proses pemasukan data. Jika dalam tabsheet verify tidak terdapat kesalahan (0 error),
maka proses solving the problem dapat dilakukan. Langkah untuk melakukan
pemeriksaan data yaitu dari menu utama tools klik verify seperti yang terlihat pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Solving the problem bertujuan untuk menghitung angka keamanan pada lereng
berdasarkan data-data yang telah dimasukkan. Langkah untuk solving the problem
yaitu dari menu utama tools klik SOLVE, kemudian klik start untuk memulai
perhitungan. Selama perhitungan SOLVE menampilkan angka keamanan minimum
dan jumlah slip surfaces yang sedang dianalisis seperti yang terdapat pada Gambar
3.19
commit
Gambar 3.19. Jendela to user
Proses Running Program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Untuk menampilkan hasil analisis dalam bentuk gambar bidang longsor pada menu
disamping kiri pilih gambar contour. Ada beberapa metode analisis keamanan lereng
diantaranya metode bishop, ordinary, dan janbu.
Setelah proses analisis selesai, hasil running program kemudian disimpan sehingga
bisa dilihat kembali ketika dibutuhkan. Langkah yang harus dilakukan yaitu pada
menu utama klik file, lalu pilih save seperti yang terdapat pada Gambar 3.21.
Dari output tersebut maka dapat diperoleh beberapa data, antara lain :
1) Pengaruh kemiringan lereng, kemiringan nail, dan jarak vertikal antar nail
terhadap angka keamanan (SF).
2) Perbandingan hasil analisis stabilitas lereng menggunakan perhitungan manual
dengan program Geoslope.
3.5. Kesimpulan
Tahap kesimpulan yaitu membuat kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan
dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
MULAI
PEMBAHASAN
SELESAI
BAB 4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Analisis kestabilan lereng tanpa perkuatan lereng dilakukan pada stabilitas terhadap
kelongsoran lereng. Dengan bantuan program geoslope didapatkan bentuk bidang
gelincir kritis yang mungkin terjadi, kemudian hasil perhitungan program geoslope
dibandingkan dengan perhitungan manual dengan menggunakan metode bishop.
Tinjauan perhitungan dilakukan selebar 1 m bidang gambar. Contoh perhitungan
yang digunakan dalam analisis ini yaitu variasi 1 seperti yang terlihat pada Gambar
4.1.
2
3
4
Lereng Atas
= 21 kN/m3
5
c = 1.8 kN/m2 6
= 24o 7
8
9 10 11
1
2
3 Lereng Bawah
= 19.5 kN/m3
4
56
c = 2,9 kN/m2 7
8 910 11
= 15o
= 21 kN/m3
c = 1.8 kN/m2
= 24o
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
Gambar 4.2. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng dengan Program Geoslope pada
Lereng Atas
pa
4.1.2. Analisis pada Lereng Bawah
Gambar 4.3. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng dengan Program Geoslope pada
Lereng Bawah
2
pa
4.2. Analisis Stabilitas Lereng dengan Perkuatan
Analisis kestabilan lereng dengan perkuatan lereng dilakukan pada stabilitas terhadap
keruntuhan global lereng. Dengan bantuan program geoslope didapatkan bentuk
bidang gelincir kritis yang mungkin terjadi, titik koordinat dari bidang longsor
tersebut dijadikan acuan untuk menentukan titik entry and exit pada analisis stabilitas
lereng dengan perkuatan. Kemudian hasil perhitungan program geoslope
dibandingkan dengan perhitungan manual dengan menggunakan metode baji (wedge).
Penentuan sudut bidang longsor dihitung dengan trial and error, pada setiap
kemiringan lereng yang sama besarnya selalu sama agar dapat terlihat hasil apakah
variasi kemiringan nail (i) dan jarak atar nail berpengaruh pada nilai keamanan (SF)
ataukah tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
L nail = 10m
i = 100
Kemiringan lereng = 450
= 21 kN/m3 =300
c = 1,8 kN/m2 L1 Lereng Atas
= 24o W1
L nail =8
i = 100
Kemiringan lereng = 450
=310
= 19,5 kN/m 3
L2 W2 Lereng Bawah
c = 2,9 kN/m2
= 15o
= 21 kN/m3
c = 1,8 kN/m2
= 24o
Gambar 4.4. Sketsa Lereng dengan Perkuatan terhadap Keruntuhan Global Variasi 2
Kemiringan Lereng 450, Kemiringan Nail 100, dan Jarak Antar Nail 1m
pa
4.2.1.1. Analisis pada Lereng Atas
Karena Vs < Vn, maka gaya geser ijin global (Vmax) yang digunakan adalah
sebesar 0.0903 kN. Adanya pembatasan gaya geser ijin, maka gaya tarik ijin dari
nail bar harus dikoreksi menjadi :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Vmax 2 Tmax 2
+ =1
Rc 2 Rn 2
0.0903 2 + Tmax 2
=1
103.031 2 206.0625 2
Tmax = 206.0524 kN
Menghitung panjang Le
Lereng
Lereng 1 Atas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
Gaya tarik ijin total dari nail bar (per unit panjang tegak lurus bidang)
1 +2 ++ 390.488
Ti = = = 284.350kN/m
1
. + cos . tan + + +
=
+ +
FS = 3.859
Nilai faktor keamanan hasil perhitungan (FS = 3.859) berbeda dengan nilai faktor
keamanan yang diasumsikan di awal perhitungan (FS = 2), maka perhitungan
harus dilakukan ulang dengan faktor keamanan asumsi yang berbeda. Dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
penelitian ini proses trial dilakukan dengan menggunakan program EXCEL, dan
memberikan nilai faktor keamanan yang konvergen sebesar 2.492.
Gambar 4.6. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng dengan Program Geoslope pada
Lereng Atas
Karena Vs < Vn, maka gaya geser ijin global (Vmax) yang digunakan adalah
sebesar 0.0224 kN. Adanya pembatasan gaya geser ijin, maka gaya tarik ijin dari
nail bar harus dikoreksi menjadi :
Vmax 2 Tmax 2
+ =1
Rc 2 Rn 2
0.0224 2 + Tmax 2
=1
103.031 2 206.0625 2
Tmax = 206.0625 kN
Menghitung panjang Le
Lereng Bawah
Lereng 2
Gaya tarik ijin total dari nail bar (per unit panjang tegak lurus bidang)
1 +2 ++ 128.771
Ti = = = 128.771 kN/m
1
. + cos . tan + + +
=
+ +
2.97.77 + 290.934 cos 31. tan 15 + 128.771 31 + 10 0.089 31 + 10 15
=
290.934 31 128.771 31 + 10 0.089 31 + 10
FS = 2.445
Nilai faktor keamanan hasil perhitungan (FS = 2.445) berbeda dengan nilai faktor
keamanan yang diasumsikan di awal perhitungan (FS = 2), maka perhitungan
harus dilakukan ulang dengan faktor keamanan asumsi yang berbeda. Dalam
penelitian ini proses trial dilakukan dengan menggunakan program EXCEL, dan
memberikan nilai faktor keamanan yang konvergen sebesar 2.128.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Gambar 4.8. Hasil Analisis Kelongsoran Lereng dengan Program Geoslope pada
Lereng Bawah
Pa
L nail Atas = 10m
Lereng Bawah
= 19,5 kN/m3
c = 2,9 kN/m2 L nail Bawah = 8m
= 15o
Lx X1
X2
Gambar 4.9. Stabilitas lereng terhadap penggeseran pada perkuatan soil nailing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
= 991.258 kN/m
cb BL + (W + Q + PA sin) tan
=
PA cos
2.3533.3864 + (8020.246 + 267.58 + 991.258 sin 19.5) tan 19.5
=
991.258 cos 19.5
= 2.98
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
. + 0.5
=
.
2.9 12,86 + 0.519,5101,52
= = 0,951
1019,5
Dari perhitungan tersebut diperoleh angka keamanan terhadap kegagalan daya dukung
tanah sebesar 0,951 (SF < 1,5), maka lereng tersebut tidak aman terhadap bahaya
kegagalan daya dukung tanah.
. + 0.5
=
. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Dari perhitungan tersebut diperoleh angka keamanan terhadap kegagalan daya dukung
tanah sebesar 1.819 (SF > 1,5), maka lereng tersebut aman terhadap bahaya
kegagalan daya dukung tanah.
Perhitungan stabilitas internal pada lereng Atas ditampilkan dalam Tabel 4.5.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Perhitungan stabilitas internal pada lereng bawah ditampilkan dalam Tabel 4.6.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Analisis perhitungan faktor keamanan soil nailing dengan perhitungan manual dan
program geoslope dapat dilihat dalam tabel 4.7. Untuk mengetahui lebih detail lagi
mengenai variasi dapat dilihat pada tabel 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
Keterangan :
: Variasi lereng dengan kemiringan 450
: Variasi lereng dengan kemiringan 600
: Variasi lereng dengan kemiringan 900
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Hasil perhitungan stabilitas internal yang tercantum pada tabel 4.17 hanya sebagian
saja yaitu yang memiliki nilai keamanan yang paling kecil dan terletak pada dasar
lereng, untuk data yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
4.4. Pembahasan
Pada variasi kemiringan lereng 450, 600 dan 900, menunjukan penurunan nilai
kemaaman (SF) yang cukup signifikan seiring dengan bertambahnya sudut
kemiringan lereng. Berikut adalah grafik hubungan angka keaman (SF) dengan
kemiringan lereng :
1
Angka Kemananan
0,8
(SF)
0,6
Dari grafik dapat dilihat angka keamanan lereng semakin berkurang seiring
bertambahnya sudut kemiringan lereng. Angka keamanan (SF) terbesar yaitu pada
lereng dengan kemiringan 450 kemudian pada kemiringan 600 menurun, hingga pada
lereng 900 yang memiliki nilai SF terkecil. Semakin lereng curam nilai keamanan
lereng semakin kecil.
Penurunan rata - rata angka keamanan lereng dari kemiringan 450 ke 600 dengan
perhitungan manual +7%, dengan program geoslope +6%, sedangkan pada
kemiringan lereng 600 ke 900 perhitungan manual +47%, dengan program geoslope
+46%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
Analisis stabilitas terhadap kelongsoran gobal lereng dilakukan dengan tinjauan lereng
atas dan lereng bawah, parameter jarak antar nail juga ikut berpengaruh terhadap
angka keamanan lereng, hal ini ditunjukan dari hasil analisis faktor keamanan SF
terhadap kelongsoran lereng baik secara manual maupun menggunakan program
geoslope, yang disajikan dalam gambar 4.11. sampai dengan gambar 4.16. di bawah
ini :
3,5
3,0
Angka Keamanan
2,5
(SF)
2,0
i=10: manual
1,5
i=10; geoslope
1,0 i=20; manual
i=20; geoslope
0,5 i=30; manual
i=30; geoslope
0,0
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.11. Hubungan Jarak Antar Nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
Lereng Atas untuk Kemiringan 45o
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
3,5
3,0
Angka Keamanan
2,5
(SF)
Gambar 4.12. Hubungan Jarak Antar Nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
Lereng Atas untuk Kemiringan 60o
Lereng Atas; kemiringan 90
3,0
2,5
Angka Keamanan
2,0
(SF)
1,5
i=10; manual
1,0 i=10; geoslope
i=20; manual
0,5 i=20; geoslope
i=30; manual
0,0 i=30; geoslope
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.13. Hubungan Jarak Antar nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
Lereng Atas untuk Kemiringan 90o
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
2,5
Angka Keamanan
2,0
(SF)
Gambar 4.14. Hubungan Jarak Antar Nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
Lereng Bawah untuk Kemiringan 45o
3,0
2,5
Angka Keamanan
2,0
(SF)
1,5
i=10: manual
i=10; geoslope
1,0
i=20; manual
i=20; geoslope
0,5
i=30; manual
i=30; geoslope
0,0
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.15. Hubungan Jarak Antar Nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
commit
Lereng Bawah to Kemiringan
untuk user 60o
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
2,5
Angka Keamanan
2,0
(SF)
Gambar 4.16. Hubungan Jarak Antar Nail dan Kemiringan Nail dengan
Faktor Keamanan SF terhadap Kelongsoran Lereng pada
Lereng Bawah untuk Kemiringan 90o
Dari gambar 4.11. sampai dengan gambar 4.16. dapat dilihat angka keamanan (SF)
menurun seiring dengan bertambahnya jarak antar nail. Angka keamanan (SF)
terbesar pada jarak antar nail = 1m, kemudian menurun pada saat jarak antar nail =
1.5m, lalu mengalami penurunan kembali pada saat jarak antar nail = 2m. Hal ini
dikarenakan semakin besar jarak antar nail (H) semakin sedikit pula jumlah nail
yang terpasang pada lereng. Semakin kecil besar jarak antar nail (H) semakin
banyak nail yang terpasang dan gaya T yang menahan longsoran tanah sesuai dengan
persamaan (2.9.) menjadi bertambah
.+(+) cos .tan + + +
= (+) + +
Penurunan rata - rata angka keamanan (SF) setiap bertambahnya jarak antar nail (H)
= 0.5 m dengan perhitungan manual +16%, dengan program geoslope +30%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
Sudut pemasangan nail juga ikut berpengaruh terhadap gaya tarik dari nailing tersebut
sesuai dengan persamaan (2.9) di atas. Dari gambar 4.11. sampai dengan gambar 4.16.
dapat dilihat angka keamanan (SF) menurun seiring dengan bertambahnya sudut
pemasangan nail (i). Angka keamanan terbesar pada kemiringan nail = 100, kemudian
menurun pada saat kemiringan nail = 200, lalu mengalami penurunan kembali pada
saat kemiringan nail = 300. Dari hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan
semakin besar sudut pemasangan nail (i) semakin kecil nilai angka keamanan (SF).
Penurunan rata - rata angka keamanan lereng (SF) ) setiap bertambahnya sudut
pemasangan nail (i)=100 dengan perhitungan manual +14%, dengan program
geoslope +16%.
Analisis stabilitas internal terdiri dari analisis terhadap putus tulangan (SFr) dan cabut
tulangan (SFp). Analisis dilakukan pada lereng atas dan bawah. Hubungan antara
jarak antar nail dengan nilai SFr dan SFp dapat dilihat dalam Gambar 4.17. dan
Gambar 4.23.
Kemiringan Lereng 45
8,0
7,0
6,0
Angka Keamanan
5,0
lereng atas;i=10
(SFr)
4,0
lereng atas,i=20;
3,0 lereng atas;i=30;
2,0 lereng bawah; i=10
1,0 lereng bawah; i=20
lereng bawah; i=30
0,0
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.17. Hubungan Jarak Antar Nail dengan Faktor Keamanan SFr terhadap
Putus Tulangan untuk Kemiringan Lereng 45o
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
Kemiringan Lereng 60
5,0
4,0
Angka Keamanan
3,0
(SFr)
lereng atas;i=10
2,0 lereng atas,i=20;
lereng atas;i=30;
Gambar 4.18. Hubungan Jarak Antar Nail dengan Faktor Keamanan SFr terhadap
Putus Tulangan untuk Kemiringan Lereng 60o
Kemiringan Lereng 90
5,0
4,0
Angka Keamanan
3,0
(SFr)
lereng atas;i=10
2,0
lereng atas,i=20;
lereng atas;i=30;
1,0 lereng bawah; i=10
lereng bawah; i=20
0,0 lereng bawah; i=30
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.19. Hubungan Jarak Antar Nail dengan Faktor Keamanan SFr terhadap
Putus Tulangan untuk Kemiringan Lereng 90o
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Kemiringan Lereng 45
8,0
7,0
6,0
Angka Keamanan
5,0
(SFp)
4,0
lereng atas;i=10
3,0 lereng atas,i=20;
lereng atas;i=30;
2,0
lereng bawah; i=10
1,0 lereng bawah; i=20
lereng bawah; i=30
0,0
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.20. Hubungan Jarak Antar Nail dengan Faktor Keamanan SFp terhadap
Cabut Tulangan untuk Kemiringan Lereng 45o
Kemiringan Lereng 60
8,0
7,0
6,0
Angka Keamanan
5,0
(SFp)
4,0
lereng atas;i=10
3,0
lereng atas,i=20;
2,0 lereng atas;i=30;
lereng bawah; i=10
1,0 lereng bawah; i=20
lereng bawah; i=30
0,0
1 1,5 2
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.21. Hubungan Jarak Antar Nail dengan Faktor Keamanan SFp terhadap
Cabut Tulangan untuk Kemiringan Lereng 60o
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
Kemiringan Lereng 90
8,0
7,0
6,0
Angka Keamanan
5,0
(SFp)
4,0
3,0
lereng atas;i=10
2,0 lereng atas,i=20;
lereng atas;i=30;
1,0
lereng bawah; i=10
0,0 lereng bawah; i=20
1 1,5 2 lereng bawah; i=30
Jarak antar nail (H)
Gambar 4.22. Hubungan Jarak antar Nail dengan Faktor Keamanan SFp terhadap
Cabut Tulangan untuk Kemiringan Lereng 90o
Gambar 4.17. dan Gambar 4.22. menunjukkan bahwa semakin besar jarak antar nail,
maka nilai angka keamanan SFr dan SFp semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin
besar jarak antar nail semakin besar pula luasan gaya yang harus ditahan oleh nail,
sesuai dengan persamaan (2.22). dan (2.24).
0.25x xd 2 x f y
( )
1000
=
. .
.q u .D Lp
= . dh
.
Penurunan rata - rata angka keamanan SFr lereng dari jarak antar nail 1m ke 1.5m
yaitu +56%, sedangkan dari jarak antar nail 1.5 m ke 2 m yaitu +41%. Sedangkan
penurunan rata - rata angka keamanan SFp lereng dari jarak antar nail 1m ke 1.5m
yaitu +55%, sedangkan dari jarak antar nail 1.5 m ke 2 m yaitu +36%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
3,5
3,0
2,5
Perhitungan Geoslope
2,0
1,5
Perhitungan Manual
1,0
0,5
0,0
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0
Perhitungan Manual
Gambar 4.23. Perbandingan Nilai SF dari Hasil Perhitungan Manual dengan Program
Geoslope
perkuatan baik secara manual ataupun menggunakan program geoslope hasilnya tidak
berbeda jauh karena persamaan dalam menentukan bidang gelincir yaitu berupa
lingkaran dan dihitung dengan metode bishop. Berbeda dengan hasil analisis
perhitungan lereng dengan perkuatan yang ditunjukan dari gambar 4.18. sampai
dengan gambar 4.22. memiliki selisih angka keamanan yang cukup besar, hal ini
dikarenakan adanya perbedaan cara pada penentuan bidang gelincir dan metode
penyelesaiannya. Pada program geoslope bidang gilincir berupa lingakaran
menggunakan metode bishop sedangkan pada perhitungan manual menggunakan
metode baji (wedge) bidang gelincir berupa planar.
Pada penelitian ini hanya dihitung stabilitas pada lereng atas dan lereng bawah, tidak
diperhitungkan stabilitas lereng secara keseluruhan (global). Hal ini dikarenakan pada
penelitian ini hasil perhitungan stabilitas dengan progrm geoslope nantinya akan
dibandingkan dengan perhitungan manual. Oleh karena perhitungan manual dengan
menggunakan metode baji (wedge) terbatas hanya bisa menghitung satu bidang
longsor saja dan tidak bisa digunakan dalam kasus menghitung stabilitas lereng secara
keseluruhan maka pada penelitian ini tidak ikut dihitung stabiltas lereng keseluruhan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
Dengan menggunakan panjang nail pada lereng atas 10m dan pada lereng bawah 8m
menunjukan stabilitas lereng yang dikatakan aman baik stabilitas lereng lokal maupun
global, akan tetapi kondisi ini kurang efisien karena terjadi pemborosan nail pada
lereng atas, sedangkan panjang nail pada lereng bawah mengalami kekurangan yang
memungkinkan terjadinya kelongsoran pada lereng bawah tersebut. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan ulang, yaitu dengan mengurangi panjang nail pada lereng atas
dan menambah panjang nail pada lereng bawah. Hasil analisis stabilitas lereng
terhadap kelongsoran lereng setelah dilakukan perencanaan ulang ditunjukkan pada
Gambar 4.26.
Pada penelitian ini penentuan sudut bidang longsor pada perhitungan manual pada
kemiringan lereng 450 dan 600 menggunakan cara coba-coba, sedangkan pada
kemiringan 900 berdasarkan hasil analisis dari program geoslope yang hasil grafis
outputnya di export ke dalam format auto cad, kemudian diukur kemiringan bidang
longsornya. Pada variasi 22 pada lereng atas didapatkan sudut bidang longsor 620 ,
dan pada lereng bawah didapatkan sudut bidang longsor 530. Untuk penentuan sudut
bidang longsor biasanya menggunakan teori Rankine yaitu sebagai berikut :
= 450+/2 (4.1)
Keterangan :
= sudut bidang longsor/ zona aktif (0)
= sudut geser (0)
Apabila menggunakan teori Rankine maka sudut bidang longsor didapatkan, yaitu :
Terdapat selisih angka sudut bidang longsor dari program geoslope dan teori Rankine
pada lereng atas selisihnya cukup jauh yaitu 50, tetapi pada lereng bawah mempunyai
selisih yang kecil yaitu 0,5. Ini membuktikan baik menggunakan program ataupun
menggunakan rumus manual seperti teori Rankine memiliki kecenderungan yang
sama terhadap penentuan sudut bidang longsor, hanya saja dengan fasilitas yang
disediakan oleh program geoslope kita dipermudah untuk mendapatkan sudut bidang
longsor yang paling kritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
86
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
commit to user