SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun oleh:
MOCH. DANU UMBARA
3336141925
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, Penulis banyak dibantu
dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan hormat Penulis
1. Bapak Rama Indera Kusuma, S.T., M.T. dan Ibu Restu Wigati, S.T., M.Eng.,
2. Bapak Baehaki, S.T., M.Eng. dan Bapak Rifky Ujianto, S.T., M.T., selaku
3. Bapak Ir. Andi Maddepungeng, M.T. dan Bapak Hendrian Budi Bagus
4. Kedua orang tua Penulis, dan seluruh teman-teman Teknik Sipil 2014.
Akhir kata, Penulis berharap ALLAH SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
Penulis
iv
Perenncanaan Rumah Sederhana Tipe 36 di Provinsi Banten
Berdasarkan SNI 1726:2012 dan SNI 2847:2013
INTI SARI
Gempa Berkekuatan 6,1 Skala Ritcher yang berlokasi di Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten dengan koordinat episenter pada 7,23 LS-105,9 BT pada kedalaman 61 km
telah menyebabkan banyak kerugian. Menurut BNPB, 2018, gempa tersebut
menyebabkan kerusakan pada 1130 unit rumah, rusak dengan kategori rusak berat,
sedang, dan ringan.
Penelitian ini dilakukan untuk merencanakan prototipe rumah sederhana tahan
gempa dan untuk mengetahui perilaku struktur berupa simpangan dengan
menganalisis desain prototipe rumah tipe 36 dengan model single dan kopel.
Penelitian dilakukan dengan analisa gempa dinamik di Wilayah Banten.
Perhitungan mengacu pada SNI 1726 – Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non- Gedung dengan bantuan analisa
software ETABS.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa simpangan yang sudah dikali faktor
pembesaran untuk rumah single untuk arah X dan Y adalah 26,266 mm dan 24,498
mm, untuk rumah kopel adalah 50,027 mm dan 51,799 mm. Rumah dibangun
dengan mengikuti ketentuan, yaitu rangka atap material baja ringan C75.100,
sambungan 3 buah sekrup SDS (df = 4,8 mm), ring balok 130 x 200 mm (ρ =
0,0229), kolom praktis 130 x 130 mm (ρ = 0,0218) dan 130 x 200 mm (ρ = 0,018),
sloof 130 x 200 mm, fondasi batu kali 30 x 60 x 60 cm. Angkur diperlukan untuk
menguatkan ikatan ring balok dengan rangka atap, kolom dengan dinding, dan sloof
dengan fondasi. Biaya RAB untuk jenis rumah tunggal sebesar Rp99.000.000,-
(Sembilan puluh Sembilan juta rupiah) dan rumah kopel sebesar Rp 197.000.000,-
(seratus sembilan puluh tujuh juta rupiah).
v
Simple Earthquake Resistant House Type 36 Design in Banten
Province Based on SNI 1726:2012 and SNI 2847:2013
ABSTRACT
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................iv
ABSTRACT ...........................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN
Gempa ........................................................................................25
viii
4.2 Peraturan yang Digunakan................................................................43
ix
5.4.2 Perhitungan Penampang .........................................................61
Bangunan ................................................................................73
x
5.5.8 Pembebanan pada Balok .........................................................83
xi
2) Penulangan perlu ....................................................110
xii
5.8 Perencanaan Kolom Pipih ..............................................................131
xiii
5.10.3 Detail Kolom ......................................................................151
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa .................................................................................................25
Tabel 3.9 Koefisien Gempa Untuk Struktur Non Gedung Serupa Gedung .........32
Tabel 3.11 Koefisien Untuk Batas pada Periode yang Dihitung ...........................34
m .........................................................................................................57
Tabel 5.14 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa .................................................................................................73
xiv
Tabel 5.30 Gaya Geser Arah X .............................................................................94
Tabel 5.34 Pengecekkan Simpangan Terhadap Simpangan Ijin Rumah Single ....97
Tabel 5.35 Pengecekkan Simpangan Terhadap Simpangan Ijin Rumah Kopel ....97
Tabel 5.36 Data Eksentrisitas Torsi Bawaan dari ETABS Rumah Single .............97
Tabel 5.37 Data Eksentrisitas Torsi Bawaan dari ETABS Rumah Kopel .............97
Tabel 5.38 Data Eksentrisitas Akibat Torsi tak Terduga Rumah Single ...............98
Tabel 5.39 Data Eksentrisitas Akibat Torsi tak Terduga Rumah Single ...............98
Single ................................................................................................101
Kopel ................................................................................................101
Single ................................................................................................101
Kopel ................................................................................................101
xv
Tabel 5.50 Rekapitulasi Kombo Terbesar pada Balok Rumah Single .................102
Tabel 5.51 Rekapitulasi Kombo Terbesar pada Balok Rumah Kopel .................102
Tabel 5.57 Beban yang Berpengaruh pada Kolom Single .................................. 119
Tabel 5.58 Beban yang Berpengaruh pada Kolom Kopel .................................. 120
xvi
Tabel 5.74 Berat Beban Mati ............................................................................. 146
Tabel 5.75 Daftar Volume Pekerjaan Persiapan, Galian, dan Urugan ................153
Tabel 5.78 Daftar Harga Satuan Pekerjaan Persiapan, Galian, dan Urugan ........154
xvii
DAFTAR GAMBAR
(MCER) ..........................................................................................28
(MCER) ..........................................................................................29
Gambar 5.17 Penggambaran 1/3 momen dari momen yang terjadi untuk tulangan
tekan .............................................................................................103
xvii
Gambar 5.19 Diagram Regangan Tegangan Beton ............................................109
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
2. Gambar Detail
3. Summary Etabs
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
Gempa bumi merupakan getaran permukaan tanah yang dapat disebabkan oleh
aktifitas tektonik, vulkanisme, longsoran termasuk batu dan bahan peledak. Chen
dan Lui (2006) menyebutkan bahwa dari semua penyebab tersebut di atas,
kerusakan struktur dan perhatian utama dalam kajian tentang bahaya gempa.
Indonesia sebagai Negara kepulauan dan Negara yang termasuk dalam jalur ring of
fire karena berada diatas pertemuan lempeng Australia, lempeng Eurasia dan
lempeng Pasifik. Ring of fire adalah rangkaian gunung berapi dan tempat aktifitas
seismik atau gempa bumi disekitar tepi samudra pasifik. Sekitar 90% dari semua
gempa bumi terjadi di sepanjang ring of fire ini. Keberadaan interaksi antar
Rumah merupakan harta yang paling berharga dalam hidup warga. Gempa yang
merusak di masa lalu menunjukkan bahwa sebagian besar bencana terjadi pada
dengan konsep tahan gempa menjadi sebuah pertimbangan yang cukup bijak dalam
membangun rumah. Terutama untuk wilayah dengan resiko gempa yang tinggi
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah penelitian ini
Banten?
Provinsi Banten?
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, tujuan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
Banten.
Banten.
3
1.5. Batasan Masalah
d. Data tanah yang digunakan adalah hasil uji lab yang dilakukan oleh Lab.
h. Model prototipe rumah dibuat dalam skala sebenarnya berupa desain, bukan
Penelitian tentang desain rumah tahan gempa sudah banyak dilakukan, namun
dalam penelitian ini peneliti memfokuskan desain rumah tahan gempa untuk tipe
36. Hasil dari penelitian ini juga berupa nilai Rancangan Anggaran Biaya (RAB)
yang dapat digunakan sebagai gambaran biaya pembangunan rumah. Selain itu,
desain rumah tersebut juga dapat dijadikan sebagai prototipe yang dapat diterapkan
4
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Fengky Yaserta Yoseta (2018) dengan judul “Analisis Ketahanan Gempa Rumah
untuk meneliti apakah rumah rumah disana mengikuti pedoman teknis ketahanan
gempa. Untuk membangun rumah dengan konsep tahan gempa, agar kuat menahan
goncangan, material dan pengerjaan dilapangan harus baik. Selain itu hubungan
Medan Terhadap Pedoman Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan
Gempa” studi ini dilakukan untuk mengetahui karkteristik dan mutu konstruksi
rumah dan bangunan gedung tahan gempa. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
persyaratan tahan gempa adalah penutup atap 88,74%. Untuk elemen perkuatan
struktur yaitu pondasi rata-rata sebesar 70,57% dan kelengkapan sloof, balok,
Penelitian yang dilakukan Nugraha Sigit Sahay (2010) dengan judul “Penerapan
Bentuk Desain Rumah Tahan Gempa” untuk merancang bangunan atau rumah yang
tahan terhadap gempa dengan menerapkan sistem bangunan sederhana yaitu sistem
AOV (Absortion of Vibration). Sistem AOV merupakan suatu sistem dimana secara
menggunakan dua macam tipe bangunan dengan luas tanah 60-90 m2 dan luas tanah
300 m2. Hasil penelitian meyimpulkan bahwa perencanaan rumah bangunan tahan
gempa sebaiknya selalu mengacu pada elastisitas struktur dan prinsip utamanya,
diantaranya yaitu denah yang sederhana dan simetris, bahan bangunan seringan
mungkin, dan sistem konstruksi penahan beban yang harus memadai meliputi
struktur atap, dinding, pondasi. Di samping itu pula secara umum teknis
dengan angkur, bahan pembuat dinding menggunakan bahan yang ringan dan kaku,
bahan atap juga sebaiknya dari bahan yang ringan, serta ikatan struktur dan kuda-
Penelitian febrin Anas Ismail (2010) untuk mengetahui pengaruh variasi jarak
dilakukan dengan menggunakan dua bua portal dengan variasi jarak sengkang 20
cm dan 30 cm, portal akan diuji dengan metoda pushover. Pembacaan beban
dilakukan tiap 2 mm dan dilihat perilaku kedua portal yang diuji secara perlahan
dengan actuator. Hasil dari penelitian ini adalah, semakin rapat jarak sengkang
pada kolom maka akan menambah kekakuan karena beton terikat dengan baik,
retak geser yang terjadi tidak terlalu signifikan antara jarak sengkan.
Penelitian Gita Purnama, dan Hendri Sepriyawan (2013) dengan judul “Analisis
6
dengan Metoda SNI dan Praktik Lapangan” Dari desain bangunan Tukukali, jika
7
BAB III
LANDASAN TEORI
aktifitas tektonik, vulkanisme, longsoran termasuk batu dan bahan peledak. Chen
dan Lui (2006) menyebutkan bahwa dari semua penyebab tersebut di atas,
kerusakan struktur dan perhatian utama dalam kajian tentang bahaya gempa. Daniel
L. Schodek (1999) menyebutkan bahwa gempa bumi juga dapat terjadi karena
fenomena getaran dengan kejutan pada kerak bumi. Faktor utama adalah benturan
menjadi bergetar. Getaran ini nantinya akan menimbulkan gaya-gaya pada struktur
dunia dan sembilan lempengan kecil lainnya saling bertemu di Indonesia dan
wilayah Indonesia sebagai wilayah yang rawan terhadap gempa bumi. (Milson et
al., 1992).
Tingginya aktivitas kegempaan ini terlihat dari hasil pencatatan dimana dalam
rentang waktu 1900-2016 terdapat lebih dari 52.000 kejadian gempa dengan
magnituda M > 5.0. Kejadian gempa-gempa utama (main shocks) dalam rentang
waktu tersebut dapat dilihat dalam Gambar 3.2. Dalam 15 tahun terakhir telah
9
Gempa-gempa tersebut telah menyebabkan ribuan korban jiwa, keruntuhan dan
kerusakan ribuan infrastruktur dan bangunan, serta dana trilyuran rupiah untuk
berbagai macam budaya dan etnik yang merupakan jati diri dari tiap-tiap daerah.
Selain itu, masing-masing daerah di Indonesia juga mempunyai satu atau beberapa
10
tipe bangunan tradisional yang unik dan khas, yang dibangun berdasarkan tradisi
Seiring dengan perjalanan waktu, tradisi dan gaya bangunan baru akan muncul di
tetap mempertahankan karakter inti yang diturunkan dari generasi ke generasi, yang
menjadikannya sebagai karakter kuat akan suatu daerah tertentu, dan akan
Sahroni, 2012).
lama di Serang dan Cilegon. Perkampungan lama tersebut antara lain berada di
dengan arsitektur yang khas ini disebut dengan sebutan Omah Sengen oleh
Omah Sengen pada umumnya berdenah persegi panjang, atap model pelana, dengan
penutup atap berupa genteng tanah liat. Semula penutup atap berupa welit yaitu
daun kelapa yang dikeringkan. Lantai bangunan berupa plesteran, bahkan ada
Pada umumnya, Omah Sengen mempunyai selasar atau teras, atap teras ditopang
oleh beberapa tiang kayu. Selasar atau teras depan ini berfungsi sebagai ruang
transisi antara lingkungan luar dengan rumah tinggal. Bagian ini bersifat profan
atau terbuka. Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat dekat. Teras
11
depan ini sering digunakan oleh penduduk untuk tempat bersosialisasi, sehingga di
pemukiman lama dengan rumah tinggal yang masih asli jarang ditemukan rumah
yang berpagar. Lebar gang atau jalan di pemukiman lama rata-rata sekitar 2 hingga
3 meter. Pintu utama untuk memasuki Omah Sengen berupa pintu kayu dengan dua
daun pintu yang mempunyai sistem bukaan ke dalam, serta pengunci berupa
gerendel kayu. Dinding depan rumah dilengkapi dengan jendela yang berteralis
Ruangan terdepan setelah pintu utama terdapat ruangan yang berukuran cukup
besar, yang bersifat semi profan. Melihat ukurannya yang relatif besar,
kemungkinan ruang besar ini dahulu berfungsi sebagai tempat untuk berinteraksi
antara pemilik rumah dengan tetangganya, misalnya untuk menerima tamu atau
untuk acara-acara sosial seperti pengajian atau kegiatan yang berkaitan dengan
Adapun bagian yang bersifat privat dari Omah Sengen adalah kamar tidur. Tidak
seperti bangunan berarsitektur Indis yang pada umumnya simetris dan sejajar,
12
kamar-kamar di Omah Sengen ini tidak dibuat secara simetris dan sejajar. Dinding
luar Omah Sengen tidak dilepa (diplester), sehingga pasangan bata mentah dengan
Bangunan khas Banten lain yang sampai sekarang masih ada adalah Rumah Baduy.
Rumah masyarakat Baduy berbentuk rumah panggung sederhana dari bahan kayu
dan bambu. Rumah menurut Baduy adalah tempat melakukan segala aktivitas
berbagai macam fungsi ruang (ruang tidur orang tua, anak laki laki, anak
perempuan, dapur, ruang tamu, ruang keluarga dan serambi). Hal ini menunjukan
manusia, rumah selalu terbuka bagi warga sekampung dan mereka merasa seperti
Sosoro, Tepas dan Golodog. Fungsi Ruang berdasarkan aktivitas adalah; ruang
difungsikan untuk menerima tamu biasa bukan warga sekampung. Tepas berfungsi
untuk menerima tamu sekampung. Hanya rumah imah yang bersifat privat dan tidak
a. Imah
Rumah hanya mempunyai satu ruang tertutup yaitu Imah sebagai kamar. Imah
merupakan pusat dari sebuah rumah. Imah merupakan satu satunya ruang yang
bermakna privat. Imah merupakan salah satu ruang di dalam rumah yang
merupakan pusat atau inti suatu rumah. Dalam imah seluruh kegiatan keluarga
Ruang ini hanya boleh dimasuki oleh sekeluarga empunya rumah saja. Menurut
13
hasil penelitian dari Kartono JL. 1999 dalam rumah masyarakat asli
b. Tepas
Ruang Tepas merupakan ruang semi privat. Ruang ini berfungsi sebagai ruang
c. Sosoro
Ruang yang mengandung makna umum adalah Sosoro. Ruang ini kadang-
Sosoro mempunyai dimensi terbesar di dalam rumah yaitu dua kali ruang Imah
maupun Tepas.
d. Golodog
Golodog merupakan serambi luar dan jalan masuk ke rumah dan berfungsi
2006, rumah sederhana adalah bangunan rumah layak huni yang bagian huniannya
berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel, dan
14
sedang. Luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun di atas tanah
sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang. Perbandingan lebar bangunan dengan
panjang 1:2. Bila dikehendaki denah bangunan gedung dan rumah yang tidak
simetris, maka denah bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur pemisah
sedemikian rupa sehingga denah bangunan merupakan dari denah yang simetris.
yang sederhana dan elemen-elemen struktur penahan gaya horizontal yang simetris.
Struktur seperti ini dapat menahan gaya gempa lebih baik karena kurangnya efek
torsi dan kekekuatannya yang lebih merata terhadap semua elemen struktur
sebagai berikut
b. Rangka kuda-kuda harus terikat dengan ring balok, gunakan angkur baut
d. Dinding tepi atau sofi-sofi harus terikat dengan rangka beton bertulang, pada
setiap sambungan rangka harus saling overlap sebesar 40D, kurang lebih
panjangnya 50 cm.
e. Memasang gording.
f. Kemiringan minimum 30º untuk genteng keramik, 35º untuk genteng beton,
g. Pada konstruksi atap dengan kemiringan lebih dari 35º, genteng harus dipaku
ke reng.
16
3.4.3 Pondasi
Sebaiknya tanah dasar pondasi merupakan tanah kering, padat dan merata
kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya lebih dalam dari 45 cm. Jenis- jenis pondasi
dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terbuat dari pasangan batu kali
perlu diikat kuat satu sama lain dengan menggunakan balok pondasi. Pondasi
setempat bisa terbuat dari pasangan batu kali, tiang kayu ulin ataupun pelat beton.
17
Gambar 3.7 Pondasi pelat Setempat
(Sumber:Buku Perencanaan Rumah Sederhana Tahan Gempa, 2012)
bouwplank harus datar, halus, dan horizontal. Hal ini dilakukan dengan bantuan
2. Mempersiapkan Penulangan
18
Gambar 3.8 Contoh Perhitungan Panjang Tulangan Memanjang Kolom
(Sumber: Buku Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi, 2015)
gempa.
3. Galian Fondasi
Setelah semua bouwplank dibuat, dilakukan penggalia fondasi. Kedalaman dan
4. Membangun Fondasi
Fondasi disarankan menggunakan fondasi menerus beton tulang T-terbalik.
terintegrasi dengan fondasi. Oleh karena itu, tulangan kolom harus dirakit
standar adalah 1:2:4:6 atau ½ :1:2:3. Oleh karena itu, persyaratan bahan dengan
kondisi cuaca normal untuk campuran 1 m3 beton adalah 0,125 m3 air, 0,250
m3 semen, 0,500 m3 pasir, dan 0,750 m3 kerikil. Namun dalam cuaca panas,
memastikan detail tulangan tahan gempa. Detail tulangan harus sesuai dengan
Gambar 3.10.
20
Gambar 3.10 Pengecoran Balok Fondasi
(Sumber: Buku Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi, 2015)
7. Membangun Kolom
Tulangan kolom harus dirangkai bersamaan dengan tulangan fondasi. Namun,
bertahap.
21
Gambar 3.11 Pengecoran Kolom Bersamaan dengan Pemasangan Bata
(Sumber: Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi, 2015
minimum 40 cm, setiap 6 lapisan bata. Perbandingan volume semen dan pasir
balok keliling harus sesuai dengan persyaratan detail tahan gempa seperti yang
secara merata. Oleh karena itu, rangka langit-langit harus dibuat kaku dan kuat.
secara merata. Oleh karena itu, rangka langit-langit harus dibuat kaku dan kuat.
23
Gambar 3.14 Rangka Langit-Langit Berfungsi Sebagai Diafragma
(Sumber: Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi, 2015)
memikul beban gravitasi dan perlu diamankan terhadap pengaruh gempa. Struktur
non gedung yang menyerupai gedung adalah suatu struktur yang direncanakan dan
dibangun dengan cara-cara yang menyerupai gedung dan memiliki sistem penahan
gaya vertikal dan lateral. Prosedur analisis struktur bangunan non gedung yang
menyerupai gedung harus mengikuti prosedur analisis struktur gedung sesuai pasal
24
ekivalen. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan pada analisis statik ekivalen
25
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Pusat pembangkit listrik biasa
2. Fasilitas penanganan air
3. Fasilitas penanganan limbah
4. Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
1. Bangunan-bangunan monumental
2. Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
3. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
4. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
5. Tempat pertindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
6. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas IV
lainnya untuk tanggap darurat
7. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat
8. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
(Sumber: SNI 1726:2012)
26
Pengaruh gempa rencana terhadap kategori resiko struktur bangunan gedung
dan non gedung sesuai Tabel 3.2, harus dikalikan dengan suatu faktor
b. Klasifikasi Situs
besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan untuk suatu
situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil tanah di
27
SF (tanah khusus Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah satu atau lebih dari
yang membutuhkan karakteristik berikut:
investigasi geoteknik 1. Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh akibat beban gempa
spesifik dan analisis seperti mudah likuifaksi, lempung sangat sensitif, tanah
respons spesifik- tersementasi lemah.
situs) 2. Lempung sangat organik dan/ gambut (ketebalan H > 3m)
3. Lempung berplastisitas sangat tinggi (ketebalan H > 7,5 m
dengan PI > 75)
4. Lapisan lempung lunak/ setengah teguh dengan ketebalan H >
35 m dengan Su < 50 kPa
(Sumber: SNI 1726:2012)
Parameter percepatan gempa terpetakan (SS dan S1) berdasarkan Gambar 3.14
dan 3.15.
28
Gambar 3.16 S1, Gempa Maksimum yang Dipertimbangkan
Resiko-Tertarget (MCER)
(Sumber: SNI 1726:2012)
d. Koefisien-koefisien Situs
memerlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada periode 0,2 detik dan periode
percepatan pada getaran periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Koefisien situs Fa dan
29
Tabel 3.6 Koefisien Situs, Fv
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa (MCER) Terpetakan
Kelas Situs pada Periode Pendek, T=1 detik, S1
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss = 0,3 Ss = 0,4 S1 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
(Sumber: SNI 1726:2012)
Parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek (SMS) dan periode
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS) dan pada
Keterangan:
SMS = parameter spektrum respons percepatan pada periode pendek;
SD1 = parameter spektrum respons percepatan pada periode 1 detik;
30
f. Kategori Desain Seismik
Sistem penahan gaya gempa untuk struktur bangunan non gedung menyerupai
31
Tabel 3.9 Koefisien Gempa Untuk Struktur Non Gedung Serupa Gedung
Batasan Sistem Struktur dan
Batasan Tinggi Bangunan
Jenis Struktur Bangunan Non
R Ω0 Cd (m)
Gedung
Kategori Desain Seismik
A,B C D E F
Sistem rangka pemikul momen: TB TB
Rangka baja pemikul momen khusus 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
Rangka beton bertulang pemikul 8 3 5,5 TB TB TB TB TB
momen khusus
Rangka baja pemikul momen 4,5 3 4 TB TB 10c,d 10b 10b
menengah
Dengan tambahan ketinggian yang 2,5 2 2,5 TB TB 48 48 30
diijinkan
Tanpa batasan ketinggian 1,5 1 1,5 TB TB TB TB TB
Rangka beton bertulang pemikul 5 3 4,5 TB TB TI TI TI
momen menengah
Dengan tambahan ketinggian yang 3 2 2,5 TB TB 15 15 15
diijinkan
Tanpa batasan ketinggian 0,8 1 1 TB TB TB TB TB
Rangka baja pemikul momen biasa 3,5 3 3 TB TB 10c,d 10c,d 10c,d
Dengan tambahan ketinggian yang 2,5 2 2,5 TB TB 30 30 TIc,d
diijinkan
Tanpa batasan ketinggian 1 1 1 TB TB TB TB TB
Rangka beton bertulang pemikul 3 3 2,5 TB TI TI TI TI
momen biasa
Dengan tambahan ketinggian yang 0,8 1 1 TB TB 15 15 15
diijinkan
(Sumber: SNI 1726:2012)
Geser dasar seismik (V) dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai
V = Cs W (3.5)
32
Keterangan:
Cs = koefisien respons seismic yang ditentukan persamaan 3.6
W = berat seismik efektif
i. Koefisen Respons Seismik
SDS
Cs = R (3.6)
Ie
Keterangan:
SDS = parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang periode
pendek
R = faktor modifikasi respons dalam Tabel 3.12
Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan sesuai dengan Tabel 3.5
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan 3.7 tidak perlu melebihi:
SD1
Cs = R (3.7)
T
Ie
dengan lebih besar dari 0,6g, maka Cs harus tidak kurang dari:
0,5S1
Cs = R (3.9)
Ie
Keterangan:
SD1 = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode sebesar 1,0
detik
T = periode fundamental struktur (detik)
S1 = parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
j. Periode Fundamental Struktur
Periode fundamental struktur (T) dalam arah yang ditinjau harus diperoleh
33
dalam analisis yang teruji. Periode fundamental struktur (T) tidak boleh
melebihi hasil koefisien untuk batasan atas pada periode yang dihitung (Cu) dari
Tabel 3.14 dan periode fundamental pendekatan, (Ta). Sebagai alternatif pada
T a = Ct ℎ (3.10)
Keterangan:
hn = ketinggian struktur dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi
struktur
Ct = ditentukan pada tabel 3.14
x = ditentukan pada tabel 3.14
Gaya gempa lateral (Fx) (kN) yang timbul di semua tingkat harus ditentukan
Fx = CvxV (3.11)
dan
wx hkx
Cvx = (3.12)
∑ni=1 wi hki
Keterangan:
Cvx = faktor distribusi vertikal
V = gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur (kN)
wi dan wx = bagian berat seismik efektif total struktur (W) yang ditempatkan
atau dikenakan pada tingkat i atau x
h dan hx = tinggi dari dasar sampai tingkat I atau x (m)
k = eksponen yang terkait dengan periode struktur
untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 0,5 detik atau
kurang, k = 1
untuk struktur yang mempunyai periode sebesar 2,5 detik atau
lebih, k = 2
untuk struktur yang mempunyai periode antara 0,5 dan 2,5 detik,
k harus sebesar 2 atau harus ditentukan dengan interpolasi linier
antara1 dan 2
Geser tingkat desain gempa (Vx) (kN) harus didistribusikan pada berbagai
diafragma. Geser tingkat desain gempa di semua tingkat (Vx) (kN) ditentukan
Vx = ∑ni=x Fi (3.13)
Keterangan:
Fi adalah bagian dari geser dasar seismik (V) yang timbul di tingkat i,
dinyatakan dalam kilonewton (kN)
35
m. Kontrol Eksentrisitas dan Torsi
Momen torsi bawaan (Mt) (kN) harus disertakan jika diafragma tidak fleksibel,
yang dihasilkan dari lokasi massa struktur ditambah momen torsi tak terduga
(Mta) (kN) yang diakibatkan oleh perpindahan pusat massa dari lokasi aktualnya
dengan 5 persen dimensi struktur tegak lurus terhadap arah gaya yang
diterapkan.
pembesaran torsi (Ax) seperti digambarkan dalam Gambar 3.13 dan ditentukan
δmax 2
Ax = (3.14)
1,2δavg
Keterangan:
δmax = perpindahan maksimum di tingkat x (mm) yang dihitung dengan
mengasumsikan Ax = 1 (mm)
36
δavg = rata-rata perpindahan di titik-titik terjauh struktur di tingkat x yang
dihitung dengan mengasumsikan Ax = 1 (mm)
Faktor pembesaran torsi (Ax) tidak disyaratkan melebihi 3,0. Pembebanan yang
n. Kontrol Simpangan
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang
ditinjau. Simpangan antar lantai tingkat (∆) tidak boleh melebihi simpangan
37
antar lantai tingkat ijin (∆a) seperti didapatkan dari Tabel 3.12 untuk semua
tingkat.
Defleksi pusat massa di tingkat (δx) (mm) ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut:
Cd δxe
δx = (3.15)
Ie
Keterangan:
banyaknya biaya yang diperlukan untuk biaya dan upah, serta biaya lain yang
harga dari suatu bangunan yang dihitung dengan teliti, cermat dan memenuhi
38
syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di setiap
daerah, disebabkan karena perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap pekerjaan dalam suatu proyek
Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan pada gambar rencana dan spesifikasi
bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis daftar
Dalam penyusunan RAB diperlukan jumlah volume per satuan pekerjaan dan
39
Bestek dan
Gambar Bestek
dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Volume suatu
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja atau harga
perhitungan analisis. Tahapan analisis harga satuan pekerjaan dapat dilihat pada
40
Gambar Rencana
dinamakan Daftar Harga Satuan Bahan. Upah tenaga kerja didapatkan di lokasi,
dikumpulkan, dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan
Upah. Harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di setiap daerah berbeda-beda.
Jadi dalam menghitung dan menyusun Anggaran Biaya suatu bangunan, harus
berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di pasaran dan lokasi
pekerjaan.
41
Metode analisis harga satuan pekerjaan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Daftar koefisien bahan, upah, dan alat sudah ditetapkan SNI untuk menganalisis
harga atau biaya yang diperlukan dalam membuat harga satuan pekerjaan
yang diperlukan, kalkulasi upah yang mengerjakan, serta kalkulasi peralatan yang
peralatan pada satu pekerjaan sudah ditetapkan, yang selanjutnya dikalikan dengan
42
BAB IV
METODOLOGI PENILITIAN
sebagai berikut :
mendukung penelitian.
tradisional Banten
c. Prakiaraan dimensi elemen struktur, seperti rangka atap, kolom dan balok.
d. Analisis pembebanan, yang berupa beban mati, hidup, angin, dan gempa.
g. Kontrol kekuatan, yang berupa kapasitas momen , lendutan, dan tegangan. Jika
h. Kesimpulan, pada tahap ini hanya akan diuraikan sesuai dengan tujuan
(SNI 1727:2013)
(SNI 2837:2008)
k. Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Penutup Lantai dan Dinding untuk
Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain rumah sederhana tahan gempa pada
daerah gempa Lebak Banten. Dalam penelitian ini dibuat sampel rumah sederhana
tipe tunggal dan kopel tahan gempa untuk dibandingkan perkuatan bangunan dan
efisiensi dalam segi biaya. Dalam perancangan rumah ini, dimasukan unsur rumah
tradisional Banten yang berupa Sosoro sebagai tempat menerima tamu yang datang,
Tepas, ruangan membujur kearah belakang rumah yang biasa digunakan untuk
makan keluarga, dan imah sebagai tempat beraktifitas keluarga. Pada bagunan
kopel, untuk menghidari dilatasi yang mungkin terjadi pada bangunan, maka antara
rumah satu dengan yang lainnya dibuat tembok terpisah agar saat terjadi kegagalan
44
Gambar 4.1 Model Tunggal
45
Gambar 4.2 Model Kopel
46
4.4 Bagan Alir Penelitian
Mulai
Studi Pustaka
Desain Arsitektur
Perkiraan Dimensi
Analisis Pembebanan
Analisis Struktur
Tidak
Memenuhi
Kontrol Kekuatan Syarat
Memenuhi?
Memenuhi Syarat
Gambar DED
Perhitungan RAB
Kesimpulan
Selesai
47
4.5 Jadwal Penelitian
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Umum
Gempa Bumi Lebak, Banten (23/01/18) berkekuatan 6,1 S.R, koordinat episenter
sebagai salah satu upaya mitigasi gempa, dan sebagai pedoman masyarakat untuk
berdasarkan SNI 1727 – 2013 dan dianalisis dengan SNI 1726 – 2012 dengan
lantai. Denah berbentuk persegi panjang dengan tinggi bangunan sebesar 3,1 m.
Beban gravitasi terdiri dari beban mati (DL) dan beban hidup (LL). Dengan
bekerja pada struktur diantaranya yaitu beban mati (D), hidup (L), beban mati
50
Spesifikasi komponen serta material dari model struktur bangunan dalam analisis
gedung
b. Beban Hidup
Berdasarkan SNI 1727-2013 diketahui beban hidup yang bekerja pada struktur
atap adalah
gording, berat alat sambung, berat penutup atap, berat langit-langit dan
penggantung.
51
a. Beban Mati
Jumlah join = 16
= 41,09 kg
= 4,11 kg
, ,
Berat di tiap join =
= 2,825 kg
2) Berat Reng
= 2,0625 kg
= 7,0365 kg
4) Berat langit-langit
b. Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada struktur atap antara lain adalah beban
pemeliharaan dan pekerja, beban hujan, dan beban angin sesuai dengan SNI
1727-2013
53
1) Beban Pemeliharaan dan pekerja
2) Beban Hujan
Berdasarkan SNI 1727-2013 untuk atap datar biasa beban Lr(hujan) tidak
= 84,44 kg
3) Beban angin
Beban angin yang bekerja pada struktur atap bangunan adalah beban angin
yang sesuai dengan aturan pembebanan pada SNI 1727-2013, beban angin
Parameter kecepatan angin dasar didapat dari hasil rapat Tim Penasehat
Untuk streght design Vs = 39,1 m/s, untuk Service Ability design Vs= 32
m/s
54
b) Kategori resiko bangunan
Untuk bangunan gedung dan struktur yang merupaka resiko rendah untuk
55
c) Faktor arah angin angin
d) Kategori Eksposur
eksposur C
Faktor efek tiupan angin untuk struktur gedung yang kaku boleh diambil
sebesar, G = 0,85
56
Tabel 5.7 koefisien tekanan internal
Klasifikasi Ketertutupan (GCp)
Bangunan gedung terbuka 0
Bangunan gedung tertutup +0,55
-0,55
sebagian
Bangunan gedung tertutup +0,18
-0,18
(Sumber: SNI 1727-2013)
57
Kh = 0,85
qh = 0,613KzKztKdV2
= 809,63 N/m2
Dengan perbandingan h/L = 3,1/6,5 dan sudut kemiringan atap 30° maka
58
P = qGCp – qi(GCpi)
= 283,37 N/m2
Menurut SNI 1727-2013 beban angin minimum tidak boleh lebih kecil
Pd = 0,38 kN/m2
= 0,0535 kN
= -0,0535 kN
59
Tabel 5.10 Rekaitulasi Beban Angin
Buhul P (kN) Sumbu x Sumbu y
Px sin30 P x cos30
1 A 0,0535 0,02675 0,0463
2 B 0,107 0,0535 0,0927
3 D 0,107 0,0535 0,0927
4 F 0,107 0,0535 0,0927
5 0,0535 0,02675 0,0463
H
6 -0,0535 -0,02675 -0,0463
7 J -0,107 -0,0535 -0,0927
8 L -0,107 -0,0535 -0,0927
9 N -0,107 -0,0535 -0,0927
10 p -0,0535 -0,02675 -0,0463
60
Tabel 5.12 panjang batang
Batang Vertikal (m) Batang diagonal (m)
V1 V2 V3 V4 D1 D2 D3
0,469 0,938 1,41 1,876 0,938 1,625 1,625
0,149 . 0,01973))
61
= 0,365 Inch4
= 15,188 cm4
A = t (a + 2b + 2u + α(2c + 2u))
= 0,264 Inch2
. ,
= ,
(1,2992(1,2992/2 + 0,0197) + 0,030929( 0,363 . 0,0197) +
= 0,492 Inch4
0,149r2)) – A. X`2
0,01973
= 0,0785 Inch4
= 3,263 cm4
62
rx = 8,8819 ry = 1,908
1,4D
1,2D + 1E + L + 0,2S
0,9D + 1W
0,9D + 1E
Dari hasil analisis program SAP, kombinasi dengan hasil terbesar adalah, combo2
63
17 0,8125 COMB2 Combination 1623,1
18 0,8125 COMB2 Combination 1623,1
19 0,4691 COMB2 Combination 40,63
20 0,93819 COMB2 Combination -227,13
21 1,40729 COMB2 Combination 40,63
22 1,87639 COMB2 Combination 843,87
23 1,40729 COMB2 Combination 40,63
24 0,93819 COMB2 Combination -227,13
25 0,4691 COMB2 Combination 40,63
26 0,9382 COMB2 Combination -267,72
27 1,625 COMB2 Combination 463,75
28 1,625 COMB2 Combination -463,75
29 1,625 COMB2 Combination -463,75
30 0 COMB2 Combination 463,75
31 0,9382 COMB2 Combination -267,72
Dari hasil analisis SAP gaya aksial terbesar untuk batang tekan adalah p = -1874,19
Sebuah komponen struktur yang menerima gaya aksial tarik desain (N*) harus
memenuhi
N*≤ øtNt
dalam tarik, kapasitas penampang dari diambil nila terkecil sesuai pasal 3.2.2
SNI 7971-2013
Nt = Ag y
= 1,71 . 5500
= 9,405 kg
Nt = 0,85kt . An . u
An = A – (dsekrup . t . nbaut)
= 1,518 cm2
Nt = 0,85kt . An . u
= 7096,65 kg
N* ≤ øtNt
sx = Zex y
= 4,05 . 5500
= 22275 kgm
Syarat, *≤ø sx
sy = ey y
= 1,483 . 5500
= 8156,5 kgm
Syarat, *≤ø sx
b = c c
yx = fx y
= 4,05 . 5500
= 22275 kgm
yy = fy y
65
= 1,483 . 5500
= 8156,5 kgm
o = b o1
= 909,31
π2 E 3,142 . 2 . 106
= 2 = 32627,58 2
Iey
ry 190,8
= 673,335 mpa
J = 56,713
M = 18,85
Iw = 1,329
GJ π2 EIw
= 1+
Ar2o1 GJlez
= 5,526 mpa
o = b o1
= 9484961,285 Nmm
= 948,496 kgm
y = Zf
66
= 4050 . 550
= 2227500 Nmm
= 222,75 kgm
My 222,75
= =
Mo 948,496
= 0,485
≤ 0,6 maka Mc = My
Mc 2227500
c = =
Zf 4050
= 550 mpa
bx = c c
= 4050 . 550
= 2227500 Nmm
= 222,75 kgm
by = cy c
= 1483 . 550
= 815650 Nmm
= 81,565 kgm
M*x M*y N*
+ - ≤ 1,0
∅b Mbx ∅b Mby ∅t Nt
67
0,13 0 1766,53
+ - ≤ 1,0
0,95 . 222,75 0,95 . 81,565 0,9 . 5656,75
N* M*x M*y
+ + ≤ 1,0
ϕ t Nt ∅b Mbx ∅b Mby
Sebuah komponen struktur yang menerima gaya aksial tarik desain (N*) harus
memenuhi
N*≤ øsNs
Ns = Ae y
= 1,21 . 5500
= 6655 kg
N*≤ øcNc
Nc = Ae n
λc =
68
π2 E
=
le 2
r
3,142 . 2.106
= 938,2 2
29,8
= 19894,405
550
λc =
19894,405
= 0,166
λc ≤ 1,5, maka
n = 0,658
,
= 0,658 . 550
= 513,08 mpa
Nc = Ae n
= 1,21 . 5130,8
= 6208,268 kg
N*≤ øcNc
M*x M*y N*
+ + ≤ 1,0
∅b Mbx ∅b Mby ∅c Nc
69
0,25 0 2083,82
+ + ≤ 1,0
0,95 . 222,75 0,95 . 81,565 0,85 . 6208,028
0,354 ≤ 1,0 maka kombinasi tekan lentur memenuhi persyaratan seusai dengan
SNI 7971-2013
lain akan dihubungkan. Salah satu cara untuk menghubungkan suku bagian-suku
bagian tersebut adalah dengan cara memberikan sambungan. Sekrup adalah suatu
dua benda bersamaan, dan obeng adalah salah satu yg digunakan sebagai alatuntuk
a. Gaya Aksial
4,8 mm.
Pu1 = 1648,8 kg
Pu2 = 1904 kg
b. Kapasitas geser
t1 = 1 mm
t2 = 1 mm
syarat : 3 mm ≤ df ≤ 7 mm
t2/ t1 = 1 mm
C = 2,7
70
Untuk t2/ t1 ≤ 1, maka kapasitas tumpu dari nominal bagian yang tersambung
71
d. Tarik pada bagian tersambung
Gaya tarik desain pada penampang netto harus memenuhi Nt* ≤ ∅.Nt
S ≥ 3df
S ≥ 3 x 4,8
S ≥ 14,4 (S = 15 mm)
S1 ≥ 3df
S ≥ 3 x 4,8
S ≥ 14,4 (S = 15 mm)
Pu1 = 1874,19 kg
Pu1
ns = = 3,7 ≈ 4 sekrup
Vb
72
dengan nilai-nilai parameter percepatan terpetakan bersumber dari aplikasi desain
lokasi gedung didirikan. Perencanaan mengacu pada SNI 1726 : 2012. Gempa
data tanah dan hasil penyelidikan tanah. Dalam penelitian ini, penulis
gedung yang dianalisa adalah kategori II dengan nilai faktor keutamaan gempa (Ie)
Tabel 5.14 Kategori Risiko Bangunan Gedung dan Non Gedung untuk Beban
Gempa
Kategori
Jenis Pemanfaatan
Risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki resiko rendah terhadap jiwa manusia
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
1. Faslitas pertanian, pertanakan, dan perikanan
I
2. Faslitas sementara
3. Gudang penyimpanan
4. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang tarnasuk dalam kategeri resiko I,
III, IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Perumahan
2. Rumah toko dan rumah kantor II
3. Gedung perkantoran
4. Gedung apartemen/ rumah susun
5. Pusat perbelanjaan/ mall
73
6. Bangunan industri
7. Fasilitas manufaktur
8. Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada
saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dlbatasi untuk:
1. Bioskop
2. Gedung pertemuan
3. Stadion
4. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat -
darurat
5. Fasilitas penitipan anak
6. Penjara
7. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang
memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau
gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi III
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
1. Pusat pembangkit listrik biasa
2. Fasilitas penanganan air
3. Fasilitas penanganan limbah
4. Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV,
(termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan,
penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan
bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang
dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting,
termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk:
1. Bangunan-bangunan monumental
2. Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
3. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
IV
bedah dan unit gawat darurat
4. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi
kendaraan darurat
5. Tempat pertindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat
perlindungan darurat lainnya
74
6. Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
7. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan
pada saat keadaan darurat
8. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik,
tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur
pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran) yang
disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV.
(Sumber : SNI-1726-2012)
75
Tabel 5.16 Hasil Analisa Respon Spektra
Berdasarkan data diatas, nilai-nilai Fa, Fv, SMS, SM1, SDS dan SD1 dibuktikan secara
76
Tabel 5.18 Koefisien Situs Fv
Parameter Respons Spektral Percepatan Gempa (MCER) Terpetakan
Kelas Situs pada Periode Pendek, T=1 detik, S1
Ss ≤ 0,1 Ss = 0,2 Ss = 0,3 Ss = 0,4 S1 ≥ 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,8 2,4 2,4
SF SSb
(Sumber : SNI-1726-2012)
Berdasarkan tabel diatas, interpolasi terhadap nilai-nilai Ss dengan kelas situs tanah
0,4-0,387
Fv =2,4 + (2,8-2,4) = 2,452
0,4-0,3
Berdasarkan nilai Fa dan Fv yang didapat secara empiris, nilai SMS dan SM1 adalah
sebagai berikut :
Berdasarkan nilai SMS dan SM1 yang didapat secara empiris, nilai SDS dan SD1 adalah
sebagai berikut :
2 2
SDS = SMS = ×911 = 0,607
3 3
2 2
SD1 = 3 SM1 = 3 ×0,949 = 0,633
Apabila nilai respons spektral percepatan terpetakan perioda 1 detik, S1 lebih besar
atau sama dengan 0,75 untuk kategori risiko I, II atau III, harus ditetapkan sebagai
perioda 1 detik, S1 lebih besar atau sama dengan 0,75 untuk kategori risiko IV, harus
percepatan terpetakan perioda 1 detik, S1 bernilai 0,269 lebih kecil dari 0,75, maka
78
fundamental struktur. Nilai T0 diperhitungkan secara empiris berdasarkan rumus
berikut :
S
T0 = 0,2 SD1
DS
= 0,208s
a. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain,
0
= (0,4+0,6 0,208 )0,607
= 0,243
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil atau sama
S
Ts = SD1
DS
0,633
=
0,607
= 1,043s
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts , spektrum respons percepatan desain, Sa,
SD1
Sa =
T
sebagai berikut :
79
Tabel 5.21 Respon Spektrum Percepatan Desain
T Hasil Sa = SD1/T
0 0,243
T0 0,208 0,633
Ts 1,043 0,633
Ts+0,1 1,143 0,554
Ts+0,2 1,243 0,509
Ts+0,3 1,343 0,471
Ts+0,4 1,443 0,439
Ts+0,5 1,543 0,410
Ts+0,6 1,643 0,385
Ts+0,7 1,743 0,363
Ts+0,8 1,843 0,343
Ts+0,9 1,943 0,326
Ts+1,0 2,043 0,309
Ts+1,1 2,143 0,295
Ts+1,2 2,243 0,282
Ts+1,3 2,343 0,270
Ts+1,4 2,443 0,259
Ts+1,5 2,543 0,249
Ts+1,6 2,643 0,239
Ts+1,7 2,743 0,231
Ts+1,8 2,843 0,223
Ts+1,9 2,943 0,215
Ts+2,0 3,043 0,208
Ts+2,1 3,143 0,201
Ts+2,2 3,243 0,195
Ts+2,3 3,343 0,189
Ts+2,4 3,443 0,184
Ts+2,5 3,543 0,179
Ts+2,6 3,643 0,174
Ts+2,7 3,743 0,169
Ts+2,8 3,843 0,165
Ts+2,9 3,943 0,160
Ts+3,0 4,043 0,156
a. Mendefinisikan Material
Material yang digunakan dalam perencanaan gedung ini adalah material beton
dengan kuat tekan rencana yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya
yaitu 25 MPa dengan berat jenis beton sebesar 2400 kg/m3 atau setara dengan
23,56 kN/m3.
80
Gambar 5.7 Material Property Data
dan tinggi balok karena akan mempengaruhi nilai inersia dari balok.
jika gedung tipikal dan memiliki fungsi ruangan dengan nilai beban minimum yang
Balok dibebani oleh beban yang berasal dari reaksi tumpuan dari kuda-kuda
82
Gambar 5.10 Frame Point Loads
83
Gambar 5.12 Frame Point Loads pada balok Kopel
berat struktur yang dihasilkan dari berat struktur dan beban yang dibebankan pada
struktur. Berat sendiri struktur diakibatkan oleh elemen kolom, balok, beban kuda-
kuda, dan hidup. Berat bangunan yang terakumulasi ini akan digunakan dalam
penentuan base shear dalam analisa menurut SNI 1727-2012. Berikut ini
84
Berat bangunan yang dihasilkan dari ETABS harus dikalikan dengan angka
gravitasi sebesar 9,81 m/s2 agar dapat digunakan untuk mendapatkan gaya geser
dasar gempa.
(SRPMM). Pada SNI 1726:2012 tabel 9 bagian C ditentukan bahwa Sistem rangka
g×I
FS = R
9,81×1
=
5
= 1,926
Faktor skala dapat berubah ketika gempa dinamik yang dihasilkan program
lebih kecil dari 85% gempa statik, sehingga perlu dilakukan perhitungan
85
kembali besaran nilai faktor skala yang dimasukkan ke dalam program.
Berikut ini contoh mengatur respons spectrum (RS) dengan skala faktor yang
telah diperhitungkan :
modal yang dihasilkan dari program. Scale factor merupakan faktor skala yang
datangnya beban gempa. Scale factor pada RSX bernilai 100% pada U1 (x)
dan bernilai 30% pada U2 (y), dan sebaliknya ketika mendefinisikan RSY.
dengan nilai-nilai periode secara empiris yaitu periode minimum (Tamin) dan
Tamin = 0,1 x N
= 0,1 x 1
= 0,1s
87
Tamax = Cu x Tamin
= 1,4 x 0,1
= 0,14s
Nilai waktu getar yang digunakan untuk menentukan nilai koefisien seismik,
Cs dari program merupakan waktu getar yang dihasilkan dari gedung dengan
kondisi uncrack atau tidak terjadi pereduksian nilai inersia. Hal ini
dimaksudkan agar beban gempa yang dihasilkan lebih besar. Namun ketika
digunakan.
Pengambilan waktu getar gedung harus disesuaikan dengan jumlah ragam yang
sedikit 90% dari massa aktual masing-masing arah. Persentase sebesar 90%
periode getar alami struktur bangunan yang akan dibandingkan dengan waktu
getar secara empiris untuk menentukan nilai koefisien seismik (C s). Berikut
88
Tabel 5.25 Participating Mass Ratio Rumah Kopel
Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ
1 0,73 0 97,19 0 0 97,19 0
2 0,673 0,003 2,76 0 0,03 99,95 0
3 0,638 99,007 0,05 0 100 100 0
Apabila rasio partisipasi massa belum mencapai 90%, maka tambahkan lagi
modal sesuai dengan jumlah lantai. Rasio partisipasi massa akan semakin valid
jika dalam satu lantai terdiri dari tiga mode. Dalam hasil analisa, direncanakan
nilai Tuncrack tidak boleh lebih kecil dari pada nilai Tamax, sehingga dipakai
dipengaruhi oleh waktu getar bangunan. Waktu getar yang besar akan
menghasilkan nilai koefisien seismik yang kecil dan sebaliknya apabila waktu
getar kecil, akan menghasilkan gaya gempa yang besar. Untuk bangunan Non-
1) Arah X
S 0,633
Cs perlu= T×D1
R = =0,1266
I 0,929×5 1
SDS 0,607
Cs max = R = 5 =0,1214
I 1
89
2) Arah Y
S 0,633
Csperlu= T×D1
R = =0,1266
I 0,891×5 1
SDS 0,607
Csmax = R = 3 =0,1214
I 1
dari berat bangunan yang dikalikan dengan koefisien seismik, Cs. Gaya ini
merupakan gaya terakumulasi pada dasar bangunan hasil dari perkalian antara
koefisien seismik dan berat bangunan total gedung. Berikut ini perhitungan
V Tunggal = Cs x W t
= 0,1214 x 9,6384
= 1,1701 Ton
V kopel = Cs x W t
= 0,1214 x 11,203
= 1,360Ton
COMB 1 : 1,4D
Dengan nilai SDS sebesar 0,607, maka daftar kombinasi yang diinputkan dalam
dinamik beban gempa respons spectrum antara lain tabel center mass of rigidity,
tabel participating mass ratio, tabel story shears, tabel displacement, tabel wall
forces.
91
mendapatkan perilaku struktur yang mendekati keadaan sebenarnya
hasil dengan kemungkinan terburuk ketika gempa terjadi. Hal ini dapat terjadi
alami struktur yaitu lebih besar dari pada waktu getar alami yang dihasilkan
92
b. Periode Getar Alami Pakai
Nilai Tperiod dalam kondisi crack lebih besar dari pada nilai Tperiod dalam kondisi
Waktu getar yang digunakan untuk mendapatkan nilai gaya geser gempa
merupakan waktu getar terpilih, namun hasil output program berupa perilaku
struktur dan gaya gempa dinamik merupakan hasil dari gedung yang telah
Gaya gempa lateral yang timbul di semua tingkat harus ditentukan dengan cara
mengalikan nilai faktor distribusi vertikal (Cvx) dengan base shear. Dalam
penentuan nilai Cvx, diperlukan nilai k sebagai eksponen yang dipengaruhi oleh
perioda struktur. Dalam SNI 1726 : 2012, nilai k ditentukan dengan cara :
Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 0,5 detik atau kurang, maka
diambil k = 1.
Untuk struktur yang mempunyai perioda sebesar 2,5 detik atau lebih, maka
diambil k = 2.
93
Untuk struktur yang mempunyai perioda antara 0,5 dan 2,5 detik, k harus
Namun karena struktur bangunan hanya rumah sederhana 1 lantai, maka nilai Cv
adalah:
Cv Tunggal = 1
F = Cvx x Vstatik
= 1 x 1,1701
= 1,1701 Ton
Cv kopel =1
F = Cvx x Vstatik
= 1 x 1,36
= 1,36 Ton
Penentuan kembali nilai faktor skala diperlukan ketika beban gempa yang
dihasilkan dari proses pemodelan (Vdinamik) lebih kecil dari pada beban gempa
statik (beban gempa akibat berat sendiri struktur yang dikalikan dengan
koefisien statik, Cs). Batas minimum yang ditentukan ialah beban dinamik
tidak boleh kurang dari 0,85 beban statik. Berdasarkan hasil analisa program
ETABS, gaya geser gempa (Vdinamik) yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel
berikut :
94
Tabel 5.31 Gaya Geser Arah Y
VX (Ton) VY (Ton) VX Ton) VY (Ton)
STORY CASE
Tunggal Tunggal Kopel Kopel
STORY1 RSY 0,411 1,063 0,001 2,1906
dihasilkan oleh program tidak boleh lebih kecil dari 85% gaya geser statik
Etabs) lebih besar dari nilai 0,85Vstatik, maka nilai faktor skala (FS) tidak perlu
diubah.
Simpangan yang terjadi antar lantai harus dikalikan dengan faktor pembesaran
boleh lebih besar dari simpangan izin. Apabila simpangan izin lebih kecil dari
simpangan yang telah dikalikan dengan nilai Cd hal ini menunjukkan bahwa
Simpangan izin dipengaruhi oleh nilai tinggi tingkat di bawahnya (hsx). Berikut
δ = δe x Cd/Ie
= 5,837 x 4,5 / 1
= 26,266 mm
95
Δa = 0,025 x hsx / ρ
= 0,025 x 3100 / 1
= 77,5 mm
δ < Δa
h hsx δX δY
Story δX Cd δY Cd
(m) (m) (mm) (mm)
1 3,1 3,1 11,177 11,511 50,027 51,799
simpangan ijin, Δa yang disyaratkan SNI 1726 : 2012 pasal 7.12.1 tabel 16
sebagai berikut :
Δa : 0,025 hsx / ρ
Dalam SNI 1726 : 2012 pasal 7.3.4.2 menentukan bahwa gedung dengan
kategori desain seismik (KDS) D, E dan F boleh diambil nilai redudansi sebesar
1,3, kecuali memenuhi 1 dari syarat sesyau SNI 1726-2012 maka boleh diambil
Hasil Simpangan
δX Cd δY Cd Δa
X Y
Story
1 26,266 24,498 77,5 sesuai sesuai
Hasil Simpangan
δX Cd δY Cd Δa
Story X Y
1 50,027 51,799 77,5 Sesuai Sesuai
Berdasarkan SNI 1726:2012, torsi terdiri dari torsi bawaan dan torsi tak
terduga. Torsi bawaan terjadi atas adanya eksentrisitas pada bangunan. Nilai
eksentrisitas didapat dari selisih antara pusat masa (COM) dengan pusat
kekakuan (COR). Berikut ini adalah tabel eksentrisitas yang dihasilkan dari
ETABS :
Tabel 5.36 Data Eksentrisitas Torsi Bawaan dari ETABS Rumah Tunggal
COM (m) COR (m) eox eoy
Story
X Y X Y (m) (m)
1 3,014 3,235 3,112 3,154 -0,101 0,081
Tabel 5.37 Data Eksentrisitas Torsi Bawaan dari ETABS Rumah Kopel
COM (m) COR (m) eox eoy
Story
X Y X Y (m) (m)
1 3,4983 3,2375 5,3485 3,1716 -1,850 0,234
Torsi tak terduga adalah torsi pada keadaan penambahan nilai eksentrisitas
sebesar 5% dari dimensi arah tegak lurus panjang bentang struktur bangunan.
97
Tabel 5.38 Data Eksentrisitas Akibat Torsi Tak Terduga Rumah Tunggal
Panjang Total
0,05 L (m)
(m)
Story
Arah Arah
X Y
X Y
1 6 6,5 0,3 0,325
Tabel 5.39 Data Eksentrisitas Akibat Torsi Tak Terduga Rumah Kopel
Panjang Total
0,05 L (m)
(m)
Story
Arah Arah
X Y
X Y
1 12 6,5 0,6 0,325
dengan faktor pembesaran momen torsi tak terduga (A). Contoh perhitungan
faktor pembesaran torsi tidak terduga (Ax) pada arah X sebagai berikut:
δemax = 5,837 mm
δemin = 4,117 mm
δavg = 4,977 mm
∆maks 2
Ax = 1,2∆avg
≥1
5,837 2
= 1,2x4,997
≥1
= 0,973 ≤ 1
98
Tabel 5.40 Faktor Pembesaran Momen Arah X Rumah Tunggal
dihasilkan dari nilai gabungan eksentrisitas torsi bawaan dan torsi tak terduga
Eox = - 0,101 m
Lx =6m
0,05 Lx = 0,3 m
Ax =1
99
Edx (+) = Eox + (0,05 Lx x Ax)
= -0,101 + (0,3 x 1)
= 0,199
= -0,101 - (0,3 x 1)
= -0,401
Eksentrisitas desain negatif lebih besar dari pada positif tanpa melihat tanda
Persentase= Edx / Lx
= 0,401 / 6
= 6,683%
SNI 1726:2012 dalam ketidakberaturan torsi 1a dan 1b, terdapat tiga kondisi
100
δmax < 1,2 δavg No Irregularity (No)
sebagai berikut:
B = 130 x 200 mm
tulangan. Selai itu, perancangan akan dihitung dua kali berdasarkan tinjauan arah
101
momen positif dan negative akibat penampang balok menerima arah momen yang
pada tumpuan dan lapangan dengan nilai positif maupun negative yang diperoleh
dari output program ETABS. Untuk perhitungan balok jenis lainnya, perhitungan
dilakukan dengan prosedur yang sama dengan tata cara perhitungan seperti berikut
ini:
Gambar 5.17 Penggambaran 1/3 momen dari momen yang terjadi untuk tulangan
tekan
103
5.6.1 Perhitungan Tulangan Balok
a. Menentukan Tulangan Tumpuan
Asumsikan tulangan lentur yang dipakai 10 mm
Mu = 6,593 kNm = 6593000 Nmm
1) Data balok
2) Penulangan Perlu
β untuk fc < 28 mpa = 0,85
0,85 x fc 600
ρb = x β1 x
fy 600 + fy
= 0,0446
,
ρmax = ρb
,
= 0,0208
ρ
Rumax = ρmax øfy 1- max
1,7fc'
,
= 0,0208 . 0,9 . 240 1 − , . ,
= 4,49 mpa
Mu1 = Rumaxbd2
= 16278809,3 Nmm
104
= 16,279 kNm
= 0,165
fc
ρ = 0,85- 0,852 -Q
fy
As =ρxbxd
= 194,647 mm2
n = Asperlu/as tulangan
=194,647/78,5
=2,48 = 3 tulangan
105
Tabel 5.54 Jumlah Tulangan
Øsengkang Øtul-1 Tul tarik Tul tekan ds
mm Mm Buah Buah mm
8 10 5 2 33
Ts = As x fy
Cc + Cs= Ts
Cs = As’ x fy
Ts = As x fy
Ts = 0,85 x fc x b x a
a = , ,
= 24,65 mm
,
C = ,
Regangan Tarik 2
εs = 0,003 x
106
= 0,003 x
= 0,0116
εy = 0,0012
regangan tekan
εs’ = 0,003 x
= 0,003 x
= 0,0001
εy = 0,0012
fs = 0,0001 x 200000
= 20,689 mpa
Karena tidak sesuai anggapan dicari dicari nilai a baru, dengan asumsi
Ts = As x fy
Cc + Cs= Ts
Cs = As’ x fs
= 157 x 20,689
Ts = As x fy
= 392,5 x 240
Ts - Cs = 0,85 x fc x b x a
,
a = , ,
107
= 39,667 mm
,
C = ,
Regangan Tarik 2
εs = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,00613
εy = 0,0012
regangan tekan
εs’ = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,0012
εy = 0,0012
εs = εy asumsi benar
tulangan terluar
εt = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,007
εt > 0,005
Cc = 0,85 x a x b x Fc
108
= 90951,473 N
Cs = As’ . fs
= 157 . 20,689
= 3248,173
Nilai momen nominal (Mn), Momen rencana (Mr) tampak balok adalah
Mn = Cc (d-a/2) + Cs (d-ds’)
39,667
= 90951,473 154,5- + 3248,173 ( 154,5 – 33)
2
= 12248116,54 + 394653,019
= 126427690,02 Nmm
= 12,643 kNm
Mr = 0,9 Mn
= 11,378 kNm
Mr > Mu
109
Tabel 5.55 Rekapan Tulangan Lentur
P Øsengkang Øtul-1 ds h d
mm mm Mm mm mm mm
20 8 10 33 200 167
2) Penulangan Perlu
0,85 x fc 600
ρb = x β1 x
fy 600 x fy
= 0,0446
,
ρmax = ρb
,
= 0,0208
max ρ
Rum = ρmax øfy 1- 1,7f
c'
0,0208
= 0,0208 . 0,9 . 240 1- 1,7.20,75
= 4,49 mpa
Mu1 = Rumaxbd2
= 16278809,3 Nmm
= 16,279 kNm
= 0,152
fc
ρ = 0,85- 0,852 -Q
fy
110
= 0,0082 < ρmax (penampang terkendali tarik)
As per= ρ x b x d
= 177,23 mm2
n = Asperlu/as tulangan
=177,23/78,5
=2,25 = 3 tulangan
Ts = As x fy
Cc + Cs= Ts
Cs = As’ x fy
Ts = As x fy
Ts = 0,85 x fc x b x a
a = , ,
= 24,65 mm
,
C = ,
111
Regangan Tarik 2
εs = 0,003 x
= 0,003 x
= 0,0116
εy = 0,0012
regangan tekan
εs’ = 0,003 x
= 0,003 x
= 0,0001
εy = 0,0012
fs = 0,0001 x 200000
= 20,689 mpa
Karena tidak sesuai anggapan dicari dicari nilai a baru, dengan asumsi
Ts = As x fy
Cc + Cs= Ts
Cs = As’ x fs
= 157 x 20,689
Ts = As x fy
= 392,5 x 240
112
Ts - Cs = 0,85 x fc x b x a
,
a = , ,
= 39,667 mm
,
C = ,
Regangan Tarik 2
εs = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,00613
εy = 0,0012
regangan tekan
εs’ = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,0012
εy = 0,0012
εs = εy asumsi benar
tulangan terluar
εt = 0,003 x
,
= 0,003 x ,
= 0,007
εt > 0,005
113
Cc = 0,85 x a x b x Fc
= 90951,473 N
Cs = As’ . fs
= 157 . 20,689
= 3248,173
Nilai momen nominal (Mn), Momen rencana (Mr) tampak balok adalah
Mn = Cc (d-a/2) + Cs (d-ds’)
39,667
= 90951,473 154,5- + 3248,173 ( 154,5 – 33)
2
= 12248116,54 + 394653,019
= 126427690,02 Nmm
= 12,643 kNm
Mr = 0,9 Mn
= 11,378 kNm
Mr > Mu
114
Untuk menghitung tulangan pada balok rumah kopel digunakan cara yang
sama seperti diatas, dengan hasil jumlah tulangan yang dibutuh kan sama
Gambar berikut.
fy = 240 Mpa
b = bw = 120 mm
h = 200 mm
ds = 20 mm
115
= 200 ─ (10/2) ─ 20 = 175 mm
= 31567,652 N = 31,568 kN
= 63135,305 N = 63,135 kN
Vu = 5,828 kN, (Vu < ½ ∅Vc), maka tidak dibutuhkan tulangan geser.
dengan tulangan minimum dengan jarak d/2. Maka area ini ditetapkan
menggunakan D8-75.
116
= 31567,652 N = 31,568 kN
= 63135,305 N = 63,135 kN
pandang analisis, misalnya portal bergoyang dapat dilihat dari pola beban
atau kekauan portal yang tidak simetris seperti tampak dalam Gambar 8.1 (a)
sampai dengan (d). struktur tidak bergoyang dapat dikenali dari beban dan
kekakuan yang serba simetri atau secara visual titik buhul dari portal itu diberi
pengekang dalam bentuk rangka diagonal atau sendi pada titik-titik buhulnya
117
Kriteria bergoyang dan tidak bergoyang dalam struktur beton bertulang
apabila momen yang ditimbulkan oleh perkalian gaya aksial kolom kumulatif
(ƩPu) dari tingkat diatasnya dan lendutan horizontal relative (∆0 diantara
dua tingkat) antara tingkat itu dan tingkat di atasnya tidak melebihi 5% dari
momen yang ditimbulkan oleh perkalian antara gaya geser total kolom (Vu)
Pada poin ini dibahas langkah-langkah dalam merancang kolom. Kolom yang
dirancang adalah kolom berukuran 120 mm x 120 mm yang terdapat pada 1 lantai.
118
fy > 12 mm = 370 mpa
119
-
STORY1 Comb14 -0,3162 -0,0998 0,0131 0,2894 0,9169
10,6951
STORY1 Comb15 -9,9532 0,155 0,279 0,0068 -0,809 -0,4496
-
STORY1 Comb16 0,1632 -0,2849 -0,0162 0,8261 -0,4732
11,1422
STORY1 Comb17 -9,939 -0,1658 0,2835 0,0166 -0,8223 0,4808
-
STORY1 Comb18 -0,1567 -0,2767 -0,0064 0,8023 0,4544
11,1279
Arah X - X
120
Gaya aksial luar terfaktor (Pu) pada lantai 2 = -37,109 kN
Arah Y - Y
Arah X – X
Suatu tingkat pada struktur boleh diangap tidak bergoyang apabila Stability
Ʃpu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat diatasnya, pada lantai didapat
ΣPu x Δ0
Qx =
Vu x Lc
37,109 x 0,0106
=
0,5256 x 2,9
Arah Y – Y
121
Suatu tingkat pada struktur boleh diangap tidak bergoyang apabila Stability
Ʃpu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat diatasnya, pada lantai didapat
ΣPu x Δ0
Qy =
Vu x Lc
37,109 x 0,0103
=
0,293 x 2,9
17280000
∑ 2900
= 80000000
∑
2860
= 0,213
ψa +ψb 0,213 +0
m= =
2 2
= 0,106
20-ψm
K = 1+ψm
20
20-0,106
= 1+0,106
20
122
= 1,046
Karena tampang kolom persegi, maka nilai radius girasi dapat dihitung sebagai
berikut:
r = 0,3 h
=0,3 x 120 mm
= 36 mm = 0,036 m
d. Jenis kolom
K x ln 1,0406 X 3300
= = 95,388
r 36
Syarat pertama, yaitu kolom dapat dianalisis secara kolom pendek bila nilai Kl/r
Arah X-X
34 – 12 (M1/M2) = 34 – 12 (0/5,886) = 34
Karema Kl/r = 78,39 > 34–12 (M1/M2) = 34, maka kolom dapat dianalisis
Arah Y-Y
Ig = 17280000 mm4
Ec = 21049,519 mpa
123
1.2 PDL
ßd =
1.2 PDL+1.6 PDL
= 0.4286
0,4EC Ig
El =
1+ßd
= 191909218313
π² EI
Pc =
(1+lc)²
3,14^2 x 191909218313
=
1,0406 x 3300^2
= 126927,4425 N
= 126,692 kN
f. Pembesaran Momen
1 1
δsx = ∑Pu = 37,109 = 1,902
1- 1-
0,75 . ∑Pcx 0,75 . 126,692
Ast = 2% Ag
= 14400 x 0,0
= 288 mm2
Ast
n =
π² D.¼
288
=
3,14 x 10²x¼
124
= 3,669
= 4 buah tulangan
Tabel 5.59 Penulangan Kolom yang Ditinjau
Larik Jumlah Jarak
No As (mm2)
ke- Tul dari tepi
1 1 2 43 157
2 2 2 43 157
= 200 kN/mm2
Fy = 240
∑y =
= 298993,2789 N = 298,993 kN
Pn max = 0,8 P0
= 0,8 (298,993)
125
= 239,195 kN
∅ P0 = 0,65 (298,993)
= 194,345 kN
= 155,477 kN
diambil c = 90 mm ( > cb )
a= 1 . c = 0,85 (90) = 72 mm
30 - 20
1 = x 0,003 = 3,33 x 10-4 < y
90
71,429 - 30
2’ = x 0,003 = 1,714 x 10-3 > y
90
126
∅ Mn = 0,65 (5224,934) = 3396,207 kN
48,571 - 20
1 = x 0,003 = 1,199 x 10-3 ≈ 1,2 x 10-3 = y
71,429
f1 = fy = 0,24 kN/mm2
71,429 - 20
2 = x 0,003 = 2,16 x 10-3 > y
71,429
f2 = fy = 0,24 kN/mm2
Diambil c = 50 mm
70 - 20
1 = x 0,003 = 3 x 10-3 > y
50
127
f1 = fy = 0,24 kN/mm2
50 - 20
2 = x 0,003 = 1,8 x 10-3 > y
50
f2 = fy = 0,24 kN/mm2
Pu∅ = 26,982 kN
Pada keadaan ini dihitung seperti balok. Karena luas tulangan tekan dan
a - β1 . ds 17,737 - 0,85 . 20
f2 ' = 600 a
= 600 17,737
= 24,931 Mpa
= 3078998,427 Nmm
= 313292,918 Nmm
Mn = Mnc + Mns
= 3078998,427 + 313292,918
= 3392291,345 Nmm
= 3,392 kNm
129
Dengan hasil perhitungan ∅Pn dan ∅Mn yang diperoleh dari beberapa
tinjauan di atas, dibuat diagram interaksi kolom kuat rencana seperti gambar
berikut:
300
Gaya Aksial (kN)
250
200
Nominal
150
Rencana
100 Pu,Mu
50
0
0 2 4 6 8
Momen (kNm)
i. Tulangan Geser
Nu,k √fc'
Vc = 1 + . b. d
14 Ag 6
= 10787,413 N
130
Gaya geser yang ditahan oleh begel
Vu - ∅ Vc
Vs =
∅
= - 10786,706 N
Karena Vs < 0 maka dipakai begel minimum dengan luas per meter panjang
sebagai berikut:
n 2
. π . dp2 . S . π . 82 . 1000
4 4
s= = = 603,185 mm
Av,u 166,667
s ≤ 16 . D = 16 (10) = 160 mm
s ≤ d/2 = 100 / 2 = 50 mm
s ≤ 600 mm
Ast= 1,5% Ag
= 390 mm2
Ast
n =
π² D.¼
390
=
3,14 x 10²x¼
= 4,968
= 6 buah tulangan
Tabel 5.64 Penulangan Kolom yang Ditinjau
Larik Jumlah Jarak
No As (mm2)
ke- Tul dari tepi
1 1 3 33 235,5
2 2 3 33 235,5
= 200 kN/mm2
Fy = 240
∑y=
= 563397,7375 N = 563,398 kN
Pn max = 0,8 P0
= 0,8 (563,398)
= 450,646 kN
∅ P0 = 0,65 (563,646)
= 366,15 kN
= 292,92 kN
diambil c = 90 mm ( > cb )
40 - 33
1 = x 0,003 = 2,333 x 10-4 > y
90
90 - 33
2’ = x 0,003 = 1,9 x 10-3 > y
90
133
Tabel 5.65 Tinjauan Beton Tekan Menentukan
Gaya (kN) Lengan ke sumbu (mm) Momen (kNmm)
-T1 = 235,5 (0,0467) -Z1 = (130/2 – 33) = -32 -T1. -Z1 = 351,936
= -10,998
Cc = 0,85 (0,02075) (76,5) (200) Zc = (130 – 76,5)/2 = Cc. Zc = 7218,595
= 269,854 26,75
Cs = 235,5 (0,24) Zs = (130/2 – 33) = 32 Cs. Zs = 1808,64
= 56,52
Pn = 315,376 Mn = 9379,171
51,429 - 33
1 = x 0,003 = 7,036 x 10-4 < 1,2 x 10-3 = y
78,571
f1 = 0,141 kN/mm2
78,571 - 33
2 = x 0,003 = 1,74 x 10-3 > y
78,571
f2 = fy = 0,24 kN/mm2
Diambil c = 50 mm
80 - 33
1 = x 0,003 = 2,82 x 10-3 > y
50
f1 = fy = 0,24 kN/mm2
50 - 33
2 = x 0,003 = 1,02 x 10-3 < y
50
f2 = 0,204 kN/mm2
Pada keadaan ini dihitung seperti balok. Karena luas tulangan tekan dan
a - β1 . ds 23,592 - 0,85 . 33
f2 ' = 600 a
= 600 23,592
= -133,377 Mpa
= 8172613,479 Nmm
= -2418591,83 Nmm
Mn = Mnc + Mns
= 8172613,479 + (-2418591,83)
= 5754021,649 Nmm
= 5,754 kNm
136
Tabel 5.68 Tinjauan Beban P = 0
Kondisi P (kN) M (kNm)
P0 ∅ Pn Mn ∅ Mn
Beban Sentris 563,398 366,15 0 0
Beton Tekan Menentukan 315,376 204,994 9,379 6,096
Kondisi Seimbang 259,156 168,451 10,325 6,711
Tulangan Tarik Menentukan 141,411 49,8 9,905 6,438
P=0 0 0 5,754 4,6
Dengan hasil perhitungan ∅Pn dan ∅Mn yang diperoleh dari beberapa
tinjauan di atas, dibuat diagram interaksi kolom kuat rencana seperti gambar
berikut:
500
Gaya Aksial (kN)
400
300 Nominal
Rencana
200
Pu,Mu
100
0
0 5 10 15 20
Momen (kNm)
137
c. Perhitungan tulangan kolom arah y
SNI 03-2847-13 Pasal 21.6.3.1
Syarat luas tulangan total longitudinal adalah 1% - 6% maka dicoba 2%Ag
yaitu sebagai berikut:
Ast= 1,5% Ag
= 390 mm2
Ast
n =
π² D.¼
390
=
3,14 x 10²x¼
= 4,9
= 6 buah tulangan
Tabel 5.69 Penulangan Kolom yang Ditinjau
Larik Jumlah Jarak
No As (mm2)
ke- Tul dari tepi
1 1 2 33 78,5
2 2 2 100 78,5
3 3 2 33 78,5
= 200 kN/mm2
Fy = 240
∑y=
= 562943,65 N = 562,944 kN
Pn max = 0,8 P0
= 0,8 (562,944)
= 450,354 kN
∅ P0 = 0,65 (562,944)
= 365,913 kN
= 292,73 kN
70 - 33
1 = x 0,003 = 8,54 x 10-4 < y
130
130 - 100
2’ = x 0,003 = 6,92 x 10-4 < y
130
139
f2 = 1. Es = 6,92 x 10-4 . 200 = 0,138 kN/mm2
130 - 33
3’ = x 0,003 = 2,24 x 10-3 > y
130
f3 = 0,24 kN/mm2
80,715 - 33
1 = x 0,003 = 1,2 x 10-3 > y
119,285
f1 = fy = 0,24 kN/mm2
119,285 - 100
2 = x 0,003 = 4,85 x 10-4 > y
119,285
f2 = 0,097 kN/mm2
119,285 - 33
3 = x 0,003 = 2,17 x 10-3 > y
119,285
140
f3 = fy = 0,24 kN/mm2
Diambil c = 80 mm
a= 1 . c = 0,85 (80) = 68 mm
120 - 33
1 = x 0,003 = 2,1 x 10-3 > y
80
f1 = fy = 0,24 kN/mm2
120 - 100
2 = x 0,003 = 7,5 x 10-4 = y
80
f2 = 0,15 kN/mm2
90 - 33
3 = x 0,003 = 1,9 x 10-3 > y
90
f3 = fy = 0,24 kN/mm2
141
Tabel 5.72 Tinjauan Tulangan Tarik Menentukan
Gaya (kN) Lengan ke sumbu (mm) Momen (kNmm)
-T1 = 157 (0,24) Z1 = (200/2 – 33) = 67 -T1. -Z1 = 2524,56
= -37,68
-T1 = 157 (0,15) Zc = (200/2 – 100) = 0 -T1. -Z1 = 0
= -23,55
Cc = 0,85 (0,02075) (68) (130) Zc = (200 – 68)/2 Cc. Zc = 10290,39
= 155,915 = 66
Cs = 157 (0,24) Zs = (200/2 – 33) = 67 Cs. Zs = 2524,56
= 37,68
Pn = 132,365 Mn = 10290,39
Pu∅ = 49,8 kN
Pada keadaan ini dihitung seperti balok. Karena luas tulangan tekan dan
142
a - β1 . ds 25,31 - 0,85 . 33
f2 ' = 600 a
= 600 25,31
= -64,954 Mpa
= 8957051,972 Nmm
= -2733004,5 Nmm
Mn = Mnc + Mns
= 8957051,972 + -2733004,5
= 6224047,468 Nmm
= 6,22 kNm
143
Dengan hasil perhitungan ∅Pn dan ∅Mn yang diperoleh dari beberapa
tinjauan di atas, dibuat diagram interaksi kolom kuat rencana seperti gambar
berikut:
500
Gaya Aksial (kN)
400
300 Nominal
Rencana
200
Pu,Mu
100
0
0 5 10 15 20
Momen (kNm)
e. Tulangan Geser
Nu,k √fc'
Vc = 1 + . b. d
14 Ag 6
= 16861,035 N
144
Gaya geser yang ditahan oleh begel
Vu - ∅ Vc
Vs =
∅
= - 16860,328 N
Karena Vs < 0 maka dipakai begel minimum dengan luas per meter panjang
sebagai berikut:
n 2
. π . dp2 . S . π . 82 . 1000
4 4
s= = = 361,727 mm
Av,u 277,778
s ≤ 16 . D = 16 (10) = 160 mm
s ≤ d/2 = 100 / 2 = 50 mm
s ≤ 600 mm
145
5.9 Perencanaan Pondasi Rumah
Perencanaan pondasi pada Rumah ini menggunakan pondasi batu kali. Beban pada
pondasi tersebut dengan mengambil beban aksial (P) dari perhitungan portal
melintang. Pondasi ini harus tahan terhadap gaya vertikal serta dapat memindahkan
beban – beban dari kolom kepada tanah bawah tanpa dilampauinya daya dukung
tanah. Dimensi yang direncanakan meliputi panjang, lebar dan ketebalan telapak
pondasi.
yang aksial dan beban mati pada bangunan. Beban terdiri dari berat konstruksi
diatas (G1), berat sloof (G2), berat tanah urug (G3), berat dinding (G4) dan berat
pondasi (G5).
146
ø = 13
Nc = 11,41
Nq = 3,63
Ny = 1,04
C = 38 kN/m2
ɣ = 13,82 kN/m3
H = 1,5 m
B = 0,6 m
= 509,08 kN/m2
Qi = Qu/Fs
Qi = 509,08/3
= 169,69 kN/m2
= 16,97 Ton/m2
b. Perencanaan pondasi
Direncakan pondasi batu kali berdimensi 30 x 60 x 60
G1 = 37,109 kN
= 3427,04 kg
G2 = b . h . ɣb . panjang sloof
= 216 kg
147
G3 = ɣd . b . h . l
= 1382 . 1 . 1,5 . 3
= 6219 kg
= 250 . 3 . 3,5
= 2625 kg
= 2673 kg
3427,04+216+6219+2625+2673
=
0,6 . 3 . 1,5
= 5614,829 kg/m2
= 5,615 t/m2
Maka
σ` < Qi
tahan gempa di Indonesia, salah satunya adalah penelitian Teddy Boen. Uraian
148
5.9.1 Detail Atap
149
5.9.2 Detail Balok
150
5.9.3 Detail Kolom
151
5.9.4 Detail Fondasi
a. Volume Pekerjaan
Volume pekerjaan dihitung berdasarkan gambar bestek serta syarat-syarat desain
Berikut diberikan contoh volume pekerjaan pada pekerjaan persiapan, galian, dan
urugan:
152
Tabel 5.75 Daftar Volume Pekerjaan Persiapan, Galian, dan Urugan
No Uraian Pekerjaan Satuan Volume
1. Pekerjaan pembersihan lahan M2 72
2. Pekerjaan pengukuran dan pasangan bouwplank M’ 36,00
3. Pekerjaan galian tanah untuk fondasi M3 15,36
3
4. Urugan pasir di bawah fondasi M 5,12
5. Urugan pasir di bawah lantai M3 1,60
3
6. Urugan tanah kembali ke sisi fondasi M 1,95
b. Harga Upah
Rumah Tahan Gempa Tipe 45 direncanakan berada di wilayah Banten, maka
data harga upah diambil dari AHS SNI 2002-2008 Tahun 2017-2018 untuk
pulau Jawa sedangkan harga bahan diambil dari hasil survey di beberapa toko
153
Tabel 5.77 Daftar Harga Bahan
No Bahan Satuan Harga Bahan (Rp)
1. Kayu kaso 5/7 duren Btg 37,500
2. Kayu papan 2/20 Btg 20,000
3. Paku 5 – 10 cm Kg 16,000
3
4. Pasir urug M 190,000
meter persegi (1 m2) dari masing - masing komponen pekerjaan. Besarnya nilai
biaya setiap komponen pekerjaan per satuan volume didapat dari hasil
perkalian antara indeks produktifitas SNI dan besarnya nilai upah ataupun
Tabel 5.78 Daftar Harga Satuan Pekerjaan Persiapan, Galian, dan Urugan
Harga Jumlah
No. Uraian Sat. Koef.
Satuan (Rp) (Rp)
I. Pekerjaan Persiapan (RSNI-T-12-2002)
1. 1 m’ – Pengukuran dan Pemasangan Bowuplank
a. Kayu kaso 5/7 duren M3 0,012 2,678,571 32,143
b. Paku 5-10 cm Kg 0,020 16,000 320
c. Kayu papa 2/20 M3 0,007 1,250,000 8,750
d. Tukang kayu O/H 0,100 107,400 14,600
e. Pekerja O/H 0,100 85,500 11,700
f. Kepala Tukang O/H 0,010 133,200 1,760
g. Mandor O/H 0,100 198,000 20,600
Jumlah 81,635
2
2. 1 m – Pembersihan lokasi proyek
a. Pekerja O/H 0,100 85,500 8,550
154
b. Mandor O/H 0,005 198,000 990
Jumlah 9,540
II. Pekerjaan Tanah (RSNI-2835-2008)
1. 1 m3 – Galian tanah sedalam 1 m
a. Pekerja O/H 0,750 85,500 64,125
b. Mandor O/H 0,025 198,000 4,950
Jumlah 69,075
3
2. 1 m – Urugan tanah kembali
a. Pekerja O/H 0,300 85,500 25,650
b. Mandor O/H 0,015 198,000 2,970
Jumlah 28,620
3
3. 1 m – Urugan pasir
a. Pasir urug M3 1,200 170,000 216,000
a. Pekerja O/H 0,300 85,000 25,650
b. Mandor O/H 0,010 198,000 1,980
Jumlah 243,480
analisis harga satuan, dengan volume pekerjaan pada tiap-tiap item pekerjaan.
155
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian secara analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik
a. Simpangan yang sudah dikali faktor pembesaran untuk rumah single yang
terjadi adalah 26,266 mm untuk arah X dan 24,498 mm untuk arah Y dengan
b. Simpangan yang sudah dikali faktor pembesaran untuk rumah Kopel yang
terjadi adalah 50,027 mm untuk arah X dan 51,799 mm untuk arah Y dengan
c. Digunakan tulangan sebesar 2,113 % dari luas gross balok untuk desain balok
d. Digunakan tulangan sebesar 1,857 % dari luas gross kolom untuk desain kolom
e. Rencana Anggaran biaya untuk model Single bernilai sebesar Rp. 99.000.000,-
( Sembilan puluh sembilan tujuh juta rupiah) dan untuk model kopel sebesar
6.2 Saran
Dilihat dari kesimpulan sebelumnya, saran yang dapat Peneliti berikan kepada
a. Melakukan survei material dan upah agar efisiensi harga pada rencana
157
DAFTAR PUSTAKA
Achyar, Kemal. 2017. Analisa Alternatif Material Dinding Tahan Gempa Pada
Rumah Tipe 45 Menggunakan Rekayasa Nilai. Banda Aceh: Fakultas
Teknik Universitas Syiah Kuala Darussalam
Boen, Teddy. Dkk. 2010. Cara Memperbaiki Bangunan Sederhana Yang Rusak
Akibat Gempa Bumi. World Seismic Safety Initiative. Jakarta
Boen, Teddy. 2009. Manual Bangunan Tahan Gempa. World Seismic Safety
Initiative. Jakarta
Boen, Teddy. 2015. Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi Bangunan Nir-
Rekayasa Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hermansah, Agung dan Alex Shofa M. 2007. Analisa Efektifitas Struktur Outrigger
Pada Bangunan Tahan Gempa. Semarang: Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Dipenogoro
Ibrahim, Bachtiar. 1993. Rencana dan Estimate Real of Cost. Jakarta: Bumi Aksara
Rinaldi, Zelly, Ari Widyanti Purwantiasning. Dkk. 2015. Analisa Konstruksi Tahan
Gempa Rumah Tradisional Suku Besemahrum di Kota Pagaralam Sumatera
Selatan. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015. Jakarta: Fakultas
Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta
Sahay, Nugraha Sagit. 2010. Penerapan Bentuk Desain Rumah Tahan Gempa.
Palangkaraya: Jurusan Teknik Sipil Palangka Raya
Tim Revisi Peta Gempa Indonesia. 2010. Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta
Gempa Indonesia 2010. Bandung
Widodo, Eko. 2017. Analisis Biaya Proyek Perumahan Citra Pesona Indah Kota
Palu. Jurusan Teknik Sipil: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Widyarti, Meiske, Budi Indra Setiawan. Dkk. 2011. Konsep Ecohouse pada Rumah
Baduy Dalam. Jurnal Keteknikan Pertanian
Yoresta, Fengky Satria. 2018. Analisis Ketahanan Gempa Rumah Tembokan Beton
Bertulang di Perumahan Graha Arradea. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
LAMPIRAN DED
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sultan Agung Tirtayasa
BL (JUNI 2019)
TIPE
TUMPUAN KIRI LAPANGAN TUMPUAN KANAN
RUMAH TAHAN GEMPA TIPE 45
DI PROVINSI BANTEN
D8-80
d = 155,8 mm
dt = 167 mm
5D10 Pembimbing I :
h = 200 mm
5D10 2D10
Baehaki, S.T., M.Eng
d = 155,8 mm
h = 200 mm
h = 200 mm
dt = 167 mm
dt = 167 mm
POTONGAN Pembimbing II :
Rifky Ujianto, S.T., M.T
2D10 5D10 2D10
DIKETAHUI PARAF
y = 44,2
d' = 33 Penguji I :
Ir. Andi
b = 120 mm D8-80 b = 120 mm D8-80 Maddepungeng, M.T
b = 120 mm
Penguji II :
UKURAN KOLOM 120 x 120 120 x 120 120 x 120 Hendrian Budi B. K,
S.T., M. Eng
GAMBAR SKALA
DETAIL PENULANGAN
1 : 25
BALOK PROTOTYPE 2
DIGAMBAR PARAF
Moch. Danu
Umbara
3336141925
A4
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Sultan Agung Tirtayasa
(JULI 2019)
TIPE KP KETERANGAN
RUMAH TAHAN GEMPA TIPE 45
UKURAN KOLOM 130 x 130 DI PROVINSI BANTEN
20 mm
TULANGAN UTAMA 4D10 DIPERIKSA PARAF
20 mm
Pembimbing II :
Rifky Ujianto, S.T., M.T
130 mm
DIKETAHUI PARAF
TIPE K KETERANGAN Penguji I :
Ir. Andi
Maddepungeng, M.T
UKURAN KOLOM 130 x 200
Penguji II :
20 mm Hendrian Budi B. K,
TULANGAN UTAMA 6D10
S.T., M. Eng
20 mm GAMBAR SKALA
DIGAMBAR PARAF
Moch. Danu
Umbara
3336141925
A4 20 20
130 mm 15D 200 mm
200 mm
40 D 20D Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik
1/4 L
TUMPUAN LAPANGAN TUMPUAN RING BALOK Universitas Sultan Agung Tirtayasa
130/200
(JUNI 2019)
1/4 L 1/2 L 1/4 L
D8 - 75
RUMAH TAHAN GEMPA TIPE 36
DI PROVINSI BANTEN
2835 mm
DIPERIKSA PARAF
2900 mm
Pembimbing I :
Baehaki, S.T., M.Eng
D8 - 150
1/2 L
Pembimbing II :
Rifky Ujianto, S.T., M.T
KOLOM PERSEGI KOLOM PIPIH
130/130 130/200 DIKETAHUI PARAF
Penguji I :
Ir. Andi
Maddepungeng, M.T
Penguji II :
JANGKAR MIN. DIA. 10 MM Hendrian Budi B. K,
PANJANG > 40 CM TIAP 6 LAPIS S.T., M. Eng
BATA
CATATAN/REVISI
1/4 L
D8 - 75
40 D 1.00
SLOOF 130/200
GAMBAR SKALA
POTONGAN
1 : 20
RING BALOK - KOLOM
DIGAMBAR PARAF
MOCH. DANU
UMBARA
3336141925
HARGA
JUMLAH
NO. URAIAN SATUAN KOEF. SATUAN
(Rp)
(Rp)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN (RSNI-T-12-2002)
1. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Kayu kaso 5/7 duren M³ 0,012 2.678.571 32.143
Paku 5 − 10 cm Kg 0,020 16.000 320
Kayu papan 2/20 M³ 0,007 1.250.000 8.750
Tukang kayu O/H 0,100 107.000 10.700
Pekerja O/H 0,100 85.000 8.500
Kepala tukang kayu O/H 0,010 136.000 1.360
Mandor O/H 0,100 198.000 19.800
Jumlah 81.573
2. Pembersihan Lokasi Proyek
Pekerja O/H 0,100 85.000 8.500
Mandor O/H 0,005 198.000 990
Jumlah 9.490
Dibulatkan 9.490
HARGA JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN VOL. SAT. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN, GALIAN, DAN URUGAN
1. Pembersihan lokasi proyek 72,00 M² 9.490 683.280
2. Pengukuran dan pemasangan bowplank 36,00 M' 81.573 2.936.623
3. Pekerjaan galian tanah pondasi 15,36 M³ 85.410 1.311.898
4. Urugan tanah kembali sisi pondasi 5,12 M³ 28.470 145.766
5. Urugan pasir di bawah pondasi 1,60 M³ 27.480 43.968
6. Urugan pasir di bawah lantai 1,95 M³ 27.480 53.586
Jumlah 5.175.121
II. PEKERJAAN PONDASI DAN BETON BERTULANG
1. Pembuatan pondasi batu belah 1 Pc : 5 Psr 8,64 M³ 780.330 6.742.051
2. Pembuatan sloof beton bertulang 1,28 M³ 3.965.061 5.085.191
3. Pembuatan kolom beton bertulang praktis 0,63 M³ 6.637.557 4.157.766
4. Pembuatan ring balok beton bertulang 1,28 M³ 5.169.661 6.630.090
Jumlah 22.615.098
III. PEKERJAAN DINDING, PLESTERAN, DAN ACIAN
1 Pasangan dinding bata merah 1 : 5 bangunan 58,38 M² 91.926 5.366.851
2 Plesteran Campuran 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm 110,23 M² 57.731 6.363.643
3 Acian plesteran 1 : 5 dan 1 : 3 110,23 M² 35.120 3.871.264
Jumlah 15.601.758
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING
1. Pasangan lantai keramik polos 40 cm x 40 cm 34,85 M² 106.969 3.727.335
2. Pasangan lantai keramik polos 20 cm x 20 cm 1,59 M² 115.652 183.609
3. Pasangan dinding keramik motif 20 cm x 20 cm 7,75 M² 208.020 1.612.158
Jumlah 5.523.102
V. PEKERJAAN ATAP
1. Pasangan baja ringan 55,95 M³ 162.882 9.112.740
2. Pekerjaan atap genteng metal pasir kwarsa 55,95 M³ 88.870 4.971.999
3. Pekerjaan nok genteng metal sheet 7,13 M' 89.892 640.481
Jumlah 14.725.220
VI. PEKERJAAN PLAFOND
1. Pasangan plafond GRC tebal 4 mm 78,00 M² 88.032 6.866.496
2. Pasangan lis plafon profil 5 cm 27,58 M' 16.274 448.756
Jumlah 7.315.252
VII. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA
1. Pasangan kusen pintu alumunium 20,00 M³ 132.841 2.656.820
2. Pasangan daun pintu teakwood 5,74 M² 424.722 2.437.902
3. Pasangan lubang angin 18,00 Buah 50.000 900.000
4. Pasangan pintu PVC 1,00 Buah 270.732 270.732
5. Pasangan kusen jendela alumunium 18,40 M³ 132.841 2.444.274
Jumlah 8.709.729
VIII. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1. Pasang kunci tanam biasa 4,00 Buah 150.200 600.800
HARGA JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN VOL. SAT. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
2. Pasangan engsel pintu 8,00 Buah 24.117 192.936
3. Pasangan engsel jendela 10,00 Buah 21.117 211.170
4. Pasangan kait angin 6,00 Buah 24.040 144.240
5. Pasangan kaca polos tebal 3 mm 4,00 M² 108.228 432.912
Jumlah 1.582.058
IX. PEKERJAAN SANITAIR
1. Pasangan kloset jongkok porselen 1,00 Buah 371.215 371.215
2. Pasangan kran air dia. 3/4" atau 1/2" 3,00 Buah 60.695 182.085
3. Pasangan floor drain 1,00 Buah 89.630 89.630
Jumlah 642.930
X. PEKERJAAN INSTALASI AIR
1. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 1/2" 26,20 M’ 20.446 535.683
2. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 1" 3,50 M’ 28.909 101.181
3. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 2" 6,75 M’ 56.174 379.175
4. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 4" 7,00 M’ 177.086 1.239.601
5. Pembuatan septictank dan rembesan 1,00 Unit 6.200.000 6.200.000
6. Penyambungan air bersih ke PAM 1,00 Ls 1.000.000 1.000.000
Jumlah 9.455.640
XI. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Pasangan instalasi titik nyala lampu 7,00 Ttk 250.208 1.751.456
2. Pasangan instalasi titik nyala stop kontak 3,00 Ttk 45.170 135.510
3. Pasangan lampu SL 18 watt + fitting 5,00 Buah 74.170 370.850
4. Pasangan panel listrik MCB box 1,00 Unit 164.170 164.170
5. Pasangan saklar ganda 1,00 Buah 72.340 72.340
6. Pasangan saklar tunggal 4,00 Buah 61.340 245.360
7. Penyambungan daya listrik ke PLN 1,00 Ls 1.568.000 1.568.000
Jumlah 4.307.686
XII. PEKERJAAN PENGECATAN
1. Pekerjaan melapis plamir tembok 83,82 M² 9.353 783.958
2. Pengecatan bidang tembok 2 lapis dengan roll 83,82 M² 18.039 1.511.986
3. Pekerjaan melapis meni kayu 5,74 M² 17.692 101.552
4. Pekerjaan mengecat penutup dua lapis pada kayu 5,74 M² 54.539 313.054
Jumlah 2.710.550
XIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Pembersihan lahan setelah selesai pekerjaan 1,00 Ls 500.000
Jumlah 500.000
REKAPITULASI DAFTAR HARGA SATUAN PEKERJAAN
JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN HARGA
(Rp)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN, GALIAN, DAN URUGAN 5.175.121
II. PEKERJAAN PONDASI DAN BETON BERTULANG 22.615.098
III. PEKERJAAN DINDING, PLESTERAN, DAN ACIAN 15.601.758
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING 5.523.102
V. PEKERJAAN ATAP 14.725.220
VI. PEKERJAAN PLAFOND 7.315.252
VII. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA 8.709.729
VIII. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA 1.582.058
IX. PEKERJAAN SANITAIR 642.930
X. PEKERJAAN INSTALASI AIR 9.455.640
XI. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 4.307.686
XII. PEKERJAAN PENGECATAN 2.710.550
XIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN 500.000
JUMLAH 98.864.142
DIBULATKAN 99.000.000
Terbilang: Sembilan puluh sembilan juta rupiah
REKAPITULASI DAFTAR HARGA SATUAN PEKERJAAN
HARGA JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN VOL. SAT. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN, GALIAN, DAN URUGAN
1. Pembersihan lokasi proyek 144,00 M² 9.490 1.366.560
2. Pengukuran dan pemasangan bowplank 72,00 M' 81.573 5.873.246
3. Pekerjaan galian tanah pondasi 30,72 M³ 85.410 2.623.795
4. Urugan tanah kembali sisi pondasi 10,24 M³ 28.470 291.533
5. Urugan pasir di bawah pondasi 3,20 M³ 27.480 87.936
6. Urugan pasir di bawah lantai 3,90 M³ 27.480 107.172
Jumlah 10.350.242
II. PEKERJAAN PONDASI DAN BETON BERTULANG
1. Pembuatan pondasi batu belah 1 Pc : 5 Psr 17,28 M³ 780.330 13.484.102
2. Pembuatan sloof beton bertulang 2,57 M³ 3.965.061 10.170.381
3. Pembuatan kolom beton bertulang praktis 1,25 M³ 6.637.557 8.315.531
4. Pembuatan ring balok beton bertulang 5,13 M³ 5.169.661 26.520.361
Jumlah 58.490.376
III. PEKERJAAN DINDING, PLESTERAN, DAN ACIAN
1 Pasangan dinding bata merah 1 : 5 bangunan 71,59 M² 91.926 6.580.826
2 Plesteran Campuran 1 PC : 5 PP, tebal 15 mm 200,31 M² 57.731 11.564.010
3 Acian plesteran 1 : 5 200,31 M² 35.120 7.034.859
Jumlah 25.179.696
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING
1. Pasangan lantai keramik polos 40 cm x 40 cm 39,95 M² 106.969 4.272.877
2. Pasangan lantai keramik polos 20 cm x 20 cm 3,18 M² 115.652 367.219
3. Pasangan dinding keramik motif 20 cm x 20 cm 15,50 M² 208.020 3.224.316
Jumlah 7.864.412
V. PEKERJAAN ATAP
1. Pasangan baja ringan 111,89 M³ 162.882 18.225.480
2. Pekerjaan atap genteng metal pasir kwarsa 111,89 M³ 88.870 9.943.999
3. Pekerjaan nok genteng metal sheet 14,25 M' 89.892 1.280.961
Jumlah 29.450.440
VI. PEKERJAAN PLAFOND
1. Pasangan plafond GRC tebal 4 mm 156,00 M² 88.032 13.732.992
2. Pasangan lis plafon profil 5 cm 55,15 M' 16.274 897.511
Jumlah 14.630.503
VII. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA
1. Pasangan kusen pintu alumunium 40,00 M³ 132.841 5.313.640
2. Pasangan daun pintu teakwood 11,48 M² 424.722 4.875.805
3. Pasangan lubang angin 36,00 Buah 50.000 1.800.000
4. Pasangan pintu PVC 2,00 Buah 270.732 541.464
5. Pasangan kusen jendela alumunium 24,40 M³ 132.841 3.241.320
Jumlah 15.772.229
VIII. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1. Pasang kunci tanam biasa 8,00 Buah 150.200 1.201.600
HARGA JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN VOL. SAT. SATUAN HARGA
(Rp) (Rp)
2. Pasangan engsel pintu 8,00 Buah 24.117 192.936
3. Pasangan engsel jendela 8,00 Buah 21.117 168.936
4. Pasangan kait angin 8,00 Buah 24.040 192.320
5. Pasangan kaca polos tebal 3 mm 8,00 M² 108.228 865.824
Jumlah 2.621.616
IX. PEKERJAAN SANITAIR
1. Pasangan kloset jongkok porselen 2,00 Buah 371.215 742.430
2. Pasangan kran air dia. 3/4" atau 1/2" 6,00 Buah 60.695 364.170
3. Pasangan floor drain 2,00 Buah 89.630 179.260
Jumlah 1.285.860
X. PEKERJAAN INSTALASI AIR
1. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 1/2" 52,40 M’ 20.446 1.071.365
2. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 1" 7,00 M’ 28.909 202.362
3. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 2" 6,75 M’ 56.174 379.175
4. Pasangan pipa PVC tipe AW diameter 4" 7,00 M’ 177.086 1.239.601
5. Pembuatan septictank dan rembesan 2,00 Unit 6.200.000 12.400.000
6. Penyambungan air bersih ke PAM 2,00 Ls 1.000.000 2.000.000
Jumlah 17.292.503
XI. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
1. Pasangan instalasi titik nyala lampu 10,00 Ttk 250.208 2.502.080
2. Pasangan instalasi titik nyala stop kontak 6,00 Ttk 45.170 271.020
3. Pasangan lampu SL 18 watt + fitting 10,00 Buah 74.170 741.700
4. Pasangan panel listrik MCB box 2,00 Unit 164.170 328.340
5. Pasangan saklar ganda 2,00 Buah 72.340 144.680
6. Pasangan saklar tunggal 8,00 Buah 61.340 490.720
7. Penyambungan daya listrik ke PLN 2,00 Ls 1.568.000 3.136.000
Jumlah 7.614.540
XII. PEKERJAAN PENGECATAN
1. Pekerjaan melapis plamir tembok 167,64 M² 9.353 1.567.916
2. Pengecatan bidang tembok 2 lapis dengan roll 167,64 M² 18.039 3.023.971
3. Pekerjaan melapis meni kayu 11,48 M² 17.692 203.104
4. Pekerjaan mengecat penutup dua lapis pada kayu 11,48 M² 54.539 626.108
Jumlah 5.421.099
XIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN
1. Pembersihan lahan setelah selesai pekerjaan 2,00 Ls 1.000.000
Jumlah 1.000.000
REKAPITULASI DAFTAR HARGA SATUAN PEKERJAAN
JUMLAH
NO. URAIAN PEKERJAAN HARGA
(Rp)
I. PEKERJAAN PERSIAPAN, GALIAN, DAN URUGAN 10.350.242
II. PEKERJAAN PONDASI DAN BETON BERTULANG 58.490.376
III. PEKERJAAN DINDING, PLESTERAN, DAN ACIAN 25.179.696
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN DINDING 7.864.412
V. PEKERJAAN ATAP 29.450.440
VI. PEKERJAAN PLAFOND 14.630.503
VII. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, DAN JENDELA 15.772.229
VIII. PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA 2.621.616
IX. PEKERJAAN SANITAIR 1.285.860
X. PEKERJAAN INSTALASI AIR 17.292.503
XI. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK 7.614.540
XII. PEKERJAAN PENGECATAN 5.421.099
XIII. PEKERJAAN LAIN-LAIN 1.000.000
JUMLAH 196.973.516
DIBULATKAN 197.000.000
Terbilang: Seratus sembilan puluh tujuh juta rupiah
LAMPIRAN ADMINISTRASI