A. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan.
Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien.
B. Tujuan Perencanaan
1. Administrasi
Administrasi mengidentifikasi fokus keperawatan
Administrasi membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan
yang lain.
Administrasi menyediakan kriteria guna mengevaluasi hasil keperawatan
2. Klinik
Petunjuk dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
Alat komunikasi
Gambaran intervensi yang spesifik
C. Kegiatan dalam Tahap Perencanaan
1. Menentukkan prioritas masalah keperawatan
2. Menetapkan tujuan kriteria hasil
3. Merumuskan rencana tindakan keperawatan
4. Menetapkan rasional rencana tindakan keperawatan.
D. Menentukkan Prioritas Masalah Keperawatan
Kegiatan pertama dalam tahap yang ketiga adalah menentukkan prioritas masalah
keperawatan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menentukan masalah yang akan
menjadi skala prioritas untuk diselesaikan atau diaatasi terlebih dahulu. Namun,
bukan berarti bahwa dalam menyelesaikan masalah,perawat menunggu satu masalah
selesai sampai tuntas baru menyelesaikan masalah yang lain. Prioritas pertama
diartikan bahwa masalah ini perlu mendapat perhatian perawat karena dapat
mempengaruhi status kesehatan klien secara umum dan memperlambat penyelesaian
masalah yang lain. Dalam pelaksanaannya nanti, prioritas masalah yang kedua dan
seterusnya dapat diaatasi secara bersama-sama dan berkesinambungan.
Beberapa teknik membuat skala prioritas antara lain sebagai berikut.
1. Standar V: Standar Asuhan Keperawatan
Dalam standar V asuhan keperawatan, prioritas dititikberatkan pada masalah yang
mengancam kehidupan. Skala prioritasnya ditentukan dengan konsep berikut.
Prioritas pertama masalah yang mengancam kehidupan
Prioritas kedua masalah yang mengancam kesehatan
Prioritas ketiga masalah yang mempengaruhi perilaku manusia
2. Depkes RI, 1992: Pedoman Asuhan Keperawatan
Pedoman asuhan keperawatan menetapkan hal sebagai berikut.
Prioritas pertama diberikan pada masalah aktual
Prioritas kedua pada masalah potensial
Dalam praktiknya, ternyata tidak selalu yang aktual menjadi prioritas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan masalah potensial. Masalah yang diduga akan bersifat
mengancam jiwa dapat menjadi pioritas dibanding dengan masalah aktual yang
beresiko rendah.
3. Hierarki Maslow
Maslow telah membuat lima hierarki kebutuhan dasar manusia. Hierarki yang
menjadi prioritas pemenuhan terletak pada kebutuhan dasar yang bersifat
fisiologis. Kebutuhan ini meliputi oksigenasi, cairan dan elektrolit, eliminasi,
nutrisi, istrahat tidur, aktivitas dan mobilita, seksualitas, dan lain-lain. Prioritas
kedua adalah rasa aman dan nyaman dilanjutkan dengan cinta dan kasih sayang
pada prioritas ketiga. Prioritas berikutnya adalah kebutuhan harga diri dan
aktualisasi diri.
Fisiologi
Rasa aman dan nyaman
Cinta dan kasih sayang
Harga diri
Aktualisasi diri
4. Pendekatan Body System (B1 sd b6)
Pendekatan ini mentitikberatkan pada fungsi sistem tubuh. Dalam pendekatan ini,
fungsi pernapasan menjadi prioritas pertama karena gangguan gangguan pada
fungsi ini dapat mengancam jiwa klien. Fungsi pernapasan ini terdiri dari jalan
napas dan pernapasan. Prioritas terakhir pada sistem kulit, selaput lendir, dan
tulang.
Selain itu, perlu diperhatikan juga respon klien. Respon klien terhadap
penyakit yang diderita tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan patologis saja. Tetapi
kondisi psikologis dan interaksi klien dengan lingkungan sosialnya dapat juga
berpengaruh terhadap masalah dan prioritas masalah yang harus diselesaikan.
Oleh karena itu, dalam membuat skala proritas, perawat hendaknya
mengikutsertakan klien dan keluarga sehingga dapat diambil kesepakatan mana
masalah yang akan diatasi terlebih dahulu. Akan tetapi dalam keadaan tertentu
(gawat darurat), perawat dapat mengambil keputusan sepihak dengan tetap
mengacu pada penetapan skala yang rasional.
SPHKT
S : Subjek, siapa yang mencapai tujuan.
P : Predikat, kata kerja yang dapat di ukur, tulis sebelum kata kerja kata mampu
H : Hasil, respons, fisiologis dan gaya hidup yang diharapkan dari klien terhadap
intervensi
S : Subjek
A : Achievable, realistis
Dari tiga rumusan da atas, dapat di amblik kesimpulan bahwa dalam menetapkan
tujuan harus ada tiga unsur sebagai berikut.
1. Subjek yaitu orang yang akan mencapai tujuan. Orang yang dimaksud adalah
klie, keluarga klien atau bagian dari klien
2. Predikat yaitu perilaku yang diinginkan berubah dari klien setelah tujuan itu
tercapai. Perilaku ditunjukkan dengan menggunakan kata kerja yang dapat di
ukur.
3. Kriteria/kondisi, yaitu kriteria atau kondisi yang menunjukkan kapan atau
pada saat bagaimana perilaku telah mencapai tujuan yang diinginkan
penetapan kriteria/kondisi ini harus realistis berdasarkan kondisi klien dan
relevan dengan situasi pendukung yang lain
Contoh tujuan
Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri selama proses persalinan
Nyeri klien berkurang dalam waktun 1x24 jam
Nyeri klien hilang dalam waktu 3x24 jam
Integritas kulit tetap utuh selama klien tidak sadar
Klien mampu berjalan sejauh 10 meter dengan bantuan 1 orang perawat
dalam waktu 3x24 jam.
Istri klien mampu menyuntikkan insulin dengan benar setelah
pembelajaran selama 30 menit
Setelah pembelajaran yang pertam, klien mampu mendemonstrasikan
breast care dengan benar
Toleransi aktivitas klien meningkat dalam waktu 2x24 jam
4. Menetapkan Kriteria Hasil :
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari
tujuan yang telah ditetapkan.
Berorientasi pada masalah dan kemungkinan penyebab dan merujuk pada
simtom
Meliputi empat aspek:
o Kognitif (pengetahuan);
o Afektif (perubahan status emosi);
o Psikomotor (perilaku);
o Perubahan fungsi tubuh.
Dalam suatu pernyataan, tujuan perilaku yang akan dicapai masih memerlukan
indikator- indikator yang lebih spesifik sehingga tingkat keberhasilan akan lebih
mudah diukur. Penetapan kriteria hasil yang benar dapat menggambarkan prilaku
yang ingin dicapai dengan tepat. Perilaku ini dapat berbentuk kognitif, yaitu
perubahan pengetahuan klien dari keadaan tidak tahu, dan salah konsep menjadi
tahu dan mempunyai konsep yang benar.
Aspek yang kedua adalah afektif, yaitu perubahan status emosi, dari keadaan
menolak, prngingkaran, marah, tidak kooperatif. Psikomotor merupakan bentuk
perilaku aktif yang dapat dilihat melalui perubahan tindakan klien secara nyata,
yaitu perubahan dari ketidakmampuan melakukan suatu ketrampilan perawatan
diri menjadi mampu dan mandiri.
Aspek perubahan fungsi tubuh berkaitan dengan respon tubuh yang timbul akibat
keadaan aptologis, tindakan, atau situasi yang mengancam. Perubahan perilaku
yang diinginkan adalah perubahan dari kondisi abnormal menjadi normal. Contoh:
hipertermi menjadi suhu normal takikardi menjadi nadi normal, diare menjadi
buang air besar yang normal, dan lain-lain.