Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia industri, terutama yang berhubungan dengan penelitian

bahan dan penggunaannya, maka dalam proses produksinya banyak hal atau criteria yang

harus dipenuhi agar material tersebut dapat digunakan dalam dunia industri.

Untuk penggunaan sebagai bahan, sifat-sifat khas dari material logam harus diketahui sebab

logam tersebut akan digunakan untuk berbagai macam keperluan dan keadaan. Sifat logam

tersebut meliputi sifat mekanik, sifat thermal, sifat kimia, kemampukerasan, kemampuan

dimensi, dan lain sebagainya. Adapun dalam percobaan ini yang akan diuji adalah sifat

mekanik dari logam terutama sifat ketangguhannya.

Dengan mengetahui tingkat ketangguhan logam, maka tentunya kita dapat

memperkirakan kemampuannya dalam menerima energi tumbukan yang diberikan secara

tiba-tiba sehingga dapat mematahkan suatu material.Untuk itulah dilakukan pengujian impact

pada material yang nantinya akan digunakan dalam konstruksi mesin. Pengujian ini amat

penting dalam menentukan ketahanan suatu material terhadap perpatahan, berdasarkan energi

yang diberiakan oleh tumbukan/pembebanan secara tiba-tiba pada suatu material.

Dahulu, untuk membuat rangka suatu jembatan, orang-orang hanya menggunakan

material yang telah tersedia. Umumnya mereka menggunakan material yang kuat dang etas

sehingga mereka berpikiran bahwa material yang paling baik digunakan untuk pembuatan

rangka jembatan (yang mampu menahan beban kejut dengan baik) adalah material yang kuat

dang etas. Akan tetapi masih sering terjadi hal-al yang buruk seperti jembatan yang roboh

atau jembatan yang secara tiba-tiba bias patah. Oleh karena itu untuk mengurangi dan

menghindari kemungkinan-kemungkinan terburuk maka sebelum menentukan material yang


akan digunakan perlu diadakan suatu pengujian awal untuk mengetahui ketangguhan material

yang akan digunakan dalam menahan beban kejut sehingga diadakan pengujian impact test.

1.2 Tujuan dan Manfaat Pengujian

A. Tujuan Pengujian

1. Menjelaskan definisi, tujuan, dan prosedur pengujian impact.

2. Mengetahui energi takikan terhadap kekuatan impact

3. Membuat grafik hubungan antara energi impact dengan temperature pada beberapa jenis

takikan.

4. Mengetahui pengaruh temperature terhadap energi impact bahan

5. Membandingkan grafik THP dengan grafik transisi ulet-getas.

6. Mengetahui pengaruh temperature terhadap laju patah getas.

7. Mengetahui laju pembebanan pada temperature normal dan temperature rendah

(ditentukan asisten).

8. Mengetahui hubungan ketangguhan retak dengan energi impact.

9. Mengetahui type-type, metode, dan mode perpatahan.

B. Manfaat pengujian

Bagi praktikan

1. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perpatahan pada suatu jenis logam.


2. Mengetahui pengaruh bentuk takikan terhadap laju perpatahan.
3. Mengetahui Jenis-jenis perpatahan.

Bagi industri

1. Suatu industri dapat membuat produk yang berkualitas dengan mengetahui sifat-sifat bahan

dari hasil pengujian impact.


2. Memudahkan suatu industri dalam pengolahan dan perancangan suatu bahan sekaligus

menekan biaya produksi.


3. Pemilihan bahan dapat dilakukan dengan mudah, sesuai data yang telah diperoleh pada uji

impact.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori Dasar

A. Pengertian Impact Test

Gambar Impact
Sumber:(http://www.batan.go.id/ptrkn/file/roziq/Impact%20Testing.JPG)

Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan beban

kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian inpact. Ketahanan impact biasanya

diukur dengan metode Charpy atau Izood yang bertakik maupun tidak bertakik. Pada

pengujian ini, beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul benda uji, yang

kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahannya.

Impact test merupakan suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu

specimen bila diberikan beban secara tiba-tiba melalui tumbukan. Ketangguhan adalah

ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan yang

diukur dari luas daerah dibawah kurva tegangan regangan. Suatu bahan mungkin memiliki

kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut.

Suatu paduan memiliki parameter ketangguhan terhadap perpatahan yang didefinisikan

sebagai kombinasi tegangan kritis dan panjang retak.

Specimen yang digunakan untuk suatu takikan terdiri dari dua buah yang diuji pada

suhu normal dan suhu rendah.


(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb729753931ce61b8
.pdf)

B. Metode-Metode Pengujian

1. Metode Charpy (USA)

Merupakan cara pengujian dimana specimen dipasang secara horizontal dengan kedua

ujungnya berada pada tumpuan, sedangkan takikan pada specimen diletakkan di tengah-

tengah dengan arah pembebanan tepat diatas takikan.

http://www.twiprofessional.com/twiimages/jk71f2.gif

Kelebihan :

a. Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan


b. Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang
c. Harga alat lebih murah
d. Waktu pengujian lebih singkat

Kekurangan :

a. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal


b. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
c. Pengujian hanya dapat dilakukan pada specimen yang kecil
d. Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam perancangan karena level

tegangan yang diberikan tidak rata.

2. Metode Izood (Inggris)

Merupakan cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada tumpuan dengan salah

satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada arah gaya tumbukan. Tumbukan pada

specimen dilakukan tidak tepat pada pusat takikan melainkan pada posisi agak diatas dari

takikan seperti yang tertera pada gambar sbb :


Kelebihan :

a. Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam


b. Dapat menggunakan specimen dengan ukuran yang lebih besar.
c. Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu ujungnya.

Kerugian :

a. Biaya pengujian yang lebih mahal


b. Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil yang diperoleh

kurang baik.
c. Waktu yang digunakan cukup banyak karena prosedur pengujiannya yang banyak, mulai dari

menjepit benda kerja sampai tahap pengujian.

(http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f2725262fb729753931ce61b8
.pdf)

C. Jenis jenis cacat pada material


1. Cacat titik
Vakansi dan Interstisi-Diri

Vakansi adalah kekosongan sisi kisi, yaitu sisi yang seharusnya ditempati atom, kehilangan

atomnya.Vakansi terbentuk selama proses pembekuan, dan juga karena getaran atom yang

mengakibatkan perpindahan atom dari sisi kisi normalnya.

Gambar cacat titik

2. Dislokasi Cacat Linier

Dislokasi adalah cacat linier atau satu dimensi dimana didekatnya beberapa atom tidak

segaris. Ada 3 jenis dislokasi yaitu :

Dislokasi sisi, dislokasi ulir dan dislokasi campuran.Dislokasi sisi/pnggir adalah terdapatnya

bidang atom ekstra atau setengah bidang,dimana sisinya terputus di dalam kristal.
Dislokasi ulir terbentuk karena gaya geser yang diberikan menghasilkan distorsi seperti

yang ditunjukkan Gambar 4.4a. Daerah depan bagian atas kristal tergeser sebesar satu atom

kekanan relatif terhadap bagian bawah. Dislokasi ini disimbolkan dengan. Jika pada
material dijumpai kedua jenis dislokasi diatas maka disebut material mempunyai

dislokasi campuran.
Gambar Cacat Linier
3. Cacat antar muka

Cacat antar muka adalah batas yang mempunyai dua dimensi yang biasanya

memisahkan daerah-daerah pada material yang mempunyai struktur kristal dan/atau orientasi

kristalografi yang berbeda. Cacat jenis ini antara lain permukaan luar, batas butir, batas

kembar, kesalahan tumpukan dan batas fasa.


a. Permukaan Luar
Satu dari batas yang paling jelas adalah permukaan luar/eksternal, dimana struktur

kristal berakhir. Atom-atom permukaan tidak terikat ke semua atom terdekat, dan karenanya

akan mempunyai tingkat energi yang lebih tinggi daripada atom-atom di bagian dalam.

Ikatan atom-atom permukaan ini yang tak terpenuhi memberikan kenaikan energi

permukaan, dinyatakan dalam satuan energi per satuan luas (J/m )2.Untuk menurunkan

energi ini, material jika memungkinkan cendrung meminimalkan luas permukaan total.
Gambar Cacat muka permukaan luar

b. Batas Butir
Batas butir memisahkan dua butir atau kristal kecil yang mempunyai orientasi

kristalografi yang berbeda pada material polikristal. Batas butir secara skematik

digambarkan pada gambar 4.7. Didalam batas butir terdapat atom yang tak bersesuaian pada

daerah transisi dari orientasi kristal butir satu ke butir lain didekatnya.
Gambar Cacat muka Batas butir
c. Batas Kembar
Batas kembar adalah batas butir tipe khusus dimana terdapat simetri kisi cermin, yaitu

atom-atom pada sebuah sisi batas berada pada posisi cermin dari atom-atom pada sisi lainnya

(ambar 4.9). Daerah antara batas butir ini disebut kembar/twin.


Gambar Cacat muka batas kembar

d. Cacat bulk atau volume


Cacat lainnya yang ada pada semua material padat dimana cacat ini lebih besar dari yang

sudah dibicarakan adalah pori, retak, inklusi benda asing dan fasa-fasa lainnya. Cacat-cacat

ini timbul biasanya selama tahap-tahap proses dan pabrikasi.

(http://www.instron.us/wa/applications/test_types/impact/default.aspx?
ref=http://www.google.co.id/search)

D. Hal-hal yang mempengaruhi impact/ketangguhan bahan :

1. Bentuk takikan

Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena adanya

perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing takikan tersebut yang

mengakibatkan energi impact yang dimilikinya berbeda-beda pula. Berikut ini adalah urutan

energi impact yang dimiliki oleh suatu bahan berdasarkan bentuk takikannya.

a) Takikan segitiga

Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini disebabkan

karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.

Gambar Takikan segitiga

b) Takikan segi empat

Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segi tifga karena tegangan terdistribusi pada 2

titik pada sudutnya.

Gambar takikan segi empat

c) Takikan Setengah lingkaran

Memiliki nergy impact yang terbesar karena distribusi tegangan tersebar pada setiap sisinya,

sehingga tidak mudah patah

Gambar takikan setengah lingkaran

2. Kadar Karbon
Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi memiliki sifat yang kuat dan getas sehingga

membutuhkan energy yang tidak besar sedangkan material yang kadar karbonnya rendah

memiliki sifat yang ulet dan lunak sehingga membutuhkan energy yang besar dalam

perpatahannya.

3. Beban

Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impact semakin kecil yang dibutuhkan

untuk mematahkan specimen, dan demikianpun sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu

material akan lebih mudah patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.

4. Temperatur

Semakin tinggi temperature dari specimen, maka ketangguhannya semakin tinggi dalam

menerima beban secara tiba-tiba, demikinanpun sebaliknya, dengan temperature yang lebih

rendah. Namun temperature memiliki batas tertentu dimana ketangguhan akan berkurang

dengan sendirinya.

Grafik dibawah ini akan menunjukkan hubungan antara temperature dengan energi impact,

laju patah getas Y (%), beban mulur (P), dan beban maks. (Kg).

5. Transisi ulet rapuh

hal ini dapat ditentukan dengan berbagai cara, misalnya kondisi struktur yang susah

ditentukan oleh system tegangan yang bekerja pada benda uji yang bervariasi, tergantung

pada cara pengusiaannya.sehingga harus digunakan system penekanan yang berbeda dalam

berbagai persamaan.

6. Efek komposisi ukuran butir


ukuran butir berpengaruh pada kerapuhan, sesuai dengan ukuran besarnya. Semakin halus

ukuran butir maka bahan tersebut akan semakin rapuh sedangkan bila ukurannya besar maka

bahan akan ulet.

7. Perlakuan panas dan perpatahan

perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati besar-besar butir

benda uji dan untuk menghaluskan butir. Sedangkan untuk menambah keuletan suatu bahan

dapat dilakukan dengan penambahan logam.

8. Pengerasan kerja dan pengerjaan radiasi

pengerasan kerja terjadi yang ditimbulkan oleh adanya deformasi plastis yang kecil pada

temperature ruang yang melampaui batas atau tidak luluh dan melepaskan sejumlah dislokasi

serta adanya pengukuran keuletan pada temperature rendah. Pengerasan kerja ini akan

menimbulkan berapakah pada logam karena peningkatan komplikasi akibat pembentukan

dislokasi yang saling berpotongan.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-7374-2104100124-Judul.pdf

E. TEGANGAN BIDANG
Pengaruh ketebalan :
Ketangguhan patah tergantung pada ketebalan ini berhubung dengan pembatasan dan ukuran

zona plastis pada ujung retak.


Ketika ketebalan memberikan pengaruh penurunanproporsi dari perpatahan permukaan

dimana lidah geseran (shear lips) akan meningakat.

Regangan dan tegangan bidang (perpatahan datar)


Kunci permasalahan pada penyiapan specimen :
Perpatahan terjadi pad zona plastis sebelum deformasi dari ujung retak dari zona plastis.
Mekanika Perpatahan
Metode mekanika perpatahan peluluhan umum sangat diperlukan untuk mengukur tingkat

ketangguhan dari bahan yang tangguh menggunakan specimen uji kecil.


Spesimen yang kecil mungkin akan luluh sebelum patah.
Dengan bahan yang sama dengan struktur yang besar mungkin akan patah sebelum luluh

terjadi.Untuk itu dipeerlukan CTOD dan integral

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tegangan+tbidang&aq=f&aqi=&aql=&oq

Ketangguhan Patah Regangan bidang,K1c


Ketangguhan pada regangan bidang K1c mempunyai nilai yang terendah.
Pengukuran ketangguhan tersebut merupakan tipe konservatif
Struktur yang lebih tebal dan lebih tangguh.
K1c umumnya di gunakan dalam teknik desain.
Regangan bidang : Ketebalan = 50 x zona plastis.
Tegangan bidang = Ketebalan = zona plastis.

Crac tip opening dislapcement ( CTOD )

Kondisi local dari tegangan dan regangan pada ujung retak yang menyebabkan perpatahan

sama untuk specimen yng kecil dan struktur yang besar.

F. Tegangan tiga sumbu

Pada gambar terlihat bahwa penambahan pelat yang tebal akan menimbulkan tegangan yang

tinggi. Bila tebal B bertambah maka tegangan yang diperoleh material dalam arah sumbu X

dan sumbu Y yaitu x dan y akan mengecil. Karena adanya pengaruh momen inersia I =

bh2

Pada gambar diatas terlihat bahwa penumbukan plat yang tebal akan menimbulkan tegangan

yang tinggi, dimana tegangan masing-masing dalam arah sumbu x dan y yaitu y penekanan
yang dilakukan dalam arah sumbu x dan y. untuk ketebalan specimen yang lebih besar,

tegangan yang diperoleh dalam arah x dan y berkurang karena adanya distribusi tegangan ke

tiga arah ( trioksal ) pada sumbu koordinat seperti yang ditunjukkan pada gambar tersebut.

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tegangan+tiga+sumbu&aq=f&aqi=&aql=&oq=

G. Tipe-tipe perpatahan
a) Perpatahan transgranular atau juga disebut patah gelah yang umumnya terjadi pada struktur

body center cubic yang dibuat pada temperature rendah. Perpatahan Transgranular

merupakan perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat didalam butiran material.

b) Perpatahan intergranular yaitu perpatahan yang terjadi akibat retakan yang merambat

diantara butiran material yang kerap dikatakan sebagai perpatahan khusus. Pada berbagai

paduan didapatkan berbagai keseimbangan yang sangat peka antara tegangan yang diperlukan

untuk perambatan retak dengan pembelahan dan tegangan yang diperlukan untuk perpatahan

rapuh sepanjang batas butir.

(http://www.google.co.id/search?hl=id&q=tipetipe+perpatahan&aq=f&aqi=g10&aql=&oq=)
H. Jenis-jenis perpatahan

1) Patah ulet (Ductile Fracture)

Patah ulet adalah patahan disertai perubahan bentuk plastis (plastis deformation).

Secara makroskopis, ciri-ciri patah ulet antara lain :

a. Terjadi deformasi plastis yang cukup besar sebelum patah

b. Bidang geser (shear lip) biasanya tampak atau diketemukan pada akhir patahan

c. Permukaan patahan berserat (fibrous) atau silky texture, tergantung pada jenis material

d. Penampang melintang di daerah patahan biasanya berkurang karena pengecilan penipisan

(necking)
e. Pertumbuhan retak berjalan lambat

2) Patah rapuh (Brittle fracture)

Patah rapuh terjadi apabila material logam pada saat patah tidak mengalami perubahan

bentuk plastis atau pengecilan penampang. Secara makroskopis, ciri-ciri patah rapuh antara

lain :

a. Tidak ada atau terjadi sedikit deformasi plastis

b. Permukaan patahan umumnya datar dan tegak lurus terhadap permukaan komponen

c. Struktur patahan bentuk granular atau kristalin dan merefisikan cahaya

Retak tumbuh/menjalar cepat, dan sering disertai suara keras.

le.co.id/search?hl=id&q=perpatahan&aq=f&aqi=g10&aql=&oq=)

I. Mode-mode perpatahan

Selain berdasarkan jenis dan typenya, perpatahan dapat pula diklasifikasikan berdasarkan

arah beban yang diberikan terhadap material. Kita dapat menggambarkan arah tersebut sbb :

Jadi berdasarkan gambar diatas, dapat diperoleh 3 mode perpatahan, sbb :

1. Mode I (opening shear)

Merupakan perpatahan akibat pemberian beban yang mengakibatkan tegangan yang arahnya

tegak lurus dengan bidang perpatahan dan tegangan tersebut berada pada posisi yang sejajar

berlawanan arah pada masing-masing sisi dari bahan. (sb.Y)

Contoh : perpatahan pada shock breaker

2. Mode II (In-Plane Shear)


Pada mode ini tegangan terjadi pada sumbu Z dari bahan artinya melintang terhadap arah

perpatahan. Hal ini terjadi karena beban diberikan tidak sejajar dan berlawanan arah pada

kedua ujung material, sehingga seakan-akan terjadi sliding.

Contoh : perpatahan pada kopling gesek

3. Mode III (Out-Plane Shear)

Pada mode ini, tegangan terjadi pada sb. x dari bahan (vertical), dimana tegangan tsb berada

pada arah yang tidak sejaajr dan berlawanan arah pada sb. x.

Contoh : perpatahan pada roda gigi.

m/topic/jenis+jenis+perpatahan.html)

J. Fatik dan factor-faktor penyebab fatik

Fatik adalah prilaku logam yang bila mana dibebani tegangan variabel siklus yang cukup

besar ( sering kali dibawah tegangan luluh ) akan mengalami perubahan yang terdeteksi pada

sifat mekaniknya. Dalam praktek sebagian besar kesalahan disebabkan oleh fatik. Sehingga

perhatian ahli teknik tertuju pada kegagalan fatik yang terjadi pada benda yang patah menjadi

dua bagian. Seringkali kegagalan tersebut disebabkan kesalahan desain suatu komponen dan

dalam hal seperti ini banyak yang dapat dilakukan oleh seorang ahli metalurgi. Oleh karena

itu pendekatan terhadap fatik ada tiga aspek yaitu :

a. Masalah rekayasa

b. Aspek metalurgi secara keseluuhan

c. Struktur skala halus dan perubahan atom

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fatik :

a. penyelesaian permukaan
karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi permukaan

merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas permesinan dan ketidak rataan lain

harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan permukaan

yang diberi tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur fati

b. pengaruh temperature

pengaruj temperature terhadap fatik mirip dengan pengaruh temperature terhadap

kekuatan tarik maksimum. Kekuatan fatik paling tinggi pada temperature rendah, dan

berkurang secara bertahap dengan naiknya temperature

c. frekuensi siklus tegangan

pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap umur fatik untuk berbagai jenis logam

umumnya tidak ada, meskipun penurunan frekuensi biasanya menurunkan umur fatik. Efek

ini bertambah bila temperature uji fatik kita naikkan bila umur fatik cenderung bergantung

pada waktu uji seluruhnya dan tidak pada jumlah siklus.

d. tegangan rata rata

untuk kondisi fatik dimana tegangna rata rata

Nf = [(max + min)/2]

Tidak melampaui tegangan luluh y, maka berlaku hubungan :

Nf = konstan

Yang disebut juga hokum basquin, dimana hokum tersebut tidak berlaku bagi untuk fatik

siklus rendah dengan lebih besar dari y , akan tetapi disini berlaku hubungan pNf = Db

= konstan

e. lingkungan

fatik yang terjadi dalam lingkungan korosif biasanya disebut fatik korosi. Telah

diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair dapat menimbulkan lubang lubang etsa

yang bersifat sebaga tekuk. Akan tetapi bila mana serangan korosi terjadi secara serentak
bersamaan dengan pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih besar dibandingkan dari efek

tekuk semata.

(202.91.15.14/upload/files/8502_Bab_08_FATIK.ppt)

K. Faktor terjadinya dislokasi

Dislokasi merupakan pergeseran dari struktur butir karena adanya bagian yang

kosong, sementara pada satu tempat terjadi penumpukan butir, maka pada saat itu diberi

perlakuan butir yang akan mengisi ruang kosong di dekatnya. Adapun beberapa jenis

dislokasi adalah sbb :

a) Dislokasi titik, diman kekosongan terjadipada titik tertentu, hal ini terjadi karena :

Ada atom yang hilang dalam kristal

Hasil penumpukan yang salah dalam kristalisasi

Akibat energi termal yang meningkat, sehingga atom melompat meninggalkan tempatnya.

b) Dislokasi garis, merupakan sisipan satu baris atom tambahan dalam struktur kristal.

Disekitar suatu dislokasi garis terdapat daerah yang mengalami tekanan dan tegangan,

sehingga terdapat energi tambahan sepanjang dislokasi tersebut.

c) Dislokasi ulir, menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir. Atom-atom

disekitarnya mengalami gaya geser.

d) Dislokasi butir, terjadi karena adanya gaya tekan dan tegangan yang akhirnya gaya-gaya ini

dapat diuraikan menjadi tegangan geser. Hal ini disebabkan bidang atom bergeser terhadap

bidang atom didekatnya yang disebut slip


L. Grafik Transisi ulet getas,Grafik S-N,hubungan temperature dengan energi

impact,hubungan temperature dengan beban,hubungan temperature dengan laju patah

getas

a) Grafik Transisi ulet

Pengujian impact terutama untuk memperlihatkan penurunan kelenturan dan

kekuatan impact bahan dengan struktur BCC pada temperature rendah. Sebagai contoh

gambar diatas adalah baja karbon yang memiliki temperature transisi lentur rapuh yang

relative tinggi sehingga hanya dapat digunakan dengan aman pada temperature dibawah nol

jika temperature transisinya diturunkan dengan menggunakan paduan. Suatu paduan

memerlukan parameter ketangguhan terhadap perpatahan ( Kc ) yang didiefinisikan sebagai

kombinasi tegangan kritis dan panjang retak. Kc didefinisikan karena banyaknya paduan

yang mengandung retak retak kecil yang akan menjalar jika mengalami tegangan yang

melebhi temperature kritis.

Transisi ulet getas kemudian dapat dijelaskan berdasarkan kriteria bahwa material bersifat

ulet pada setiap temprature apabila tegangan luluh pada temprature tersebut lebih kecil

dibandingkan tegangan yang diperlukan untuk memperbesar mikroretak. Apabila tegangan

luluh lebih besar dari pada tegangan yang diperlukan untuk memperbesar mikroretak tersebut

maka material tersebut bersifat getas.

http://1.bp.blogspot.com/_tpmZhRBnwjA/TNo8ZoLym7I/AAAAAAAAAG4/6ituc2XRpAg/
s1600/untitled2.bmp

b) Grafik S-N
Gaya yang dapat dibebankan pada bahan selama pembebanan siklus jauh lebih rendah

daripada beban static. Kekuatan tarik dapat dijadikan pedoman desain untuk konstruksi yang

mengalami beban static. Jumlah siklus N yang dapat dipikul oleh logam akan turun dengan

naiknya tegangan S(seperti gambar).


1.1.6 Grafik Hubungan T,W,E, dan P serta t Vs P

Penjelasan grafik :

titik I

pada titik ini menunjukan specimen diuji pada suhu -80 0 C dan tingkat kegetasan 100 %

sehingga energi hampir dikatakan tidak ada

titik II

pada titik ini menunjukan specimen diuji pada titik -60 0C dan tingkat kegetasan masih 100 %

dengan energi yang mulai ada

titik III

pada titik ini menunjukan specimen diuji pada titik -40 0C dan tingkat kegetasan sudah mulai

turun menjadi 95 % dengan energi kurang lebih 1 kg

titik IV

pada titik ini menunjukan specimen diuji pada titik -20 0C dan tingkat kegetasan sudah mulai

turun menjadi 70% dengan energi kurang lebih 2 kgm

titik V

pada titik ini menunjukan specimen diuji pada titik 20 0C dan tingkat kegetasan 70 % dengan

energi yang dihasilkan 2 kgm

titik VI

pada kondisi ini sudah mencapai titik maksimum dan energinya sudah mencapai 10 kgm

sehingga walaupun suhunya naik specimen tersebut tidak akan bertambah.

Penjelasan hubungan antar grafik :

Hubungan antara Temperatur T (0C) dengan Energi impact E (Kg.m)


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa temperature sangat berpengaruh pada ketangguhan suatu

material. Dimulai dari rapuh, yakni pada suhu yang sangat rendah. Pada tahap ini, akibat suhu

yang sangat rendah mengakibatkan ukuran butir mengecil sehingga jarak antar butir semakin

jauh, ikatan melemah, dan rapuh. Dengan demikian material amat mudah patah, sehingga

energi yang dibutuhkan untuk mematahkannya sangat kecil pula. Selanjutnya dengan

bertambahnya temperature, maka ukuran butir makin membesar sehingga jaraknya semakin

dekat dan ikatannya menguat serta ketangguhannya meningkat, namun masih getas. Dengan

demikian energi impactnya meningkat. Kemudian apabila temperature makin meningkat,

hingga material mencapai keuletan sampai pada temperature maksimalnya, energi yang

dibutuhkan untuk mematahkannya akan bertambah pula sampai nilai maksimum. Selanjutnya

jika lewat dari titik ini, maka energi akan menurun karena adanya deformasi.

Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Laju Patah Getas (%)

Dari grafik nampak bahwa hubungan antar kedua variable berbanding terbalik. Semakin

rendah temperature, maka material akan semakin getas hingga mencapai nilai 100%. Seiring

dengan bertambahnya temperature, kegetasan berkurang hingga mencapai nilai minimum.,

diman keuletan meningkat, seperti penjelasan pada poin sebelumnya.

Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Beban (Kg)

Berdasarkan analisa grafik di atas, terlihat bahwa beban mulur dari posisi pertama ke posisi

keeempat semakin meningkat kemudian berikutnya beban mulur menjadi semakin menurun.

Kurva dari titik I ke titik IV dengan temperature dari sangat rendah menuju ke temperature

tinggi, material pada tahap ini bersifat getas. Pada tahap seperti ini material menjadi kaku,

sehingga diperlukan beban yang besar untuk membuatnya mulur karena kecil kemungkinan
terjadinya deformasi plastis yang lebih besar, sehingga beban mulurnya semakin menurun

pula.

(\Users\toshiba\Documents\logam\lab Metalurgi Fisik\Laporan Lengkap\Uji Impak_files\fig3_50.gif)

M. Defenisi Sifat-sifat Material


Secara garis besar material mempunyai sifat-sifat yang mencirikannya, pada bidang teknik

mesin umumnya sifat tersebut dibagi menjadi tiga sifat.


Sifat sifat itu akan mendasari dalam pemilihan material, sifat tersebut adalah:
Sifat mekanik
Sifat fisik
Sifat teknologi

Dibawah ini akan dijelaskan secara terperinci tentang sifat-sifat material tersebut

1. Sifat Mekanik

Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan

bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai respon atau perilaku

material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan

keduanya. Dalam prakteknya pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan

beban dinamik. Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik

tidak dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi

waktu.

Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian mekanik.

Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test), dari pengujian tersebut

akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut.

Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen. Spesimen

pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari jenis, komposisi dan

perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya didapatkan pada material uji yang
memenuhi aspek ketepatan pengukuran, kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada

material dan ketelitian dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain:

kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan

impak, kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.

Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:

1. Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan luas.

2. Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.

3. Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.

4. Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau kemampuan

material untuk menahan deformasi.

5. Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk mendeformasi plastis.

6. Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran mula.

7. Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.

8. Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi perpatahan.

9. Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal akibat penetrasi

pada permukaan.

2. Sifat Fisik

Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah

kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti pengaruh

pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada struktur

material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas dan panas

spesifik.

Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat diatur

dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan membawa

penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan material baru.


3. Sifat Teknologi

Selanjutnya sifat yang sangat berperan dalam pemilihan material adalah sifat teknologi yaitu

kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Produk dengan kekuatan tinggi dapat

dibuat dibuat dengan proses pembentukan, misalnya dengan pengerolan atau penempaan.

Produk dengan bentuk yang rumit dapat dibuat dengan proses pengecoran. Sifat-sifat

teknologi diantaranya sifat mampu las, sifat mampu cor, sifat mampu mesin dan sifat mampu

bentuk. Sifat material terdiri dari sifat mekanik yang merupakan sifat material terhadap

pengaruh yang berasal dari luar serta sifat-sifat fisik yang ditentukan oleh komposisi yang

dikandung oleh material itu sendiri.

(http://yefrichan.wordpress.com/category/bahan-kuliah/page/15/)

Anda mungkin juga menyukai