I. PENDAHULUAN
Sel-sel parietal lambung secara aktif mengeluarkan H+ dan Cl+ melalui kerja dua
pompa yang berbeda. Ion H+ disekresikan ke dalam lumen oleh pompa transport aktif H +-
K+ ATPase di dinding luminal dari sel parietal. Ion H+ yang disekresikan berasal dari
H2CO3 yang dibentuk di dalam sel dari CO2 yang dihasilkan dari proses metaboloisme di
dalam sel atau berdifusi masuk dari plasma. Ion K+ masuk ke dalam sel melalui pompa
tersebut dan keluar menuju lumen melalui kanal K + di dinding lumen.Ion Cl+ yang
disekresikan diangkut ke sel parietal dari plasma.Ion HCO3 - yang dihasilkan dari
penguraian H2CO3 dipindahkan ke dalam plasma sebagai penukar Cl- yang disekresikan.
II. TUJUAN
1. Menjelaskan mekanisme sekresi asam lambung
2. Mengetahui protein kanal dan pompa membrane yang berperan dalam sel yang
mensekresikan asam lambung
3. Mengetahui efek dari hormone, neurotransmitter, dan berbagai obat yang
mempengaruhi sekresi asam lambung
V. JAWABAN PERTANYAAN
P-AS.1 Dimanakah lokasi reseptor H2 pada sel kelenjar Lambung
Jawab : Di Sel Parietal
P-AS.2 Hormon apakah yang bekerja pada reseptor H2?
Jawab : Adenylyl Cyclase
P-AS.3 Dimanakah lokasi Reseptor M3 pada sel kelnjar lambung?
Jawab : Dimembran sel parietal
P-AS.4 Neurotransmitter apakah yang bekerja pada reseptor M3?
Jawab : Acetylcolin
P-AS.5 Di manakah lokasi reseptor gastrin pada sel kelenjar lambung ?
Jawab : Di dinding luminal sel parietal
P-AS.6 Pada sel lambung, dimanakah gastrin di produksi ?
Jawab : di Enterochmaffin-like-cells
P-AS.7 Jelaskan bagaimana histamin dapat memproduksi sekresi asam lambung ?
Jawab : Histamin akan berikatan dengan reseptor H2, dan menghasilkan ATP dan CAMP
akan berikatan dengan PKA sehingga mengeluarkan H+ dan Cl-
P-AS.8 Dimanakah gastrin di produksi?
Jawab : disekresikan di duodenum dan antrum lambung
P-AS.9 Kondisi apakah yang mempengaruhi produksi gastrin?
Jawab : dalam kondisi Gastrin akan berikatan dengan Reseptor G, dan Histamin berikatan
dengan reseptor H2
P-AS.10 sistem apakah yang menghasilkan asetilkolin di sel kelenjar lambung?
Jawab : Nervus vagus
P-AS.11 Jelaskan bagaimana aktifasi nervus vagus dapat memenuhi sekresi asam
lambung!
Jawab : Nervus vagus akan berikatan dengan reseptor M3(Muscarinic) sehingga akan
terbuka kanal Ca dan akan berikatan dengan CAM menghasilkan Cl- dan H+,
P-AS.12 Apakah perbedaan kerja asetilkolin di bandingkan dengan mempengaruhi
sekresi asam lambung ?
Jawab: asetilkolin berikatan dengan dengan M3 dan membuka kanal Ca, sedangkan
Histamin berikatan dengan reseptor H2.
P-AS.13 Jelaskan bagaimana pentagastrin mempengaruhi sekresi asam lambung?
Jawab: Pentagastrin akan berikatan dengan reseptor G, dan mengeluarkan Histamin.
Histamina akan kembali berikatan dengan reseptor H2 dan akan menghasilkan asam
lambung
P-AS.14 Pemberian pentagastrin akan meningkatkan atau mengurangi sekresi asam
lambung ?
Jawab : Meningkatkan sekresi asam lambung
Lambung adalah rongga seperti kantung berbentuk J yang terletak antara esofagus dan
usus halus.Organ ini dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan pembedaan anatomik, histologis
dan fungsional.Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas lubang esofagus.Bagian
tengah atau utama lambung adalah korpus.Lapisan otot polos di fundus dan korpus relatif
tipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal.Perbedaan
ketebalan otot ini memiliki peran penting dalam motilitas lambung di kedua regio
tersebut.Bagian terminal lambung adalah sfingter pilorus, yang bekerja sebagai sawar antara
lambung dan bagian atas usus halus, duodenum.
Sel kelenjar lambung menyekresikan sekitar 2500 mL getah lambung setiap hari.Getah
lambung ini mengandung bermacam-macam zat.Asam hidroklorida yang disekresikan oleh
kelenjar di korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, menghasilkan pH
yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta merangsang aliran empedu. Sel-sel
yang mengeluarkan getah lambung berada di lapisan dalam lambung, mukosa lambung, yang
dibagi menjadi dua daerah berbeda : (1) Mukosa Oksintik \, yang melapisi korpus dan
fundus, dan (2) daerah kelenjar pilorus (pyloric gland area, PGA), yang melapisi antrum.
Permukaan luminal lambung berisi lubang-lubang kecil (foveola) dengan kantung dalam
yang terbentuk oleh pelipatan masuk mukosa lambung.Bagian pertama dari invaginasi ini
Sel mukus (mucous) melapisi foveola gastrica dan pintu masuk kelenjar. Sel-sel ini
mengeluarkan mukus encer.
Bagian leih dalam di kelenjar lambung dilapisi oleh chief cell dan sel parietal. Chief cell yang
jumlahnya lebih banyak menghasilkan prekursor enzim pepsinogen.
Sel parietal (atau oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik (oksintik artinya tajam,
gambaran untuk produk sekretorik HCl yang poten dari sel ini).
Sel parietal secara aktif mensekresikan HCl ke dalam lumen foveola gastrica, yang
selanjutnya menyalurkan bahan ini ke lumen lambung.Akibat sekresi HCl ini, pH isi lumen
turun hingga serendah 2.Ion hidrogen (H +) dan ion klorida (Cl-) secara aktif dipindahkan oleh
pompa berbeda di membran plasma sel parietal. Ion hidrogen secara aktif dipompa melawan
gradien konsentrasi yang sangat besar, dengan konsentrasi H + di lumen mencapai 3 juta kali
konsentrasinya di darah. Klorida disekresikan oleh mekanisme transpor aktif sekunder
melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih kecil (hanya ,5 kali).
H+ yang disekresikan tidak dipindahkan dari plasma tetapi berasal dari proses metabolik di
dalam sel parietal. Secara spesifik H+ yang akan disekresikan berasal dari penguraian
molekul H2O menjadi H+ dan OH- (ion hidroksil) di dalam sel parietal. H+ ini disekresikan
ke dalam lumen oleh H+-K+ ATPase di membran luminal sel parietal.Pembawa transpor aktif
primer ini juga memompa K+ ke dalam sel dari lumen, serupa dengan pompa Na+-K+
ATPase. K+ yang dipindahkan tersebut kemudian secara pasif mengalir kembali ke dalam
lumen melalui saluran K+ sehingga kadar K+ tidak berubah oleh proses sekresi H+ ini.
Sementara itu OH- yang dihasilkan oleh penguraian H2O dinetralkan dengan H+ baru yang
dihasilkan dari asam karbonat (H2CO3).Sel parietal mengandung banyak enzim karbonat
anhidrase (ca). Dengan keberadaan karbonat anhidrase, H2O cepat berikatan dengan Co2+
yang diproduksi oleh sel parietal dari proses metabolik atau berdifusi masuk dari darah.
Kombinasi H2O dan CO2 menyebabkan terbentuknya H2CO3+ yang mengalami penguraian
parsial untuk menghasilkan H+ dan HCO3-.H+ yang dihasilkan pada hakikatnya
menggantikan H- yang disekresikan.
HCO3- yang terbentuk dipindahkan ke dalam plasma oleh penukar Cl-HCO3- di membran
basolateral sel parietal. Penukar ini memindahkan Cl- ke dalam sel parietal. Penukar ini
memindahkan Cl- ke dalam sel parietal melalui transpor aktif sekunder. Terdorong oleh
gradien HCO3-, pembawa ini memindahkan HCO3-, pembawa ini memindahkan HCO3-
keluar sel menuju plasma menuruni gradien konsentrasinya dan secara bersamaan
memindahkan Cl- ke dalam sel parietal melawan gradien elektrokimiawinya. Penukar ini
meningkatkan konsentrasi l- didalam sel parietal dan lumen lambung. Berkat gradien
konsentrasi ini dan karena interior sel lebih negatif dibandingkan dengan isi lumen maka Cl-
yang bermuatan negatif yang dipompa masuk ke sel oleh penukar di membran basolateral
Pada aktivitas 1
Protein kanal dan pompa membran yang berperan dalam sel yang mensekresikan asam lambung.
Efek dari hormon, neurotransmitter dan berbagai obat yang mempengaruhi sekresi asam lambung.
Histamin bekerja lokal pada sel-sel parietal sekitar untuk mempercepat sekresi HCl. Histamin
bekerja dengan menduduki reseptor tertentu pada sel yang terdapat pada permukaan membran.
Dewasa ini didapatkan 3 jenis reseptor histamin H1, H2, dan H3; reseptor tersebut termasuk
golongan reseptor yang berpasangan dengan protein G. Pada otak, reseptor H1 dan h2 terletak pada
membran pascasinaptik, sedangkan reseptor H3 terutama prasinaptik.
Histamin adalah suatu zat yang bekerja secara parakrin, dibebaskan dari sel ECL, sebagai respon
terhadap Ach dan gastrin.Yang terdapat pada mukosa lambung merupakan histamin reseptor
H2.Aktivasi reseptor H2 terutama menyebabkan sekresi asam lambung. Histamin yang dilepaskan
Histamin dilepaskan oleh ECL, histamin nantinya akan berikatan dengan H2 yang nantinya H2 akan
mengaktifkan CAM yang akan mengaktifkan PKA dan kemudian akan mengaktifkan transpor H_ka
sehingga meningkatlah sekresi asam lambung.
Gastrin
Sel G mengeluarkan hormon gastrin ke dalam darah sebagai respons terhadap produk-produk protein
di lumen lambung dan sebagai respons terhadap Ach.Seperti sekretin dan CCK, gastrin adalah
hormon pencernaan utama. Setelah diangkut oleh darah kembali ke korpus dan fundus lambung,
gastrin merangsang sel parietal dan chief cell, mendorong sekresi getah lambung yang sangat
asam.selain merangsang langsung sel parietal, gastrin secara tak langsung mendorong sekresi HCl
dengan merangsang sel ECL untuk mengeluarkan histamin. Gastrin adalah aktor utama yang
menyebabkan peningkatan sekresi HCl waktu pencernaan makanan.Gastrin juga bersifat trofik
(mendorong pertumbuhan) mukosa lambung dan usus halus sehingga kemampuan sekresi mukosa-
mukosa tersebut terpelihara.
Asetilkolin dilepaskan dari nervus vagus -> berikatan dg reseptor muskarink yaitu m3 yg ada di sel
parietal membuka kanal kalsium-> masuk k dlm sel mengaktifkan cam .cam akan mngaktifkan
transpor h+k+ -> peningkatan sekresi asam lambung.rangsangan parasimpatis dpt meningkatkan
sekresi asam lambung
Ranitidine
Ranitidin memiliki rumus molekul C13H22N4O3S dengan bobot molekul 314,4 g/mol. Ranitidin
adalah salah satu senyawa yang mengantagonis reseptor histamin H2 yang menghambat sekresi asam
lambung. Selain digunakan dalam terapi penyakit ulkus peptikum dan gastroesophageal refluks,
ranitidin juga dapat digunakan sebagai antihistamin pada berbagai kondisi alergi pada kulit.
Ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan
merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada pemberian ranitidin sekresi asam lambung
dihambat. Walaupun ada histamin, histamin tidak bisa berikatan dengan reseptor H2. Tetapi jika
mendapatkan stimulasi dari saraf parasimpatis,sekresi asam lambung masih bisa ditingkatkan, tapi
mekanisme nya berasal dari peningkatan sekresi asetilkolin.
Caffein
Omeprazole
VII. KESIMPULAN
Sekresi asam lambung adalah suatu proses kompleks dan berkesinambungan yang
dikendalikan oleh beberapa faktor sentral (neural) dan perifer (endokrin). Setiap faktor
turut berkontribusi pada peristiwa fisiologis akhir, yaitu sekresi H oleh sel2 parietal yang
terletak di badan dan fundus lambung.Faktor neural (asetilkolin), parakrin (histamin), dan
endokrin (gastrin) berperan penting dalam pengaturan sekresi asam.Tiap faktor tersebut
MEKANISME DORONGAN
Pendahuluan
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antaraproses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
sistem pencernaan.Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-bahan makanan menjadi sari-sari
makanan yang siap diserap dalamtubuh.
Menelan, dikenal secara ilmiah sebagai deglutisi, merupakan refleks dalam tubuh manusia yang
membuat sesuatu melewati mulut melalui esofagus. Kalau proses ini gagal dan benda tersebut masuk
trakea, seseorang akan tersedak.Mekanisme menelan dikendalikan bersama oleh pusat menelan di
medula oblongata dan pons. Refleks ini diawali dengan reseptor sen Palatum mole tertarik ke atas
untuk mencegah makanan masuk hidung, dan lipatan palatofaring di setiap sisi faring mendekat
bersama, agar hanya bolus yang berukuran kecil saja yang bisa lewat.
Laring tertarik ke atas kepakan seperti epiglotis yang secara pasif menutup jalan masuk dan plika
vokalis tertarik mendekat bersama, mempersempit laluan di antaranya.Pusat pernapasan di medula
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI GASTROINTESTINAL Page 17
secara langsung dihambat oleh pusat menelan dalam waktu yang singkat agar proses menelan dapat
berlangsung. Hall ini dikenal sebagai apnea deglutisio.Sfingter esofagus superior berelaksasi untuk
memungkinan makanan lewat, yang setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di faring berkontraksi
secara berurutan untuk mendorong bolus makanan turun ke esofagus.
Tujuan:
a. Air mineral
b. Stetoskop
c. Stopwatch
d. Alcohol swabs
e. Paper cups
f. Disposable autoclave bag
Cara Kerja:
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan
kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan
sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan- bahan makanan menjadi sari-sari
makanan yang siap diserap dalam tubuh.
Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut :
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan dengan
mengubah makanan yang bermolekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses
pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Proses pencernaan makanan:
4. Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim.
6. Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
1. Mulut
2. Esofagus
Esofagus merupakan saluran panjang ( 25 cm) sebagai jalan bolus dari mulut menuju ke
lambung. Fungsinya sebagai jalan bolus dari mulut menuju lambung. Bagian dalam esofagus basah
oleh cairan yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar yang terdapat pada dindingnya untuk menjaga
agar bolus menjadi basah dan licin. Keadaan ini akan mempermudah bolus bergerak melalui
kerongkongan menuju ke lambung. Bergeraknya bolus dari mulut ke lambung melalui esofagus
disebabkan adanya gerak peristaltik pada otot dinding esofagus. Gerak peristaltik dapat terjadi
karena adanya kontraksi otot secara bergantian pada lapisan otot yang tersusun secara memanjang
dan melingkar. Sebelum seseorang mulai makan, bagian belakang mulut (atas) terbuka sebagai
jalannya udara dari hidung. Di esofagus, epiglotis mengendur sehingga udara masuk ke paru-paru.
Ketika makan, makanan dikunyah dan ditelan masuk ke dalam kerongkongan.
3. Lambung
Lambung merupakan saluran pencernaan yang berbentuk seperti kantung, terletak di bawah
sekat rongga badan. Daerah perbatasan antara lambung dan kerongkongan ter-
dapat otot sfinkter kardiak yang secara refleks akan terbuka bila
ada bolus masuk. Sementara itu, di bagian pilorus terdapat otot yang disebut sfinkter pilorus.
Pencernaan secara kimiawi dibantu olehgetah lambung. Getah lambung ini dapat dihasilkan akibat
rangsanganbolus saat masuk ke lambung. Getah lambung mengandungbermacam-macam zat kimia,
yang sebagian besar terdiri atasair. Getah lambung juga mengandung HCl/asam lambung danenzim-
enzim pencernaan seperti renin, pepsinogen, dan lipase.
d. Mengasamkan lambung (pH turun 13), sehingga dapatmembunuh kuman yang ikut masuk ke
lambung bersamabolus.
e. Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambungdan usus dua belas jari.
4. Usus halus
Usus halus merupakan saluran berkelok-kelok yang panjangnya sekitar 68 meter, lebar 25 mm
dengan banyak lipatan yang disebut vili atau jonjot-jonjot usus. Vili ini berfungsimemperluas
permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan. Pencernaan makanan
yang terjadi di usus halus lebih banyakbersifat kimiawi. Berbagai macam enzim diperlukan
untukmembantu proses pencernaan kimiawi ini.Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di
dalamdinding usus halus mampu menghasilkan enzim pencernaan.Enzim ini bercampur dengan kimus
di dalam usus halus.
5. Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang 1 meter dan terdiriatas kolon ascendens, kolon
transversum, dan kolon descendens.Di antara intestinum tenue (usus halus) dan intestinumcrassum
(usus besar) terdapat sekum (usus buntu).Pada ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang
disebutappendiks (umbai cacing) yang berisi massa sel darahputih yang berperan dalam imunitas.
Zat-zat sisa di dalam usus besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagianrektum akibat suatu rangsang yang
disebut refleks gastrokolik.Kemudian akibat adanya aktivitas kontraksi rektum dan ototsfinkter yang
berhubungan mengakibatkan terjadinya defekasi.
Proses Menelan
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks sehingga setiap organ yang berperan
dalam proses ini harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pada proses menelan
terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase esophageal.
1. Fase Oral
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan oleh gigi geligi, lidah,
palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk bolus dengan konsistensi
Dari hasil praktikum diketahui bahwa bunyi bunyi pertama yaitu bunyi percikan air di sfringter
gastro-esofagus bawah dan bunyi kedua ketika gelombang peristaltic kerongkongan tiba di sfringter
dan sfringter terbuka sehingga air samapi di lambung memiliki interval waktu yang singkat.Hal ini
membuktikan bahwa diantara lambung dan esafagus memiliki sfringter yang mengatur masuknya
makanan maupun minuman, sehingga tidak terjadi arus balik antara lambung dan esophagus.Interval
yang terjadi ini juga memberikan indikasi waktu yang diperlukan gelombang peristaltic untuk
melakukan gerakan salama di esophagus.
KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat diamati dan di dengar secara langsung proses perjalanan makanan
khususnya air dari rongga mulut hingga mencapai pembukaan sfingter. Selain itu dapat pula
dideskripsikan posisi lidah serta adams apple pada saat proses menelan.
Jawaban pertanyaan :
b. Menentukan interval waktu antara suara saat air mengalir melawan sphincter gastroesophageal
(lower esophageal) dan suara saat air gurgling (berdegak) ke dalam lambung.
Jawab:
Dimulai dari saat air tertelan (mengakibatkan pergerakan Adams apple) sampai air mengalir
melawan sphincter gastroesofagus dibutuhkan waktu yang berbeda pada setiap individu, tetapi rata-
ratanya adalah sekitar 5-10 detik. Dalam 5-10 detik ini air mengalir di esofagus dan sampai di
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI GASTROINTESTINAL Page 23
sphincter gastroesofagus yang merupakan pintu masuk air ke dalam lambung dan mengakibatkan
terdengarnya suara pertama ketika di auskultasi.Suara kedua terdengar setelah 2-3 detik selanjutnya
yang diakibatkan karena air bergerak masuk ke dalam lambung.
KERUTAN USUS
PENDAHULUAN
Usus adalah bagian dari sistem pencernaan yang bermula dari lambung hingga anus . Pada
usus terdiri dari dua bagian: usus kecil dan usus besar (kolon)Sistem ini seluruhnya terletak di
dinding usus, mulai dari esofagus dan memanjang sampai ke anus. Jumlah neuron pada sistem
enterik ini sekitar 100 juta, hampir sama dengan jumlah pada keseluruhan medula spinalis; Sistem
saraf enterik yang sangat berkembang ini bersifat penting, terutama dalam mengatur fungsi
pergerakan dan gastrointestinal.Sistem saraf enterik terutama terdiri atas dua pleksus: (1) pleksus
bagian luar yang terletak diantara lapisan otot longitudinala dan sirkular, disebut pleksus mienterikus
atau pleksus Auerbach, dan (2) satu pleksus bagian dalam, disebut pleksus submukosa atau pleksus
meissner yang terletak di dalam submukosa.
Pada ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitelium gastrointestinal atau dinding
usus dan mengirimkan serabut-serabut aferen ke kedua pleksus sistem enterik, dan (1) ke ganglia
prevertebra dari sistem saraf simpatis, (2) ke medula spinalis, dan (3) ke dalam saraf vagus menuju
ke batang otak. Saraf-saraf sensoris ini dapat mengadakan refleks-refleks lokal di dalam dinding usus
itu sendiri dan refleks-refleks lain yang disiarkan ke usus baik dari ganglia prevertebra maupun dari
daerah basal otak.
TUJUAN
1. Memahami pengaruh berbagai faktor pada kerutan usus di luar badan, seperti :
- Asetilkolin
- Epinefrin
- Ion kalsium
- Pilokarpin
- Suhu
CARA KERJA
1. Hangatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan locke didalam tabung perfusi
mencapai suhu 350C.
A. Pengaruh Asetilkolin
5. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh asetilkolin sebagai
berikut:
a. Pindahkan kaki tiga + kawat kasa dan gelas beker pireks dari tabung perfusi
B. Pengaruh Epinefrin
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada tromol yang berputar lambat, tetapi setiap
kerutan masih tercatat terpisah
2. Catat waktunya dengan interval 5detik
3. Tanpa menghentikan tromol, teteskan 2 tetes larutan epinefrin 1;10.000 kedalam cairan
perfusi. Beri tanda saat penetesan.
Bila 2 tetes tidak memberikan hasil setelah 5 10 kerutan, tambahkan beberapa tetes lagi.
4. Teruskan pencatatan, sampai pengaruh epinefrin terlihat jelas
5. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh epinefrin seperti
langkah pada butir 5
4. Hentikan tromol dan cucilah sediaan usus untuk menghilangkan pengaruh pilokarpin seperti
pada butir 5
E. Pengaruh Suhu
1. Catat 10 kerutan usus sebagai control pada suhu 350 C
2. Hentikan tromol dan turunkan suhu cairan perfusi sebanyak 5 0C dengan jalan memindahkan
pembakar Bunsen dan mengganti air hangat didalam Gekas pireks dengan air biasa.
3. Segera setelah sampai suhu 300C ,jalankan tromol kembali dan catatlah 10 kerutan usus.
4. Hentikan tromol lagi dan ulangi percobaan ini dengan setiap kali menurunkan suhu cairan
perfusi sebanyak 50 C, sampai tercatat 200 C dengan jalan memasukkan potongan-potongan
es kedalam gelas beker pireks. Sangen demikian didapat pencatatan keaktifan berturut-turut
pada suhu 350 C, 300C ,250 C dan 200 C.
5. Hentikan tromol perfusi dan naikkan suhu cairan perfusi sampai 35 0 C dengan jalan
mengganti air es didalam gelas beker pireks dengan air biasa kemudian memanasakan air itu.
6. Segera setelah suhu mencapai 350 C, jalankan tromol kembali dan catatlah 10 kerutan usus.
Catatan :
- Penurunan suhu secara perlahan lahan akan memberikan hasil yang lebih memuaskan
- Peningkatan suhu sehingga normal boleh dilakukan lebih cepat daripada penurunan suhu
- Koefisien suhu untuk setiap perbedaan 100C ( Q10 ), merupakan perbandingan antara pada
frekuensi to dengan frekuensi pada ( to 10oC ) sebagai berikut :
Namun demikian, pengukuran yang paling baik ialah dengan membandingkan kerja ( work
output ) pada to dengan kerja pada ( to 10oC ).
Menurut ilmu pesawat : kerja = jarak x beban
Frekuensi pada to
Q10 =
Frekuensi pada ( to 10oC )
Oleh karena beban di sini dianggap selalu sama ( yaitu berat alat pencatat ), maka ynag
diperbandingkan di sini ialah jarak, yaitu :
Sehingga
Frekuensi/menit x amplitudo rata-rata pada toC
Q10 =
Frekuensi/menit x amplitudo rata-rata pada ( to 10oC )
Ini akan member gambaran mengenai perbandingan kerja pada to dengan kerja pada ( to
10oC ).
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI GASTROINTESTINAL Page 28
F. Pengaruh Ion Barium
P-US.9. Apa pengaruh yang diharapkan terjadi pada penambahan larutan BaCl ?
P-US.10 dalam radiologi sering digunakan bubur BaSO4 sebagai zat kontras pada pemeriksaan
saluran pencernaan, tanpa menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Bagaimana
keterangannya ?
Tonus meningkat
Kontrol
Tonus menurun
PEMBAHASAN
Agar gelembung udara tidak terlalu menggoyangkan sediaan usus yang telah terpasang.
Pemberian larutan asetilkolin akan terlihat adanya peningkatan frekuensi dan amplitudo dari
peregangan usus. Karena asetilkolin merupakan neurotransmitter yang dihasilkan pada pasca
ganglion saraf parasimpatis yang berpengaruh terhadap peningkatan motilitas usus. Terbukti pada
pencatatan dimana terjadi peningkatan tonus, frekuensi, dan amplitude sebagai akibat dari
penambahan asetilkolin.Selain itu, pada usus yang terdapat di luar badan tidak terjadi pelepasan
asetilkolin sebanyak di dalam tubuh, sehingga begitu ditambahkan asetilkolin kontraksi otot polos
bertambah kuat.
p-us 5. Pengaruh epinefrin di sini, dapat dianalogikan dengan pengaruh apa pada binatang yang
utuh?
Efek epinefrin pada otot polos memberikan efek relaksasi yang kerjanya dapat dianalogikan
dengan saraf simpatis yang bekerja pada keadaan fight or flight sehingga mengurangi kerja saluran
cerna.
p-us 6. Apa pengaruh kekurangan ion Ca terhadap kerutan usus?
Ion kalsium bekerja dalam meningkatkan kerutan usus.Penambahan ion kalsium membuat
frekuensi kerutan usus lebih cepat, dan amplitudo lebih tinggi dibandingkan dengan kerutan usus
dalam larutan Locke biasa (tanpa ion kalsium).Jika terjadi kekurangan ion kalsium maka frekuensi
kerutan usus semakin berkurang yang artinya akan melambat.
Enzim terbuat dari protein sehingga enzim dipengaruhi oleh suhu.Suhu mempengaruhi gerak
molekul.Pada suhu optimal, tumbukan antara enzim dan substrat terjadi pada kecepatan yang paling
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI GASTROINTESTINAL Page 30
tinggi.Pada suhu jauh di suhu optimal menyebabkan enzim terdenaturasi, mengubah bentuk, struktur,
dan fungsinya.Pada suhu jauh di bawah suhu optimal, misalnya pada 0 oC, enzim tidak aktif.Enzim
pada manusia bekerja optimal pada suhu 35-40oC.Mendekati suhu normal tubuh.Adapun bakteri
yang hidup di air panas memiliki enzim yang bekerja optimal pada suhu 70 oC.Dengan bertambah
turunnya suhu, maka frekuensi dan amplitudo juga akan menurun. Semakin rendah suhu,
frekuensi akan bertambah lambat, dan amplitudo akan bertambah rendah.
p-us 9. Apa pengaruh yang diharapkan terjadi pada penambahan larutan BaCl2 ?
p-us 10. Dalam radiologi sering digunakan bubur BaSO4sebagai zat kontras pada pemeriksaan
pencernaan tanpa menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Bagaimana keterangannya?
Pada pentetesan barium, diketahui bahwa pentetesan ion barium pada percobaan akanmemicu
kontraksi usus yang lebih kuat dan tidak teratur. Kejadian tersebut diakibatkankarena kerja ion
baruium membuat potensial aksi spontan pada otot polos usus halus(potensial aksi akan lebih mudah
mencapai ambang batas (threshold)) sehingga kontraksi otot polos akan lebihmudah terjadi namun
tidak teratur.
1. Mengapa intestine yang telah dipotong dari persarafannya tetap dapat berkontraksi secara
spontan?
Pada spike potential, terjadi potensial aksi yang sebenarnya, dimana aktivitas ini diinisiasi
oleh sel interstitial Cajal. Ketika kondisi sel telah lebih positif dari -40 milivolts, maka spike
potential akan teraktivasi. Hal ini akan berakibat aktifnya kanal sodium-kalsium pada sel otot
polos. Kanal ini memiliki sifat pembukaan dan penutupan yang lebih lambat jika dibanding
dengan sel otot rangka, karenanya akan mengakibatkan potensial aksi berjalan lebih lama. Selain
itu, influks dari kalsium juga akan mempengaruhi dari kontraksi sel otot polos. Faktor-faktor yang
mempengaruhi depolarisasi dari sel otot polos sistem gastrointestinal adalah peregangan otot,
stimulasi dari asetilkolin, stimulasi dari saraf parasimpatis, dan stimulasi dari hormon-hormon
tertentu.
b. Kontraksi Peristaltic
Kontraksi untuk mendorong makanan sehingga makanan berjalan disepanjang usus dimulai
dari usus halus ke usus besar dan berakhir di rectum.Gerakan peristaltiks terjadi akibat
regangan usus karena adanya aksi volume makanan yang meningkat.
3. Apa efek sistem saraf otonom terhadap kontraksi usus? Substansi apa yang digunakan pada
percobaan ini untuk melihat pengaruh sistem saraf otonom terhadap kontraksi usus?
Saraf simpatis menurunkan kontraksi usus,sementara stimulasi saraf parasimpatis akan
meningkatkan kontraksi usus. Substansi yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Epinefrin
asetilkolin
ion kalsium
Pilokarpin
Ion barium
4. Apa perbedaan antara kontraksi otot rangka dan otot polos? (hubungkan dengan ion calsium)
Pada otot polos, tautan celah memastikan bahwa keseluruhan massa otot polos berkontraksi
sebagai suatu kesatuan sehingga jumlah serat otot yang berkontraksi tidak mungkin di ubah-ubah.
Untuk menentukan berbagai kekuatan kontraksi organ keseluruhan hanya tegangan serat yang
dapat dimodifikasi. Bagian dari jembatan silangyang di aktifkan dan tegangan yang kemudian
terbentuk di otot polos unit tunggal dapat di ubah-ubah dengan memvariasikan konsentrasi Ca 2+
sitosol.satu ekstensi di otot polos tidak meyebabkan semua jembatan silang aktif, berbeda dengan
Ca2+
otot rangka, dimana satu potensial aksi memicu pelepasan dalam jumlah cukup untuk
menyebabkan siklus di jembatan silang(kontrksi).
PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu protein yang bekerja secara khusus, dapat digunakan
berulangkali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan dalam jumlah sedikit, dan
dapat bekerja secara bolak-balik.
Tujuan aktivitas 1
1. Menjelaskan bagaimana aktivitas enzyme dapat dinilai dengan uji enzim: Uji IKI dan Uji
Benedict
2. Untuk menetapkan enzim, katalis, hydrolase, substrat dan control.
3. Untuk mengerti spesifitas dari kinerja amylase.
4. Untuk menamakan produk akhir dari digesti/ pencernaan karbohidrat.
5. Untuk dapat menentukan uji kimia yang sesuai dengan proses pencernaan yang terjadi.
6. Untuk mendiskusikan kemungkinan efek dari suhu dan pH pada aktivitas amylase.
Tujuan aktivitas 2
1. Menjelaskan bagaimana aktivitas enzim hidrolitik dapat dinilai dengan Tes IKI dan Tes
Benedict.
2. Mengerti spesifitas yang dimiliki enzim-enzim untuk substrat-substrat mereka.
3. Mengerti perbedaan antara substrat pati dan selulosa
4. Menjelaskan spesifitas substrat dari peptidase.
5. Menjelaskan bagaimana bakteri dapat membantu pencernaan.
1. Laptop
Cara Kerja
TINJAUAN PUSTAKA
Amylase diproduksi oleh kelenjar air liur dan disekresikan ke dalam mulut.Amylase berfungsi
untuk mencerna zat pati menjadi maltosa (Karbohidrat menjadi senyawa gula). Dengan aktivitas
amylase ini maka zat pati akan berkurang dan senyawa maltose akan bertambah selama proses
pencernaan di mulut berjalan. Proses ini tidak dapat melihat secara kasat mata tapi dapat
menggunakan uji enzim yang dapat mendeteksi substansi yang ada. Uji enzim tersebut ada 2, yaitu
Tes IKI untuk mendeteksi zat pati dan Tes benedict untuk mendeteksi senyawa gula tersebut, seperti
glukosa ataupun maltose.Tes IKI mengubah sampel menjadi warna biru kehitaman jika menunjukkan
adanya zat pati.Tes benedict tetap memberikan warna biru jika hasilnya negative.
Substrat adalah zat tempat enzim bekerja. Enzim memiliki bagian yang aktif dimana substrat
harus dapat menempel untuk memulai proses katalisis. Amilase akan mengubah zat pati menjadi gula
yang didapat dideteksi dengan tes IKI dan Tes Benedict. Selain Pati tumbuhan juga punya
polisakarida yang tebal di dinding selnya yaitu selulosa sehingga sangat sulit untuk dicerna
menggunakan enzim manusia.Membutuhkan bantuan dari bakteri dalam mencernanya karena bakteri
memiliki enzim selulose yang dapat mencerna selulosa.Enzim peptidase dapat mencerna spesifik
pada protein dan ikatan-ikatan peptide.
B. Pencernaan Selulosa
Aktifitas 1
Tube No. Reagent 1 Reagent 2 Reagent 3 Time Temp. IKI Benedict's
1 Amylase Starch pH 7.0 60 37 - ++
2 Amylase Glucose pH 7.0 60 37 - ++
3 Amylase Cellulose pH 7.0 60 37 + -
4 Cellulose Water pH 7.0 60 37 + -
5 Peptidase Starch pH 7.0 60 37 + -
6 Bacteria Cellulose pH 7.0 60 37 - ++
Post-lab Quiz Results
You scored 75% by answering 3 out of 4 questions correctly.
1. Tubes 3, 7, and 8 reveal that
You correctly answered: d. amylase activity was highest at pH 7.
2. This activity includes a number of negative controls. Which tube indicates that the amylase sol
ution was not
contaminated with maltose?
You correctly answered: b. tube 4
3. Which tubes indicate that the deionized water did not contain contaminating starch or maltose?
Your answer: b. tubes 4 and 6
4. Can you detect the presence of contaminating amylase from your experiments?
You correctly answered: c. It is not possible to determine whether contaminating amylase is present
because amylase
doesn't digest cellulose.
Aktifitas 4
Tube No. Reagent 1 Reagent 2 Reagent 3 Reagent 4 Time Temp. pH
1 Lipase Vegetable oil Bile salts pH 7.0 60 37 6.21
2 Lipase Vegetable oil Water pH 7.0 60 37 6.72
3 Lipase Water Bile salts pH 9.0 60 37 9.00
3. Which tube confirms that there is no lipase in bile salts or vegetable oil?
You correctly answered: c. tube 4
4. From your results, where (in theory) would pancreatic lipase be active?
Your answer: c. pancreas
Correct answer: d. mouth and pancreas
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arief. M, dkk. Kapita Selekta Kedikteran, edisi 3. media ausculapius FKUI
2001 : 492
2. Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai penerbit
FKUI Jakarta, 2001 :127
3. Diana (Bovahnam dan Johann C Hoevolly ) Keperawatan medikal bedah. EGC
Jakarta ,1996
4. Doengos, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
5. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta, 2001
6. Dept. Farmakologi & Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Ed. 5. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2007; 273-5, 517.
7. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Ed.6. Jakarta : EGC, 2011; 654-9,
663.
8. Ganong, W.F.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed.22. Jakarta : EGC, 2008; 509-11.