Anda di halaman 1dari 7

APLIKASI NANOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN

DAN LINGKUNGAN

Oleh
Nama : Mollina Kenanga Haphsari
NIM : 03031181419009
Kampus : Indralaya

Dosen Pembimbing :
Hj. Tuty Emilia Agustina, S.T., M.T., Ph.D

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
1. Aplikasi Nanoteknologi Dalam Bidang Lingkungan
Pada dasarnya prinsip penemuan nanoteknologi adalah untuk
memaksimalkan hasil atau produksi tanaman dengan meminimalkan penggunaan
pupuk, pestisida dan kebutuhan lainnya dengan melakukan monitoring kondisi
tanah seperti perakaran dan mengaplikasikannya langsung ke target sehingga tidak
ada yang terbuang. Untuk pestisida, jika hal ini diterapkan akan dapat
meminimalisir penggunaan pestisida pada tanaman karena hanya serangga target
saja yang terkena dampaknya.
Penggunaan teknologi nano pada pupuk akan memungkinkan pelepasan
nutrisi yang terkandung pada pupuk dapat dikontrol. Jadi hanya nutrisi yang
benar-benar akan diserap oleh tanaman saja yang dilepaskan, sehingga tidak
terjadi kehilangan nutrisi ada target yang tidak dikehendaki seperti tanah, air dan
mikroorganisme. Pada pupuk nano, nutrisi dapat berupa enkapsulasi nanomaterial,
pelapisan oleh lapisan pelindung yang tipis atau dilepaskan dalam bentuk emulsi
dari nanopartikel. Contoh aplikasi nanoteknologi dalam bidang pertanian dalam
upaya peningkatan produktifitas pertanian dilaporkan antara lain nanoporous,
nanonutrisi, slow-released, nanoenkapsulasi, nanosensor untuk pupuk, air,
herbisida, kestabilan tanah dan lain sebagainya.
Penggunaan teknologi nano pada pestisida dilakukan oleh Dr. Micaela
Buteler bekerja sama dengan Prof. Weaver dari Montana State University. Kedua
peneliti ini menguji penggunaan NSA (nanostructured alumina) pada dua jenis
serangga pengganggu yang biasa ditemukan pada proses penggilingan,
pengolahan dan penyimpanan gabah kering. Penelitian menunjukan bahwa NSA
dapat menyediakan alternatif insektisida yang murah dan terjangkau.
Pengembangan nanoteknologi pada pestisida baik itu pestisida kimia
maupun pestisida organik akan dapat membantu meningkatkan efisiensi
penggunaan pestisida maupun insektisida. Lebih jauh lagi, penggunaan pestisida
yang langsung pada target akan meminimalisir berkembangnya mekanisme
resistensi pada hama dan mengurangi kematian serangga non target. Hal ini tentu
akan membawa dampak positif bagi produksi pertanian, karena banyak kasus
sebelumnya dimana terjadi ledakan hama tertentu akibat penggunaan pestisida
yang kurang tepat. Teknologi nano pada pestisida organik dapat dilakukan dengan
mengembangkan material toksik yang dikandung oleh tanaman atau bahan
organik dalam ukuran nanopartikel sehingga akan lebih mudah mengenai sasaran
dan jumlah pestisida yang dibutuhkan pun jauh lebih kecil.
Namun seperti halnya teknologi yang lain, pemanfaatan nanoteknologi
pada pestisida memiliki dua sisi berbeda. Beberapa ahli berpendapat bahwa
pestisida dalam ukuran nano dapat menjadi berbahaya bagi manusia karena bisa
menginfeksi kulit atau terhirup dan masuk ke paru-paru kemudian sampai ke otak.
Ini masih menjadi perdebatan apakah teknologi ini bisa digunakan dan
dikembangkan atau lebih baik tidak sama sekali. Perkembangan pestisida organik
meningkat pesat sejalan dengan meningkatnya pemahaman masyarakat menegnai
bahaya zat kimia sintetis dalam pestisida yang digunakan pada saat ini.
Nanoteknologi diharapkan mampu menjembatani persoalan ini. Efektivitas
pestisida yang dapat meningkat berkali lipat dengan mengubahnya menjadi
nanopartikel bisa dijadikan dasar untuk aplikasi pestisida organik berbahan dasar
tanaman seperti rosemary, cengkeh, lavender, kemangi dan beberapa minyak atsiri
lain yang berotensi menjadi pestisida nabati. Dengan pendekatan nanoteknologi,
zat aktif dari bahan alam bisa menjadi senjata ampuh dalam mengendalikan hama
tanaman dan dapat menggantikan pestisida kimia.
Pestisida organik yang terbuat dari ekstrak beberapa tanaman seperti
disebutkan sebelumnya sangat potensial sebagai bahan alami pembuatan pestisida
untuk diaplikasikan pada bidang agrikultur sebagai pengendali hama tanaman.
Sebuah studi yang dipresentasikan oleh beberapa ilmuwan dalam pertemuan
nasional American Chemical Societys ke 238 di Kanada menyebutkan bahwa
beberapa kandungan zat alami dari beberapa tanaman yangdisebut essential oils
pesticides atau killer spices merupakan pestisida alami potensial yang ramah
lingkungan dan relatif lebih tidak beresiko bagi kesehatan manusia dan hewan.
Hanya saja pestisida organik ini tidak tahan lama karena sifatnya yang
volatil dan mudah terdegradasi oleh cahaya matahari. Peranan nanoteknologi
dalam pengembangan pestisida organik diharapkan menjadi jawaban tentang
bagaimana caranya agar pestisida organik ini bisa bersaing dengan pestisida yang
sudah lama beredar di masyarakat baik dari sifat toksiknya maupun
kemampuannya bertahan di alam dengan teknologi slow release.

2. Aplikasi Nanoteknologi Dalam Bidang Kesehatan


2.1. Peran Nanoteknologi dalam Pembuatan Kapsul
Unsur karbon (C) memang unik. Kumpulan atomnya bisa beraneka ragam
bentuk, tergantung cara atom-atom karbon itu saling mengikat satu sama lainnya.
Kalau dilihat dari jenis atomnya, arang, graphite, intan, fullerene yang ditemukan
tahun 1985 berbentuk seperti bola sepak dan nanotube. Bahan-bahan tersebut
berasal dari atom-atom karbon yang sama, perbedaannya terletak pada bentuk dan
susunan molekul atom-atomnya. Keunikan lainnya adalah masing-masing bentuk
mempunyai karakteristik sendiri-sendiri.
Partikel nanokarbon bermacam-macam bentuknya, diantaranya
adalahnanotube dan nanohorn. Nanotube berbentuk seperti selembar jala dengan
rongga-rongga segienam yang digulung membentuk sebuah tabung (Gambar 1).
Tabung mungil karbon dengan diameter beberapa nanometer (seperseratus juta
meter) ini, mempunyai sifat yang kuat terhadap tarikan dan tidak mudah patah
jika dilenturkan. Sifat lainnya adalah penghantar listrik yang baik. Sejak pertama
kali ditemukan pada tahun 1991 oleh Iijima Sumio, nanotube banyak diharapkan
penggunaannya pada berbagai aplikasi.
Sifat mekaniknya yang kuat, menyebabkan nanotube bila dicampurkan
pada bahan plastik akan diperoleh komposit plastik yang kuat dan
ringan. Penggunaan nano karbon lain yang menarik adalah sebagai penghantar
obat kanker atau tumor di bidang kedokteran (drug delivery system).Nanohorn,
sejenis nanotube yang salah satu ujung silindernya meruncing dan tertutup seperti
tanduk. Bersifat aman bagi tubuh karena berasal dari unsur karbon dan butiran
obat kanker (cisplatin) sebesar sekitar 1-2 nanometer dapat dimasukkan dalam
rongga nanohorn, layaknya obat dalam kapsul. Sistem penghantar obat ini lebih
efektif untuk pemusnahan sel penyakit dan sel tumor.
2.2. Contoh Obat
Cisplatin atau cisplatinum atau cis diamminedichloroplatinum(II) adalah
obat kemoterapi kanker yang berbasis logam platinum. Pada dasarnya senyawa
turunan platinum yang menunjukkan antitumor/antikanker telah ribuan yang
disintesis. Tetapi hanya 28 dari mereka yang telah diujicoba secara klinis dan
hanya 2 yang sangat aktif yaitu cisplatin itu sendiri dan carboplatin.

Tabel 1. Status Klinis dan Dosis Limit Keracunan Beberapa Obat Berbasis Platinum
Obat Dosis Limit Keracunan Status Klinis
Platinum (mg/M2
Cisplatin 60-120 Nephrotoxicity Diterima di seluruh
dunia
Carboplatin Sampai Myelosuppression Diterima di seluruh
900 dunia
Oxiliplatin 200 Neuropathy Diterima di Perancis
Nedaplatin 100-200 Myelosuppression Diterima di Jepang
JM-216 400 Myelosuppression Ditolak pada fase
(II)
L-NDDP 400 Neutropenia, Fase (II)
Thrombocytopenia
AMD-473 TBD TBD Fase (I)
BBR3464 > 1,1 Neutropenia, nausea Fase (II)
Ormaplatin 90 Unpredictable, Ditolak
Peripheral,
Neruotoxicity
2.3. Cisplatin
Struktur kimia cisplatin adalah cis-PtCl2(NH3)2. Senyawa ini pertama kali
ditemukan oleh M. Peyrone (1845) yang berasal dari garam Peyrone dan
strukturnya ditentukan kemudian oleh Alfred Werner (1893). Senyawa cisplatin
ini disintesis dengan memanfaatkan efek trans antara potassium
tetrachloroplatinate (II), K2PtCl4 dengan ligan amina (NH3). Struktur kimia yang
terbentuk ini sesuai dengan syarat struktur klasik untuk menjadikan logam
platinum memiliki aktivitas anti kanker, yaitu :
1) Bilangan oksidasi Pt +2 atau +4
2) Ligan amina harus dalam posisi cis
3) Muatan total senyawa kompleks platinum harus netral
4) Ligan amina (NH3) harus memiliki sedikitnya satu gugus N-H yang tersisa
5) Gugus pergi harus anion yang kekuatan ikatannya medium seperti klorida
atau turunan karboksilat.
Cisplatin bekerja sebagai anti kanker dengan cara menempelkan diri pada
DNA (deoxyribonucleic acid) sel kanker dan mencegah pertumbuhannya. Pada
dasarnya cisplatin secara umum bukanlah merupakan senyawa yang relatif reaktif
dan mudah bereaksi secara langsung dengan semua jenis molekul aktif pada
sistem biologi termasuk didalamnya basa dari DNA. Tetapi bila senyawa ini
terlarut dalam air, ligan kloro pada cisplatin diganti satu persatu oleh ligan air
(aqua) melalui reaksi hidrolisis. Selanjutnya ikatan Pt-OH2 yang terdapat dalam
senyawa kompleks monoaquaplatina dan diaquaplatina yang terbentuk akan jauh
lebih reaktif, sehingga kompleks tersebut akan lebih mudah bereaksi dengan ligan
donor beratom nitrogen pada basa DNA.

2.4. Cisplatin dan Pengobatan Kanker


Saat ini cisplatin secara luas digunakan untuk mengobati berbagai kanker
terutama sangat efektif untuk kanker testicular dan bila dikombinasi dengan obat
lain akan bekerja sangat efektif dalam mengobati kanker ovarian, kanker kandung
kemih, kanker paru, kanker kepala dan leher. Kombinasi cisplatin tersebut dapat
meliputi kombinasi dengan radioterapi atau dengan obat tertentu seperti
pacliataxel, aphidicolin dan hydroxyurea atau 5-fluorouracil.
Kombinasi antara cisplatin, vinblastine dan bleomycin akan dapat
menyembuhkan 90% kanker testicular. Sedangkan kombinasi dengan
cyclohosphoramide, dioxorubicin dan hexamethylmelamine akan mampu
meningkatkan daya hidup pasien yang terkena kanker ovarian yang sudah parah.
Untuk kanker paru ataupun kanker paru non sel kecil (NSCLC), dapat
mengunakan empat kombinasi platinum yaitu cisplatin/paclitaxel,
gemcitabine/cisplatin, cisplatin/docetaxel dan carboplatin/paclitaxel. Selain itu
penambahan avastin pada kombinasi antara cisplatin/gemcitabine akan sangat
efektif dalam memperpanjang keberlangsungan hidup penderita NSCLC hinga 20-
30%.
Untuk jenis kanker lain, juga menunjukkan kesensitifan terhadap cisplatin
pada beberapa tingkat seperti yang terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas Biologi Cisplatin Terhadap Berbagai Jenis Kanker
Jenis Kanker Sensitifitas
Jenis Kanker Sensitifitas
Testicular Curable
Ovarian Sensitif
Kepala dan leher Responsive
Kandung Kemih Responsive
Tengkuk, prostat, Resistan
esophageal
NSCL (Paru Non Sel Menunjukkan aktivitas
Kecil)
Osterogenic Menunjukkan aktivitas
Hodgkins Lymphoma Menunjukkan aktivitas
Melanoma Aktivitas terbatas
Dada/Payudara Aktivitas terbatas
2.5. Efek Samping dan Penghantar Obat Cisplatin
Cisplatin sebagaimana obat-obat umum lain yang digunakan untuk
kemoterapi, juga mempunyai efek samping yang parah. Termasuk didalamnya
Neprotoksisitas yang sangat kronis dan berbahaya, tetapi neprotoksisitas ini dapat
diminimalisasi dengan cara hidrasi sang pasien dan menggunakan manitol untuk
diuretic. Selain itu efek samping yang lain adalah neurotoksisitas, mual, muntah,
keracunan sumsum tulang, kerontokan rambut (alopecia), dan penurunan
kekebalan tubuh. Namun untungnya untuk kerontokan rambut dan penurunan
kekebalan tubuh umumnya akan kembali normal setelah pengobatan.
Saat ini untuk mengurangi efek samping dari penggunaan kemoterapi
cisplatin, solusinya adalah dengan menggunakan drug delivery (penghantar obat).
Salah satunya adalah dengan menggunakan nanohorn. Nanohorn yaitu sejenis
nanotube yang salah satu ujung silindernya meruncing dan tertutup seperti tanduk.
Nanohorn ini berukuran 100 nanometer yang didalamnya telah terdapat cisplatin
yang berukuran 1-2 nanometer. Nanohorn ini bersifat aman bagi tubuh karena
berasal dari unsur karbon.

Anda mungkin juga menyukai