Askep Gagal Ginjal Kronik
Askep Gagal Ginjal Kronik
PENDAHULUAN
1
seperti hak klien untuk mengetahui rasional penatalaksanaan medis,
pemeriksaan penunjang, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas tentang bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien
gagal ginjal kronik.
1.3 TUJUAN
2
1.4 MANFAAT
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Anatomi
Secara normal, manusia memiliki dua ginjal (ginjal kanan dan kiri)
setiap ginjal memiliki panjang 12 cm, lebar 7 cm, dan tebal maksimum
2,5 cm, dan terletak pada bagian belakang abdomen, posterior terhadap
peritoneum, pada cekungan yang berjalan disepanjang sisi corpus
vertebrae. Lemak perinefrik adalah lemak yang melapisi ginjal. Ginjal
kanan terletak agak lebih rendah dari pada ginjal kiri karena adanya
hepar pada sisi kanan. Sebuah glandula adrenalis terletak pada bagian
atas setiap ginjal.
3
nefron. Nefron adalah unit struktural dan fungsional ginjal. Setiap nefron
terdiri dari tubulus renalis, glomerulus, dan pembuluh darah yang
menyertainya. Setiap tubulus renalis adalah tabung panjang yang
bengkok, dilapisi oleh selapis sel kuboid. Tubulus renalis dimulai
sebagai kapsula bowman, mangkuk berlapis ganda yang menutupi
glomerulus, terpuntir sendiri membentuk tubulus kontortus proksimal,
berjalan dari korteks ke medula dan kembali lagi, membentuk ansa
henle, terpuntir sendiri kembali membentuk tubulus kontortus distal.
Dan berakhir dengan memasuki duktus koligentes. Setiap duktus
koligentes berjalan melalui medula ginjal, bergabung dengan duktus
koligentes dari nefron lain. Dan mereka membuka bersama pada
permukaan papila renalis didalam pelvis ureter.
3) Memproduksi Hormon.
4
meningkatkan tekanan darah.Hormon lain yang disekresi ginjal asalah
eritropoetin. Eritropoeitin disekresi oleh ginjal sebagai respon terhadap
penurunan tekanan oksigen normal. Hormon ini merangsang
pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang dan meningkatkan jumlah
darah yang tersedia untuk pengangkutan oksigen. Fungsi ginjal yang lain
memproduksi vitamin D yang aktif secara biologis. (J Gibson, 2001)
2.2 DEFINISI
Chronik Kidney Desease adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal). (Nursalam. 2006).
Chronik Kidney Desease adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif
dan cukup lanjut. ( Slamet Suyono, 2001).
Chronik Kidney Desease adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan
metabolisme keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth. 2002).
Chronik Kidney Desease biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi
kronis dan penyakit vaskular , penyakit agen nefrotik dan penyakit endokrin
(Marlynn E. Doenges. 2000).
Chronik Kidney Desease adalah penyakit ginjal yang tidak dapat pulih,
ditandai dengan penurunan fungsi ginjal progresif, mengarah pada penyakit
ginjal tahap akhir dan kematian (Susan Martin Tucker, 1998).
Dari kelima pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Cronik
Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif
irreversible yang disebabkan oleh adanya penimbunan limbah metabolik di
dalam darah, sehingga kemampuan tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa-
sisa sampah metabolisme dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
5
2.3 ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris
sistemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
(Doenges, 1999; 626)
Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas,
antara lain:
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik,asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya
DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati
timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
6
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin aldosteron)
b. Gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan)
dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
7
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut Brunner dan Suddarth(2002),Slamet Suyono(2001) dan Sylvia A.
Price,(2000) adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan suatu keadaan
klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai penyebab
diantaranya infeksi, penyakiy peradangan, penyakit vaskular hipertensif,
gangguan jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter, penyakit
metabolik (DM, Hipertiroidisme), Nefropati toksik (penyalahgunaan
analgesik), nefropati obstruktif(saluran kemih bagian atas dan saluran kemih
bagian bawah).
Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya di ekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun didalam darah,
sehingga terjadinya uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh, akibat
semakin banyaknya tertimbun produk sampah metabolik, sehingga kerja
ginjal akan semakin berat.
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan penurunan
jumlah glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substansi
darah yang seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu untuk
memfiltrasinya. Sehingga mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen,
urea darah (BUN) meningkat. Ginjal juga tidak mampu mengencerkan urine
secara normal. Sehingga tidak terjadi respon ginjal yang sesuai terhadap
8
perubahan masukan cairan dan elektrolit sehingga terjadi tahanan natrium dan
cairan. (Brunner & Suddarth, 2002).
Asidosis metabolik dapat terjadi karena ketidakmampuan ginjal
mengekspresikan muatan asam yang berlebihan terutama amoniak (NH3) dan
mengabsorpsi bikarbonat.
Anemia, terjadi akibat berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga
rangsangan eritropoisis pada sumsum tulang menurun, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defisiensi
besi, asam folat dan lain-lain akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan
paling sering pada saluran cerna dan kulit. (Slamet Suyono, 2001)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan dalam
metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat mengakibatkan
peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga
menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan penurunan
metabolisme aktif vitamin D karena terjadi perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon sehingga menyebabkan osteodistrofi
(penyakit tulang uremik)
2.6 KLASIFIKASI
Menurut (Sylvia A. Price. 2000), stadium dari Chronik Kidney Disease ada 3
yaitu :
a. Stadium Pertama
Dinamakan penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin
serum dan kadar BUN Normal, Creatinin Clerance berkisar 40-70 ml/mnt.
Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja
yang berat pada ginjal tersebut. Seperti, tes pemekatan kemih yang lama
atau dengan mengadakan tes GFR yang teliti.
b. Stadium Kedua
9
Perkembangan tersebut disebut insufisiensi ginjal dimana lebih dari
75% jaringan yang berfungsi telah rusak. (GFR besarnya 25% dari normal)
kadar BUN mulai meningkat diatas batas normal, kadar kreatinin serum
juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Kegagalan ginjal pada
stadium kedua dimana nilai creatinin clearance 20-40 ml/mnt. Gejala
nokturia dan poliuria timbul, gejala ini timbul sebagai respon terhadap stres
dan perubahan makanan atau minuman secara tiba-tiba.
c. Stadium Ketiga
Stadium akhir gagal ginjal proresif, disebut gagal ginjal stadium
akhir uremia, gagal ginjal stadium akhir timbul apabila sekitar 90% dari
masa nefron telah hancur atau sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh,
nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal dan creatinin clearance 5
ml/mnt. Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan sangat menyolok sebagai respon terhadap GFR yang mengalami
penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal penderita mulai mengalami
gejala-gejala yang cukup parah, karena ginjal sudah tidak sanggup lagi
mempertahankan homoestasis cairan dan elektrolit dalam tubuh.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi dari chronik kidney desease yaitu : hiperkalemia perikarditis,
efusi perikardial, hipertensi, anemia dan penyakit tulang.
10
tubular dan rasio urine serum sering 1 : 1
Klirens Kreatinin Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40
70ml/menit), stadium kedua, CCT (20-40ml/menit)
dan stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)
Natrium Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium. (135-145 g/dL)
Protein Derajat tinggi proteinuria (3 4 + ) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan
fragmen juga ada.
Pemeriksaan Darah
BUN/Kreatinin Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi, kadar
kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah
yaitu 5
Pemeriksaan GDA
pH Penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme
protein. Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium
serum mungkin rendah (bila ginjal kehabisan
natrium atau normal (menunjukkan status difusi
hipematremia)
Kalium Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan
dengan rotasi sesuai dengan perpindahan selular
(asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis SDM)
pada tahap akhir pembahan EKG mungkin tidak
terjadi sampai umum gas mengolah lebih besar.
Magnesium/ Intraseluler (27 g/dL), plasma (3 g/dL), cairan intersisial
fosfat meningkat (1,5 g/dL).
Kalsium menurun Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL), cairan
intersisial (2,5 g/dL)
Protein Kadar semua menurun dapat menunjukkan kehilangan
(khususnya protein melalui urine pemindahan cairan penurunan
albumin 3,5-5,0 pemasukan atau penurunan sintesis karena asam amino
g/dL) esensial
Osmolalitas Lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering sama dengan
Urine
serum
11
a. KUB Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter / kandug kemih dan
adanya obstruksi (batu)
b. Pielogram retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan
ureter
c. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravakuler massa. Sistrouretrografi berkemih : menunjukkan ukuran
kandung kemih, refiuks kedalam ureter, rebonsi.
d. Ultrasono ginjal : Menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista
obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
e. Biopsi ginjal : mungkin dilakukan secara endoskopik untuk
menentukan pelvis ginjal : keluar batu hematuria dan pengangkatan
tumor selektif
f. EKG : Mungkin abnormal menunjukan ketidak keseimbangan
elektrolit asam/basa.
g. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan : Dapat
menunjukkan deminarilisasi, kalsifikasi.
2.9 PENATALAKSANAAN
Menurut Sylvia Price (2000) adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis
Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa
(Aldomet), propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai
adalah furosemid (lasix).
Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan
insulin intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau
dengan pemberian kalsium glukonat 10% intravena dengan
hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila kadar K + tidak
dapat diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin
penukar kation natrium polistiren sulfonat (Kayexalate).
Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-
EPO) secara meluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik :
dengan memperkecil kehilangan darah, pemberian vitamin,
androgen untuk wanita, depotestoteron untuk pria dan transfusi
darah.
12
Asidosis dapat tercetus bilamana suatu asidosis akut terjadi
pada penderita yang sebelumnya sudah mengalami asidosis
kronik ringan, pada diare berat yang disertai kehilangan HCO3.
Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian pemberian
NaHCO3 parenteral.
Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi
secara pasif melalui suatu membran berpori dari suatu
kompartemen cair menuju kompartemen lainnya.
Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis
pada penanganan gagal ginjal akut dan kronik.
Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir
ke dalam rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit.
Biasanya keseimbangan cairan dialisis dan membran
semipermeabel peritoneal yang banyak vaskularisasinya akan
tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.
Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar
ginjal donor dan menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi
kontralateral. Dengan demikian ureter terletak di sebelah
anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih mudah
dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung kemih
resipien.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Penimbangan berat badan setiap hari
Batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr
Mengkaji daerah edema.
Melakukan perawatan kulit
Lakukan perawatan oral hygien
Lakukan pengukuran EKG, mengindikasi adanya hiperkalemia
c. Penatalaksanaan diit
Tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium, batasi diit rendah
protein sampai mendekati 1g / kgBB selama fase oliguri. Untuk
meminimalkan pemecahan protein dan untuk mencegah penumpukan
hasil akhir toksik. Batasi makanan dan cairan yang mengandung
kalium dan fosfor (pisang, buah dan jus-jusan serta kopi).
13
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Fokus pengkajian Menurut Doengoes (2000), fokus pengkajian pada pasien
gagal ginjal kronik antara lain :
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelelahan ekstremitas, kelemahan, malaise, gangguan tidur.
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi lama atau berat, nyeri dada.
Tanda : Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting pada
kaki, nadi lemah halus, pucat, kuning, kecenderungan perdarahan
3) Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguri, anuri, diare, konstipasi.
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah, coklat) digouria
menjadi anuri.
4) Integritas ego
Gejala : Faktor stress, perasaan tidak berdaya, tak ada kekuatan.
Tanda : Menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung.
5) Makanan / cairan
Gejala : Peningkatan berat badan dengan cepat, penurunan berat badan
(mal nutrisi), anoreksia, mual muntah, nyeri ulu hati.
Tanda : Asites, perubahan turgor kulit.
6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, kesemutan dan
kelemahan.
Tanda : Ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilanan memori, rambut
tipis, kuku rapuh dan tipis.
7) Nyeri dan kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, nyeri dada.
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
8) Pernafasan
Gejala : Napas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum
Tanda : Dispnea, peningkatan frekuensi, batuk
9) Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Tanda : Pruritus, demam, fraktur tulang.
10) Seksualitas
Gejala : Penurunan libido aminorea, infertilitas.
11) Interaksi social
14
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi.
15
No Intervensi Rasional
1 Beri posisi tidur semi fouler Meningkatkan ekspansi dada
2 Ciptakan suasana tenang Memberikan kenyamanan dalam
bernafas
3 Anjurkan klien untuk nafas efektif Membantu mengurangi sesak
4 Observasi perubahan warna kulit, kuku, Adanya perubahan warna kuku, kulit
jari, catat adanya cyanosis menandakan menurunnya suplai
oksigen
5 Monitor respirasi dan nadi Respirasi rate yang normal
menandakan suplai oksigen yang
adekuat
6 Berikan oksigen Memenuhi kebutuhan oksigen yang
adekuat
16
mencatat penggunaan cairan terutama input dan output
pemasukan dan haluaran
17
Kulit bersih, tidak kemerahan, tidak bersisik
Tidak ada gangguan fungsi
No Intervensi Rasional
1 Inspeksi kulit terhadap perubahan Menandakan area sirkulasi buruk
warna, turgor, vaskuler, perhatikan atau kerusakan yang dapat
kadanya kemerahan menimbulkan pembentukan
dekubitus / infeksi.
2 Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit Mendeteksi adanya dehidrasi atau
dan membran mukosa hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan
integritas jaringan
3 Ubah posisi sesering mungkin Menurunkan tekanan pada udem ,
jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
4 Anjurkan pasien menggunakan kompres Menghilangkan ketidaknyamanan
lembab dan dingin untuk memberikan dan menurunkan risiko cedera
tekanan pada area pruritis
5 Anjurkan memakai pakaian katun Mencegah iritasi dermal langsung
longgar dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit
6 Berikan obat antihistamin dan anti Menurunkan rasa gatal
pruritis hasi kolaborasi dokter.
18
catat kekuatan nadi perifer. dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit
dan penurunan nadi.
2 Observasi TTV Untuk memotitoring keadaan pasien
3 Pertahankan tirah baring Membantu untuk menurunkan rangsangan
simpatis, meningkatkan relaksasi
4 Amati warna kuli, kelembaban, Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu dan CRT CRT lambat mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi pembuluh darah.
5 Kolaborasi pemberian obat Merileksasikan otot-otot polos vaskuler
vasodilator
19
menunjukkan tamponade, yang
merupakan kedaruratan medic
4 Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap Kelelahan dapat menyertai GGK
aktivitas
5 Kolaborasi pemberian obat Menurunkan tahanan vaskuler
antihipertensi sistemik dan/atau pengluaran rennin
untuk menurunkan kerja miokardial
20
Dx 3 : Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa
mulut.
No Implementasi Evaluasi
1 Mengawasi konsumsi makanan / cairan DS : klien mengatakan sudah tidak
2 Mengobservasi adanya mual dan
mual
muntah dan penyebabnya
3 Memberikan makanan sedikit demi DO :
Klien tampak segar
sedikit tapi sering, diberikan setiap hari
4 Melakukan oral hygien setiap hari BB kembali normal
Membrane mukosa lembab
21
2 Melakukan pengukuran TTV
3 Menganjurkan klien untuk tirah baring DO :
4 Mengamati warna kulit, kelembaban, CRT kembali < 3 detik
suhu dan CRT Akral hangat
5 Memberikan obat vasodilator TTV : TD 120/80mmHg, N
70x/menit
Tidak ditemukan sianosis
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Cronik Kidney Desease adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif
irreversible yang disebabkan oleh adanya penimbunan limbah metabolik di
dalam darah, sehingga kemampuan tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa-
sisa sampah metabolisme dan mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit
vaskuler (nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris
sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes).
(Doenges, 1999; 626)
Manifestasi klinik menurut suyono (2001) adalah sebagai berikut : sistem
kardiovaskuler: hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena
23
leher, friction sub pericardial. sistem pulmoner: krekel, nafas dangkal,
kusmaull, sputum kental dan liat. sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan
muntah, perdarahan saluran GI, ulserasi dan pardarahan mulut, nafas berbau
ammonia. sistem musculoskeletal: kram otot.
DAFTAR PUSTAKA
24
Brunner and Suddarth. (2000). Hand Book for Brunner & Suddarth Text
Book Medical Surgical Nursing. (Penerjemah Yasmin Asih, S.Kp). Lipincott
Raven Publishers. (Sumber Asli diterbitkan tahun 1996).
Doenges. Marilynn. E (2000). Nursing Care Plans Guidelines For
Planning and Documenting Patients. (Penerjemah : I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati). Philadelphia, F.A. Davis. (Sumber Asli diterbitkan tahun 1993).
25