PENGAMANAN
AIR MINUM
(RPAM)
Manual:
Perencanaan,
Implementasi,
dan Monitoring-Evaluasi
Diterbitkan oleh
Satuan Kerja Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Alamat
Jalan Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
Pengarah
Danny Sutjiono
Oloan M. Simatupang
Meike Kencanawulan
Foto
PDAM Bandarmasih, Banjarmasin
Penyusun
PT. Padma Duta Consult
RENCANA
PENGAMANAN
AIR MINUM
(RPAM)
Manual:
Perencanaan,
Implementasi,
dan Monitoring-Evaluasi
2012
Daftar Isi
Daftar Isi i
Daftar Tabel iii
Daftar Gambar iv
Bab 1 Pendahuluan 2
1.1 Definisi, Tujuan, dan Batasan 2
1.2 Komponen RPAM Indonesia 3
1.3 Langkah Kerja Manual RPAM-Operator 4
Bab 2 M1 : Galang Komitmen Bersama 10
2.1 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tentang Pengamanan Air Minum 13
2.2 Tata Cara Penyusunan Lembar Komitmen 14
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 15
Bab 3 M2 : Susun Tim RPAM 16
3.1 Komposisi Tim RPAM 19
3.2 Deskripsi Tugas Tim RPAM 20
3.3 Tata Cara Penyusunan Tim RPAM 21
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 23
Bab 4 M3 : Gambarkan Rantai Pasok 26
4.1 Komponen Rantai Pasok 29
4.2 Lambang-Lambang Komponen Rantai Pasok 29
4.3 Tata Cara Penggambaran Rantai Pasok 29
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 31
Bab 5 M4 : Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko 34
5.1 Inventarisasi Kejadian Bahaya dan Risiko dengan 4K sebagai Acuan 37
5.2 Tata Cara Perhitungan Skor Risiko (Scoring) dengan Metode Matriks 39
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 61
Bab 6 M5 : Buat Daftar Tindakan Pengendalian 62
6.1. Tindakan Pengendalian dan Cara Validasinya 65
6.2. Tindakan Pengendalian dan Cara Validasinya 66
6.3. Tata Cara Pembuatan dan Pengisian Tabel Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan
Cara Validasinya 68
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 70
Bab 7 M6 : Susun Daftar Prioritas 72
7.1. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Risiko 75
7.2. Tata Cara Pembuatan Tabel Kaji Ulang dan Prioritas Risiko 79
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 81
Bab 8 M7 : Buat Rencana Perbaikan 82
8.1. Rencana Perbaikan dan Program Pendukung 85
8.2. Anggaran Biaya dan Waktu Rencana Pelaksanaan 86
8.3. Tata Cara Pembuatan Tabel Rencana Perbaikan dan Program Pendukung dan
Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan 87
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 89
Bab 9 M8 : Susun Strategi Komunikasi 90
9.1. Penyebaran Informasi di Kalangan Internal 93
9.2. Mendapatkan dan Menyebarkan Informasi kepada Pihak Eksternal 94
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 95
Bab 10 M9 : Susun Prosedur (SOP) dan Instruksi Kerja (IK) 98
10.1. SOP dan IK dalam Sistem Penyediaan Air Minum 101
10.2. Identifikasi dan Pembuatan SOP dan IK 103
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 105
Bab 11 M10 : Laksanakan Rencana Perbaikan dan Monitor 106
12.1. Pelaksanaan Rencana Perbaikan 109
12.2. Pemantauan/Monitoring Rencana Perbaikan 109
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 111
Bab 12 M11 : Lakukan Evaluasi RPAM 112
12.1. Evaluasi RPAM 115
12.2. Check-list Tertanganinya Kejadian Bahaya dan Risiko 116
12.3. Kajian Terpenuhinya 4K sebagai Acuan Risiko dan Kinerja Operator 116
12.4. Survey Kepuasan Pelanggan (SKP) 118
Studi Kasus PDAM Bandarmasih 118
Daftar Tabel
Tabel 1 Komposisi Tim RPAM 22
Tabel 2 Jadwal Rencana Kerja RPAM 22
Tabel 3 Deskripsi dan Penanggung jawab Komponen Rantai Pasok 30
Tabel 4 Deskripsi Rantai Pasok PDAM Bandarmasih (Sub-Sistem 1) 33
Tabel 5 Contoh Kejadian Bahaya dan Risiko yang Ditimbulkan 38
Tabel 6 Skala Peluang Kejadian 39
Tabel 7 Skala Keparahan Risiko 40
Tabel 8 Matriks Penetapan Besarnya Risiko 40
Tabel 9 Potensi Kejadian Bahaya dan Skor Risiko 42
Tabel 10 Jenis Kejadian Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem Penyediaan Air Minum 44
Tabel 11 Contoh Daftar Tindakan Pengendalian 65
Tabel 12 Contoh Cara validasi Tindakan Pengendalian 67
Tabel 13 Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan Cara Validasinya 69
Tabel 14 Contoh Penentuan Prioritas Risiko 76
Tabel 15 Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko 77
Tabel 16 Rencana Perbaikan dan Program Pendukung RPAM 80
Tabel 17 Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan 86
Tabel 18 Rencana Penyebaran Informasi Internal 88
Tabel 19 Rencana Komunikasi Eksternal 89
Tabel 20 Tipikal/Contoh SOP dan IK dalam Sistem Penyediaan Air Minum 93
Tabel 21 SOP dan IK yang dibutuhkan untuk Menangani Kejadian Bahaya dan Risiko 94
Tabel 22 Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Perbaikan dan Program Pendukung 102
Daftar Gambar
Gambar 1 Komponen RPAM Indonesia 2
Gambar 2 Langkah Kerja Manual RPAM-Operator 3
Gambar 3 Lembar Komitmen Implementasi RPAM PDAM Bandarmasih 7
Gambar 4 Surat Tugas Penunjukan Tim RPAM PDAM Bandarmasih. 13
Gambar 5 Struktur Tim RPAM PDAM Bandarmasih. 14
Gambar 6 Rantai Pasok Penyediaan Air Minum PDAM Bandarmasih 18
Gambar 7 Sub-Sistem 1 Rantai Pasok Penyediaan Air Minum PDAM Bandarmasih 19
02
1
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Pendahuluan 03
04
Pendahuluan
1.1 efisiensi dan cakupan pelayanan air minum di
DEFINISI, TUJUAN, DAN BATASAN Indonesia.
Water Safety Plan (WSP) atau dapat diterjemahkan Ruang lingkup produksi yang dilakukan oleh Operator
sebagai Rencana Pengamanan Air Minum (RPAM) Penyedia Air Minum (selanjutnya disebut: Operator)
didefinisikan sebagai upaya pengamanan pasokan adalah pengolahan air baku yang berasal dapat berasal
air minum baik dari segi kualitasnya dengan upaya dari: 1) air permukaan, 2) mata air, dan 3) air tanah
perlindungan (prevention) sumber air dan pencegahan menjadi air minum. Serangkaian proses pengolahan
(protection) pencemaran badan air mulai maupun dari dilakukan oleh Operator baik secara fisika maupun
segi kuantitasnya mulai dari sumber (cathment) sampai kimiawi.
ke keran air (water-tap) penduduk yang dilakukan oleh
berbagai pihak secara terpadu dengan menggunakan Sebagai acuan penilaian besarnya risiko, acuan
pendekatan analisis dan manajemen risiko untuk hasil produksi dan juga acuan kinerja RPAM, 4K
mencapai standar kualitas air yang diterima oleh (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan)
semua pihak. didefinisikan sebagai berikut:
K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang
Tujuan utama dari pelaksanaan RPAM adalah untuk layak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. K1
menjamin keamanan penyediaan air minum kepada ini akan menggunakan standar air minum yang
pemanfaatnya/konsumen. Tujuan lain dari pelaksanaan diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.
RPAM adalah: 492/Menkes/Per./IV/2010 tentang Persyaratan
Menciptakan pengelolaan dan pelayanan air Kualitas Air Minum,
minum yang menjamin aspek 4K (Kualitas, K2 (Kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai
Kuantitas, Kontinuitas dan Keterjangkauan) air mencukupi bagi pola hidup/penggunaan air
minum, masyarakat. K2 ini akan menggunakan Standar
Dalam jangka menengah, untuk menciptakan Kebutuhan Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/
kepentingan yang seimbang antara konsumen kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari,
dan penyedia jasa pelayanan air minum; dan K3 (Kontinyuitas) adalah acuan tidak terputusnya
Dalam jangka panjang, untuk meningkatkan aliran air ke dari instalasi pengolahan air minum
kepelanggan. K3 ini akan menggunakan standar Gambar di atas memperlihatkan komponen-komponen
lama pengaliran tak terputus selama 24 jam/hari RPAM Indonesia yang terdiri dari 3 (tiga) kelompok
dengan tekanan air minum (dinamis) di daerah yaitu: (1) RPA-Sumber, (2a) RPAM-Operator, (2b) RPAM-
pelayanan sebesar 1,5 5 bar (15 50 meter Konsumen dan 3) RPAM-Konsumen. Penjelasan tiap
kolom air), dan komponen dapat disampaikan sebagai berikut.
K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air
minum yang layak bagi masyarakat. Tarif air RPAM-Sumber
minum memenuhi prinsip keterjangkauan apabila Komponen RPAM-Sumber merupakan komponen yang
pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi dapat terdiri dari unsur mata air, sungai, danau, bahkan
Standar Kebutuhan Pokok Air Minum tidak juga laut. Perlindungan dan pencegahan pencemaran
melampaui 4% dari pendapatan masyarakat/ sumber-sumber air minum tersebut perlu dilakukan.
pelanggan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dan
penyelenggara penyediaan air minum olahan dalam
1.2 memanfaatkan sumber air tersebut sebagai air baku
KOMPONEN RPAM INDONESIA untuk air minum.
05
06
Galang Komitmen
Bersama (M1)
Lakukan Evaluasi
RPAM (M11)
Susun Tim RPAM
(M2)
07
08
RPAM-Konsumen
Lingkup aktifitasnya terletak kepada upaya
perlindungan dan pencegahan pencemaran ulang
(rekontaminasi) air minum di tingkat rumah tangga,
promosi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
sangat erat hubungannya dengan tingkat kesadaran
dan pendidikan masyarakat.
GALANG
KOMITMEN
BERSAMA
Modul 1
Modul 1
Modul 1 11
12
Metode:
Presentasi/pemaparan konsep RPAM.
Curah pendapat (brainstorming).
Diskusi kelompok.
Diskusi pleno.
Tahapan Pelaksanaan:
Pengumpulan informasi terkait dengan manfaat
RPAM melalui berbagai media (internet, seminar,
Modul 1
Operator Penyedia Air Minum (Operator) harus 2.1
berkomitmen penuh untuk menjaga 4K (kualitas, UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN
kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan) air minum PEMERINTAH TENTANG PENGAMANAN
yang diproduksi dan didistribusikan. Hal ini dilakukan AIR MINUM
untuk memenuhi harapan pelanggan, menjaga
kesehatan masyarakat dan dengan tetap menjaga Seluruh staf dan direksi Operator harus sadar bahwa
kelestarian lingkungan. penjaminan penyediaan air minum merupakan
kewajiban mereka sebagai Operator sesuai dengan:
Modul 1 13
14
Undang-Undang No. 8/1999 tentang komitmen ini juga dapat digabungkan dengan
Perlindungan Konsumen, khususnya pasal pasal: perangkat manajemen lain (misalnya: ISO 9001,
(4) Hak konsumen adalah Hak atas kenyamanan, ISO 14001) atau berdiri sendiri. Hal ini disesuaikan
keamanan, dan keselamatan dalam dengan kondisi dan praktek manajemen Operator.
mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Sebelum penyusunan Lembar Komitmen,
diperlukan satu tahapan internalisasi/pemahaman
dan, terhadap konsep RPAM kepada seluruh pihak/
Peraturan Pemerintah No. 16/2005 tentang staf Operator. Hal ini dapat dilakukan dengan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, mengadakan seminar, diskusi kelompok baik
khususnya Pasal 6 ayat: secara internal atau mengundang Operator lain
(1) Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang
digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan
harus memenuhi syarat kualitas berdasarkan
peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(2) Air minum yang tidak memenuhi syarat
kualitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang didistribusikan kepada masyarakat.
2.2
TATA CARA PENYUSUNAN LEMBAR
KOMITMEN
Modul 1
yang sedang atau telah berhasil menyusun dan dicapai. Sedangkan tujuan adalah pernyataan
melaksanakan RPAM. hasil akhir yang akan dicapai sesuai dengan cara
Komitmen ini harus dituangkan dalam satu yang dijelaskan oleh misi, dalam jangka waktu
dokumen khusus. Dokumen tersebut (atau dapat tertentu.
disebut sebagai Lembar Komitmen) sebaiknya
berisi: visi, misi, dan tujuan dari program RPAM. Total waktu pelaksanaan seluruh proses M1, mulai
Pada dasarnya, misi merupakan pernyataan dari sosialisasi konsep RPAM sampai penggalangan
dengan cara apa atau bagaimana visi akan komitmen ini diperkirakan berkisar antara 5 10 hari.
Modul 1 15
16
PENYUSUNAN
TIM RPAM
Modul 2
Modul 2
Modul 2 17
18
n Menyusun satu Tim RPAM yang bertanggung penggambaran struktur organisasi, dan
jawab dalam penyusunan, implementasi, dan pembuatan rancangan agenda kegiatan Tim
monitoring RPAM. RPAM yang disyahkan oleh manajemen puncak
(misalnya Direktur Utama).
Keluaran:
n Tabel Komposisi Tim RPAM.
n Surat Tugas penunjukan Tim RPAM dari
Metode:
n Diskusi kelompok terarah untuk identifikasi dan
inventarisasi personel Tim RPAM.
n Diskusi pleno.
Tahapan Pelaksanaan:
n Identifikasi keahlian yang dibutuhkan dan
departemen/unit kerja harus terlibat dalam Tim
RPAM Operator.
n Diskusi dan penentuan orang departemen/unit
Modul 2
Tim RPAM dibentuk untuk memastikan adanya top dan middle management, perlu dipertimbangkan
penanggung jawab dari setiap kegiatan yang juga untuk melibatkan staf operator karena mereka
direncanakan dan untuk menjelaskan peran dan merupakan pihak yang paling memahami kondisi
tanggung jawab dari seluruh pihak yang terlibat dalam operasi dan permasalahan di lapangan.
RPAM. Tim RPAM harus dibentuk terlebih dahulu sebelum
implementasi RPAM dilakukan. Ketiga Tim Kerja tersebut akan bekerja bersama-
sama dibawah arahan dan koordinasi ketua Tim
RPAM. Masing-masing Tim Kerja memiliki seorang
3.1
KOMPOSISI TIM RPAM
Modul 2 19
20
koordinator. Para koordinator berada di bawah Tugas Tim RPAM yang diketuai oleh seorang Ketua Tim
koordinasi Ketua Tim RPAM. RPAM adalah:
n Melakukan penggalangan komitmen manajemen
Masing-masing Tim Kerja berisi personil-personil puncak dan seluruh staf Operator.
yang ditunjuk dan dianggap memiliki kemampuan n Menyusun daftar prioritas kejadian bahaya dan
serta berasal dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai risiko yang telah ditetapkan oleh Tim 1, mulai dari
departemen/unit kerja. sumber/intake, transmisi, instalasi pengolahan air
dan jaringan distribusi.
Dalam menjalankan tugasnya, semua koordinator Tim n Membuat rencana-Rencana Perbaikan untuk
1, Tim 2, dan Tim 3 dan para anggotanya bertanggung dapat menanggulangi kejadian bahaya dan risiko.
jawab terhadap Ketua Tim RPAM. Setiap hasil/produk n Mengkoordinir pelaksanaan Rencana Perbaikan
dari Tim Kerja, harus dipresentasikan kepada Tim RPAM dan melakukan monitoring/pengawasan
untuk mendapatkan masukan dan persetujuan. terhadap proses dan hasil RPAM.
n Melakukan evaluasi pelaksanaan RPAM.
Seperti tergambar pada bagian Langkah Kerja Manual para koordinator tim dan anggota tim-nya.
RPAM, ada tugas-tugas spesifik yang dilakukan n Memiliki akses cukup terhadap manajemen
oleh masing-masing Tim Kerja, dan ada tugas yang puncak dan para pemangku kepentingan
dilakukan secara bersama di bawah koordinasi (stakeholders) diluar Operator.
langsung Ketua Tim RPAM.
Modul 2
Tugas Tim 1: Rantai Pasok dan Risiko adalah: Perbaikan.
n Membuat konsep rantai pasok dan melakukan
Faktor 4K (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan ditentukan, disetujui maka langkah selanjutnya
keterjangkaun) air minum menjadi hal yang adalah melengkapi tabel berikut ini.
utama dalam penentuan risiko.
Modul 2 21
22
n Surat Tugas Penunjukan Tim RPAM oleh manajemen puncak harus dibuat untuk memformalkan dan menguatkan
fungsi Tim RPAM dalam manajemen Operator. Surat tugas ditandatangani oleh manajemen puncak (misalnya:
Direktur Utama).
n Gambaran Struktur Organisasi RPAM juga perlu dibuat sebagai lampiran dari Surat Tugas tersebut. Struktur dan
ukuran Tim RPAM yang akan dibentuk harus disesuaikan dengan kebutuhan dan besarnya/skala Operator. Fungsi
yang perlu ada di dalam satu struktur RPAM adalah: aspek perencanaan dan analisis sistem, aspek operasi dan
pemeliharaan termasuk di dalamnya adalah identifikasi risiko, dan aspek yang terkait dengan manajemen dan
komunikasi.
n Setelah Tim RPAM terbentuk dan diformalkan melalui pembuatan Surat Tugas serta hierarki-nya tergambar melalui
struktur organisasi, langkah selanjutnya adalah membuat satu jadwal kegiatan RPAM. Berikut tabel (Gantt Chart)
yang harus dibuat oleh Tim RPAM.
dst
Modul 2
Total waktu yang dibutuhkan dalam penyusunan M2 ini, mulai dari identifikasi personil sampai ke penyusunan jadwal
rencana kerja, diperkirakan 2 5 hari.
Komposisi awal personil Tim RPAM disusun oleh jajaran Direksi PDAM
Bandarmasih. Usulan komposisi tersebut kemudian didiskusikan oleh segenap
personil yang terlibat. Salah satu masukan penting adalah perlunya keragaman
asal divisi atau departemen personil yang telibat. Hal ini dinilai penting karena
keragaman tersebut dinilai dapat mengingkatkan kinerja Tim RPAM karena isu
yang akan dihadapi juga akan akan beragam: mulai dari permasalahan operasi,
pemeliharaan, sampai administrasi dan komunikasi.
Modul 2 23
24
Modul 2
Tim dibentuk dan disetujui
Modul 2 25
26
GAMBARKAN
RANTAI
PASOK
Modul 3
Modul 3
Modul 3 27
28
Metode:
Inventarisasi dokumen terkait dengan Gambar
Sistem Penyediaan Air Minum eksisting.
Diskusi kelompok.
Diagram alir rantai pasok (flow chart) sistem
penyediaan air minum.
Diskusi pleno.
Modul 3
Rantai pasok/diagram alir proses dibuat melingkupi 4.2
keseluruhan proses produksi dan distribusi air minum LAMBANG-LAMBANG KOMPONEN
oleh Operator. Hal ini dilakukan dengan cara mencatat RANTAI PASOK
dan menggambarkan seluruh proses mulai dari
pengambilan air baku sampai distribusi air minum ke Rantai pasok dibuat dengan standar lambang/simbol
pelanggan. sebagai berikut:
Modul 3 29
30
dibuat dan disepakati, langkah selanjutnya adalah Kolom 11: pihak yang bertanggung jawab dalam
mendeskripsikan tiap komponen rantai pasok operasi komponen rantai pasok.
dalam satu tabel (tersaji di bawah).
Pada saat pembuatan rantai pasok, jika diperlukan, Total waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan M3
lakukan kunjungan lapangan terutama pada titik- ini, mulai dari pengumpulan dokumen terkait gambar
titik atau bagian-bagian yang terdapat perbedaan sistem eksisiting sampai ke verifikasi lapangan, berkisar
pendapat antara anggota Tim RPAM. antara 2 - 5 hari.
Keseluruhan hasil dipresentasikan ke seluruh
Tim RPAM untuk mendapatkan kesepakatan dan
persetujuan hasil akhir.
Tabel 3
Deskripsi dan Penanggung jawab
Komponen Rantai Pasok
Kode
Simbol Deskripsi Penanggung-
Lokasi
(9) (10) jawab (11)
(8)
Modul 3
Hasil Pelaksanaan M3 PDAM Bandarmasih
Melalui sekian diskusi, Tim 1 berhasil melakukan penggambaran rantai pasok seperti tersaji pada gambar-gambar di bawah ini.
Sungai
Tabuk (T)
Sungai
Saluran Blu (B)
52 Irigasi P.
Panjang (P)
R7 R5 D9
Booster Booster
D2 Gerilya S. Parman
D-1 D4
D6
BU D5 SR
D5 B8 Banjarmasin
SR Barat
Banjarmasin
KB SR Utara
BS KB BT Banjarmasin
Sambungan SR Timur
Rumah (SR) Banjarmasin
Selatan SR Kab. Banjar
Kab. Banjar
Modul 3 31
32
S-1
T1
LEGENDA
IPA SEI I-3
LULUT
Proses
R4
Transfer
D1
Penampungan
Intermiten
KB
Kontinyu
Sambungan
Rumah (SR) Diluar Kendali
Kab. Banjar PDAM
Modul 3
Tabel 4 Deskripsi Rantai Pasok PDAM Bandarmasih (Sub-Sistem 1)
Kode Lokasi Simbol Deskripsi Penanggungjawab
(8) (9) (10) (11)
Modul 3 33
34
KETAHUI
BAHAYA DAN
BESARNYA
RESIKO
Modul 4
Modul 4
Modul 4 35
36
Modul 4
Kejadian bahaya dan besarnya (skor) risiko perlu kemudian petimbangan terhadap pihak lain (Operator,
diketahui untuk menjadi referensi awal dalam lingkungan hidup, supplier).
pelaksanaan RPAM yang berpedoman pada prinsip
manajemen risiko. Untuk mengetahui keberhasilan Seperti yang telah dipaparkan pada Bab 1
RPAM, perubahan besarnya risiko-risiko tersebut (apakah Pendahuluan pada Manual ini, 4K menggunakan
risiko sudah hilang, berkurang atau bahkan bertambah beberapa standar yang sesuai dengan kondisi
nilainya), akan dievaluasi pada akhir tahapan Indonesia. Jika dihubungkan dengan jenis dan
pelaksanaan RPAM. besarnya risiko, maka:
Risiko terhadap K1 adalah tidak terpenuhinya
5.1 kualitas air minum hasil produksi atau yang
INVENTARISASI KEJADIAN BAHAYA didistribusikan/dikonsumsi oleh pelanggan sesuai
DAN RISIKO DENGAN 4K SEBAGAI dengan standar air minum Indonesia berdasarkan
ACUAN Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/
Per./IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Bahaya adalah kejadian baik yang bersifat fisik, Minum,
kimiawi, maupun biologi yang dapat mengancam Risiko terhadap K2 adalah kurangnya pasokan
tingkat keamanan air minum baik teknis maupun air minum dari Operator ke pelangggan yaitu
non-teknis. Kejadian bahaya dapat menimbulkan pasokan air minum kurang dari 60 liter/orang/
risiko. Risiko dalam RPAM adalah hal yang dapat hari,
mempengaruhi kualitas dan kuantitas air minum yang Risiko terhadap K3 adalah terputusnya/tidak
diproduksi, kontinyuitas aliran air minum minum, kontinyunya aliran air minum ke pelanggan dan/
dan keterjangkauan harga air minum oleh pelanggan atau kurangnya tekanan air minum di daerah
menjadi tidak sesuai standar. Faktor-faktor tersebut pelayanan (minimal 1,5 bar atau 15 meter), dan
disebut sebagai 4K (K1=Kualitas, K2=Kuantitas, Risiko terhadap K4 adalah tidak terjangkaunya
K3=Kontinyuitas, dan K4=Keterjangkauan). harga air minum oleh pelanggan. Hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan kajian tarif air
Pihak yang paling dipertimbangkan dalam penentuan minum yang berlaku. Jika tarif air minum sudah
risiko adalah pelanggan/konsumen air minum, baru memenuhi syarat keterjangkauan, kejadian bahya
Modul 4 37
38
dan risiko dapat berupa faktor-faktor yang dapat Selain kejadian bahaya yang bersifat teknis, hal-hal
meningkatkan ongkos produksi Operator dalam non-teknis yang mungkin untuk diutarakan selama
memproduksi air minum. diskusi kelompok juga dapat disampaikan dan dicatat
sebagai risiko.
Idealnya inventarisasi kejadian bahaya dilakukan
dengan merujuk kepada data rekaman tertulis Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa risiko
mengenai kejadian bahaya yang pernah terjadi merupakan perbandingan antara kondisi eksisting atau
(misalnya dari rekaman kerusakan pompa, rekaman prediksi kejadian bahaya dengan kondisi ideal/standar.
kegiatan perbaikan kebocoran pipa, rekaman
perbaikan genset). Contoh kejadian bahaya dan risiko tersaji pada tabel
berikut ini.
Modul 4
Listrik dari PLN tiba-tiba padam. Tidak bekerjanya, pengurangan Idealnya tersedia generator set
umur/life time, atau bahkan rusaknya (genset) sebagai sumber listrik
alat-alat mekanis (pompa, panel- cadangan dengan sistem otomatis
panel listrik) yang menggunakan yang menyala saat listrik PLN padam.
energi listrik.
Inventarisasi kejadian bahaya dan risiko akan semakin terjadi (kemungkinan kejadian setiap hari, tiap
baik jika data yang digunakan merupakan fakta yang minggu, dst.). Dengan menggunakan Tabel
bersifat kuantitatif (dengan angka). Peluang Kejadian di bawah ini, pada tiap Kejadian
Bahaya yang telah ditetapkan, tentukan skala
5.2 kemungkinan terjadinya hal tersebut (masukkan
TATA CARA PERHITUNGAN SKOR RISIKO nilai 1 5) dengan kriteria sebagai berikut:
(SCORING) DENGAN METODE MATRIKS
Tabel 6 Skala Peluang Kejadian
Penetapan skor (scoring) bahaya dilakukan dengan Peluang Kejadian Skala
Metode Matriks melalui serangkaian langkah pelaksanaan Hampir selalu (peluang kejadian setiap 5
sebagai berikut ini: hari).
Sediakan peta rantai pasok/diagram alir yang Sering (setiap minggu). 4
disepakati (merupakan produk dari pelaksanaan Sedang (setiap bulan). 3
M3: Gambarkan Rantai Pasok).
Jarang (setiap tahun). 2
Inventarisasikan kejadian bahaya yang sering dan
Sangat jarang (lebih dari 1 tahun sekali). 1
yang berpotensi untuk terjadi pada tiap tahapan
rantai pasok/diagram alir mulai dari pengambilan
Tiap Kejadian Bahaya juga memiliki Tingkat
air baku sampai ke sambungan rumah pelanggan.
Keparahan risiko. Dengan menggunakan Tabel
Keparahan Risiko di bawah ini, pada tiap kejadian
Tabel Jenis Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem
bahaya yang telah ditetapkan, tentukan skala
Penyediaan Air Minum yang tersaji pada bagian akhir
besarnya risiko (masukkan nilai 1 5) dengan
Modul 4 ini dapat menjadi referensi.
kriteria sebagai berikut:
Tiap kejadian bahaya memiliki nilai peluang untuk
Modul 4 39
40
Tabel 7 Skala Keparahan Risiko Pada tahap ini, beberapa staff operator lapangan
Keparahan Risiko Skala sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dan
Katastrofik/sangat parah (dapat menyebab- 5 paling mengenal/mengetahui kondisi operasional
kan kematian secara tiba-tiba). instalasi sehari-hari, harus diikutsertakan dalam diskusi
Besar (dapat menyebabkan kesakitan pada 4 untuk memastikan bahwa tidak ada kejadian bahaya
masyarakat). yang tidak terinventasirasi oleh Tim RPAM.
Sedang (menimbulkan dampak estetika ter- 3 Seperti tertera pada Matriks Penetapan Besarnya
hadap air minum: berasa, berbau dan dinilai Risiko di bawah ini, kalikan nilai skala peluang
tidak aman). dengan keparahan risiko. Nilai yang didapat adalah
Kecil (menimbulkan dampak estetika ter- 2 skor resiko.
hadap air minum: berasa, berbau namum Penetapan skor risiko dilakukan dengan formula
masih dinilai aman dikonsumsi). sebagai berikut:
Sangat kecil/tak berarti/dampak tidak terde- 1
teksi.
Besar 4 20 16 12 8 4
Risiko
Sedang 3 15 12 9 6 3
Kecil 2 10 8 6 4 2
Sangat Kecil 1 5 4 3 2 1
Modul 4
Tabel di atas menunjukkan bahwa skor risiko:
Modul 4 41
42
Modul 4
Petunjuk pengisian tabel:
Kolom 8: Nomor dan kode lokasi/singkatan yang telah ditetapkan pada tiap komponen rantai pasok (hasil pelaksanaan M3: Gambarkan Rantai
pasok).
Kolom 12: jenis kejadian bahaya yang berpotensi terjadi pada komponen rantai pasok.
Kolom 13: risiko yang mungkin ditimbulkan dari kejadian bahaya tersebut..
Kolom 14: Kondisi Ideal/Nilai standar yang diharapkan (bisa didapatkan dari berbagai standar teknis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan
Umum misalnya Permen PU No. 18/2007 mengenai Penyelenggaraan Pengembangan Sistem penyediaan Air Minum, Standar Nasional Indonesia/
SNI terkait dengan perencanaan dan pengoperasian instalasi pengolahan air minum, kriteria desain yang digunakan oleh konsultan atau kontraktor,
atau standar lain terkait dengan pengoperasian instalasi dan pemeliharaan jaringan distribusi air minum).
Kolom 15: jenis risiko, apakah mengancam faktor: K1 (kualitas), K2 (kuantitas), K3 (kontinyuitas), dan/atau K4 (keterjangkauan). Ada kemungkinan
satu kejadian bahaya mengancam beberapa jenis risiko.
Kolom 16: skala peluang kejadian bahaya (penentuan skala merupakan hasil diskusi berdasarkan data kondisi eksisting; masukkan angka 1 - 5).
Kolom 17: skala keparahan risiko (penentuan skala merupakan hasil diskusi dan data kondisi ekssiting; masukkan angka 1 - 5).
Kolom 18: nilai hasil perkalian angka pada kolom 16 dan kolom 17.
Modul 4 43
44
Tabel 10 Jenis Kejadian Bahaya yang Umum Terjadi pada Sistem Penyediaan Air Minum
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Sumber/Badan Air
Air Sungai
Teknis
1 Intrusi air laut masuk ke sungai. Meningkatnya kadar garam air sungai menjadi yang K1
dapat menyebabkan air tidak bisa/sulit/mahal untuk
diolah.
2 Curah hujan yang tinggi di daerah hulu sungai. Perubahan kuantitas dan kualitas air baku yang menda- K1, K2, K3
dak (terutama debit aliran dan kekeruhan). Jika terlalu
ekstrim, unit pengolahan tidak mampu mengolah air.
3 Adanya kegiatan pertambangan (misalnya: batubara Meningkatnya kekekeruhan air baku. Juga ada potensi K1
dan emas) dan kegiatan pembukaan lahan di daerah pencemaran air baku oleh logam berat.Jika sedimentasi
hulu sungai terjadi di bangunan intake, dapat merusak pompa.
4 Surutnya air sungai karena musim kemarau atau Berkurangnya ketersediaan air baku, terutama pada K2, K3
karena air laut surut. musim kemarau.
5 Meningkatnya keasaman (agresivitas) air sungai Kegagalan produksi (air tidak layak konsumsi). Biaya K1, K4
karena pembukaan area gambut di daerah hulu. produksi tinggi (konsumsi/dosis bahan kimia lebih
besar).
6 Intrusi air laut/air asin dari laut. Kegagalan produksi (air tidak layak konsumsi). Biaya K1, K4
produksi tinggi (konsumsi/dosis bahan kimia lebih
besar).
7 Banyaknya gulma dan tumbuhan air di saluran. Berkurangnya air baku di saluran yang masuk ke intake K2, K3
bahkan sampai tidak ada sama sekali.
8 Masuknya limbah kegiatan domestik dan pertanian Meningkatnya kadar pencemar di dalam air baku yang K1
dapat menyebabkan peningkatan/dosis bahan kimia.
9 Perebutan air irigasi dengan petani dan petambak di Berkurangnya air baku di saluran bahkan sampai tidak K2, K3
daerah hulu saluran irigasi. ada sama sekali.
Non Teknis
10 Kebiasaan masyarakat membuang sampah dan do- Meningkatnya kadar pencemar di dalam air baku s\dan K1, K2, K3
mestik imbah langsung ke dalam sungai. berkurangnya debit air karena tersumbat sampah.
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Danau atau Rawa
Teknis
11 Masuknya bahan pencemar baik yang domestik Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
maupun industri.
12 Masuknya bahan pencemar pestisida dari aktivitas Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
pertanian.
13 Masuknya pencemar dari pakan ikan dari aktivitas Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1, K4
jaring apung.
14 Banyaknya sampah plastik dan gulma akibat aktivitas Berkurangnya pasokan air baku karena saringan kasar K2, K3
domestik. tertutupi oleh sampah plastik.
15 Banyaknya gulma dan menutupi saluran penyadap Berkurangnya pasokan air baku karena saringan kasar K2, K3
air baku. tertutupi oleh gulma.
16 Pendangkalan danau akibat meningkatnya erosi Berkurangnya volume sumber air baku terutama saat
maupun oleh sedimentasi. musim kemarau.
17 Curah hujan yang tinggi menyebabkan erosi di Peningkatan kekeruhan air baku di danau yang pada K1, K4
daerah tangkapan air dan sempadan danau sehingga skala tertentu akan sulit diolah.
kekeruhan air tinggi.
18 Air danau cenderung memiliki kekeruhan air rendah Kekeruhan yang rendah atau kandungan solid yang K1
dan kandungan solid yang rendah. rendah pada skala tertentu justru akan sulit diolah.
Non Teknis
19 Kurangnya kesadaran petambak untuk mengelola Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah. K1
limbah aktivitas perikanan dengan baik.
Mata Air
Teknis
20 Debit air baku sangat dipengaruhi oleh musim. Musim kemarau, debit air baku sangat rendah. K1, K2
21 Bak penampung air baku tercemar oleh aktivitas Penurunan kualitas air baku. K1
domestik dan air tanah yang kotor.
Modul 4 45
46
Air Hujan
Teknis
27 Kualitas air hujan yang bercampur dengan unsur- pH air baku menjadi rendah sehingga akan sulit diolah K1
unsur pencemar udara seperi NOx, SOx menyebabak atau membutuhkan biaya yang lebih besar
hujan asam.
28 Kurangnya kandungan solid. Kualitas air baku yang rendah dan akan sulit diolah K1
29 Sangat tergantung pada musim. Musim kemarau, volume air hujan sangat rendah K2, K3
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
30 Bak penampungan air tercemar oleh air limbah Penurunan kualitas air baku sehingga akan sulit diolah K1, K4
domestik.
Non Teknis
-
Modul 4 47
48
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
Unit Sedimentasi
Teknis
46 Temperatur luar saat siang hari tinggi. Flok yang telah mengendap di dasar pecah dan men- K1
gapung.
47 Scrapper lumpur bermasalah. Lumpur tidak terkumpul di sludge hopper. K1, K2
48 Kegiatan transfer lumpur dengan truk ke Instalasi Kemungkinan pencemaran lingkungan karena tumpa- K1, K4
lain karena lahan untuk penampungan lumpur tidak han dan meningkatnya biaya operasi.
tersedia.
49 Kerusakan alat pembuangan lumpur/densitas atau Flok pecah sehingga masuk ke dalam unit filtrasi, K1, K4
pengaturan waktu pembuangan yang salah. frekuensi pembuangan lumpur meningkat karena pa-
datan yang masuk tinggi, pencucian filter lebih sering,
kualitas air produksi tidak baik, dan biaya produksi
meningkat.
50 Kekeruhan air baku sangat tinggi (200 1000 NTU). Frekuensi pembuangan lumpur sangat tinggi/sering K1, K4
yang dapat menyebabkan bak pengumpul lumpur
luber.
51 Kerusakan pompa pembuangan lumpur. Lumpur pada bak pengumpul luber dan mengotori K1, K4
wilayah sekitar.
Non Teknis
52 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses sedimentasi dan proses produksi secara keselu- K1
sedimentasi ruhan bisa terganggu
53 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan seperti valve atau K1
dengan bagian perawatan scrapper, tidak langsung diperbaiki sehingga mengan-
cam proses produksi
54 Pengadaan sparepart utama peralatan sedimentasi Bila terjadi kerusakan pada peralatan sedimentasi K1, K4
seperti valve dan scarpper sangat lambat seperti valve dan scarpper maka proses produksi bisa
terganggu
Modul 4 49
50
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
66 Pengadaan sparepart utama peralatan saringan Bila terjadi kerusakan pada peralatan saringan lambat K1, K4
lambat sangat lambat maka proses produksi bisa terganggu
Modul 4 51
52
Unit Netralisasi pH
Teknis
81 Dosing pump soda ash atau lime bermasalah. Dosis tidak normal, dan pH air olahan tidak normal. K1
82 Pengendapan pada jalur pipa pembubuhan. Dosis tidak normal, dan pH air olahan tidak normal. K1, K2
83 Pipa pecah karena endapan pada jalur pipa pem- Tidak ada pembubuhan sehingga pH air olahan masih K1, K2
bubuhan. rendah.
84 Sampah dari pembungkus bahan kimia (soda ash Dosis tidak normal, dan pH air olahan rendah. K1, K2
atau lime) masuk ke dalam tanki pelarutan sehingga
merusak dosing pump.
85 Proses pencampuran/mixing bahan kimia pembubuh pH air tidak sesuai dengan rencana (lebih rendah). K1
tidak sempurna. Dosis yang dibutuhkan lebih besar dari seharusnya.
Non Teknis
86 Operator produksi kurang peduli terhadap proses Proses netralisasi dan proses produksi secara keseluru- K1, K4
netralisasi han bisa terganggu
87 Kurangnya koordinasi antara bagian produksi dengan Penentuan dosis tidak sesuai sehingga pH air proses K1, K4
bagian laboratorium (quality control) lebih rendah atau dosisnya berlebih sehingga boros
bahan kimia
88 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan peralatan pada dosing pump, K1, K4
dengan bagian perawatan tidak langsung diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
89 Kurang koordinasi antara bagian produksi dengan Bila stok bahan kimia sudah minimum tapi tidak dikoor- K1, K4
bagian pengadaan bahan kimia dinasikan dengan bagian pengadaan maka proses
produksi bisa terganggu
90 Pengadaan sparepart utama peralatan netrlisasi pH Bila terjadi kerusakan pada peralatan netralisai pH K1, K4
sangat lambat seperti Dosing Pump, maka proses produksi bisa
terganggu
Modul 4 53
54
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
109 Kavitasi pada pompa didstribusi Berkurangnya debit aliran ai minum yang didistribusi- K2, K3, K4
kan ke pelangggan.
110 Gangguan pada motor pompa. Pengaliran air terhenti, pasokan ari berkurang. K2, K3, K4
111 Gangguan pada pompa, karena dudukan sudah Pengaliran air terhenti, pasokan air berkurang. K2, K3, K4
kendor dan pelumasan kurang.
112 Gangguan pada panel motor pompa. Pengaliran air terhenti, pasokan ari berkurang. K2, K3, K4
113 Tegangan listrik turun. Kinerja pompa tidak optimal dan kerusakan pada K2, K3, K4
pompa dan komponen lain.
114 Kesalahan pemasangan sistem perpompaan (pondasi Kurangnya debit aliran yang didistribusikan dan dapat K2, K3, K4
pompa, suction and discard pipe). menyebabkan umur pompa pendek.
Non Teknis
115 Operator produksi kurang peduli terhadap SOP atau Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K2, K3, K4
IK pengoperasian pompa
116 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi kerusakan pada pompa distribusi tidak lang- K2, K3, K4
dengan bagian perawatan sung diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
117 Pengadaan sparepart utama pompa sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada peralatan pompa maka K2, K3, K4
proses produksi bisa terganggu
118
Sistem Kelistrikan (Electrical)
Power Plant/PLN
Teknis
119 Daya atau kapsitas trafo tidak sesuai kebutuhan. Pengoperasian sistem dan produktifitas sistem tidak K1, K2, K3
optimal.
120 Kapasitor Bank rusak atau tidak tersedia. Pemakaian listrik tidak efisien dan beban listrik menin- K1, K2, K3
gkat.
121 Bus Bar cut out tidak berfungsi. Terhambatnya pengoperasian sistem lain dan produkti- K1, K2, K3
vitas terganggu.
Modul 4 55
56
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
135 Operator produksi kurang peduli terhadap IK pengop- Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K1, K4
erasian genset
136 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi permasalahan pada genset terlambat ditan- K1, K4
dengan bagian perawatan gani/diperbaiki sehingga mengancam proses produksi
137 Pengadaan sparepart atau service genset sangat Bila terjadi kerusakan pada genset maka proses K1, K4
lambat produksi akan terganggu
138 Tenaga pelaksana perawatan berkala genset terbatas Bila terjadi permasalahan pada genset maka proses K1, K4
(outsourcing) produksi akan terganggu karena genset terlambat
ditangani
139
Panel Listrik
Teknis
140 Sirkulasi udara dalam panel dan ruangan kerja tidak Kerusakan pada komponen panel, pengoperasin pom- K1, K4
bebas. pa terganggu, dan debit suplai air minum berkurang.
141 Panel inverter/PLC trip (bisa dari setting inverter/PLC). Produktivitas dan pegoperasian pompa terganggu. K1, K4
142 Sparepart cadangan panel tidak tersedia. Jika panel rusak, terhambatnya proses O&M dan pen- K2, K3, K4
goperasian pompa terganggu.
Non Teknis
143 Operator produksi kurang peduli terhadap IK pengop- Proses produksi secara keseluruhan bisa terganggu K1, K4
erasian panel listrik
144 Kurangnya koordinasi antara antara bagian produksi Bila terjadi permasalahan pada panel listrik terlambat K1, K4
dengan bagian perawatan ditangani/diperbaiki sehingga mengancam proses
produksi
145 Pengadaan sparepart utama panel listrik sangat Bila terjadi kerusakan pada panel listrik maka proses K1, K4
lambat produksi akan terganggu
146
Jaringan Pipa Distribusi dan Pelanggan
Pipa Primer, Pipa Sekunder, dan Pipa Tersier
Modul 4 57
58
Sambungan Rumah
Teknis
154 Kebocoran pada boring. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
Modul 4
Jenis Risiko (K1,
Kejadian Bahaya Risiko
K2, K3 atau K4)
155 Kebocoran pada pipa persil. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
156 Kebocoran pada instalasi meter air. Terganggunya distribusi air pada wilayah pelayanan, K1, K4
gangguan lingkungan (jalan rusak), komplain dari
pelanggan, kehilangan air meningkat, dan citra perusa-
haan turun.
157 Kualitas bahan/asesoris yang dipasang tidak baik. Terjadi kebocoran air, kehilangan air meningkat, dan K4
biaya perbaikan tinggi.
158 Kualitas teknsi pemasangan tidak baik (tidak sesuai Terjadi kebocoran air, kehilangan air meningkat, dan K4
SOP). biaya perbaikan tinggi.
Non Teknis
159 Petugas pelaksana penyambungan rumah kurang Kualitas sambungan kurang baik dan berakibat pada K1, K4
peduli terhadap Instruksi Kerja sambungan rumah kebocoran air distribusi
160 Kurangnya koordinasi antara antara bagian customer Bila ada laporan kebocoran pada pipa distribusi K1, K4
service dengan bagian distribusi terlambat ditangani/diperbaiki sehingga mengganggu
distribusi air bersih
161 Kurang koordinasi antara bagian distribusi dengan Bila stok pipa sudah minimum tapi tidak dikoordinasi- K1, K4
bagian pengadaan perpipaan kan dengan bagian pengadaan maka proses penyam-
bungan rumah baru akan terganggu
162 Pengadaan perpipaan dan asesoris sangat lambat Bila terjadi kerusakan pada pipa distribusi maka distri- K1, K4
busi air bersih akan terganggu
Flowmeter
Teknis
163 Flow meter macet karena kotoran. Volume air distribusi tidak tercatat, NRW meningkat. K4
164 Flow meter macet karena spek awal tidak bagus/tidak Volume air distribusi tidak tercatat, NRW meningkat. K4
standard.
Modul 4 59
60
Modul 4
Studi Kasus PDAM Bandarmasih
Modul 4 61
62
BUAT
DAFTAR
TINDAKAN
PENGENDALIAN
Modul 5
Modul 5
Modul 5 63
64
Metode:
Inventarisasi tindakan pengendalian.
Diskusi kelompok terstruktur.
Modul 5
Salah satu prinsip RPAM adalah penanganan risiko harian, instruksi kerja harian), atau 2) jangka panjang
dengan beberapa alternatif tindakan pengendalian (seperti: peningkatan kesadaran pelanggan, isu
(multiple barriers). Hal ini dimaksudkan untuk menjamin yang berhubungan dengan perbaikan kualitas dan
jika ada satu tindakan pengendalian yang tidak bekerja/ kontinuitas sumber air, permasalahan ongkos produksi
gagal, maka tersedia tindakan pengendalian yang lain. dan harga jual air kepada pelanggan). Tabel berikut
menyajikan contoh alternatif tindakan pengendalian
dari beberapa kejadian bahaya.
Modul 5 65
66
Pipa transmisi Penyiapan pipa cadangan. Untuk tindakan pengendalian yang telah digunakan
bocor karena Melakukan penggantian (eksisting), proses validasi tidak diperlukan. Data
kelebihan pipa secara periodik dengan pengamatan kinerja tindakan pengendalian eksisting
beban/ spesifikasi lebih baik. tersebut dapat dijadikan sebagai dasar jika tindakan
tekanan/water Menghindari water hammer bila pengendalian ekssiting tersebut akan diganti dengan
hammer akibat suplai listrik dari PLN tiba-tiba
yang lain.
SOP penyalaan padam dengan penyediaan dan
pompa tidak pelaksanaan SOP terkait.
dijalankan. Validasi tindakan pengendalian bisa didapat dari:
Listrik dari Penyediaan genset. informasi/teori teknis,
PLN tiba-tiba Memastikan stok bahan bakar spesifikasi alat dari pabrik,
padam. cukup. informasi dari buku manual operasi,
Berkoordinasi dengan melakukan uji coba (pilot study) atau plant-test,
PLN untuk mengetahui rekaman data pemantauan operasi, atau bahkan
dan mendapatkan jadwal
hanya dengan
pemadaman.
penalaran logis para ahli/professional logic
judgement.
6.2.
TINDAKAN PENGENDALIAN DAN CARA
VALIDASINYA
Modul 5
Tabel 12 Contoh Cara validasi Tindakan Pengendalian
Alternatif Tindakan-Tindakan
Kejadian Bahaya Cara Validasi
Pengendalian
Pemasangan bar-screen (tindakan pengendalian
Evaluasi kinerja bar screen.
eksisting).
Masuknya kotoran/
Secara logis penggantian pipa akan
sampah dan adanya gulma ke
mengurangi masuknya kotoran/sampah.
sungai/saluran. Pemasangan automatic fine screen.
Informasi lebih lanjut didapat dari data teknis
dari supplier automatic fine screen.
Pembuatan SOP pembersihan sampah. Evaluasi pelaksanaan SOP.
(belum ada tindakan pengendalian eksisting). -
Menyiapkan bahan kimia tertentu (oksidator, Melakukan kajian/pilot studi terhadap jenis
misalnya klorin) untuk menetralisir limbah/ dan kadar bahan kimia yang cocok untuk
Masuknya limbah industri dan
menurunkan kadar organik. menetralisir limbah.
domestik ke sungai.
Menyiapkan bio-indikator (misalnya: spesies Melakukan kajian pustaka dan uji coba
ikan tertentu) untuk deteksi dini adanya terhadap jenis/spesies ikan yang cocok sebagai
pencemar. bio-indikator adanya kadar racun di air baku.
Menyiapkan pipa cadangan (tindakan Evaluasi kinerja proses penggantian pipa yang
pengendalian eksisting). pecah.
Secara logis penggantian pipa akan
Pipa transmisi bocor karena
mengurangi kebocoran pipa. Informasi lebih
kelebihan beban/tekanan/water Melakukan penggantian pipa secara periodik.
lanjut bisa didapat dari spesifikasi teknis pipa
hammer akibat SOP penyalaan
dari supplier.
pompa tidak dijalankan.
Menghindari water hammer bila suplai listrik
dari PLN tiba-tiba padam dengan penyediaan Evaluasi pelaksanaan SOP.
dan pelaksanaan SOP terkait.
Penyediaan genset (tindakan pengendalian
Evaluasi kinerja genset.
eksisting).
Memastikan stok bahan bakar cukup (tindakan Evaluasi pelaksanaan SOP penyediaan stok
pengendalian eksisting). bahan bakar.
Listrik dari PLN tiba-tiba padam.
Koordinasi dengan PLN dapat membuat
Berkoordinasi dengan PLN untuk mengetahui Operator lebih siap. Untuk hasil yang
dan mendapatkan jadwal pemadaman. lebih optimal diperlukan penyediaan dan
pelaksanaan SOP koordinasi.
Modul 5 67
68
Modul 5
Tabel 13 Alternatif Tindakan Pengendalian (Multiple Barriers) dan Cara Validasinya
Kejadian Bahaya dan Jenis Risiko 4K (K1, K2, Alternatif Tindakan Pen- Validasi Tindakan Pen-
Risiko K3, atau K4) gendalian gendalian
(19) (20) (21) (22)
Non Teknis
Non Teknis
Sistem Penampungan/Reservoir
Teknis
Non Teknis
Modul 5 69
70
Modul 5
Modul 5 71
72
1 2
3
SUSUN
DAFTAR
PRIORITAS
Modul 6
Modul 6
Modul 6 73
74
Modul 6
Dalam RPAM, Rencana Perbaikan dibuat dengan dipercaya/terbukti efektif?
mengacu pada kejadian bahaya dan risiko yang apakah ada kejadian luar biasa/istimewa
menimbulkan dampak paling besar. Untuk itu diperlukan belakangan ini yang dapat menaikkan skor risiko
suatu aktivitas pengkajian ulang terhadap seluruh kejadian bahaya tersebut?
kejadian bahaya dan risiko yang telah dibuat untuk apakah risiko tersebut masih di dalam kendali
mendapatkan susunan daftar kejadian bahaya dan risiko manajemen Tim RPAM?
mulai dari yang paling penting (prioritas) sampai yang
paling tidak penting. Hasil dari proses/diskusi kaji ulang ini adalah nilai
skor risiko baru yang disepakati oleh seluruh anggota
7.1. Tim RPAM. Angka nilai skor risiko yang baru ini bisa:
FAKTOR YANG PERLU 1) besarnya sama, 2) lebih kecil, atau 3) lebih besar
DIPERTIMBANGKAN DALAM KAJI dibandingkan dengan nilai/skor risiko sebelumnya.
ULANG KEJADIAN BAHAYA DAN RISIKO
Tabel berikut merupakan panduan untuk menentukan
Kegiatan kaji ulang untuk pembuatan daftar prioritas apakah nilai risiko tetap, naik, atau turun.
ini merupakan diskusi pleno yang dihadiri oleh
seluruh anggota Tim RPAM. Pelaksanaan M6 ini, pada
dasarnya merupakan penggabungan hasil dua proses
sebelumnya, yaitu hasil pelaksanaan M4: yang dilakukan
oleh Tim 1 dan M5: yang dilakukan oleh Tim 2.
Modul 6 75
76
Tabel 14
Pertimbangan dalam Perubahan Skor Risiko
Faktor yang Dipertimbangkan Kondisi 1 Kondisi 2
Tindakan pengendalian sudah ada? Tersedia skor risiko tetap atau turun. Belum skor risiko naik.
Apakah tindakan pengendalian dipercaya Ya skor risiko tetap atau turun. Tidak skor risiko naik.
akan bekerja efektif?
Ada kejadian bahaya yang istimewa/ Ya skor risiko naik. Tidak skor risiko tetap atau turun.
besar terjadi baru-baru ini?
Apakah kejadian bahaya berada di bawah Ya skor risiko tetap atau turun. Tidak skor risiko naik.
kendali manajemen Operator?
Namun demikian, tetap yang menjadi prinsip adalah bahwa keputusan akhir mengenai apakah ada perubahan skor
pada risiko yang telah diidentifikasi sepenuhnya berdasarkan hasil kesepakatan Tim RPAM.
Sebagai catatan, ada kemungkinan bahwa satu risiko tidak atau belum memiliki Tindakan Pengendalian. Hal ini perlu
menjadi catatan bagi Tim RPAM dan perlu dipastikan risiko ini memiliki tindakan pengendalian sebelum pelaksaaan M
10: Laksanakan Rencana Perbaikan dan Monitor.
Tabel berikut merupakan contoh proses kaji ulang untuk menentukan apakah skor risiko berubah atau tidak.
Modul 6
Tabel 15 Contoh Perubahan Skor Risiko Hasil Kaji Ulang
Skor Skor
Alternatif Tindakan
Kejadian Bahaya Risiko Cara Validasi Kaji Ulang Risiko
Pengendalian
Lama Baru
Pemasangan bar-
screen (tindakan
Evaluasi kinerja bar screen.
pengendalian
eksisting). Sampah dan gulma
Masuknya kotoran/ Secara logis penggantian pipa cenderung menjadi
sampah dan adanya akan mengurangi masuknya permasalahan yang makin
4 12
gulma ke sungai/ Pemasangan kotoran/sampah. Informasi serius. Pemasangan fine
sa-luran. automatic fine screen. lebih lanjut didapat dari data screen dirasakan mendesak
teknis dari supplier automatic untuk dilakukan.
fine screen.
Pembuatan SOP
Evaluasi pelaksanaan SOP.
pembersihan sampah.
Modul 6 77
78
Skor Skor
Alternatif Tindakan
Kejadian Bahaya Risiko Cara Validasi Kaji Ulang Risiko
Pengendalian
Lama Baru
(belum ada tindakan
pengendalian -
eksisting).
Menyiapkan bahan Pembubuhan pre-klorinas
kimia tertentu sudah dilaksanakan
Melakukan kajian/pilot studi
(oksidator, misalnya dengan kinerja baik.
terhadap jenis dan kadar
Masuknya limbah klorin) untuk Namun demikian, karena
bahan kimia yang cocok untuk
industri dan 9 menetralisir limbah/ risiko dinilai masih 9
menetralisir limbah.
domestik ke sungai. menurunkan kadar tinggi karena kejadian
organik. bahaya pencemaran
Menyiapkan bio- Melakukan kajian pustaka dan berada dibawah kendali
indikator (misalnya: uji coba terhadap jenis/spesies manajemen PDAM.
spesies ikan tertentu) ikan yang cocok sebagai bio-
untuk deteksi dini indikator adanya kadar racun
adanya pencemar. di air baku.
Penyediaan
genset (tindakan
Evaluasi kinerja genset.
pengendalian
eksisting).
Memastikan stok Genset telah tersedia dan
bahan bakar bekerja dengan baik. Stok
Evaluasi pelaksanaan SOP
Listrik dari PLN tiba- cukup (tindakan bahan bakar selama ini tidak
16 penyediaan stok bahan bakar. 12
tiba padam pengendalian bermasalah. Jika koordinasi
eksisting). berjalan baik, risiko diyakini
Koordinasi dengan PLN dapat dapat di minimalisir.
Berkoordinasi dengan
membuat Operator lebih siap.
PLN untuk mengetahui
Untuk hasil yang lebih optimal
dan mendapatkan
diperlukan penyediaan dan
jadwal pemadaman.
pelaksanaan SOP koordinasi.
Modul 6
7.2.
TATA CARA PEMBUATAN TABEL KAJI ULANG DAN PRIORITAS RISIKO
Kaji ulang kejadian bahaya dan risiko ini dilakukan bersama-sama dalam diskusi pleno Tim RPAM dengan langkah
sebagai berikut:
Pada awal pelaksanaan sidang pleno, seluruh data hasil dari pelaksanaan M3, M4, dan M5 dari Tim 1 dan Tim 2
dikumpulkan dan dipelajari bersama-sama oleh seluruh anggota Tim RPAM.
Diskusikan tiap skor risiko kejadian bahaya yang telah ditetapkan oleh Tim 1 apakah perlu diubah atau tidak.
Setelah skor risiko yang baru didapat dan disepakati, langkah selanjutnya adalah mengurut risiko dari dengan
skor yang paling besar sampai ke skor yang paling rendah pada tiap lokasi muali dari sumber air baku sampai ke
sambungan rumah pelanggan air minum.
Selain itu, pada tahapan ini Tim RPAM sudah bisa mulai memperkirakan Program-Program Pendukung (supporting
programs) apa saja yang diperlukan. Program Pendukung adalah kegiatan yang bertujuan untuk mendukung
peningkatan pengetahuan dan keterampilan (knowledge and skill) seluruh staff Operator, komitmen terhadap
implementasi RPAM, dan peningkatan kapasitas Operator untuk menyediakan air minum. Program Pendukung ini
akan menjadi salah satu kegiatan Rencana Perbaikan.
Berikut Tabel Kaji Ulang Kejadian Bahaya dan Prioritas Risiko yang harus dilengkapi pada tahapan ini oleh Tim RPAM.
Modul 6 79
80
Kolom 8: Nomor dan kode lokasi/singkatan yang telah ditetapkan pada tiap komponen rantai pasok (urutan nomor
urut bisa berubah sesuai dengan skor risiko yang baru pada kolom 24).
Kolom 12: jenis kejadian bahaya yang berpotensi terjadi pada komponen rantai pasok.
Kolom 17: nilai skor risiko yang telah dihitung sebelumnya oleh Tim 1.
Kolom 20: tentukan alternatif tindakan pengendalian yang akan digunakan untuk mengatasi kejadian bahaya dan
risiko tersebut. Sebaiknya alternatif tindakan pengendalian labih dari satu (multiple barriers).
Kolom 21: cara validasi tiap alterntif tindakan pengendalian.
Kolom 23: Poin-poin diskusi Tim RPAM, hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan pakah skor risiko tetap
atau berubah.
Kolom 24: nilai skor risiko yang baru setelah diskusi (diurut dari yang paling besar).
Modul 6
Studi Kasus PDAM Bandarmasih
Modul 6 81
82
BUAT
RENCANA
PERBAIKAN
Modul 7
Modul 7
Modul 7 83
84
Metode:
Pengelompokkan dan Check-list terhadap risiko
yang harus ditangani oleh Rencana Perbaikan.
Diskusi pleno.
Modul 7
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, memastikan Program Perbaikan yang akan
mulai dari penggambaran rantai pasok, identifikasi dilakukan tidak menghasilkan masalah/timbulnya
kejadian bahaya dan risiko, serta identifikasi tindakan risiko baru yang mungkin lebih besar.
pengendalian, pada akhirnya akan bermuara pada apa
saja tindakan yang akan diambil untuk menangani Rencana Perbaikan yang dikembangkan dapat berupa
risiko-risiko tersebut. Rangkaian tindakan pengendalian kegiatan yang sifatnya jangka pendek, menengah, atau
tersebut dinamai Rencana Perbaikan. jangka panjang. Karena berbagai jenis sumberdaya
diperlukan untuk pelaksanaan Rencana Perbaikan ini,
8.1. maka rencana ini perlu dibuat secara detail termasuk
RENCANA PERBAIKAN DAN PROGRAM pentahapannya.
PENDUKUNG
Dalam prakteknya, akan ditemui banyak kejadian
Rencana Perbaikan yang akan dilakukan tidak selalu bahaya dan risiko yang mirip satu sama lain, baik jenis
merupakan kegiatan-kegiatan besar (misalnya: upgrade maupun lokasi kejadiannya. Untuk itu, pengelompokkan
sistem) yang membutuhkan alokasi biaya dan waktu kejadian-kejadian bahaya dan risiko ini perlu dilakukan
yang besar. Rencana Perbaikan dapat hanya berupa untuk memudahkan Tim RPAM dalam menyusun
kegiatan review dokumen atau pembuatan dan Rencana Perbaikan. Pengelompokkan tersebut bisa
formalisasi Standard Operating Procedure (SOP) & disebut sebagai tema besar kejadian bahaya dan risiko.
Instruksi Kerja (IK).
Contoh pengelompokkan dan penyusunan Rencana
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perbaikan tersaji pada tabel berikut ini.
penyusunan Rencana Perbaikan ini adalah:
pilihan/alternatif Rencana Pengendalian yang
tersedia.
siapa yang akan bertanggungjawab dalam
pelaksanaan Rencana Perbaikan.
permasalahan ketersediaan sumber dana.
kebutuhan pelatihan staff jika diperlukan.
Modul 7 85
86
Tabel 17 Contoh Tema Besar dan Rencana Perbaikan dari Check List Risiko
Kejadian-Kejadian Bahaya Tema Besar Kejadian Bahaya Rencana Perbaikan
Pelaksanaan lokakarya/seminar tentang perlu-
nya pengamanan sumber air baku (melibatkan
Sungai tercemar limbah. beberapa stakehoders luar).
Debit sungai tidak stabil.
Pemasangan automatic motorised fine screen
Kekeruhan sungai meningkat drastis saat hujan. Aktivitas manusia di hulu dan pinggir sungai
Banyak sampah dan sungai. untuk perbaikan sistem intake dalam rangka
yang menyebabkan perubahan kualitas dan mengurangi sampah yang masuk.
Banyak gulma.
Bar screen rusak karena tertabrak sampan/perahu kuantitas air baku dan pengamanan intake.
Pemasangan papan peringatan untuk pen-
penduduk.
dst... gamanan dan pencegahan kerusakan bar screen
pada seluruh intake air baku.
Pemasangan CCTV untuk pengamanan intake
air baku.
Koagulan sering habis. Penyiapan database spare part dan bahan kimia
Spare part PLC tidak tersedia. yang dikategorikan memerlukan cadangan
Suplai klorin tidak tersedia. Tidak terjaminnya ketersediaan spare part minimum (minimum stock) din instalasi.
Cadangan motor pompa tidak tersedia.
Capasitor bank cadangan tidak tersedia.
cadangan dan stok bahan kimia.
Perbaikan sistem stock barang di pergudangan
Membran pompa dosis cadangan tidak tersedia.
(follow-up hasil penyiapan database spare part
dst...
dan bahan kimia).
Modul 7
rencana kerja rutin Operator (misalnya: Rencana 8.3.
Kerja Perusahaan/RKP (tahunan). TATA CARA PEMBUATAN TABEL
RENCANA PERBAIKAN DAN PROGRAM
Sedangkan, hal yang perlu dipertimbangkan dalam PENDUKUNG & TABEL RENCANA
penyusuan waktu pelaksanaan adalah: ANGGARAN BIAYA DAN WAKTU
Apakah Rencana Perbaikan merupakan jangka PELAKSANAAN
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang?
Hal ini dapat menjadi masukan bagi Operator Rencana Perbaikan dibuat dengan cara sebagai berikut:
ke dalam dokumen perencanaan yang telah Pelajari tabel hasil pelaksanaan M6 yang memuat
dimiliki (misalnya RKP (tahunan), corporate plan prioritas risiko yang harus ditangani.
(5 tahunan), atau bahkan master plan (15-25 Lakukan pengelompokkan kejadian bahaya
tahunan). dan risiko yang mirip dari segi jenis dan lokasi
Apakah Rencana Perbaikan memerlukan proses kejadiannya. Namakan kelompok in dalam satu
persiapan? (misalnya: studi, desain awal, survey tema besar.
pendahuluan). Jika ya, maka implementasi Rencana Tentukan Rencana Perbaikan yang akan dilakukan.
Perbaikan akan lebih lama. Lakukan juga chec klist kejadian bahaya dan
risiko mana yang dapat diatasi oleh tiap Rencana
Perbaikan. Jika memungkinkan seluruh risiko
mulai dari yang pentign (prioritas) sampai yang
tidak penting ter-cover oleh seluruh Rencana
Perbaikan yang disusun. Jika tidak, pastikan seluruh
risiko dengan skor risiko 12 (risiko dengan
prioritas tinggi) masuk ke dalam rencana program
perbaikan.
Buat dan lengkapi Tabel Rencana Perbaikan
dan Program Pendukung RPAM dan Tabel Tabel
Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan
berikut ini.
Modul 7 87
88
Modul 7
Tabel 19 Tabel Rencana Anggaran Biaya dan Waktu Pelaksanaan
Sub Total Waktu Sumber
Rencana Sub-Kegiatan Harga Satuan
No. Jumlah (31) Satuan (32) [Kolom 31 x Pelaksanaan Pembiayaan
Perbaikan (26) (30) (33)
kolom 33] (34) (35) (36)
Modul 7 89
90
SUSUN
STRATEGI
KOMUNIKASI
Modul 8
Modul 8
Modul 8 91
92
Susun Strategi
Komunikasi
Tujuan: RPAM di dalam (internal) Operator dengan
Menyusun strategi penyebaran informasi ke dalam melengkapi Tabel Rencana Penyebaran Informasi
(internal) organisasi Operator untuk memastikan Internal.
seluruh informasi terkait RPAM diketahui semua Identifikasi kebutuhan komunikasi eksternal yang
pihak terkait. diperlukan untuk mendukung Rencana Perbaikan
Menyusun strategi penyampaian informasi dan dan Program Pendukung yang dihasilkan dari
pengambilan informasi ke dan/atau dari pihak pelaksanaan M7. Lengkapi Tabel Rencana
luar (eksternal) Operator. Komunikasi Eksternal.
Keluaran:
Tabel Rencana Penyebaran Informasi Internal.
Tabel Rencana Komunikasi Eksternal.
Metode:
Diskusi kelompok.
Diskusi pleno.
Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Perencanaan penyebaran informasi terkait
Modul 8
Seluruh dokumen hasil dari pelaksanaan seluruh tahap lainnya.
RPAM, baik itu dokumen perencanaan maupun dokumen
hasil pelaksanaan dan evaluasi harus dikomunikasikan Melalui diskusi kelompok dan diskusi pleno Tim RPAM
ke seluruh anggota Tim RPAM, direksi dan juga staf lengkapi tabel di bawah ini.
operator. Selain itu, Operator juga perlu menjalin
komunikasi dengan pihak luar/eksternal. Untuk itu Tabel 20 Rencana Penyebaran Informasi Internal
diperlukan suatu strategi dan protokol komunikasi yang Jenis Frekuensi Penerima Media
Penanggung
Informasi update informasi Penyampaian
dibuat dan dilaksanakan oleh Tim RPAM. jawab (39)
(37) (38) (40) (41)
9.1.
PENYEBARAN INFORMASI DI dst dst dst dst dst
KALANGAN INTERNAL
Petunjuk pengisian tabel:
Tim RPAM harus memastikan bahwa komunikasi di
Kolom 37: tentukan informasi yang akan disebarkan di kalangan
dalam organisasi Operator berjalan dengan baik. Untuk
internal Operator (misalnya: hasil pelaksanaan M4: Identifikasi
itu perlu dibuat satu strategi komunikasi penyampaian
Bahaya dan Besarnya Risiko, Hasil Survey Kepuasan Pelanggan) .
informasi kepada:
Kolom 38: tentukan frekuensi penyebarannya (tiap hari, tiap bulan,
tiap tahun).
Direksi, senior manajer (manajemen puncak)
Kolom 39: tentukan penanggung jawab yang akan melaksanakan
terutama informasi yang terkait dengan dengan
penyebaran.
permasalahan kebijakan, komitmen RPAM, dan
Kolom 40: tentukan penerima informasinya (direksi, manajer,
termasuk komitmen pendanaan.
supervisor, atau staff/operator).
Manajer (manajemen tengah), terutama informasi
Kolom 41: tentukan media yang akan digunakan (rapat, mading,
terkait dengan permasalahan evaluasi pencapaian
selebaran, lembar SOP & IK).
RPAM.
Supervisor dan staff operator lapangan, terutama
informasi yang terkait dengan pelaksanaan
Rencana Perbaikan di lapangan dan hal teknis
Modul 8 93
94
9.2.
MENDAPATKAN DAN MENYEBARKAN INFORMASI KEPADA PIHAK EKSTERNAL
Dengan pertimbagan tujuan tersebut, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh Tim RPAM adalah melengkapi tabel
di bawah ini.
Media/Cara
Jenis Informasi
Rencana waktu Penanggung jawab Penerima/ sumber Penyampai-an/
yang ingin didapat/ Bentuk Kegiatan (43)
pelaksanaan (44) (45) informasi (46) Pengam-bilan
disampaikan (42)
Infromasi (47)
Modul 8
Petunjuk pengisian tabel: Kolom 45: tentukan penanggung jawabnya.
Kolom 42: tentukan informasi yang ingin didapat Kolom 46: tentukan penerima atau sumber
atau yang ingin disampaikan ke kalangan informasi (pelanggan, media massa, LSM).
eksternal Operator (misalnya: harapan pelanggan, Kolom 47: tentukan media/cara untuk
tingkat kepuasan pelanggan, keluhan pelanggan). menyampaikan atau mendapatkan informasi
Kolom 43: tentukan bentuk kegiatannya dari pihak eksternal (selebaran, media massa,
(sosialisasi, survey). pengumuman).
Kolom 44: tentukan jadwal pelaksanaannya.
Tabel berikut ini menyajikan rencana penyebaran informasi RPAM di kalangan internal PDAM Bandarmasih.
Frekuensi update Penanggung jawab Penerima informasi Media Penyampaian
Jenis Informasi (37)
(38) (39) (40) (41)
Direksi dan Senior
Meeting koordinasi
Ketua Tim RPAM Manajer (SM) dan
RPAM
Manajer
Hasil Pelaksanaan M1
1 x / tahun Manajer/Koordinator Tim
- M2. Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM
Meeting & Pengumuman
Supervisor Karyawan
di papan
Ketua Tim RPAM SM dan Manajer Meeting koordinasi
Hasil Pelaksanaan M3 RPAM
Tiap 3 bulan
s.d. M7. Manajer/Koordinator Tim Supervisor Meeting Bagian
Kerja RPAM
Modul 8 95
96
Modul 8
Sedangkan Rencana Komunikasi Eksternal tersaji pada tabel di berikut ini.
Jenis Informasi Media
yang ingin Bentuk Kegiatan Rencana waktu Penanggung Sumber Pengambilan/
didapat/di- (43) pelaksanaan (44) jawab (45) informasi (46) Penyampaian
sampaikan (42) (47)
Kepuasan Pelang- Survey Kepuasan 1 x / tahun Manajer Pelayanan Pelanggan Kuesioner.
gan. Pelanggan dan Pemasaran
Keluhan Pelanggan. Penangan-an Kelu- Saat terjadi keluhan Manajer Pelayanan, Pelanggan, media Langsung, telepon,
han pelanggan dan Pemasaran sms, email, media
cetak, media elek-
tronik.
Gangguan pelayan- Sistem Informasi Saat terjadi gang- Manajer Pelayanan Produksi dan TRD SMS, Media cetak,
an distribusi karena Gangguan guan terencana dan Pemasaran, (transmisi dan distri- media elektronik,
perbaikan teknis. Humas busi), pelaksana surat/selebaran.
Kebijakan dan Sosialisasi kepada Tiap 2 minggu Manajer Pelayanan Produksi dan TRD, Media cetak, media
Pemberitahu-an dari Pelanggan dan Pemasaran, pelaksana elektronik.
PDAM. Humas
Modul 8 97
98
SOP
SUSUN PROSEDUR
(SOP) DAN INSTRUKSI
KERJA (IK)
Modul 9
Modul 9
Modul 9 99
100
Modul 8
Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedures/SOPs) dan Instruksi Kerja (IK), merupakan dokumen yang
mencatat tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh Operator baik pada saat operasi normal maupun saat keadaan
emergency. SOP & IK ini merupakan satu bagian penting dalam pelaksanaan RPAM. Seluruh prosedur yang diperlukan
tersebut harus ditulis oleh staff yang telah berpengalaman dan di revisi/update jika diperlukan.
10.1.
SOP DAN IK DALAM SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
Standard Operating Procedure (SOP) adalah tahapan rinci dari suatu kegiatan sebagai panduan operasi. Instruksi Kerja
terkadang telah tercakup dalam SOP, namun pada skala organisasi atau Operator yang besar, SOP perlu penjabaran rinci
dalam bentuk IK.
Beberapa contoh SOP dan IK yang diperlukan untuk menjalankan sistem penyediaan air minum denga benar tersaji pada
tabel di bawah ini.
Modul 8 101
102
Modul 8
Kategori SOP IK
Servis blower.
Servis klorinator.
Servis kompresor.
Servis genset.
Pemeliharaan Rutin dan Berkala.
Servis pompa dosing/kimia.
Servis pompa sentrifugal.
Servis pompa vakum.
Servis trafo.
Test Performance Pompa dosing
Prosedur Kalibrasi dan Verifikasi. Kalibrasi Turbidimeter
Kalibrasi Spektrofotometer.
Kegiatan operasi umum dan kegiatan penunjang. Pengoperasian Sistem Keamanan dan -
Keselataman.
Penganggaran. -
Pengadaan Barang. -
Penerimaan dan Pengambalian Barang. -
Penerimaan dan Pengeluaran Barang. -
Kesigapan Tanggap-Darurat.
Penanganan Keluhan Pelanggan. -
Pengukuran Kepuasan Pelanggan. -
10.2.
IDENTIFIKASI DAN PEMBUATAN SOP DAN IK
Selanjutnya, Tim RPAM dapat membuat daftar kebutuhan SOP dan IK dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini:
daftar resiko yang menjadi prioritas untuk ditangani yang merupakan hasil dari pelaksanaan modul RPAM
sebelumnya,
peraturan perundangan Indonesia terkait dengan air minum,
petunjuk teknis pelaksanaan pengolahan air minum yang dikeluarkan kementerian dan lembaga terkait
pengolahan air minum, dan
Modul 8 103
104
sumber daya yang dimiliki oleh Operator (sumber yang perlu dibuat).
daya manusia, finansial). Kolom 49: tentukan SOP-SOP dan IK-IK yang dibutuhkan
untuk menangani kejadian bahaya dan risiko (baik
Lengkapi tabel berikut untuk mengetahui SOP dan IK yang sudah ada maupun yang perlu dibuat).
yang dibutuhkan.
Tabel 23
SOP dan IK yang dibutuhkan untuk Menangani
Kejadian Bahaya dan Risiko
Referensi kejadian bahaya
yang ditangani (lihat SOP dan IK yang
nomor dalam kolom 8 dibutuhkan (49)
tabel hasil M6) (48)
Yang sudah ada:
dst
Yang perlu dibuat:
dst
Modul 8
Studi Kasus PDAM Bandarmasih
Modul 8 105
106
LAKSANAKAN
RENCANA PERBAIKAN
DAN MONITOR
Modul 10
Modul 10
Modul 10 107
108
Laksanakan Rencana
Perbaikan dan Monitor
Tujuan: pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan.
Melaksanakan Rencana Perbaikan yang telah Penentuan batas kritis dan bagaimana melakukan
disusun pada tahapan pelaksanaan sebelumnya. monitoring/pemantauan terhadap seluruh
Melakukan pemantauan/monitoring terhadap sub-kegiatan Rencana Perbaikan, termasuk
proses dan hasil pelaksanaan Rencana Perbaikan. tindakan koreksi yang perlu dilakukan jika ada
penyimpangan.
Keluaran: Lengkapi Tabel Pelaksanaan dan Monitoring
Tabel Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Rencana Perbaikan dan Program Pendukung dan
Perbaikan dan Program Pendukung. setelah kegiatan berjalan lengkapi Tabel Progress
Tabel Progres Kegiatan Pelaksanaan Rencana Kegiatan Pelaksanaan Rencana Perbaikan.
Perbaikan.
Metode:
Diskusi pleno.
Kegiatan pelaksanaan Rencana Perbaikan di
lapangan.
Tahapan/Proses Pelaksanaan:
Penulisan seluruh daftar Rencana Perbaikan
yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil
Modul 10
Seluruh Rencana Perbaikan yang telah disusun pada komunikasi (hasil pelaksanaan M8: Susun Strategi
akhirnya dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya. Komunikasi) dan seluruh SOP dan IK (hasil pelaksanaan
Pelaksanaan Rencana Perbaikan memerlukan M9: Susun Prosedur/SOP dan Instruksi Kerja/IK).
pemantauan/monitoring untuk menjamin hasilnya
sesuai dengan yang apa yang direncanakan. Pelaksanaan Rencana Perbaikan dilakukan sesuai
Pemantauan ini merupakan hal penting dalam dengan prioritas dan ketersediaan sumberdaya
pelaksanaan konsep manejemen resiko yang merupakan Operator. Ketua Tim Operator juga harus mengetahui
prinsip implementasi RPAM siapa penanggung jawab tiap sub-kegiatan dan target
waktu penyelesaiannya.
11.1.
PELAKSANAAN RENCANA PERBAIKAN 11.2.
Standard Operating Procedure (SOP) adalah tahapan PEMANTAUAN/MONITORING RENCANA
rinci dari suatu kegiatan sebagai panduan operasi. PERBAIKAN
Instruksi Kerja terkadang telah tercakup dalam SOP, Jumlah dan jenis tindakan pengendalian pada tiap
namun pada skala organisasi atau Operator yang besar, sistem akan berbeda. Hal ini tergantung pada sering
SOP perlu penjabaran rinci dalam bentuk IK. atau tidaknya kejadian bahaya dan risiko yang
ditimbulkannya dan jenisnya. Monitoring diperlukan
Beberapa contoh SOP dan IK yang diperlukan untuk untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara target
menjalankan sistem penyediaan air minum denga benar dan hasil yang didapatkan sehingga tindakan koreksi
tersaji pada tabel di bawah ini. (corrective actions) dapat dilakukan.
Seluruh Rencana Perbaikan yang dibuat (hasil Monitoring yang efektif sangat tergantung pada
pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan) harus beberapa hal berikut ini:
dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya. Pelaksanaan Apa yang dimonitor?
Rencana Perbaikan ini perlu didukung oleh satu strategi Bagaimana cara memonitornya?
Waktu atau frekuensi monitoring (tiap hari, bulan,
tahun)?
Dimana lokasi monitoring dilakukan?
Modul 10 109
110
Siapa yang akan melakukan monitoring? termasuk siapa yang akan melakukan analisis?
Siapa yang akan menerima laporan hasil monitoring dan siapa yang akan menindaklanjutinya?
Monitoring sederhana biasanya merupakan aktivitas harian yang tidak memerlukan sumberdaya dan waktu yang banyak,
misalnya: observasi harian, pengecekan kekeruhan, pengecekan integritas bangunan dan struktur secara visual. Tiap
Rencana Perbaikan juga perlu ditentukan titik kritisnya, yaitu suatu keadaan/ukuran/nilai yang memuat tujuan dari
Rencana Perbaikan tidak tercapai.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Tim RPAM kemudian melengkapi tabel di bawah ini.
Tabel 24 Pelaksanaan dan Monitoring Rencana Perbaikan dan Program Pendukung
Rencana Sub Apa yang Dimana Kapan Bagaimana cara Siapa yang Tindakan
Batas Kritis
No. Perbaikan Kegiatan dimonitor? dimonitor? dimonitor? Memonitornya? Memonitor? koreksi, jika
(50)
(26) (30) (51) (52) (53) (54) (55) diperlukan (55)
Modul 10
Tabel 24 di atas pada intinya merupakan rencana (hasil M7: Buat Rencana Perbaikan).
pelaksanaan kegiatan Rencana Perbaikan yang akan Kolom 56: dapatkan laporan dari penganggung
dilakukan oleh Tim RPAM. Hasil pelaksaan tersebut jawab kegiatan mengenai statu progress
harus terus dimonitor status capainannya yang pelaksanaan Rencana Perbaikan.
kemudian akan menjadi bahan masukan bagi Tim Kolom 57: berdasarkan informasi mengenai status
RPAM untuk menyusun tindak lanjut agar tisp Rencana progress kegiatan, tentukan tindak lanjut yang pelu
Perbaikan terlaksana. Waktu pelaksanaan review dilakuakn terhadap Rencana Kegiatan.
progress/status kegiatan ini dilakukan secara berkala
oleh Tim RPAM sesuai dengan jadwal komunikasi yang Studi Kasus PDAM Bandarmasih
telah disusun/disepakati (hasil pelaksanaan M8: Susun
Strategi Komunikasi). Memulai dari Skala Kecil
dan Jangka Pendek
Tabel 25
Dari sekian kegiatan Rencana Perbaikan yang disusun,
Progress Kegiatan Pelaksanaan Rencana Tim RPAM PDAM Bandarmasih berinisiatif untuk memulai
Perbaikan kegiatan pelaksanaan Rencana Perbaikan dari skala yang
kecil dan jangka waktu pendek. Hal ini dilakukan karena
Rencana sumberdaya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut tidak
Rencana Status
Sub Keg- Tindak terlalu besar sedangkan dampak yang dihasilkan (risiko yang
No. Perbaikan Capaian dapat dihindarkan) tidak kecil. Contoh dari beberapa kegiatan
iatan (30) Lanjut
(26) (56) dilakukan adalah:
(57)
Pemasangan papan peringatan untuk pengamanan
1 dan pencegahan kerusakan bar screen pada seluruh
intake air baku.
2
Penyusunan beberapa SOP (SOP Sosialisasi Pelanggan,
3 SOP Pembacaan Meter pelanggan, SOP Pengelolaan
Lumpur).
Meminta penawaran dari supplier terhadap automatic
Petunjuk pengisian tabel: motorised fine screen.
Kolom 26: susun beberapa Rencana Perbaikan yang Mulai mencari informasi konsultan yang dapat melaku-
kan kegiatan audit pompa dan audit flowmeter.
terkait dengan tema besar.
Penyusunan Surat Keputusan Tim K3 untuk mendu-
Kolom 30: tetapkan tahapan kegiatan dari tiap kung dimulainya pengembangan sistem K3 PDAM.
Rencana Perbaikan yang tertulis pada kolom 26,
Modul 10 111
112
LAKSANAKAN
RENCANA PERBAIKAN
DAN MONITOR
Modul 11
Modul 11
Modul 11 113
114
Modul 11
4K (Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas, dan Hasil pelaksanaan seluruh rencana kegiatan yang
Keterjangkauan) air minum. pada akhirnya harus dinilai efektivitasnya dalam suatu
Persiapkan tim dan lakukan Survey Kepuasan kegiatan evaluasi. Evaluasi ini merupakan tahapan
Palanggan (SKP). terakhir pada kerangka kerja RPAM. Hasil dari kegiatan
Dengan hasil-hasil evaluasi yang telah didapat, evaluasi ini akan menjadi masukan bagi kegiatan
lakukan siklus RPAM yaitu pelaksanaan M4: Identifikasi Kejadian Bahaya dan Risiko yang telah
Ketahui Bahaya dan Besarnya Risiko. dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, terjadi satu
rangkaian siklus RPAM yang diharapkan berjalan terus
dengan harapan menjadikan sistem penyediaan air
minum menjadi lebih baik.
12.1.
EVALUASI RPAM
Evaluasi RPAM bertujuan untuk mengetahui apakah
sistem penyediaan air minum baik desain maupun
operasinya telah secara konsisten mengalirkan air yang
aman (sesuai dengan standar kualitas air menurut
kesehatan). Jika tidak, maka program/Rencana
Perbaikan yang telah disusun dan dilaksanakan perlu
ditingkatkan/diperbaiki.
Modul 11 115
116
K1 (Kualitas)
Petunjuk pengisian tabel:
K1 (Kualitas) adalah acuan kualitas air minum yang layak
Kolom 26: Rencana Perbaikan yang terkait dengan
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. K1 ini akan
tema besar (lihat tabel 16 hasil pelaksanaan M7:
menggunakan standar air minum yang diatur dalam
Buat Rencana Perbaikan).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/Menkes/Per./
Kolom 27: kejadian bahaya dan risiko (lihat tabel 16
IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
hasil pelaksanaan M7: Buat Rencana Perbaikan).
Kolom 58: Diskusikan dan tentukan apakah kejadian
Data untuk evaluasi terpenuhinya kualitas air minum
bahaya dan risiko telah tertangani? Apakah ada
yang didistribusikan ke pelanggan ini didapatkan
kejadian luar biasa yang terjadi akhir-akhir ini?.
Modul 11
dengan melakukan kegiatan pengambilan contoh pelanggan air minum (orang).
(sampling) dan pengukuran kualitas air minum di
pelanggan. Sampling ini dilakukan berdasarkan pada Jika hasil perhitungan = X liter/orang/hari, maka K2
peraturan terkait yaitu: Peraturan Menteri Kesehatan terpenuhi jika X > 60 liter/orang/hari.
RI No. 736/Menkes/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum. Pada lampiran K3 (Kontinyuitas)
peraturan tersebut dijelaskan tentang jumlah dan K3 (Kontinyuitas) adalah acuan tidak terputusnya aliran
frekuensi pengambilan sampel air minum pada kegiatan air ke dari instalasi pengolahan air minum kepelanggan.
pengawasan eksternal di sistem penyediaan air minum K3 ini akan menggunakan standar lama pengaliran tak
dengan sistem jaringan perpipaan. terputus selama 24 jam/hari dengan tekanan air minum
(dinamis) di daerah pelayanan sebesar 1,5 5 bar (15
Selanjutnya setelah contoh/sampel air minum didapat, 50 meter kolom air).
pengukuran kadar tiap parameter air minum baik
fisika, kimia, maupun paramater biologi dilakuakn Studi evaluasi terpenuhinya kontinyuitas ini dilakukan
dengan mengikuti metode sesuai SNI (Standar Nasional dengan pengukuran tekanan air minum pelanggan
Indonesia). langsung di lapangan. Untuk itu, SOP dan Alat & Bahan
untuk kegiatan pengukuran tekanan harus disiapkan.
K2 (Kuantitas)
K2 (Kuantitas) adalah acuan jumlah air yang dinilai Karena belum ada peraturan pemerintah atau SNI
mencukupi bagi pola hidup/penggunaan air yang mengatur mengenai masalah pengukuran
masyarakat. K2 ini akan menggunakan Standar tekanan ini dan dengan mempertimbangkan
Kebutuhan Pokok Air Minum yaitu sebesar 10 m3/ banyaknya sambungan rumah pelanggan, maka
kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari. data hasil pelaksanaan SKP daapt digunakan sebagai
pembanding/masukan. Dengan demikian, pertanyaan
Untuk mengetahui besarnya konsumsi real (yang mengenai kontinyuitas tekanan air minum harus
sebenarnya) air minum adalah dengan membagi ditanyakan/masuk ke dalam kuesioner SKP.
data rata-rata air minum yang didistribusikan per-hari
(m3/hari) atau per-bulan (m3/bulan) dengan jumlah
Modul 11 117
118
K4 (Keterjangkauan) Tabel 27
K4 (Keterjangkauan) adalah acuan harga air minum Ringkasan (Resume) Capaian Pemenuhan 4K
yang layak bagi masyarakat. Tarif air minum memenuhi Catatan /
Capaian Saat Ini
prinsip keterjangkauan apabila pengeluaran rumah Acuan Risiko Rekomendasi
(60)
(61)
tangga untuk memenuhi Standar Kebutuhan Pokok
K1 (Kualitas)
Air Minum tidak melampaui 4% dari pendapatan
K2 (Kuantitas)
masyarakat/pelanggan.
K3 (Kontinyuitas)
K4 (Keterjangkauan)
Keterjangkauan dilakukan dengan menganalisis tarif air
minum yang berlaku dibandingkan dengan besarnya
pendapatan masyarakat. Petunjuk pengisian tabel:
Kolom 60: Masukkan nilai atau deskripsi capaian
K4 ini akan menggunakan formula: saat ini.
Harga air minum yang layak (H) = 10 m3 air Kolom 61: Masukkan catatan atau rekomendasi
minum x tarif rendah/bersubsidi yang dibayar oleh hal yang dilakukan untuk memperbaiki atau
masyarakat pelanggan berpenghasilan rendah meningkatkan capaian.
(MBR).
Nilai H yang didapat harus lebih kecil dari 4% nilai Waktu pelaksanaan kajian ini ditentukan oleh Tim RPAM
(UMR) Upah Minimum Regional di daerah tersebut. pada pertemuan yang telah direncanakan pada tahap
penyusunan M8: Susun Strategi Komunikasi atau paling
Dari seluruh datah asil kajian terpenuhinya 4K tersebut, tidak dilakukan minimal satu tahun sekali.
Tim RPAM selanjutnya adlah melengkapi tabel
Ringkasan (resume) capaian pemenuhan 4K di bawah 12.4.
ini berikut penjelasan/catatan dan rekomendasinya. SURVEY KEPUASAN PELANGGAN (SKP)
Kepuasan pelanggan adalah satu keadaan dimana
keinginan, harapan dan keperluan pelanggan dipenuhi.
Satu pelayanan dinilai memuaskan bila ia dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
Modul 11
pelanggan adalah: 1) ketepatan waktu layanan, 2) manajemen risiko untuk penyediaan air minum yang
layanan yang dapat dipercaya, 3) kemampuan teknis aman.
pemberi layanan, 4) layanan yang dapat diharapkan, 5)
layanan yang berkualitas, dan 6) harga layanan/produk
yang sepadan/pantas.
Modul 11 119
120
Diterbitkan
Satuan Kerja Direktorat Pengembangan Air Minum
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
Alamat
Jalan Pattimura 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110