huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin berkata: Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Secara istilah syari, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39). Dari
makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk
Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.
Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak dahulu
hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga: Tauhid
Rububiyah, Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Al Asma Was Shifat.
Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam kejadian-
kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah
Taala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan
mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Meyakini rububiyah yaitu
meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan mengatur alam semesta, misalnya meyakini
bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah
yang mendatangkan badai dan hujan, Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan
dalam Al Quran:
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan
terang (QS. Al Anam: 1)
Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mukmin,
maupun kafir, sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah
kepada Allah. Hal ini dikhabarkan dalam Al Quran:
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), Siapa yang
telah menciptakan mereka?, niscaya mereka akan menjawab Allah . (QS. Az Zukhruf: 87)
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), Siapa yang
telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga bulan?, niscaya
mereka akan menjawab Allah . (QS. Al Ankabut 61)
Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahualaihi wasallam bernama
Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama demikian,
Rasulullah shallallahualaihi wasallam tentunya belum lahir.
Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Orang-orang komunis tidak mengakui adanya Tuhan.
Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih kufur daripada orang-orang
kafir jahiliyah (Lihat Minhaj Firqotin Najiyyah)
Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah menyembah dan beribadah kepada Allah sejak
dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat? Mengapa mereka
berlelah-lelah penuh penderitaan dan mendapat banyak perlawanan dari kaum kafirin?
Jawabannya, meski orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah mereka tidak bertauhid
uluhiyyah kepada Allah, dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan para sahabat.
Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang
zhahir maupun batin (Al Jadid Syarh Kitab Tauhid, 17). Dalilnya:
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan (Al Fatihah: 5)
Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa perkataan
maupun perbuatan. Apa maksud yang dicintai Allah? Yaitu segala sesuatu yang telah
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila
melakukannya. Seperti shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga
berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan istianah. Maka seorang yang bertauhid uluhiyah
hanya meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain.
Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon,
berdoa, beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini juga inti
dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah. Allah Taala
berfirman:
Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk mengatakan:
Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut (QS. An Nahl: 36)
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: Dari tiga bagian tauhid ini yang paling ditekankan
adalah tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para rasul, dan alasan diturunkannya
kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya
Allah saja yang disembah, dan agar penghambaan kepada selainNya ditinggalkan (Lihat
Syarh Aqidah Ath Thahawiyah).
Perhatikanlah, sungguh aneh jika ada sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat
menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang kafir, namun mereka tidak memiliki
perhatian serius terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan ditegakkan syariat, jihad adalah
untuk ditegakkan tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir karena orang kafir
tersebut tidak bertauhid uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian terhadap tauhid
uluhiyyah??
Sedangkan Tauhid Al Asma was Sifat adalah mentauhidkan Allah Taala dalam penetapan
nama dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Quran
dan Hadits Rasulullah shallallahualaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah
dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diriNya dan
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif, tanpa tathil
dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Allah Taala berfirman yang artinya:
Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya (QS. Al Araf: 180)
Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah dari makna
zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata istiwa yang artinya
bersemayam dipalingkan menjadi menguasai.
Tathil adalah mengingkari dan menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian
orang yang menolak bahwa Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di
mana-mana.
Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa
dengan makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat
wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,bentuk
wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah
berfirman yang artinya:
Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Lagi
Maha Melihat (QS. Asy Syura: 11)
Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan menetapkan
maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata Allah Taala memang ber-istiwa di atas
Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada Allah.
Pemahaman ini tidak benar karena Allah Taala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam
Quran dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya
dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman tafwidh maka sama
dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifatNya dalam Al Quran adalah
sia-sia karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid,
bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya. Sungguh
ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja
begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari. Di sisi lain
seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia
tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa
hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan
benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Waliyydzubillah. Maka sangat penting dan
urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling
utama. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Sesungguhnya ilmu tauhid
adalah ilmu yang paling mulia dan paling agung kedudukannya. Setiap muslim wajib
mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu tentang
Allah Subhanahu wa Taala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas
hamba-Nya (Syarh Ushulil Iman, 4).
Artikel www.muslim.or.id
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Alloh kepada setiap
hamba-Nya. Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang
ini tidak mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan
dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin
untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan Alloh.
Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Alloh, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya,
memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan
kekhususan bagi Alloh. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang
pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini
terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati
mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Alloh Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu
pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi
itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang
beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi
Rosululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh,
Katakanlah: Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki Arsy yang
besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Alloh. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak
bertakwa? Katakanlah: Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala
sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu
mengetahui? Mereka akan menjawab: Kepunyaan Alloh. Katakanlah: Maka dari jalan
manakah kamu ditipu?' (Al-Muminun: 86-89). Dan yang amat sangat menyedihkan adalah
kebanyakan kaum muslimin di zaman sekarang menganggap bahwa seseorang sudah
dikatakan beragama Islam jika telah memiliki keyakinan seperti ini. Wallohul mustaan.
Maksudnya adalah kita mengesakan Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan.
Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai
macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu
hanya kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini sebagaimana yang
difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu Mengapa ia menjadikan sesembahan-
sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang
sangat mengherankan. (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari
jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena
pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka
mengakui bahwa Alloh adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.
Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan
dalam Al-Quran dan Sunnah Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah
yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Quran dan Hadits
tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya Dialah Alloh Yang
Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul
Husna. (Al-Hasyr: 24)
Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim yang tulen jika telah mengesakan Alloh dan
tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan Alloh
(berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim tulen
tetapi dia adalah seorang musyrik.
Kedudukan Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini
kami akan membawakan tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah
yang banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai
seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah
mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat, jin dan
sebagainya.
Alloh berfirman, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah
mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh
Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas
menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah
kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk
bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh Dan tidaklah Kami
ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi
Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian. (Al Anbiya: 16-17). Maka apakah kamu
mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu
tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Muminun: 115)
Alloh berfirman, Dan sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu. (An-Nahl: 36). Makna dari ayat
ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi kita Muhammad
shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk mengajak kaumnya untuk beribadah
hanya kepada Alloh semata dan tidak memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Maka
pertanyaan bagi kita sekarang adalah Sudahkah kita memenuhi seruan Rosul kita
Muhammad shollallohu alaihi wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh semata?
ataukah kita bersikap acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini? Tanyakanlah hal ini
pada masing-masing kita dan jujurlah
Itulah hakekat dan kedudukan tauhid di agama kita, dan setelah kita mengetahui besarnya hal
ini akankah kita tetap bersikap acuh tak acuh untuk mempelajarinya?
***
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Feb
A. Pendahuluan
Semua Muslim percaya bahwa ajaran Islam adalah suatu norma ideal yang
dapat diadaptasi oleh bangsa apa saja dan kapan saja. Ajaran Islam bersifat universal
dan tidak bertentangan dengan rasio. Semua kaum Muslim harus selalu membangun
peradaban yang bertumpu pada pesan-pesan abadi itu. Persoalannya, bagaimana
semestinya mendekati dan mengkaji aspek-aspek peradaban, kesejarahan, politik,
ekonomi dan sosial Islam yang dibangun atas universalitas itu?
Hassan Hanafi adalah Guru Besar pada fakultas Filsafat Universitas Kairo. Ia lahir
pada 13 Februari 1935 di Kairo, di dekat Benteng Salahuddin, daerah perkampungan
Al-Azhar. Kota ini merupakan tempat bertemunya para mahasiswa muslim dari
seluruh dunia yang ingin belajar, terutama di Universitas Al-Azhar. Meskipun
lingkungan sosialnya dapat dikatakan tidak terlalu mendukung, tradisi keilmuan
berkembang di sana sejak lama. Secara historis dan kultural, kota Mesir memang telah
dipengaruhi peradaban-peradaban besar sejak masa Firaun, Romawi, Bizantium,
Arab, Mamluk dan Turki, bahkan sampai dengan Eropa moderen. Hal ini
menunjukkan bahwa Mesir, terutama kota Kairo, mempunyai arti penting bagi
perkembangan awal tradisi keilmuan Hassan Hanafi.
b. pembahasan
Ketika islam dipersepsikan sebagai agama ang mengatur aspek spiritual, sebagaimana
argumentasi tandingan atas konsep trinitas dalam agam Kristen, persepsi ini tak
seluruhnya bbenar karena ketika suatu agam di hakimi oleh nilai lain maka yang
erjadi adalah prasangka, oleh karena itu, menganggap Tauhid semata-mata diartikan
keesaan Tuhan, tidak hanya persepsi yang persial, tetapi salah untuk memahami
islam dan Tauhid. Kita mulai dari islam itu sendiri islam adalah norma kehidupan
yang sempurrna beradaptasi dengan setiap bangsa dan setiap waktu. Firaman Allah
adalah abadi dan universal, yang mencakup selurih seuasana kemanusiaan tanpa
diatas maka analisis kita tentang islam dan tauhid tidak bisa hanya sebatas pada tuhan
dan mental saj. Oleh karena itu, jalan yang terbaik untuk memehami Tauhid adalah
pada bidang ketuhanan, ia akan berarti keesaan tuhan akan tetapi, sebagaimana
ketuhanan.dengan demikian apa yang harus kita analisis disini adalah bagaimana
Islam dan dalam peradaban.pada titik ini,ada baiknya kita gunakan istilah pandangan
sebagai berikut:
Pandangan dunia tauhid berarti bahwa alam semesta ini unipolar dan uniaxial.
Pandanga dunia tauhid berarti bahwa hakeket alam semesta ini berasal dari Allah dan
akan kembali kepada-Nya. Apa yang dapat dideduksikan dari pandangan dunia ini
adalah bahwa ada dualism yang membagi dunai ini pada materi dan ruh,
1[1] Tauhid adalah kata benda verbal dari kata wahhada(menyatukan, membuat
jadi satu) oleh karena itu penyatuan secara harfiah adalah benar.
2[2] Kitamilik allah dan kepadanya kita akan kembali (firman allah)
tidak ada superioritas manusia atas mahluk wargadunia yang lain. Bagi muslim
hubungan antara Tuhan dengan dunia adalah hubungan antara Pencipta dan yang
diciptakan, jadi hubungan antara sebab dan akibat penciptaan, bukan hubungan seperti
sinar terhadap lampu atau kesadaran manusia terhadap manusia. Keberadaan manusia
menjadi sangat relative dihadapan Tuhan, dan setiap manusia yang diciptakan
mempunyai hubungan langsung dengan Tuhan. Dalam tauhid secara logis dapat
ditarik pengertian bahwa penciptaan Tuhan adalah esa, ia menolak segala bentuk
manusia dan alam yang melengkapi penciptaan Tuhan. Keesaan tuhan berarti juga
keesaan kehidupan, yakni tidak ada pemisahan antara spritualitas dan kewadagan,
diatur oleh satu hukum, dan tujuan seluruh muslim bersatu dalam kehendak Allah.
Jelaslah bahwa seluruh aspek kehidupan social Islam harus diintegrasikan kedalam
jaringan relasional islam jaringan ini diderivasikan dari pandangan dunia Tauhid
sosialdan individual. Kita kemudian akan menguji jaringan relasional islam itu
melalui ibadah( yaitu lima pilar kewajiban Islam ) yang diatur olah syariat islam,
1. Syahadat adalah persaksian seorang muslim. Mereka bersaksi tidak ada tuhan selain
Allah, Tuhan yang esa, dan Muhammad adalah rasul Allah syahadat merupakan
kewajiban yang peling penting dalam islam. Pada panggalan pertama, politheisme
menyatakan Tauhid yang merupakan basis jaringan relasional Islam. Pada panggalan
kedua, muslim mengkui bahwa Al-quran diurunkan oleh Tuhan kepada manusia
melalui Muhammad. Dalam bagian ini, mereka bersaksi atas sebuah bentuk jaringan
relasional islam yang sempurna karean firman Allah adalah abadi dan universal.
Keempat ibadah berikutnya dilandasi oleh pandangan dunias yang saling berkaitan.
2. Shalat. Shalat adalah dialog spritula langsung seorang muslim dengan tuhan . seluruh
musli mempunyai kesempatan yang sama untuk berhubungan dengan tuhan . dalam
perhubungan ini, tampaknya hanya aspek spiritualnya yang ditekankan. Akan tetapi,
shla yang diatur oleah syariat tidak hanya terbatas pada aspek spiritual. Mislanya,
rakah (gerakan dalam sholat) adalah latihan fisik lurus menghadap kiblat, dan tepat
waktu, melatuh solidaritas yang tak terlihat dalam kehidupan muslim, dan semuanya
menyatukan muslim secara simbolik. Whudu dan ghusl tidak hanya menyangkut
badan. Konstruksi masjid dan penyelenggaraan Sholat jumaat mencakup aspek social
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu semua takwa. (QS. Al-
Baqarah). Alquran menyebutkan aspek mentalitas dalam puasa, namun metode (cara)
berpuasa itu sendiri melatih solidaritas social, dalam hal merasakan penderitaan
seluruh ummat islam berpartisipasi secara langsung pada puasa ini secara serentak. Ini
juga merupakan gerakan social, dan ini juga menyatukan muslim secara simbolik.
4. Zakat. Alquran menegaskan shadaqoh adalah untuk kaum miskin dan fakir, para amil,
Ini aspek spiritual. Ketika fungsi zakat efektif di dalam masyarakat islam, sudah
5. Haji, haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu
tuhan dengan aksi nyata. Tugas-tugas simbolik dilaksakan dengan aksi-aksi konkret,
baik secara indidual maupun social. Dalam islam, haji dilakukan pada bukan
Dzulhijjah atau bulan dua belas dalam kalender islam. Saat ini lebih dari satu juta
orang mengikuti ibadah haji setiap tahunnya. Haji dilakukan muslim setiap tahun
dalam rangka menguji masalah-masalah penting mereka 6[6]. Dalam islam haji
menjadi sebuah peristiwa konfrensi. Inilah interpretasi Haji oleh Hassan hanafi.
Dalam lima kewajiban itu, dapat kita lihat bahwa masalah yang bersifat
spiritual adalah juga bersifat materiil, aksi yang duniawi adalah juga agamawi yang
individual sekaligus social. Dapat pula kita dikatakan bahwa jaringan relasional islam
yang tampak adalah didasarkan pada pandangan dunia Tauhid. Betapapun kehidupan
adalah kehidupan yang pasti, dan dalam kehidupan itu di butuhkan lembaga-lembaga
ekonomi, politik social dan cultural islam menggambarkan kehidupan dan setiap
masalahnya dalam sebuah norma yang sempurna. Islam tidak menghadirkan reformasi
ekonomi,social, dan politik serta kehidupan muslim menjalin jaringan relasional islam
pada umat?
Sebuah bagian yang penting dalam makalah ini (kiri islam ) adalah diskusi
tentang umat. Secara harfiah ia berarti komunitas islam komunitas di sini tidak
menunujuk secara pasti kelompok manusia yang terintegrasi dalam kategori garis
keturunan, bahasa, kebudayaan, atau geografis. Prinsip integrative umat, ya islam itu,
oleh karena itu, umat islam didefinisikan bahwa u,mat tidak di batasi oleh batas-batas
tertentu, umat mencakup seluruh kawasan di mana muslim hidup pada saat ini, dunia
bahasa arab disebut daulah juga bermakna perubahan atau putaran sehuingga
daulah pun di definisikan berada di bawah konsep umat. Tak seorangpun berhak untuk
memrintah suatu bangsa kecuali atas persetujuan dan pengangkatan mereka oleh
karena itu, umat itu sendir mengandung hak dan kuasa untuk mengangkat dan
menolak.hal penting disini adalah orang-orang yang masuk kedalam umat itu tidak
bisa lagi dibedakan berdasarkan ras, nasionalitas, dan bahasa. Pandangan dunia tauhid
berfungsi dalam konsep umat ini. Dimanapun muslim hidup dan dalam kawasan
manapun mereka berada, mereka pasti mereka akan berhungan non muslim di dalam
maupn diluar komunitas. Dalam hal ini, perjanjian madinah yang dibuat di Madinah
pada 622M. menunjukkan bagaimana hubungan antara muslim dan nonmuslim yang
lain akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan.mereka mempunyai
hak yang sama dengan muslim mereka boleh menjalankan agamanya secra bebas
yang sama.
Dengan demikian, konsep jaringan relasional Islam itu telah meluas kepada
non muslim, dan baik muslim maupun nonmuslim dirangkum dalam semangat Tauhid
Kehidupan muslim didalam umat diatur oleh syariat, syariat dibedakan secara
diametral dengan hukum dan konstitusi barat. Empat sumber utama syariat adalah
Alquan, sunnah, qiyas dan ijma. Prioritas pertama adalah firman Allah yaitu
dalam negera seperti pada bentuk segera bangsa barat.para hakim menyadiar bahwa
sengaja dibatsi kekuasaannya dalam kehidupan pibadi maupun social. Hakim secara
ushul fiqh, salah satu sayap terpenting pemerintah yaitu legislatifm dipegang oleh
para ulama itu sendiri, idealnya dan secara structural, posisi ulama fiqh itu menduduki
kemauan rakyat, tetapi kemauan Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang.
Hal ini kerena sumber pertama syariat ialah firman Tuhan, Alquran . pandangan dunia
Tauhid hidup dalam syariat dan dalam komunitas Islam.sebagaimana telah dikatakan
Oleh karena itu syariat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan social karena ia
keadilan dibumi, atau didalam umar, syariat menentukan seluruh aspek kehidupan
social.
c. penutup
daftar pustaka
BAB I
Pendahuluan
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165
Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau
amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
al-Maidah: 12
[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik { 406}
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.
at-Taubah: 52
[9:52] Katakanlah: " tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali
salah satu dari dua kebaikan { 646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu
bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab ( yang besar) dari sisi-Nya.
Sebab itu tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."
Ibrahim: 11
[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami
mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan
hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.
Mujadalah: 10
al-Anfal: 3
. Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat
untuk membina kualitas imannya.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang
berpandangan dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah
tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan
Perbuatan Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan
berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau
konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang
ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber
semua wujud.
BAB II
ISI
[3:103] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali ( agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
6
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu
merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi
tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena
kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang
besar.
2.2. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawa Problema dan Tantangan
Kehidupan Modern
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka
tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan
kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada
khurat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7 .
[11:6] Dan tidak ada suatu binatang melata {709} pun di bumi melainkan Allah-
lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya {710}. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata
(Lauh mahfuzh
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Yunus, Mohamad. 1997. Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Jakarta. Erlangga
Azra, Azyumardi, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi
Umum. Jakarta. Departemen Agama RI
Ahmadi Abu, dkk. 1991. Dasar Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta. Bumi
Aksara
Darajat, Zakiah, dkk. 1986. Dasar Dasar Agama Islam. Jakarta. Departemen
Agama RI
http://tafany.wordpress.com/2008/03/20/keimanan-ketakwaan/
Al quran
Atau buat yang pengen download softcopynya klik aja implementasi iman dan
taqwa