Buku Ajar KTKL
Buku Ajar KTKL
I. PENDAHULUAN
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampumenjelaskan
pengertian klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lainya
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan pengertian klasifikasi Tanah
2. Mahasiawa mampu menjelaskan pengertian Sumberdaya Alam
3. mahasiswa mampu menjelaskan hubungan ilmu tersebut dengan ilmu-ilmu pengetahuan
alam lainnya.
Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang
terbentuk secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi
manusia. Biasanya tanah tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan).
Batas atas tanah adalah udara atau air dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah
secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam atau ke area tandus batuan atau
hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-tanah yang barang kali
paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat permukaan tanah yang
berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi iklim, jasad hidup, bahan induk,
dan relief atau topografi, melalui waktu pembentukannya.
1.3 Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya
Klasifikasi tanah merupakan bagian dari Pedologi. Pedologi mencakup genesis tanah,
klasifikasi tanah dan pemetaan tanah. Ketiga ilmu di atas saling berkaitan, sehingga
merupakan suatu rangkaian.
Pedologi berhubungan erat dengan ilmu-ilmu pengetahuan dasar (basic science) yaitu
kimia, fisika dan matematika; ilmu bumi (Klimatologi, Geologi, Mineralogi), ilmu hayati
(Botani, Zoologi, Mikrobiologi) dan adapat diterapkan pada ilmu terapan yaitu Pertanian
(agronomi), kehutanan dan teknik (enginering), sehingga klasifikasi tanah dapat dapat
ikatakan sebagai ilmu yang interdisipliner. Hubungan antar ilmu-ilmu di atas disajikan
pada Gambar 1.
ILMU-ILMU DASAR
BOTANI IL IL KLIMATOLOGI
M M
U- U-
PEDOLOGI
IL (ILMU TANAH)
IL
ZOOLOGI M M GEOLOGI
U U
H A
MIKROBIOLOGI A L
MINERALOGI
Y A
A M
TI
ILMU-ILMU TERAPAN
Bahan diskusi
1. Jelaskan pengertian klasifikasi tanah
2. Jelaskan tanah-tanah yang dapat diklasifikasikan
3. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan.
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya degradasi lahan.
Latihan terstruktur :
Mahasiswa belajar membuat suatu skema yang menguraikan hubungan klasifikasi tanah
dengan ilmu-ilmu lainnya.
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman pemahaman tentang klasifikasi tanah
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai pendahuluan, 75 % mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengidentifikasi morfologi Tanah
Sasaran Belajar
4. Mahasiawa mampu menjelaskan pengertian morfologi Tanah
5. mahasiswa mampu mengidentifikasi morfologi Tanah (warna, struktur, tekstur, horizon
Tanah) pada profil tanah
Morfologi pertama kali dikemukakan oleh Goethe dalam taun 1817. Pada awalnya
istilah ini hanya dipergunakan dalam ilmu hayat seperti botany dan zoology, tetapi
kemudian hampir semua ilmu pengetahuan alam mempergunakannya. Orang pertama
yang menggunakan cara morfologi dalam mempelajari tanah menurut Zakharov (1927)
adalah Ruprecht (Joffe, 1950).
Morfologi bukan suatu ilmu melainkan sarana sesuatu ilmu, merupakan cara yang
digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah. Tujuan morfologi tanah adalah suatu
uraian pelukisan, sehingga yang dimaksud morfologi tanah adalah suatu uraian tanah
mengenai kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat tanah yang adapat diamati dan dipelajari di
lapang.
6
makin besar akumulasinya makin jelas terkumpul membentuk konkresi. Mengenai becak-
becak ini selain warnanya perlu pula diamati jelas, jumlah dan besarnya.
Jelas tidaknya becak-bacak dibedakan atas :
-k- kabur (faint) : perbedaan warna dasar (matrix) dan becak (mottling) tidak jelas;
-j- jelas (distinc) : tampak jelas perbedaan dasar dan becak;
-t- tegas (prominent) : becak merupakan ciri yang tegas.
Jumlahnya (abundance) dibedakan atas :
-s- sedikit (few) : kurang dari 2 % luas permukaan horison profil yang diamati;
-c- cukup (common) : antara 2 % - 20 %.
-b- Banyak (many) : lebih dari 20 % luas permukaan horison profil;
Besarnya (size) becak-becak dibedakan atas :
-h- halus (fine) : diameter becak-becak kurang dari 5 mm;
-s- sedang (medium) : diameternya antara 5-15 mm; dan
-k- kasar (coarse) : diameternya lebih dari 15 mm.
Dalam penentuan warna tanah diperlukan suatu patokan warna sebagai
pembanding. Yang banyak digunakan adalah Munsell Soil Color Chart yang meliputi
kira-kira 1/5-nya seluruh warna yang ada.
Penentuan warna tanah digunakan Munsell Soil Color Chart yang terdiri dari 9
kartu dengan hue antara kuning (yellow) dan merah (red) berturut-turut mulai dari 5 Y,
2,5 Y, 10 YR, 7,5 YR, 5 YR, 2,5 YR, 10 %, 7,5 R dan 5 R. Masing-masing kartu disusun
dengan interval value mulai dari 1 samapi dengan 8, dan dengan interval chroma mulai
dari 2 samapai 8 atau mulai 0 samapai 8 tanpa angka 5. Makin tinggi value makin cerah
warnanya, sedangkan makin besar angka chroma makin besar intensitasnya.
Cara menentukan warna tanah adalah dengan membandingkan warna tanah
dengan warna pembanding dealam kartu Munsell Soil Color Chart, dengan mendekatkan
contoh tanah atau memasukkan contoh tanah ke dalam lubang yang telah tersedia di dekat
maisng-masing kertas warna pembanding. Penulisan warna ditulis menurut urutan hue,
value, chroma, misalnya 10 YR (coklat).
10
tersebut tidak terbentuk maka dikatakan bahwa tanah tersebut tidak berstruktur. Dalam
hal ini ada dua kemungkinan yaitu : 1) Butir tunggal (single grain) = butir-butir tanah
tidak melekat satu sama lain (contoh tanah pasir); 2) Pejal (massive) = buitr-butir tanah
melekat satu sama lain dengan kuat sehingga tidak membentuk gumpalan-gumpalan
(ped).
Penyipatan strukur tanah meliputi 3 hal yaitu bentuk, tingkat perkembangan dan
ukuran.
a. Bentuk struktur
Bentuk struktur tanah dibedakan menjadi :
1. Lempeng (platy) : sumbu vertikal lebih pendek dari sumbu horisontal.
2. Prismatik (prismatic) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi
atas tidak membulat.
3. Tiang (columnar) : sumbu vertikal lebih panjang dari sumbu horisontal. Sisi-sisi
atas membulat.
4. Gumpal bersudut (angular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu
horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut tajam.
5. Gumpal membulat (subangular blocky) : sumbu vertikal sama dengan sumbu
horisontal. Sisi-sisi membentuk sudut membulat.
6. Granuler (granular) : membulat, atau banyak sisi. Masing-masing buitr ped tidak
porous.
7. Remah (crumb) : membulat atau banyak sisi, sangat porous.
b. Tingkat Perkembangan atau Kemantapan Struktur
1. Lemah : butir-buitr strukutr dapat dilihat, tetapi sudah rusak dan hancur waktu
diambil dari profil tanah untuk diperiksa.
2. Sedang : butir-buitr struktur agak kuat dan tidak hancur waktu diambil dari profil
untuk diperiksa.
3. Kuat : butir-butir struktur tidak rusak waktu diambil dari profil tanah dan tidak
hancur walaupun digerak-gerakkan.
c. Ukuran Struktur
1. Untuk bentuk struktur lempeng, granuler dan remah :
- sangat halus/tipis : < 1 mm.
14
2.2.6. pH Tanah
Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan untuk
menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah terhadap pemupukan,
kebutuhan kapur dan laon-lainnya.
Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik.
Pengukuran pH tanah di lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan
lakmus atau pH stick.
2.2.7. Padas
Padas adalah lapisan tanah yang mampat, padat dan keras terbentuk selama
bagian proses pembentukan tanah atau warisan suatu daur pelapukan menjadi bahan
induk tanah yang sekarang ada.
Padas dapat terbentuk karena : 1) terlalu beratnya masaa yang ada di atasnya
(misalnya akibat pembajakkan yang terlalu berat atau adanya glacier), 2) pemadatan
akibat cuaca yang membekukan, 3) agregasi tanah disertai perubahan temperatur, 4)
karena pengikatan yang sangat erat berupa sementasi, baik oleh bahan perekat besi, bahan
organik silikat ataupun liat.
Bahan diskusi :
1. Jelaskan pentingnya ciri morfologi tanah ditetapkan di lapangan
2. Bagaimana cara penetapan ciri-ciri morfologi tanah tersebut
Latihan terstruktur :
18
Tugas mandiri :
Mahasiswa mencari dan menjelaskan beberapa contoh ciri morfologi dari berbagai tanah.
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai klasifikasi Tanah dan perkembangannya., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan tujuan, asas-asas, dan perkembangan system klasifikasi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan tujuan.tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan asas-asas klasifikasi Tanah
3. Mahasiswa mamapu menjelaskan beberapa system klasifikasi Tanah
Amerika Serikat (USA) pada tahun 1949 dan sering disebut sistem klasifikasi tanah
tersebut yang pertama dipergunakan di Amerika Serikat hingga tahun 1969.
Pada tahun 1960 Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)
memperkenalkan sistem klasifikasi tanah yang baru yang disebut Comprehensive
System. Sistem klasifikasi tanah ini lebih banyak menekankan pada morfologi dan
kurang menekankan pada faktor-faktor pemebtuk tanah dibandingkan dengan sistem
klasifikasi tanah di luar Eropa dan Amerika Serikat, termasuk Indonesia dan di Indonesia
sistem klasifikasi tanah berkembang pada dua dekade yaitu dekade jaman penjajah
Belanda dan dekade setelah merdeka.
Pada jaman penjajah Belanda, sistem klasifikasi tanah pertama kali dikenalkan
oleh Van Mohr pada tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-
macam bahan induk dan proses pelapukannya yang ditekankan pada intensitas pencucian
(leaching) dalam hubungannya dengan pengaruh iklim. Pada tahun berikutnya White
(1933) mulai mengumpulkan data-data Mohr dan menyusun sistem klasifikasi tanah yang
baru. Druif (1936) menyusun sistem klasifikasi tanah yang baru untuk tanah di sekitar
Deli (Sumatera) berdasarkan atas petrografi dan mineralogi. Pada jaman kemerdekaan
yang dimulai oleh Vander Voort, Van Es dan Hoontjes (1951), menggolongkan tanah
berdasarkan aats dasar geomorfologi. Selanjutnya Dames (1955) melakukan penelitian
tipe-tipe tanah di Jawa. Sistem klasifikasi tanah yang lain yang didasarkan atas genesis
tanah dan morfologi tanah makinberkembang di Indonesia. Berikutnya sistem klasifikasi
tanah yang sering digunakan adalah sistem klasifikasi tanah PPT Bogor, FAO/UNESCO
dan Taksonomi.
Bahan diskusi :
Jelaskan, mengapa tanah-tanah perlu diklasifikasikan
Latihan terstruktur :
Mahasiswa membuat uraian tentang sejarah perkembangan system klasifikasi tanah
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman tentang beberapa system klasifikasi tanah
22
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah Pusat Penelitian Tanah Bogor., 75 %
mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPTBogor
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system PPT Bogor
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system PPT Bogor
Sistem klasifikasi tanah dari PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor yang telah
banyak dikenal di Indonesia adalah Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem ini
disusun oleh Dudal (seorang ahli survei dan klasifikasi tanah dari Belgia yang menganut
sistem USDA, diperbantukan pada PPT mulai tahun 1950), dan Soepraptohardjo
(Pimpinan Bagian Pemetaan Tanah PPT Bogor). Selanjutnya Sistem DS (1957)
disempurnakan lagi dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem
Taksonomi Tanah (1975). Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi jenis-jenis
tanah dan macam tanah. Dengan perubahan definisi tersebut maka disamping nama-nama
tanah lama yang tetap dipertahankan dikemukakan nama baru yang kebanyakan mirip
dengan nama-nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang horison penciri seeprti yang
dikemukakan oleh USDA ataupun oleh FAO/UNESCO.
Sistem klasifikasi tanah ini, menggunakan 6 kategori yaitu Golongan (Ordo),
Kumpulan (Sub-ordo), Jenis (Great soil group), Macam (Sub group), Rupa (Famili), dan
Seri (Series). Pada kategori golongan dan kumpulan, tanah dibedakan atas dasar tingkat
perkembangan dan susunan horison tanah. Pemberian nama tanah baru mulai pada
kategori Jenis tanah, sehingga nama-nama tanah pada kategori golongan dan kumpulan
tidak dikenal. Pada kategori rendah (rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan
drainase tanah. Salah satu contoh nama tanah :
Golongan : Dengan perkembangan profil.
Kumpulan : Horison ABC.
Jenis tanah : Latosol.
Macam tanah : Latosol Humic.
24
Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan
mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena
mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).
Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan
sifat-sifat hidromorfik lain.
Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik
jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat
epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri
mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat
karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali
epipedon ochrik.
Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau
umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan lindak
kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari
60 % terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain.
Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur,
warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih
dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya
mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau mollik. Tidak
ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison
26
Bahan diskusi :
1. Mengapa sistem di atas dinamakan sistem PPT Bogor
2. Apa saja yang digunakan sebagai kriteria pembeda pada sistem PPT Bogor
Latihan terstruktur :
Mahasiswa mencari data-data beberapa jenis tanah yang diklasifikasi menurut PPT
Bogor.
27
Tugas mandiri :
Mahasiswa membuat rangkuman beberapa jenis tanah beserta sifat-sifatnya.
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai system klasifikasi Tanah FAO/UNESCO., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO
Sasaran Belajar
1. Mahasiawa mampu menjelaskan jenis-jenis Tanah menurut system FAO/UNESCO
2. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat Tanah menurut system FAO/UNESCO
Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia
dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari
2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara
dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian
diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari
sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang
sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru
yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut
bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima
oleh semua pakar di dunia.
Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori great group menurut sistem
FAO/UNESCO sebagai berikut :
Fluvisol : Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison
penciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak
teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.
Gleysol : Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga
berwarna kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik,
histik, horison kambik, kalsik atau gipsik.
Regosol : Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk
29
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seeprti halnya
sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan
kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group : Fluvisol
Sub group : Claseric Fulvisol
Bahan diskusi :
1. Atas dasar apa disusunya system klasifikasi FAO/UNESCO
2. Berapa kategori dalam system FAO/UNESCO
Latihan terstruktur :
Mahasiswa menguraikan sifat-sifat tanah dari beberapa jenis tanah
Tugas mandiri :
Mahasiswa merangkum beberapa jenis tanah yang ada di Indonesia berdasarkan peta
tanah menurut FAO/Unesco.
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification.
The IOWA State University Press, Ames.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai Taksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu menjelaskan
riwayat dan kategori systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan riwayat system Taksonomi Tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kategori dalam systemTaksonomi Tanah
6.1 RIWAYAT
Sistem Taksonomi Tanah yang dulu dikenal dengan istilah A Comprehensive
System of Soil Classification 7 th Approximation diperkenalkan pertama kali pada
tahun 1960 dalam Konggres Tanah Internasional ke-7 di hadison (Wisconsin) Amerika
Serikat oleh Dr. Guy D Smith. Sistem tersebut disebut Comprehensive system karena
(diharapkan) dapat digunakan seluruh tanah di dunia, untuk berbagai bidang ilmu yang
berhubungan dengan tanah. Disebut 7 th Approximation karena sistem tersebut dibuat
dengan beberapa kali perbaikan dan ini adalah perbaikan yang ke-7. First Approximation
dimulai pada tahun 1951. Sampai pada 2nd Approximation naskahnya hanya diedarkan
terbatas dalam lingkungan ahli-ahli tanah di Amerika. Berdasarkan atas tanggapan dan
saran-saran para ahli tersebut kemudian disusun perbaikan-perbaikan berikutnya. Mulai
dari 2nd Approximation naskah diedarkan lebih luas baik di Amerika Serikat maupun ke
negara-negara di luar Amerika. Di samping itu di Amerika dilakukan pula uji coba
terhadap sistim tersebut dalam kegunaannya untuk survey tanah. Dengan menampung ke
dalam sitim ini semua saran dan pendapat dari ahli-ahli tanah berbagai negara yang
masing-masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman terhadap jenis tanah yang
berlainan, maka diharapkan sistim ini dapat memenuhi kebutuhan klasifikasi tanah
seluruh dunia.
Taksonomi Tanah bukan merupakan perbaikan yang terakhir, tetapi hanya
merupakan pendekatan (approximation) untuk mendapatkan tanggapan dan kritik dan
untuk di uji lebih lanjut.
33
Approximation diterbitkan dalam proceeding of the American Soil Science 1963, Vol. 27,
Nomor 2. Selain itu masih banyak tanggapan lain seperti tercantum pada daftar pustaka
tulisan ini.
Dengan demikian nyata bahwa sistem ini telah merangsang timbulnya diskusi-
diskusi dan penelitian-penelitian baru.
6.2 KATEGORI
Di dalam sistim ini dikenal 6 kategori yaitu : order, sub order, great group, sub-
group, family dan serie yang disebut sistem kategori multiple. Kategori type (Thorp dan
Smith, 1949) ditiadakan. Hal ini disebabkan karena tekstur lapisan atas (lapisan olah)
yang digunakan sebagai faktor pembatas untuk type sering berubah-ubah karena banyak
dipengaruhi faktor-faktor yang datangnya dari luar.
1. Order
Order dibedakan atas sifat-sifat umum tanah yang menentukan pembentukan
horison penciri. Menurut 7th Approximation (1960) dikenal 10 order yaitu : Entisol,
Vertisol, Inceptisol, Aridosol, Mollisol, Spodosol, Alfisol, Ultisol, Oxisol dan Histosol.
Jumlah ini bertambah atau berkurang sesuai dengan hasil-hasil penyelidikan yang masih
dilakukan.
2. Sub-Order
Tiap-tiap order dibagi dalam sub-order yang masing-masing mempunyai
keseragaman genetik yang lebih besar. Faktor pembatas terutama adalah faktor-faktor
yang besar pengaruhnya terhadap sifat-sifat genetik tanah. Faktor-faktor tersebut antara
lain adalah ada tidaknya penggenangan, adanya iklim atau vegetasi, tekstur yang extrem
(pasir), kadar allophan atau seskwioksida bebas yang menentukan arah dan kecepatan
(derajat) perkembangan tanah.
3. Great Group
Great group dari tiap-tiap sub order terutama ditentukan oleh tidaknya horison
penciri serta sifat horison penciri tersebut. Bila dalam satu sub order horison penciri tidak
35
berbeda, maka digunakan penciri lain. Horison penciri yang diambil adalah yang
menunjukkan perbedaan utama tingkat perkembangan tanah dan yang berbeda jenisnya.
Termasuk horison penciri adalah horison illuviasi (liat, besi, humus), horison
permukaan yang tebal dan berwarna gelap, lapisan pan yang mempengaruhi perakaran
dan pergerakan air dalam tanah dan horison anthropic yang terbentuk pada tanah-tanah
yang digarap. Faktor-faktor di luar horison penciri yang digunakan sebagai pembatas bila
horison tidak relevant antara lain adalah : self mulching, warna merah dan coklat tua pada
tanah-tanah dari batuan basa, perbedaan kejenuhan basa yang besar, sifat pengerasan
irreversible, bentuk-bentuk lidah horison eluviasi pada horison illuviasi dan suhu yang
rendah. Tiap-tiap great group mempunyai horison penciri atau faktor-faktor penentu lain
yang jenis dan sifatnya sama.
4. Subgroup
Subgroup adalah sekumpulan tanah yang di samping memiliki sifat-sifat great
groupnya memiliki pula sifat-sifat lain sebagai berikut :
1. Memiliki sifat-sifat lain yang terdapat pada order, suborder great group dari
golongan sendiri atau golongan lain.
2. Memiliki sifat-sifat lain yang baru yang tidak terdapat pada order, suborder dan
great group tersebut.
5. Famili
Famili adalah bagian dari subgroup berdasarkan atas sifasifat tanah yang penting bagi
pertumbuhan tanaman. Pembagiannya untuk tiap-tiap subgroup berbeda-beda. Tiap-tiap
famili mempunyai tata udara tanah, air tanah, plant root relationship, kadar unsur-unsur
hara utama yang sama kecuali unsur N. Yang digunakan sebagai penentu adalah lapisan
di bawah lapisan oleh atau yang sama dalamnya. Faktor pembedanya adalah tekstur,
ketebalan horison, susunan (keadaan) mineral, kemasaman, konsistensi dan
permeabilitas. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor yang dianggap relatif tidak
mudah berubah, dan pada waktu ini tidak masih diuji apakah semuanya dapat memenuhi
syarat yang diperlukan untuk menentukan famili, kemasaman tanah sebenarnya kurang
memenuhi syarat, tetapi mudah diukur dan kadang-kadang merupakan satu-satunya sifat
36
yang dapat digunakan untuk membeda-bedakan subgroup dengan baik terutama pada
tanah-tanah yang selalu tegenang atau tanah-tanah daerah dataran banjir (flood plain yang
tidak mempunyai perkembangan horison.
5. Seri
Seri adalah sekumpulan tanah yang mempunyai sifat-sifat dan susunan horison yang
sama terutama di bagian bawah lapisan olah. Suatu seri tanah dapat mempunyai
perbedaan-perbedaan lereng, tingkat erosi, sifat-sifat lapisan olah dan lain-lain selama
faktor-faktor tersebut tidak menyebabkan perbedaan sifat dan susunan horison di
bawahnya. Tanah di lapisan atas (lapisan olah) tidak digunakan sebagai faktor penentu
karena sering mengalami perubahan sifat.
Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk menentukan seri tanah dapat dipilih dari
beberapa sifat belum di bawah lapisan olah tersebut misalnya tekstur, drainase
(permeabilitas), mineralogi tanah, tanah, tebal horison, konsistensi, struktur, kemasaman
tanah dan sebagainya. Yang biasa digunakan adalah kombinasi antara beberapa sifat
tersebut.
Bahan diskusi :
1. Siapa pemrakarsa sistem Soil Taxonomy
2. Jelaskan kriteria pembeda dari masing-masing kategori
Latihan terstruktur :
Mahasiswa menguraikan sejarah perkembangan soil taxonomy
Tugasmandiri :
Mahasiswa membuat kelebihan dan kelemahan system soil taxonomy dibandingan
system klasifikasi tanah lainnya.
37
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
38
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai tata nama dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa mampu
menjelaskan nama-nama dalam systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan nama order,sub order, great grup, sub grup dalam
system Taksonomi Tanah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan nama famili Tanah dan menentukan nama seri Tanah
dalam system taksonomi Tanah.
Tabel 4. Nama-nama tanah dalam tingkat oder dan akhiran untuk kategori yang lebih
Rendah
No. Nama Order Akhiran untuk kategori lain Dari asal kata
1. Entisol ENT Dari recent (baru)
2. Vertisol ERT Verto, berubah
3. Andisol AND Ando, tanah hitam
4. Inceptisol EPT Inceptum, permulaan
5. Ardisol ID Aridus, sangat kering
6. Mollisol oll Mollis, lunak
7. Spodosol OD Spodos, abu
8. Alfisol ALF Dari Al dan Fe
9. Ultisol ULT Ultinus, akhir
10. Oxisol OX Oxide, oksida
11. Histosol ISL Histos, jaringan
12. Gelisol EL Gel, jelly
39
Tabel 6. Suku kata dan kata-kata asal untuk penamaan great group
Formative element Berasal dari kata Arti/maksud
Acr akros, at the end Pelapukan sangat lanjut
Agr ager, field Terdapat horison agric
Alb albus, white Terdapat horison albic
And modifikasi dari Ando Seperti ando
Anthr anthospos, man Terdapat epipedon
anthopic
Aqu aqua, water Selalu basah
Arg argillic horison Terdapat horison argillic
argilla, white clay Terdapat horison argillic
Calc calcic, lime Terdapat horison calcic
Camb cambiare, to exchange Terdapat horison cambic
Chrom chroma, color Dengam chroma tinggi
Cry kryos, coldness Cold (dingin)
Dur durus, hard Terdapat duripan
dystr dys dystrophic, infertile Kejenuhan basa rendah
eutr, eu eutrophic, fertile Kejenuhan basa tinggi
Ferr ferrum, iron Terdapat Fe
Frag fragilis, brittle Terdapat fragipan
Gragloss compuan of frag an gloss (liat frag dan gloss)
Gibbs modifikasi dari gibbsite Terdapat gibbsit
Gloss glossa, tongue Lidah-lidah horison
elluviasi
Hal hals, salt Bergaram
Hapl haplous, simple Minuman horison
Hum humus, earth Terdapat humus
Hydr hydor, water Tedapat air
luo, lu louo, to was Terdapat illuviasi
Nadur terdiri dari na (tr) di bawah Lihat nart dan dur
41
- Haplic Durargid adalah subgroup dari Durargid yang mempunyai sifat seperti
great group Haplargid.
- Mollic Hapludalf adalah subgroup dari Hapludalf yang mempunyai sifat seperti
Mollisol pada umumnya.
- Cumulic Haplaquoll adalah subgroup dari Haplaquoll yang terdapat akumulasi
humus di permukaan (kata cumulic tidak berasal dari nama salah satu kategori).
Beberapa suku kata baru yang dipergunakan dalam penamaan subgroup tertera pada
Tabel 7.
Tabel 7. Beberapa suku kata dari kata-kata asal untuk penamaan subgroup
Formative element Berasal dari kata Arti/maksud
Abruptic abruptum, turn off Perubahan tekstur sangat jelas
Allie modifikasi dari aluminium Extractable aluminium tinggi
Arenic arena, sand Tekstir berpasir
Clastic klastos, broken Kandungan mineral tinggi
Cumulic glossa, tongue Terdapat lidah-lidah
Glossic glossa, thinck dam Lapisan tebal berpasir
arena sand
Limnic modifikasi dari lima lake Terdapat kontak limnic
Lithic lithos, stone Terdapat kontak lithic
Leptic leptos, thin Bersolum tipis
Pergellic per, throughout in time Selalu membeku
And space and gelare, to
freeze
Petrogalcic petro, rock and calcic, Horison petrocalcic
calcium
Plinthic modifikasi dari linthos, Terdapat plinthite
brick
Ruptic ruptum, broken Horison yang terputus
Stratic stratun, a covering Berlapis-lapis
Superic superase, to overtop Terdapat plinthite di permukaan
Pachic pachys, thick Epipedon tebal
Diambil dari nama seri yang terkenal yang termasuk dalam famili tersebut.
Bila seri Kebakkramat merupakan seri yang paling terkenal dalam famili tersebut,
maka disebut famili Kebakkramat. Nama tersebut tidak menunjukkan salah satu
sifat dari tanah yang bersangkutan sehingga dibayangkan bagi orang yang belum
mengenal seri Kebak-kramat.
b. Berdasarkan atas sifat-sifat tanah
Tata nama dengan menggunakan sifat-sifat tanah sebagai dasar lebih cepat
dapat memberi gambaran terhadap sifat-sifat tanah, tetapi nama dapat terlalu
panjang.Sifat-sifat tanah yang dapat digunakan untuk penamaan famili antara lain
adalah tekstur, kandungan mineral dan konsistensinya. Untuk menjaga konsistensi
penamaannya, urutan berikut ini perlu diikuti : susunan besar butir, kelas mineralogi
dan subklas (kalkerus)., klas reaksi tanah, suhu, kedalaman tanah, lereng, konsistensi
coating dan cracking.
Penamaan famili tanah yang paling banyak digunakan adalah : nama subgroup
susunan besar butir, mineralogi dan suhu.
Misalnya :
- Xeric Haplohumult, clayey, kaolinitic, mesic
- Typic Haplaquept, berlempung halus, campuran, isohiperthermik.
- Lithic Ustorthent, berliat, tidak masam, campuran, isohipertermik
- Typic Haplustert, skeletal berliat, montmorilonitik, isohipertermik
- Yypic Ustipsamment, campuran isohipertermik.
Sub group : Udic Haplustert (Udic + humid, tanah yang sering lembab, tetapi
tidak basah atau tergenang air dan tidak menunjukkan aquic condition
(karatan/sifat lain).
Famili : Udic Haplustert, skeletal berliat, montmorilonitik, isohipertermik
(susunan besar butir : skeletal berliat; susunan mineral liat didominasi
oleh mineral liatmontmorilonit; regim suhu : isohipertermik, suhu
tanah lebih dari 22oC, perbedaan suhu tanah musim panas dengan
musim dingin kurang dari 5oC).
Seri : Batubolong (pertama kali ditemukan di Dusun Batubolong, Desa
Jerowaru, Kec. Keruak, Lombok Timur, NTB) (Seri
sementara/tentatif).
Bahan diskusi :
1. Jelaskan nama-nama suborder lebih pendek dari nama pafa kategori dibawahnya
(great grup)
2. Apakah nama tanah menunjukkan sifat-sifatnya, jelaskan
Latihan terstruktur :
Mahasiswa melaksanakan praktikum mengklasifikasikan tanah dengan system soil
taxonomy.
Tugas mandiri :
Mahasiswa mencoba memberikan nama beberapa tanah dari data-data didalam literature.
Daftar Pustaka
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
45
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai horizon penciri dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengidentifikasi horizon penciri pada profil Tanah menurut
systemTaksonomi Tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan cirri-ciri horizon penciri : epipedon, endopedon dan
horizon penciri lain
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi horizon penciri : epipedon, endopedon dan horizon
penciri lain dalam suatu profil tanah
Dalam sistem Taksonomi Tanah, lapisan-lapisan dari tubuh tanah yang diperiksa
sebagai sifat penciri ialah epipedon dan endopedon. (horison bawah = subsurface).
Selanjutnya akan dikemukakan dibawah ini ciri-ciri beberapa epipedon dan horison
bawah. Horison penciri adalah horison genetik yang digunakan untuk menggolongkan
tanah dan memberikan nama tanah dalam berbagai kategori.
sisa-sisa akar tanaman, atau bahan organik dari permukaan tanah yang tercampur ke
dalam tanah oleh binatang-binatang yang terdapat organisme-organisme yang masih
hidup.
Ciri-ciri epipedon mollic adalah sebagai berikut :
1. Tingkat perkembangan struktur cukup kuat, dan tidak keras bila kering.
2. Warna tanah adalah :
a) Lembab : chroma dan value kurang dari 3,5.
b) Kering : value kurang dari 5,5.
c) Jika ada horison C, maka dalam keadaan lembab dan kering value 1 satuan
lebih gelap dan chroma 1 satuan lebih gelap dari pada c.
3. Tanah-tanah yang belum digarap (virgin soil) mempunyai C/N ratio 17 atau
kurang, sedang pada tanah-tanah yang telah dikerjakan C/N ratio 13 atau kurang.
4. Kejenuhan basa lebih dari 50% (metode NH4OAc) dan komplek adsorpsinya
didominasi ole ion-ion Ca.
5. Mengandung paling sedikit 0,58% C (1% bahan organik).
6. Ketebalan :
a) > 25 cm bila solum > 75 cm.
b) > 1/3 dari tebal solum, bila solum < 75 cm.
c) > 18 cm pada tanah dengan profil AC.
d) > 10 cm pada tanah dengan profil AR.
e) > 25 cm bila tanah bertesktur lebih kasar dari pasir berlempung sangat
halus (loamy very fine sand).
7. Kadar P2O5 larut dalam asam sitrat kurang dari 250 ppm. Merupakan horison
penciri dari order mollisol dan beberapa great group dan subgroup dari Inceptisol.
f. Epipedon plaggen (Yunani : plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput atau turfa)
Epipedon plaggen merupakan horison buatan manusia (man made surface
layer), tebal lebih dari 50 cm, dan merupakan hasil dari pemupukan yang terus-menerus
dengan sejenis rumput (sod) atau saresah hutan (forest litter). Cara pemupukan seperti ini
dilakukan beberapa adab yang lalu di Eropa Barat, sebelum ditemukan pupuk-pupuk
buatan. Warna dan kandungan bahan organik tergantung dari bahan yang ditambahkan.
Pada horison ini sering ditemukan pecah-pecahan batu bata, atau benda-benda
lain, yang warna dan ukurannya berbeda-beda. Merupakan horison yang sudah
bercampur, aduk dengan berbagai macam bahan dari luar.
Hanya untuk penciri pada suborder Plaggept (Inceptisol).
7. Fragmen batuan lapuk yang masih memperlihatkan struktur batuan asal (saprolite)
tidak ada atau terdapat kurang dari 5% volume, kecuali jika diselubungi dan iikat oleh
besi oksida atau gibsit.
Ciri-ciri laboratorium yang dapat digunakan untuk menetapkan horison oxic ialah :
1. Kapasitas Penukaran kation yang ditetapkan dengan larutan 1 N NH4CL tidak
melebihi 10 m.e per 100 g lempung (clay).
2. Basa terekstrak dan aluminium dapat ditukar (KCl); kurang dari 10 meg per 100 g
liat.
3. Kapasitas penukaran Kation dengan NH4OAC dari seluruh bagian horison oxic
(bahan organik liat dan pasir) ialah 16 meg atau kurang per 100 g liat.
4. Preparat horison dari horison oxic tidak menunjukkan lebih dari 1% selaput liat
(clay skin).
5. Liat didispersi dalam air dikocok (jungkir balik) dalam air selama 16 jam tanpa
bahan dispersi tak mendapatkan lebih dari 3% fraksi liat kecuali jika mempunyai
muatan positif (pH KCl pH air).
6. Tekstur tanah (bagian 2 mm) adalah lempung berpasir atau lebih halus
mengandung paling sedikit 15% liat.
5. Pada permukaan ped (umpalan struktur) dijumpai selaput liat (caly skin)
paling sedikit 1 % (thin section) terkecuali jika terdapat gejala pengerutan dan
pengembangan.
Horison spodic kebanyakan ditemukan di daerah dingin dan sedang, tetapi ditemukan
pula di daerah-daerah tropica basah. Horison ini biasanya terbentuk pada tanah-tanah
berasal dari bahan induk yang bertesktur kasar. Dapat terbentuk pada tanah-tanah yang
berdrainase baik ataupun buruk. Dalam keadaan optimum horison ini dapat terbentuk
setelah beberapa ratus tahun.
Di lapang horison spodic dicirikan oleh :
1. Tekstur horison berpasir atau debu kasar.
2. Hue, value dan chroma berubah dengan jelas dalam jarak beberapa cm ke bawah.
Value yang terendah, hue termerah atau chroma yang tertinggi terdapat pada
bagian horison yang paling atas. Warna tanah kebanyakan mempunyai hue 10 R
atau lebih merah (lembab) dengan value dan chroma 6/6, 4/4, 3/2 dan 2/1.
Horison di bawah horison spodic mempunyai chroma yang rendah atau hue
kuning.
3. Tidak bertekstur, remah, granular, platty atau blocky dan prismatik dengan taraf
perkembangan yang lemah.
4. Butir-butir halus berukuran debu (20 50 ) yang disebut pellet dan selaput
lempung pada butir-butir pasir sering ditemukan pada horison psodic yang banyak
mengandung pasir.
5. Tebal lebih dari 1 cm, baik merupakan horison yang bersambung atau lamelae-
lamelae dalam batas 1 m. Tidak disebut horison spodic bila horison tersebut
sangat tipis (< 1 cm), atau terlalu dekat permukaan dan tidak jelas sehingga oleh
pengolahan yang berulang-ulang sampai sedalam 18 cm menghilangkan ciri yang
ada.
6. Bila diantaranya terdapat horison eluviasi (horison albic) biasanya terjadi lagi
akumulasi bahan organik (second maximum) yaitu horison B2h pada horison
spodic tersebut.
Analisis laboratorium horison spodic mempunyai ciri-ciri :
a. Dalam irisan yang tipis mudah dilihat adanya coating atau pellet yang
isotroph.
b. Mempunyai kapasitas penukaran kation tinggi yang mudah hilang kalau
dilepaskan.
53
Horison gypsic adalah horison dimana terdapat akumulasi CaSO4. Cara terbentuk
dan terdapatnya horison ini sama dengan horison calcic. Horison gypsic terdapat di
bawah horison calcic (bila ada) karena daya larut CaSO4 lebih besar daripada CaCO3.
Ciri-ciri horison gypsic :
1. Tebal >15 cm.
2. CaSO4 paling sedikit 5% lebih banyak daripada horison C atau lapisan (stratum)
di bawahnya.
3. Ketebalan (cm) x % CaSO4 >150.
Merupakan horison penciri pada order Mollisol dan Aridisol bagi beberapa great
group dan subgroup yang termasuk di dalamnya.
3. Warna horison ditentukan oleh warna pasir dan debu. Bila kuarsa dominan maka
dalam keadaan lembab chroma 3 dan dalam keadaan kering 3. Chroma lebih
rendah daripada horison argillic di bawahnya, kecuali bila chroma horison argillic
2 atau kurang.Value dalam keadaan kering dan lembab biasanya lebih tinggi
daripada horison argillic atau spodic di bawahnya.
4. Biasanya terletak di atas argillic, spodic, fragipan atau lapisan-lapisan kedap air
(impervious).
Merupakan horison penciri beberapa great group dan subgroup dari order Spodosol,
Alfisol dan Mollisol.
8.4 PAN
Beberapa horison yang digunakan sebagai horison penciri kadang-kadang sangat
teguh atau padat dan tidak dapat ditembus akar tanaman. Horison ini disebut pan yang
meliputi horison petrocalcic, fragipan, duripan dan horison placic.
Ciri-ciri fragipan :
1. Tekstur geluhan dengan sedikit debu atau pasir sangat halus.
2. Kandungan bahan organik rendah.
3. Bulk density tinggi.
4. Keras atau sangat keras bila kering dan rapuh bila lembab.
5. Biasanya banyak terdapat karatan dengan beberapa bidang patahan berwarna
pucat yang membentuk poligon-poligon.
6. Tidak terdapat akar-akar tanaman kecuali pada bidang-bidang patahan yang
berwarna pucat tersebut.
7. Batas dengan horison atasya jelas sekali dan terletak pada kedalaman 35-60 cm
dari permukaan tanah. Batas dengan horison di bawahnya baur atau berangasur-
angsur.
8. Tebal beberapa cm sampai beberapa meter.
9. Struktur berbentuk prisma-prisma besar poligon yang berlapis-berlapis, kadang-
kadang blocky atau masif.
10. Sering ditemukan di bawah horison-horison spodic, argillic, cambric atau albic,
tetapi tidak pernah terdapat pada bahan-bahan yang masih berkapur.
Digunakan sebagai penciri beberapa great group dari order Inceptisol, Alfisol,
Spodosol dan Ulisol.
c. Sifat hidromorfik
Dipergunakan untuk tanah-tanah yang banyak dipengaruhi oleh air (dalam
kategori tinggi) tetapi mempunyai sifat lebih menyerupai tanah-tanah lain yang
berdrainase lebih baik. Misalnya Chernosem basah (Aquoll) lebih menyerupai Ustoll
(Chernosem berdrainase baik) daripada Aquod (Pedzol basah).
Contoh-contoh lain :
- Aquent, Aquept, Aquod, Aqualf, Aquult, Aquox :
Jenuh air selama beberapa waktu bila permukaan air tanah 10-30 cm dari
permukaan tanah terdapat karatan-karatan atau kongkresi besi dan mangan.
- Hydraquent : Terus-menerus jenuh air.
- Nilai n pada horison antara 20-50 cm > 0,7.
Jika nilai A (dalam %) naik maka nilai n juga naik dan sebagiannya nilai A turun
maka nilai n juga turun.
Tetapi nilai tersebut berbanding terbalik dengan kadar lempung dan humus. Harkat nilai n
sangat tinggi apabila lebih dari 2,8.
Tinggi = 2,1 - 2,8
Sedang = 1,4 - 2,1
Rendah = 1,1 1,4
Sangat rendah = 0,7 1,1
Luar biasa rendah = kurang dari 0,7
Pada umumnya nilai n kurang dari 0,7 tanah dianggap matang (ripe) dan bila lebih dari
0,7 tanah dianggap mentah sampai sangat mentah (belum matang) artinya belum
berstruktur. Tanah yang mempunyai n value tinggi mempunyai sifat daya tumpunya
sangat rendah. Sehingga apabila digunakan untuk jalan tanahnya ambles (turun). Tata
guna tanah kurang sesuai untuk peternakan (sapi, kerbau, dll).
e. Sifat vertic
Sifat vertic adalah sifat tanah mengembang dan mengkerut yang khas terdapat
pada tanah-tanah yang banyak mengandung mineral liat mudah mengembang seperti
montmorillonit, yang merupakan sifat penciri untuk order dan subgroup. Sifat vertic
ditunjukkan oleh beberapa bentuk misalnya gilgai, relief, slickenside, koeficient Cole dan
Potensial linear extensibility.
Lm Ld LM Vm Dbd
COLE = ------------ = ------------ - 1 = -------- - 1 = ------------ - 1
Ld Ld Vd Dbm
Lm = panjang clod pada keadaan lembab (1/3 bar)
Ld = panjang clod pada keadaan kering oven
Vm = volume clod dalam keadaan lembab
Vd = bulk density clod dalam keadaan kering oven
Dbm = bulk density clod dalam keadaan lembab (1/3 bar)
Dbd = bulk density clod dalam keadaan kering (1/3 bar)
62
Pada tanah bertekstur kasar atau tanah berliat yang banyak mengandung kaolinit
atau mika tetapi tidak mengandung montmorillonit nilai COLE < 0,03. Pada tanah berliat
dengan kandungan montmorillonit tinggi nilai COLE : 0,03 0,18 (Holmgren, 1968,
Grosmman et al, 1968; Framzmeier and Ross, 1968).
Jumlah perkalian antara tebal tiap-tiap horison dalam keadaan kering dengan
COLE masing-masing horison disebut Potensial Linear Extensibility.
n
P.L.B. a c i 1......................
i 1
i i
Tanah yang mempunyai sifat vertic adalah yang termasuk dalam order Vertisol. Di
samping itu ditemukan beberapa subgroup dengan sifat vertic : vertic Haplaquent, vertic
Entochrept, vertic hapludult dan lain-lain.
f. Sifat Halomorfik
Dalam Taksonomi Tanah tidak terdapat kategori khusus untuk menggolongkan
tanah alkali dan tanah beragam. Sifat halomorfik digunakan pada great group dan
subgroup dari Inceptisol, Aridisol, Mollisol dan Alfisol. Sifat halomorfik yang
dipergunakan sebagai penciri adalah : Na dapat ditukar dan diterdapatnya horison natric
atau salic. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh :
Halaquept : Kadar Na > 15% di lapisan atau sampai sedalam 50 cm. Natrargid,
Natrixerol, Natrustalf dan lain-lain tanah dengan horison natric. Termasuk tanah-tanah
yang dulu disebut Solonetz dan Solodized Solonetz.
Natric Argiustoll, Natric Cryoboroll : Tanah-tanah alkali dengan horison argillic dengan
% Na dapat tukar tinggi (> 15 % pada horison argillic).
Salorthid : Tanah beragam dengan horison salic pada kedalaman 75 cm. Termasuk tanah-
tanah yang dulu disebut solonchak.
Sollorthidic Natrustalf : Tanah beragam (subgroup) dengan horison salic pada kedalaman
75 cm.
Sifat andic digunakan sebagai kriteria penentu pada order Andisol, da sub group
dalam order lainnya.
Sifat andic adalah sifat khas dari tanah-tanah yang dibentuk dari bahan induk
vulkanik yang mengandung bahan amorf tinggi, seperti pada Andisol. Sifat andic yang
digunakan sebagai penciri ialah sebagai berikut :
1. Bulk density dari tanah halus (< 2 mm) pada kapasitas lapang (1/3 bar), rendah (<
0,85 g/cm3).
2. % dari bahan pyroklastika vitric (bahan vulkanik) tinggi (> 60 %).
3. % bahan armorf (alofan) tinggi dan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. amorf terhadap sinar x
b. bersatu dengan bahan organik, dan sedikit Al dapat ditukar.
c. kapasitasnya pertukaran tinggi sekali pada pH 8,2 (150 g/100 g liat) tetapi
lebih rendah jika lebih asam.
Pertukaran pada pH 8,2 > jumlah basa + Al dapat diekstrak dengan KCl.
d. Luas permukaan besar dan banyak menahan air.
Jika bahan amorf menguasai kompleks pertukaran, maka digunakan syarat-syarat
sebagai berikut :
a. KPK (pH 8,2) > jumlah basa + Al dapat diekstrak dengan KCl.
b. pH dari 1 g tanah dalam 50 cc 1 N NaF > 9,4 setelah 2 menit. Syarat ini
ditinggalkan jika kadar liat sedemikian rendah hingga air 15 bar kurang dari 20%.
15 bar water retention
c. ratio ------------------------------- > 1,0
measured clay
d. bahan organik lebih besar 1 %.
e. Analisis DTA menunjukkan suatu suhu endotherm rendah.
Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh :
Andept, Andaquett :
- bulk density < 0,85 9/cc (pada epipedon atau horison cambic).
- Kompleks pertukaran didominasi oleh bahan amorf dan atau > 60% bahan vitric
piroclastik pada fraksi debu, pasir atau kerikil.
Andic Haplaquent, Andic Dystrochrept :
64
h. Plinthite
Merupakan campuran liat dan kuarsa yang telah mengalami pelapukan lanjut,
bnayak karatan merah dan mengeras secara irreversible karena keadaan basah dan kering
dan kering yang berganti-ganti.
Sifat-sifatnya adalah sebagai berikut :
1. seskwioksida, kandungan humus rendah.
2. Biasanya terdapat dalam bentuk karatan-karatan berwarna merah. Bila karatan
merah ini banyak, maka terbentuklah lapisan dengan karatan berwarna merah
yang kontinu.
3. Teguh dalam keadaan kapasitas lapang, dan keras pada titik layu permanen.
Dalam keadaan lembab dapat dipotong dengan cangkul.
4. Bila terjadi pembajakan dan pengeringan berulang-ulang akan mengeras
irriversible dan membentuk lapisan padas batu besi ironstone hardpan.
Digunakan sebagai penciri great group dan subgroup dari order Alfisol dan Oxisol.
Contohnya :
- Plintaqualf, Plinthustult, Plinthaquox.
- Plinthic Palacustalf, Plinthic Haplustox.
kekerasan mineralnya kurang dari 3 (skala Mohs) bila batuan tersebut hanya terdiri
dari satu macam mineral. Bila terdiri lebih dari satu mineral, pecahan batunya
(sebesar kerikilyang dikocok dijungkir balik dalam air atau larutan natrium
heksametaphosphate, dalam waktu kurang dari 15 jam harus sudah hancur (dispers)
seluruhnya. Pada kontak lithic bila batuan hanya terdiri dari satu macam mineral
kekerasannya harus 3, sedang bila lebih dari satu macam mineral, pecahannya yang
dikocok dalam air atau natrium heksametaphospate tidak dapat hancur dalam waktu
15 jam.
Kedalaman samapi ke kontak lithic yang kurang dari 50 cm digunakan sebagai
penciri pan subgroup Lithic.
Latihan terstruktur :
Mahasiswa melakukan praktikum : Penetapan horison penciri : epipedon, endopedon dan
horison penciri lain pada profil tanah.
Tugas mandiri :
Mahasiswa menguraikan hubungan antara horison penciri satu dengan yang lainnya.
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, Ames.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
67
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti kuliah mengenai order tanah dalamTaksonomi Tanah., 75 % mahasiswa
mampu menjelaskan dan menetapkan order-order dari suatu profil tanah
Sasaran Belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat pembeda masing-masing order tanah
2. Mahasiswa mampu menetapkan order Tanah dari suatu profil Tanah berdasarkan Kunci
Taksonomi Tanah
2. Mempunyai material gelik (gelic material) sampai pada kedalaman 100 cm dari
permukaan tanah dan permafrost sampai pada kedalaman 200 cm dari permukaan tanah.
GELISOL
B. Tanah-tanah yang :
1. Mempunyai bahan tanah organik dari permukaan sampai salah satu kedalaman
berikut :
a. Sampai kedalaman kontak litik atau paralitik bila kontak litik atau paralitik ditemukan
pada kedalaman 10 cm atau kurang, asalkan ketebalan bahan tanah organik lebih dari dua
kali ketebalan tanah mineral di atas kontak tersebut; atau
b. Sampai kedalaman berapa saja bila bahan tanah organik terdapat di atas bahan
fragmental (kerikil, batu, kerakal) dan celah-celah diantaranya terisi oleh bahan organik,
atau bahan fragmental tersebut terdapat di atas kontak litik atau paralitik; atau
2. Mempunyai bahan tanah organik yang batas atasnya terletak pada kedalaman 40 cm
dari permukaan, dan
a. Mempunyai salah satu dari ketebalan berikut :
(1) 60 cm atau lebih bila tiga perempat atau lebih dari volume terdiri dari serat lumut atau
kerapatan lindak lembab < 0,1 g/cc; atau
(2) 40 cm atau lebih bila
* bahan tanah organik jenuh air untuk jangka waktu lama (lebih dari 6 bulan)
atau dikeringkan secara buatan; dan
* bahan tanah organik terdiri dari bahan saprik atau hemik atau terdiri dari bahan
fibrik yang serat lumutnya kurang dari tiga perempat volume dan mempunyai kerapatan
lindak 0,1 g/cc. dan
b. Mempunyai bahan tanah organik yang
(1) Tidak mempunyai lapisan tanah mineral setebal 40 cm yang terdapat di permukaan
tanah ataupun batas atasnya pada kedalaman 40 cm dari permukaan; dan
(2) Tidak mempunyai lapisan-lapisan tanah mineral yang tebal komulatifnya 40 cm pada
kedalaman < 80 cm.
69
HISTOSOL
C. Tanah lain yang mempunyai sifat andik di seluruh sub horison, baik tertimbun maupun
tidak, yang ketebalan komulatifnya 35 cm atau lebih pada kedalaman 60 cm atau kurang
dari permukaan tanah mineral atau dari batas lapisan organik yang memenuhi syarat sifat
tanah andik (pilih yang lebih dangkal).
ANDISOL
D. Tanah-tanah lain yang tidak mempunyai epipedon plaggen, tetapi mempunyai :
1. Horison spodik yang batas atasnya pada kedalaman 2 m dari permukaan; atau
2. Horison plakik yang memenuhi semua persyaratan horison spodik kecuali ketebalan
dan indeks akumulasi dan terletak di atas frangipan, di atas horison spodik, atau di atas
horison albik yang terketak di atas frangipan.
SPODOSOL
E. Tanah-tanah lain yang :
1. Mempunyai horison oksik yang batas atasnya pada kedalaman 150 cm dari
permukaan dan tidak menunjukkan adanya kenaikan kandungan liat yang memenuhi
syarat sebagai batas atas horison kandik pada kedalaman 150 cm dari permukaan; atau
2. Mempunyai 40 persen atau lebih liat pada 18 cm lapisan tanah permukaan, setelah
dicampur, dan mempunyai baik horison oksik atau horison kandik yang jumlah mineral
mudah lapuknya memenuhi syarat horison oksik, dan batas atasnya terletak pada
kedalaman 150 cm.
OXISOL
F. Tanah-tanah lain yang :
1. Tidak mempunyai kontak litik atau paralitik, horison petrokalsik, atau duripan pada
kedalaman 50 cm dari permukaan;
2. Sesudah tanah sampai kedalaman 18 cm dicampur, misalnya oleh pengolahan,
mengandung 30 persen atau lebih liat pada semua sub horison sampai pada kedalaman 50
cm atau lebih;
3. Dalam jangka waktu tertentu (hampir setiap tahun, kecuali bila tanah diairi atau
diusahakan mempunyai retakan-retakan terbuka yang pada kedalamn 50 cm sekurang-
kurangnya lebarnya satu sentimeter yang meluas sampai ke permukaan atau sampai ke
dasar lapisan olah atau dasar kerak permukaan (surface crust); dan
70
Bahan diskusi :
1. Berapa ada order tanah
2. Tentukan order tanah di bawah ini
Pada suatu kawasan lahan kering di Kabupaten Tabanan ditemukan pedon tanah yang
berkembang dari batuan volkanik dengan vegetasi : albisia, cengkeh dan pisang. Kawasan
ini memiliki regim kelembaban udik dengan suhu tanah rata-rata tahunan 26,5 o C (beda
suhu terpanas dan terdingin < 5 o C). Adapun deskripsi profil dan analisis laboratorium
tanah tersebut sebagai berikut :
Bw126- 42 cm , coklat gelap kekuningan (10 YR 4/3), lempung; struktur gumpal agak
membulat, kasar, cukup; agak lekat, agak plastis; pori-pori mikro banyak, meso dan makro
sedikit; akar mikro cukup, meso dan makro sedikit; reaksi tanah agak masam; batas jelas dan
rata.
Latihan terstruktur :
Mahasiwa melakukan praktikum penentuan order tanah berdasarkan sifat-sifat tanah yang
dimiliki dan kriteria yang tertera dalam Kuni Taksonomi Tanah.
Tugas mandiri :
Mahasiswa menentukan sendiri beberapa order tanah dari beberapa data yang didapat di
internet.
Daftar Pustaka
Balai Penelitian Tanah. 2004. Petunjuk Teknis Pengamatan Tanah. Puslittanak Bogor.
74
Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and Classification. The
IOWA State University Press, ames.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. CV. Akademika Pressindo,
Jakarta.
Lopullisa, C. 2004. Tanah-tanah Utama Dunia. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Soil Survey Staff,. 1998. Keys to Soil Taxonomy. USDA. SCS. Sixth Edition.
75
X. SUMBERDAYA LAHAN
Kompetensi Dasar
Setelah dijelaskan dan diskusi pokok bahasan ini, mahasiswa peserta kuliah memahami
arti penting sumberdaya lahan dan lingkungan bagi kehidupan manusia.
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat memahami pengertian sumberdaya
lahan
2. Setelah melakukan diskusi mahasiswa dapat menjelaskan sebab-sebab terjadinya
degradasi lahan dan lingkungan.
3. Setelah dijelaskan dan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan permasalahan
-permasalahan dalam penggunaan lahan
4. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami produktivitas lahan.
5. Setelah dijelaskan dan diskusi, mahasiswa dapat memahami pengertian lahan
marginal dan lahan kritis.
6. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan sebab-sebab kerusakan
lingkungan.
panjang. Apabila intensitas kerusakannnya sangat tinggi (ekstrim) maka lahan tersebut
akan dapat berubah menjadi lahan kritis.
Degradasi tanah/lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu degradasi
alami dan degradasi dipercepat. Degradasi secara alami memang terus terjadi dari masa
lampau hingga saat ini. Degradasi alami terjadi akibat adanya proses denudasi yang
biasanya meninggalkan sisa dalam bentuk permukaan sisa erosi atau dataran aluvial yang
luas dalam bentuk landform dataran banjir, adanya bukit-bikit sisa dan sebagainya.
Degradasi dipercepat adalah degradasi yang proses berlangsungnya cepat, yang
.umumnya disebabkan oleh adanya campur tangan manusia yang dalam
pengelolaannya.tidak mentaati kaidah konservasi. Dengan melihat kenyataan yang telah
diuraikan di atas, maka degradasi lahan di Indonesia tergolong permasalahan yang cukup
serius dan perlu ditanggulangi sedini mungkin. Ada sebuah pemeo mengatakan bahwa
tanah/lahan yang kita tempati/kelola saat ini adalah bukan milik kita, tapi warisan untuk
anak cucu kita, sehingga bagaimana kita harus merawatnya dengan baik untuk anak cucu
kita.
Bahan diskusi:
1. Sebutkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi lahan.
2. Bagaimana cara mencegah terjadinya degradasi lahan.
Bahan diskusi:
1. Jelaskan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap produksi tanaman
2. Di antara faktor-faktor lingkungan yang saudara sebutkan, faktor mana yang paling
berpengaruh.
77
Lahan marginal adalah lahan yang bila dikelola akan mebutuhkan tambahan input
yang cukup besar sehingga kadang-kadang tidak sesuai dengan output yang
Lahan kritis adalah lahan yang mengalami produktivitas sampai ke titik kritis. Di
Indonesia lahan kritis semakin bertambah dengan laju pertambahan sekitar 400.000
hektar tiap tahunnya. Timbulnya lahan kritis salah satunya disebabkan oleh penggunaan
lahan yang mengabaikan azas konservasi terutama di lahan marginal.
Lahan marginal adalah lahan yang memiliki sejumlah faktor pembatas, dan bila
diusahakan secara agroekonomi lahan tersebut memberikan hasil yang tidak seimbang
antara masukan dan hasil yang diperoleh, serta berpotensi cukup besar untuk mengalami
degradasi, apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaannya. Lahan atau tanah marginal di
Indonesia diperkirakan berjumlah 61 juta hektar, yang pada umumnya dibuka untuk areal
transmigrasi, maupun untuk perluasan perkebunan berbagai komoditas seperti kelapa
sawit, kakao, dan karet
Bahan diskusi:
1. Apa perbedaan lahan marginal dengan lahan kritis?
2. Jelaskan sebab-sebab terjadinya lahan marginal dan lahan kritis.
3. Tunjukkan beberapa contoh lahan marginal dan lahan kritis.
Tugas:
1. Kumpulkan artikel-artikel yang memuat kerusakan lingkungan dan dampak yang
ditimbulkannya
2. Rumuskan beberapa cara untuk mengatasi kerusakan lingkungan akibat aktivitas
pertanian.
79
Sasaran Belajar
1. Setelah dijelaskan dan diskusi, mahasiswa dapat memahami definisi/pengertian
evaluasi sumberdaya lahan.
2. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami tujuan dilakukannya
evaluasi lahan
3. Setelah didiskusikan mahasiswa dapat menjelaskan manfaat evaluasi lahan.
4. Setelah melakukan disklusi, mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup evaluasi
lahan.
5. Setelah dijelaskan mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip dalam evaluasi
lahan
Evaluasi lahan adalah proses pendugaan potensi dari sebidang lahan untuk suatu
macam penggunaan lahan yang telah dipertimbangkan. Beberapa ahli evaluasi lahan
menyebutkan tentang pengertian evaluasi sumberdaya lahan, namun pada intinya
pengertiannya hampir sama. Para ahli tersebut antara lain:
1. Vink (1975), menyebutkan bahwa evaluasi lahan merupakan proses membandingkan
dan menginterpretasikan data tentang tanah, iklim,vegetasi dan aspek lain dari
lahan.Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah menetapkan alternatif-alternatif
penggunaanlahan tersebut dalam konteks sosial ekonomi tertentu.
2. Beek (1978), menyebutkan bahwa apa yang harus dilakukan dalam evaluasi lahan
adalah memberikan prediksi mengenai besarnya input-output baik efek yang
menguntungkan maupun hambatan yang merugikan yang harus diatasi sebagai akibat
penggunaan tertentu. Sebagai hasilnya adalah kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
lahan untuk maksud tertentu.
3. FAO (1976), pada dasarnya menjelaskan bahwa evaluasi lahan merupakan proses
membandingkan antara kualitas lahan dengan persyaratan dari penggunaan lahan
yang bersangkutan, dan sebagai hasilnya harus dapat memberikan pilihan
penggunaan lahan dengan segala pertimbangannya (termasuk aspek ekonomi)
4. Wiradisastra (1981), mengatakan bahwa evaluasi lahan diperlukan terutama apabila
telah diketahuinya kebutuhan akan perubahan misalnya dengan keinginan
menerapkan jenis penggunaan lahan baru pada suatu wilayah, atau memindahkan
80
penduduk ke daerah yang belum dibuka dan sebagainya. Dikatakannya, evaluasi lahan
adalah suatu proses yang merupakan penghubung antara sistem informasi dengan
pengguna sistem informasi yang umumnya para perencana. Sebagai hasil proses
evaluasi lahan akan dihasilkan peta kemampuan/kesesuaian lahan yang menunjukkan
berbagai pilihan penggunaan yang dapat diterapkan pada daerah yanh sedang
dievaluasi.
Bahan diskusi:
1. Coba buat intisari pengertian evaluasi sumberdaya lahan yang dikemukakan oleh
ke 4 ahli tersebut.
2. Menurut pendapat saudara, mana yang paling tepat dari ke 4 pengertian tersebut.
Tujuan dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk mengetahui potensi atau
nilai dari suatu lahan untuk penggunaan yang diinginkan. Evaluasi lahan tidak hanya
terbatas pada penilaian karakteristik/kualitas lahan saja, konsekuensi sosial dan dampak
lingkungan yang ditimbulkannya juga harus mendapat perhatian. Oleh karena itu pada
prinsipnya proyek evaluasi lahan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan lahan sekarang, dan apa yang akan terjadi bila tindakan
pengelolaan sekarang tetap atau tidak berubah.
2. Perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan dalam tindakan pengelolaan dalam
rangka penggunaan sekarang.
3. Apa jenis penggunaan lainnya yang secara fisik memungkinkan, dan relevan (sesuai)
baik secara ekonomis maupun sosial.
4. Penggunaan yang bagaimana yang memungkinkan produksi yang lestari atau
keuntungan-keuntungan lainnya.
5. Pengaruh buruk apa yang mungkin timbul dari masing-masing penggunaan lahan baik
secara fisik, maupun sosial ekonomi.
6. Masukan apa yang diperlukan baik secara tetap ataupun secara berulang untuk dapat
mempertahankan produksi yang diinginkan dan meminimalkan pengaruh buruknya.
7. Apa keuntungan-keuntungan dari masing-masing bentuk penggunaan lahan tersebut.
Bahan diskusi:
Apa yang dimaksud dengan masukan tetap dan masukan berulang. Beri contohnya
masing-masing.
81
Bahan diskusi:
1. Jelaskan dengan contoh kenapa evaluasi lahan juga perlu dilakukan pada daerah-
daerah yang telah berkembang.
2. Kenapa setiap perencanaan penggunaan lahan perlu dilakukan evaluasi lahan?
Ruang lingkup evaluasi sumberdaya lahan meliputi: menetapkan kerangka dasar, data/informasi
yang diperlukan, survei dan pemetaan sumberdaya lahan, penilaian lahan, menetapkan/membuat keputusan
tentang penggunaan lahan yang paling relevan/meng-
untungkan dan membuat perencanaan dalam pola penggunaan lahan.
Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang
diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut.
82
Sebagai dasar pemikiran utama dalam prosedur evaluasi lahan adalah kenyataan bahwa berbagai
penggunaan lahan membutuhkan persyaratan yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibutuhkan keterangan-
keterangan/informasi tentang lahan tersebut yang menyangkut berbagai aspek sesuai dengan rencana
peruntukan yang sedang dipertimbangkan. Keterangan/informasi yang dimaksud paling tidak menyangkut
tiga aspek utama yaitu: aspek lahan, penggunaan lahan, dan aspek ekonomi.
Data-data tentang lahan dapat diperoleh dari kegiatan survei sumberdaya lahan termasuk survei
tanah. Hasil survei sumberdaya lahan dapat menyajikan berbagai informasi dalam bentuk faktor lingkungna
yang dipetakan. Sebagai contoh: peta tanah menunjukkan penggolongan tanah, peta vegetasi/penggunaan
lahan, peta iklim dan peta lainnya. Namun dari contoh-contoh hasil survei tersebut belum dapat
memberikan apakah lahan dapat digunakan untuk budidaya tanaman tertentu misalnya untuk menanam
cengkeh. Agar peta-peta dari hasil survei tersebut mempunyai makna bagi perencanaan pengelolaan lahan,
diperlukan tahapan berikutnya yaitu dengan jalan membandingkan sifat-sifat tanah, vegetasi, iklim dan lain
sebagainya dengan persyaratan yang dibutuhkan berbagai jenis penggunaan lahan.
Tahapan dimana persyaratan yang dibutuhkan suatu penggunaan lahan dibandingkan dengan
kualitas lahan, yang dalam hubungan ini dilakukan dengan menganalisis nilai masing-masing tipe/jenis
lahan untuk masing-masing macam penggunaan lahan yang dipertimbangkan merupakan ciri proses
evaluasi lahan.
Hampir setiap aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan dan karena jumlah dan aktivitas
manusia bertambah cepat, maka lahan menjadi sumberdaya yang langka. Oleh karena itu keputusan untuk
mengubah pola penggunaan lahan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar baik ditinjau
dari pengertian ekonomis maupun terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian dalam membuat
keputusan tentang penggunaan lahan merupakan aktivitas politik, dan sangat dipengaruhi keadaan sosial
ekonomi.
Lahan sangat bervariasi dalam berbagai faktor seperti keadaan topografi, iklim, geologi, tanah,
vegetasi , yang menutupinya. Berbagai keterangan tentang kemungkinan pemanfaatan dan pembatas-
pembatas dari faktor lingkungan yang bersifat permanen maupun sementara sangat penting diperhatikan
dalam membicarakan perencanaan dan perubahan dalam pola penggunaan lahan.
Bahan diskusi:
Kenapa setiap aktifitas penggunaan lahan, keadaan sosial ekonomi berperan
cukup besar?
Seorang ahli evaluasi lahan harus dibekali dengan pemahaman tentang prinsip-
prinsip dasar evaluasi lahan. Ada enam prinsip dasar dalam evaluasi lahan (FAO, 1976):
1. Kesesuaian lahan dinilai dan diklasifikasikan sesuai dengan macam penggunaan yang
83
spesifik.
2. Evaluasi membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan masukan
yang dibutuhkan pada berbagai tipe penggunaan lahan
3. Dibutuhkan pendekatan multi disipliner
4. Evaluasi dibuat relevan dengan konteks fisik, ekonomi dan sosial dari daerah yang
bersangkutan.
5. Kesesuaian lahan ditujukan untuk penggunaan yang bertahan/lestari
6. Evaluasi lahan menyangkut perbandingan lebih dari satu macam penggunaan.
Bahan diskusi:
Buatlah intisari pengertian dari ke enam prinsip evaluasi lahan tersebut
Beberapa bidang ilmu yang berkaitan dengan bidang evaluasi lahan antara lain:
(1) ilmu kesuburan tanah, (2) fisika tanah, (3) geologi dan geomorfologi, (4) penginderaan jauh, (5)
budidaya tanaman, (6) ilmu iklim, (7) konservasi tanah dan air,
(8) ilmu sosial ekonomi dan budaya.
Bahan diskusi:
1. Jelaskan peranan ilmu penginderaan jauh untuk bidang evaluasi lahan
2. Kenapa ilmu sosial ekonomi berperan dalam bidang evaluasi lahan ?
84
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami pengertian
karakteristik/kualitas lahan
2. Setelah membaca dan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam
karakteristik/kualitas lahan
3. Setelah melakukan diskusi,mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik/kualitas
lahan diagnostik
Salah satu tahapan penting dalam pelaksanaan evaluasi fisik lahan untuk menilai
potensinya adalah menentukan dan memperoleh informasi tentang karakteristik/kualitas
lahannya. Karakteristik lahan dapat didefinisikan semua faktor/komponen/sifat/ciri lahan
yang dapat diukur atau ditaksir (diestimasi) seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah,
lereng permukaan dan sebagainya.
Pemahaman komponen-komponen lahan melalui tiap-tiap disiplin ilmu akan
menghsilkan sejumlah informasi tentang ciri lahan yang terpecah-pecah. Dengan cara ini
penilaian tentang lahan sering mengakibatkan hubungan penting yang terjadi di antara
ciri-ciri/karakteristik lahan yang berbeda. Dengan demikian interpretasi mengenai potensi
lahan akan lebih sulit dan lebih banyak memakan waktu.
Konsep kualitas lahan disusun untuk mensintesis pemahaman tentang sifat-sifat
lahan yang terpisah-pisah tersebut ke dalam satu kesatuan faktor yang saling berinteraksi.
Kualitas lahan adalah gabungan dari beberapa karakteristik lahan yang mempunyai
pengaruh nyata terhadap kemampuan/kesesuaian lahannya. Masing-masing kualitas lahan
mempunyai keragaan (performance) tertentu yang berpengaruh terhadap kesesuaiannya
bagi penggunaan tertentu. Kualitas lahan ada yang dapat diestimasi atau diukur secara
langsung di lapangan, tapi pada umumnya ditetapkan dari pengertian karakteristik lahan.
Kualitas lahan kemungkinan berperan positif atau negatif terhadap penggunaan lahan
tergantung dari sifat-sifatnya.
Setiap kualitas lahan pengaruhnya tidak selalu terbatas hanya pada satu macam
penggunaan. Sebagai contoh: kualitas lahan yang sama bisa berpengaruh terhadap lebih
dari satu macam penggunaan. Demikian pula sebaliknya satu macam penggunaan lahan
85
tertentu akan dipengaruhi oleh berbagai kualitas lahan. Contoh: bahaya erosi dipengaruhi
oleh berbagai keadaan sifat tanah, terrain (lereng) dan iklim (curah hujan). Ketersediaan
air bagi kebutuhan tanaman dipengaruhi antara lain oleh faktor iklim, topografi, drainase,
tekstur, struktur, zona perakaran, dan bahan kasar (batu, kerikil) di dalam penampang
tanah.
Beek (1978) membedakan kualitas lahan ke dalam empat bagian yaitu: (1)
kualitas lahan ekologi mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan), contohnya :
ketersediaan air, ketersediaan unsur hara, ketersediaan oksigen, bahaya banjir, temperatur,
dan sebagainya; (2) kualitas lahan pengelolaan (mempengaruhi pengelolaan usaha
pertanian) contoh: kemungkinan untuk mekanisasi, ukuran dari blok pengelolaan yang
potensial, lokasi dalam hubungannya dengan penyediaan sarana produksi (input) dan
pemasaran hasil (aspek ekonomi) dan sebagainya; (3) kualitas lahan konservasi
(mempengaruhi degradasi lahan) contoh: bahaya erosi, bahaya salinisasi dan alkalinisasi,
bahaya pemadatan tanah, bahaya terbentuknya kerak, adanya spesies tanaman atau hewan
yang unik dan sebagainya; (4) kualitas lahan perbaikan (kemungkinan untuk merubah
kondisi) contoh: sifat dapat diairi, sifat dapat dilakukan drainase, respon terhadap
pemupukan dan sebagainya.
Dalam evaluasi lahan sering kualitas lahan tidak digunakan tetapi langsung
menggunakan karakteristik lahan (Driessen, 1971; Staf PPT, 1983), karena keduanya
dianggap sama nilainya dalam evaluasi. Metode evaluasi yang menggunakan kualitas
lahan dapat dilihat seperti Tabel 1 di bawah:
86
Tabel 1. Karakteristik Lahan yang Digunakan dalam CSR, 1983; FAO, 1983 dan
Sys et al., 1983.
Bahan diskusi:
Kelompokkan jenis-jenis kualitas lahan tersebut menurut kelompok kualitas lahan utama.
Informasi tentang tanah merupakan data dasar untuk evaluasi lahan secara
langsung/tidak langsung. Informasi ini sering merupakan ciri lahan yang langsung dapat
diamati atau dinilai. Informasi tanah merupakan bagian yang sangat penting karena tanah
merupakan bagian dari sumberdaya lahan yang mempunyai pengaruh langsung dan terus
menerus untuk penggunaan di bidang pertanian. Proses genesis, klasifikasi dan
penyebaran tanah pada suatu daerah akan sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah yang
bersangkutan. Oleh karena itu seorang ahli evaluasi lahan harus mempunyai basic ilmu
tanah di samping ilmu-ilmu pendukung lainnya.
Bahan diskusi:
1. Tunjukkan jenis-jenis data tanah yang dimaksud.
2. Dari jenis-jenis data tanah yang saudara tunjukkan, selanjutnya kelompokkan ke
dalam kualitas lahan.
Informasi iklim yang valid dan terpercaya sangat menunjang dalam evaluasi
kemampuan/kesesuaian lahan. Seperti diketahui sangat banyak jenis-jenis tanaman yang sangat sensitif
terhadap pengaruh iklim misalnya anggur tidak cocok untuk ditanam pada daerah-daerah dengan curah
hujan maupun bulan basah terlalu tinggi.
Data iklim dapat diperoleh dari stasion iklim maupun lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
pemanfaatan data iklim. Informasi iklim yang paling memegang peranan dalam evaluasi lahan antara lain;
curah hujan, lamanya bulan kering, suhu (temperatur), energi radiasi (fotoperiode) dan sebagainya.
Pengetahuan tentang iklim/ simulasi data iklim sangat diperlukan untuk keperluan evaluasi sumberdaya
lahan
khususnya untuk prediksi kesesuaian lahan dalam penyusunan perencanaan/memberikan rekomendasi
penggunaan/perubahan penggunaan lahan.
Tugas:
1. Pelajari kembali tipe-tipe zona agroklimat/tipe-tipe iklim dan simulasi data iklim
2. Jelaskan dengan contoh pengaruh iklim terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman
89
Ketinggian di atas muka laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi pada
bentangan lahan, bentuklahan (landform) dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan.
Faktor topografi dapat berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi atau
mudah tidaknya diusahakan, demikian juga di dalam program mekanisasi pertanian. Data
topografi ini hampir selalu digunakan dalam setiap sistem evaluasi lahan. Bentuklahan
(landform) sangat erat kaitannya dengan potensi lahan sehingga tidak luput dari perhatian
ahli evaluasi lahan. Sebagai contoh pada bentuklahan dataran banjir tidak disarankan
untuk daerah pemukiman atau untuk jenis-jenis tanaman yang memerlukan drainase
tanah yang baik seperti kates, cengkeh, atau tanaman-tanaman tahunan lainnya.
Struktur dan formasi geologi mempunyai banyak pengaruh langsung/tidak
langsung pada penggunaan lahan khususnya pada bidang pertanian. Relief/topografi
sangat berhubungan erat dengan keadaan geologinya. Formasi geologi sangat
mempengaruhi struktur daerah dan merupakan bahan dasar dari bahan induk tanah. Oleh
karena itu adanya informasi tentang geologi sangat memudahkan dalam mengevaluasi
potensi (kemampuan dan kesesuaian lahan) untuk suatu penggunaan tertentu. Manfaat
seperti ini telah ditunjukkan oleh penggunaan data geologi di dalam sistem evaluasi lahan
seperti pada sistem lahan (land system).
Bahan diskusi:
1. Jelaskan hubungan bentuklahan (landform) dengan potensi lahan
2. Coba lihat peta geologi Pulau Bali lalu jelaskan pengaruh formasi geologi dengan
ordo tanah yang terbentuk.
Vegetasi merupakan salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami
atau sebagai hasil dari aktivitas manusia baik pada masa lalu maupun masa kini. data
vegetasi (vegetasi permanent) perlu dipertimbangkan dengan alasan bahwa vegetasi
sering dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi
(kemampuan/kesesuaian lahan) bagi suatu penggunaan tertentu melalui
kehadiran/kenampakan tanaman-tanaman indikator. Sebagai contoh bila tanaman kelapa
tumbuh subur dan berbuah lebat dapat digunakan sebagai indikator bahwa kedalaman
tanahnya dalam sampai sangat dalam.
90
Tugas:
1. Coba saudara identifikasi jenis-jenis tanaman indikator untuk penilaian
potensi lahan
2. Jelaskan pengaruh manajemen lahan terhadap kemampuan potensial lahan
Pada pendekatan sitem evaluasi lahan secara terpadu, dalam membuat perencanaan
penggunaan lahan (pengembangan suatu wilayah) informasi sosial ekonomi juga
diperlukan. Sebagai contoh dari aspek ekonomi adalah aspek pemasaran, harga-harga
hasil komoditas, nilai input-output dan sebagainya. Dari aspek sosial budaya misalnya di
daerah yang penduduknya mayoritas muslim jangan mengembangkan ternak babi
meskipun dari hasil evaluasi, daerah tersebut sangat cocok untuk peternakan babi.
Demikian juga pada daerah-daerah yang petaninya sudah mengembangkan jenis-jenis
tanaman tertentu secara turun-temurun seperti salak di Sibetan, tembakau di
Temanggung, kita harus hati-hati untuk merekomendasikan tanaman-tanaman lain
meskipun cocok untuk daerah tersebut. Demikian pula meskipun secara agribisnis
tanaman tertentu sangat cocok dengan kondisi setempat namun nilai ekonomisnya sangat
rendah dan pemasarannya sulit, mungkin tidak layak direkomendasikan.
Bahan diskusi:
Coba saudara identifikasi lagi informasi data sosial ekonomi dan budaya yang perlu dipertimbangkan
dalam pemberian rekomendasi penggunaan lahan.
91
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam tingkat
kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang diperlukan
sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dalam bentuknya yang sangat kuantitatif,
kesesuaian lahan dinyatakan dalam istilah ekonomi dari masukan dan keluaran atau
dalam hasilnya berupa pendapatan bersih atau di daerah-daerah berkembang berupa
tingkatan kehidupan masyarakat taninya. Tujuan daripada evaluasi kesesuaian lahan
adalah untuk memberikan penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah
dipertimbangkan. Manfaat evaluasi kesesuaian lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, serta memberikan
kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.
Menurut FAO (1976) struktur klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat
kategori yaitu: Order kesesuaian, Kelas kesesuaian, Subkelas kesesuaian, dan Unit
kesesuaian. Order kesesuaian lahan mencerminkan macam kesesuaiannya, kelas
kesesuaian mencerminkan derajat kesesuaian lahan dalam order, subkelas kesesuaian
mencerminkan macam hambatan atau macam perbaikan utama yang dibutuhkan dalam
kelas. Unit kesesuaian lahan mencerminkan perbedaan-perbedaan minor yang
dibutuhkan dalam pengelolaan subkelas.
Order kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Order sesuai (S) dan order
tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Order sesuai (S) adalah lahan
92
yang dapat dipergunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan yang telah
dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan akan memuaskan setelah
dikalkulasi dengan masukan yang diberikan, tanpa adanya resiko kerusakan terhadap
sumberdaya lahannya. Order tidak sesuai (N) adalah lahan yang apabila dikelola,
mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu
tujuan yang telah direncanakan. Lahan ini tidak sesuai digunakan untuk pertanian karena
berbagai hambatan.
Order sesuai (S) dapat dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Jumlah kelas pada order
sesuai tidak ditentukan, tetapi diusahakan sesedikit mungkin untuk memudahkan
interpretasi. Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam order sesuai yang didefinisikan
secara kuantitatif adalah sebagai berikut: (1) kelas S1 (sangat sesuai) adalah lahan yang
tidak mempunyai pembatas serius dalam menerapkan pengelolaan yang diberikan atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti yang tidak secara nyata berpengaruh
terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan melebihi yang biasa diberikan. (2)
kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan. (3) kelas S3 (sesuai marginal)
adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang
lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan
masukan yang diperlukan.
Order N (tidak sesuai) biasanya ada dua kelas yaitu: (1) kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional. (2) kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya
adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Sub kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam suatu kelas. Tiap kelas dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub
kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Untuk kelas S1, tidak ada faktor pembatas.
Sebagai contoh kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman efektif (r) akan
menurunkan sub kelas menjadi S2r.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit) merupakan pembagian lebih lanjut
dari sub kelas. Semua satuan (unit) dalam satu sub kelas mempunyai tingkat kesesuaian
93
yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub kelas.
Satuan-satuan yang satu berbeda dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembatas datail dari
pembatasnya. Dengan diketahuinya pembats secara detail, akan memudahkan penafsiran
perencanaan pada tingkat usahatani. Simbul kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit)
dibedakan oleh angka-angka yang ditempatkan setelah simbul subkelas. Skema struktur
klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dapat dilihat pada Gambar dibawah.
Gambar 7. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan Pada Berbagai Kategori (FAO, 1976)
Order Kelas Sub kelas Unit
Keterangan:
S = sesuai n = pembatas ketersediaan hara
N = tidak sesuai e = pembatas erosi
Sc = sesuai menurut keadaan c = pembatas iklim
Bahan diskusi:
Jelaskan perbedaan antara kesesuaian lahan dengan kemampuan lahan berdasarkan atas pemahaman
mengenai definisi di atas.
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability)
adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan
peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan terdapat di
satuan peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan untuk
dapat diperbaiki atau tidak ekonomis. Di lain pihak ada faktor pembatas yang dapat
diatasi atau diperbaiki dan secara ekonomi masih menguntungkan dengan masukan
teknologi yang tepat.
94
Tabel 5. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya.
No Kualitas lahan/karateristik lahan Jenis usaha perbaikan Tingkat pengelolaannya
1. Rejim radiasi
- Panjang penyinaran matahari - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
2. Rejim suhu
- Suhu rata-rata tahunan - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
- Suhu rata-rata bulan terdingin - Tidak dapat dilakukan perbaikan
- Suhu rata-rata bulan terpanas - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
-
3. Rejim kelembaban udara
- Kelembaban nisbi - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
4. Ketersediaan air
- Bulan kering - Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
- Curah hujan - Sitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
5. Media perakaran
- Drainase - Perbaikan sistem drainase Sedang, tinggi
seperti pembuatan saluran drainase
- Tekstur - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
- Kedalaman efektif - Umumnya tidak dapat dilakukan Tinggi
kecuali pada lapisan padas lunak
95
Keterangan : - Tingkat pengelolaan rendah : pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif
rendah.
- Tingkat pengelolaan sedang : pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah,
memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang.
- Tingkat pengelolaan tinggi : pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal ynag relatif besar,
umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah.
Tabel 6. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut
tingkat pengelolaannya.
5. Media perakaran
- drainase - + ++
- Tekstur tanah - - -
- Kedalaman efektif - - +
- Gambut:
- kematangan - - +
- Ketebalan - - +
6. Retensi hara:
- KTK - + ++
- pH (H2O) - + ++
- KB - - ++
- C-organik - + ++
7. Ketersediaan hara
- N-total + ++ +++
- P2O5 tersedia + ++ +++
- K2O + ++ +++
8. Bahaya banjir
- Periode - + ++
- Frekuensi - + ++
9. Kegaraman
- Salinitas - + ++
10. Toksisitas
- Kejenuhan Aluminium - + ++
- Lapisan pirit - + ++
11. Kemudahan pengolahan - + +
12. Potensi mekanisasi - - +
13. Bahaya erosi - + ++
Keterangan: - : Tidak dapat dilakukan perbaikan
+ : Perbaikan dapat dilakukan, dan akan dihasilkan kenaikan sebesar satu
kelas lebih tinggi misalnya dari S3 menjadi S2
++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar dua
kelas lebih tinggi, misalnya dari kelas S3 menjadi S1
+++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar tiga
kelas atau lebih, misalnya dari kelas N1 menjadi S1
Tugas:
Dari data yang diberikan, coba asumsikan tingkat perbaikan kualitas lahan dari aktual menjadi potensial.
Cara penilaian kesesuaian lahan yang sering dilakukan adalah dengan cara
matching (mencocokkan) kualitas/karakteristik lahan dengan persyratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi/persyaratan penggunaan lahan yang dikehendaki. Dalam sistem Matching
ini berlaku hukum minimum, yang artinya kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor
pembatas terberat.
Contoh penilaian kesesuaian lahan jagung varietas Harapan pada Seri Santong
daerah Lombok, dapat dilihat seperti Tabel di bawah ini.
97
Kelembaban (%) 80 S1 S1
3.Ketersediaan oksigen (oa) S2 S2
Drainase sedang S2 S2
4.Media perakaran S3 S3
Tekstur lempung S3 S3
berpasir
Bahan kasar (%) <5 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 55 S1 S1
5.Gambut S1 S1
Ketebalan (cm) 0 S1 S1
Kematangan matang S1 S1
6.Retensi hara (nr) S2 S1
KTK liat 12 S2 * S1
Kejenuhan basa (%) 45 S2 * S1
pH H2O 6,0 S1 S1
C-organik (%) 0,8 S1 S1
7.Toksisitas (xc) S1 S1
Salinitas (ds/m) 0,2 S1 S1
8.Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
9.Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
10.Bahaya erosi (eh) S2 S2
Lereng (%) 8-15 S2 S2
Bahaya erosi sedang S2 S2
11.Bahaya banjir (fh) S1 S1
Genangan tidak S1 S1
pernah
12.Penyiapan lahan S1 S1
Stoniners (%) 0 S1 S1
Rock outcrop (%) 0 S1 S1
Kelas kesesuaian lahan Aktual (A) S3 Potensial (P) S3
Keterangan: *Usaha perbaikan dapat dilakukan,kelas kesesuaian lahan naik 1 tk.
satu tingkat.
Tugas : Lakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensian pada seri tanah yang
lainnya berdasarkan
Pertemuan data
minggu ke: XIyang telah disediakan.
Pertemuan Minggu XI
98
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan mendiskusikan, mahasiswa semester VI Jurusan Tanah Fak. Pertanian
UNUD. dapat membuat penilaian kesesuaian lahan untuk bidang non pertanian (C6).
Sasaran Belajar
Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat menilai kesesuaian lahan untuk bidang permukiman.
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tempat Tinggal (Gedung) tanpa ruang bawah tanah
(USDA, 1983)1)
100
1)
Lapisan paling tebal antara 25-100 cm dari permukaan tanah
2)
Untuk famili tanah kaolinitik, pengharkatan menjadi satu tingkat lebih baik dari tabel ini
3)
Dikutip dari USDA (1971).
4)
Rata-rata dibobotkan dari permukaan tanah sampai kedalaman 100 cm.
Tugas:
Lakukanlah penilaian kesesuaian lahan untuk pembangunan gedung berdasarkan data seri tanah
yang telah disediakan.
Tugas:
Masing-masing mahasiswa diwajibkan menyebutkan dua jenis pembatas lahan
Tugas:
Berikan masing-masing dua buah contoh yang termasuk masukan tetap danmasukan berulang.
104
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.
2. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for Land
Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.
3. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.
4. CSR/FAO Staff.1983. Reconaissance Land Resource Survei Atlas Format Procedure. Centre for
Soil Research AGAF/INS/006. Manually. Version, Bogor.
5. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survei and Land Evaluation. George Allen and Unwin
Publisher Ltd. London.
6. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no. 32.
7. Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation
and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist
University Ghent.
8. Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Sringer Verlaag. Berlin, Heidelberg, New
York.
9. Young, A.. 1976. Tropical Soils and Soil Survei. Camridge University Press, Cambridge.
105
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan mendiskusikan tentang pokok bahasan ini mahasiswa peserta kuliah
mampu menerapkan kegiatan survei evaluasi lahan.
Sasaran Belajar
1. Setelah membaca dan melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan cara
perolehan data sumberdaya lahan
2. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan pendekatan survei
evaluasi lahan
.
Data sumberdaya lahan dapat diperoleh melalui dua cara yaitu: (1) melalui data
sekunder seperti data hasil survei dan pemetaan tanah, laporan hasil penelitian, peta-peta
dan sebagainya; (2) dari data primer melalui kegiatan survei evaluasi lahan.
Agar dapat memberikan rekomendasi penggunaan/perubahan pola penggunaan
lahan yang tepat, ahli evaluasi lahan sebaiknya dapat melihat secara langsung kondisi
bentang lahan yang akan dievaluasi melalui kegiatan survei agar dapat diketahui kondisi
landscape secara utuh. Hal ini sangat perlu dilakukan karena berdasarkan banyak
pengalaman kesalahan dalam memberikan rekomendasi dapat menyebabkan kerugian
pada si pengguna lahan. Sebagai contoh kasus, ada suatu perusahan yang bergerak di
bidang agribisnis rugi sampai milyaran rupiah karena kesalahan dari konsultan dalam
memberikan rekomendasi. Hal ini bisa terjadi karena dalam memberi rekomendasi hanya
berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah lapisan atas saja, tanpa didukung oleh data
morfologi/profil tanah, formasi geologi/bahan induk maupun kondisi lingkungan lainnya.
Bahan diskusi:
Jelaskan kelebihan-kelebihan hasil evaluasi sumberdaya lahan berdasarkan data
sekunder dengan data primer (data hasil survei).
Dalam evaluasi lahan, pengamatan fisik dan sosial ekonomi harus dilakukan.
setelah tujuan studi digariskan, maka pendekatan dalam evaluasi lahan dapat dilakukan
menurut dua strategi yaitu:
1. Pendekatan dua tahap (two stage approach)
Tahap pertama terutama berkenaan dengan evaluasi lahan secara fisik (kualitatif), yang
kemudian diikuti dengan tahapan kedua yang meliputi analisis ekonomi dan sosial.
Keuntungan dalam pendekatan ini adalah metodenya langsung dengan urutan aktifitas
106
yang jelas, pengaturan waktu yang fleksibel untuk aktifitas dan pengaturan staf
dimungkinkan. Pendekatan dua tahap ini sering digunakan dalam survei inventarisasi
sumberdaya lahan untuk keperluan perencanaan secara luas.
2. Pendekatan evaluasi lahan paralel (sejajar)
Analisis/evaluasi lahan secara fisik berjalan bersama-sama dengan analisis sosial
ekonomi. Keuntungan pendekatan ini adalah kemungkinan adanya kerjasama
kelompok multidisipliner antara ahli fisik, sosiologi dan ekonomi. Metode ini biasanya
sangat tepat untuk evaluasi lahan secara detil.
Sampai saat ini pekerjaan evaluasi lahan lebih banyak menggunakan pendekatan
dua tahap. Alasannya adalah kesulitan dalam pengaturan waktu dan staf, dan adanya
kenyataan bahwa ahli-ahli dari berbagai disiplin biasanya tidak mengerti bahasa teknis
satu dan lainnya sehingga pekerjaan kelompok multidispliner sering gagal.
Konsultasi
pendahuluan
Pendekatan dua tahap Pendekatan paralel
Klasifikasi lahan
kuantitatif
Keputusan
perencanaan
Gambar 1. Skema Pendekatan dua Tahap dan Pendekatan Paralel dalam Evaluasi Lahan
Secara skematis keenam kegiatan utama tersebut dapat diringkas seperti Gambar di
bawah ini.
KONSULTASI PENDAHULUAN
- tujuan
- data dan asumsi
- rencana evaluasi
PERSYARATAN DAN
PEMBATAS PENGGUNAAN MEMBANDINGKAN KARAKTERISTIK/
LAHAN PENGGUNAAN LAHAN KUALITAS LAHAN
DAN KEADAAN LAHAN
- membandingkan
- analisis sosil ekonomi
- dampak lingkungan
PENYAJIAN HASIL
Satuan lahan homogen adalah suatu daerah/areal yang dibatasi oleh kesamaan
/kemiripan unsur-unsur pembentuknya. Makin banyak unsur pembentuk satuan lahan
yang bersangkutan, makin homogen satuan lahan tersebut. Adapun unsur-unsur
109
pembentuk satuan lahan antara lain: landform, lereng, tanah, landuse, iklim, geologi dan
sebagainya. Cara delineasi satuan lahan homogen adalah dengan cara mengkompilasikan
beberapa peta seperti peta landform, peta lereng, peta tanah, peta landuse, peta iklim, dan
peta geologi.
Peta landform
Peta lereng
Peta tanah
Peta landuse
Peta iklim
Peta geologi
Gambar 3. Tumpang susun beberapa peta dalam proses delineasi satuan lahan homogen
Tugas: Buatlah delineasi satuan lahan berdasarkan peta-peta yang telah tersedia.
satuan lahan tersebut sering dilakukan secara transek lereng, ataupun berdasarkan katena
lahan. Intensitas pengamatan/jumlah sampel tergantung dari luas dan homogenitas satuan
lahan. Bila luas satuan lahannya sempit dan homogen, maka pengambilan sampel tidak
perlu terlalu banyak. Pada kondisi seperti ini penentuan titik sampel dapat dilakukan
secara stratified purposif sampling dengan asumsi bahwa karena satuan lahannya sangat
homogen, dimanapun diambil sampelnya akan dapat mewakili daerah yang bersangkutan.
Bila satuan lahannya sangat luas dan masih diragukan homogenitasnya, maka
pengambilan sampel harus lebih banyak baik secara random, grid, maupun purposif
dalam satuan lahan yang bersangkutan. Analisis sampel dapat dilakukan secara komposit,
berdasarkan nilai tengah, atau nilai rata-rata. Contoh Gambar satuan lahan dapat dilihat
seperti di bawah ini.
1 3
5
6 7
Gambar 4. Satuan lahan yang didelineasi berdasarkan tumpang susun beberapa peta.
Tugas:
Lakuan penentuan titik sampel pengamatan pada satuan satuan lahan yang telah didelineasi.
menanyakan data managemen lahan yang dilakukan seperti pemupukan : jenis, dosis
pupuk yang digunakan, produksi per satuan luas, input-output dalam usaha tani dan
sebagainya, selanjutnya dilakukan pengambilan sampel pada kedalaman tertentu sesuai
dengan tujuan evaluasi. Perlu juga diperhatikan dalam observasi lapang tersebut sambil
mencocokkan hasil delineasi satuan lahan yang dilakukan di laboratorium dengan
kenyataan yang sebenarnya di lapangan. Bila terjadi kesalahan langsung dilakukan
perbaikan saat itu juga
Tugas:
Coba saudara persiapkan blangko isian untuk pengamatan lapang, dan lengkapi dengan quisioner untuk
wawancara dengan petani.
Tugas:
Coba saudara analisis data karakteristik/kualitas lahan yang telah disediakan, dan hubungkan antara data
karakteristik yang satu dengan yang lainnya
112
Pendekatan sistem lahan (Land System Approaach) atau dikenal sebagai survei
terpadu mempunyai arti bahwa semua faktor-faktor fisik lingkungan dipetakan secara
simultan. Sebagai awal dari pendekatan ini sebenarnya bertitik tolak dari penggunaan
interpretasi potret udara untuk keperluan pemetaan tingkat tinjau yang cepat. Berdasarkan
interpretasi potret udara/citra satelit, area-area dengan pola yang berulang dari topografi,
tanah, dan vegetasi dipetakan sebagai satuan atau individu sistem lahan. Sebagai konsep
utama yang digunakan dalam pendekatan sistem lahan ini adalah bahwa pada area-area
tertentu semua faktor-faktor lingkungan (topografi, tanah, vegetasi, geologi,
geomorfologi, dan iklim) akan saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dan akan
menghasilkan pola yang jelas pada potret udara. Pendekatan ini disebut sebagai
pendekatan terpadu karena metode ini tergantung dari pengidentifikasian area-area yang
jelas sebagai hasil integrasi dari variabel-variabel lingkungan.
Dalam membicarakan pendekatan sistem lahan ini ada tiga istilah yang
digunakan yaitu: lokasi, satuan lahan, dan sistem lahan. Lokasi merupakan bagian dari
permukaan lahan yang untuk semua keperluan/penggunaan praktis seragam dalam
bentuklahan, tanah dan vegetasi. Satuan lahan merupakan kelompok dari lokasi yang
berhubungan yang mempunyai bentuklahan tertentu di dalam sistem lahan, dan seluruh
satuan lahan yang sama akan mempunyai asosiasi lokasi yang sama pula. Sistem lahan
merupakan area yang mempunyai pola yang berulang dari topografi, tanah dan vegetasi.
Keuntungan dari pendekatan sistem lahan adalah cepat, relatif murah, dan merupakan
integrasi berbagai faktor lingkungan yang berbeda. Namun pendekatan sistem lahan ini
mempunyai kelemahan yaitu tingkat generalisasi yang tinggi.
Bahan diskusi:
Coba jelaskan hubungan topografi dengan tanah, vegetasi, geologi dan geomorfologi.
113
Bahan diskusi:
Jelaskan hubungan antara pendekatan fisiografik dengan pendekatan sistem lahan.
liat berat dengan nilai 40 sampai pasir dengan nilai 1. Iklim zone tanah adalah: untuk
zone podsolik 40-35, sedangkan untuk zone tanah coklat 15-5.
Pada sistem perkalian (persamaan-persamaan Storie Index Rating yang disingkat
SIR) dengan formula:
SIR = Ax B x C x X
A = sifat-sifat dari profil tanah
B = tekstur permukaan tanah
C = faktor-faktor lereng
X = faktor yang bermacam-macam (selain faktor A, B, dan C)
Sebagai contoh adalah perhitungan SIR untuk SPT Altamont di California sebagai
berikut:
Faktor A: Tanah upland coklat seri Altamont, bahan induk napal (shale), batuan induk
pada kedalaman 90 cm nilai 70%
Faktor B: Tekstur lempung berliat nilai 85%
Faktor C: Topografi bergelombang nilai 85%
Faktor X: Erosi lebar sedang dengan parit dangkal nilai 70%
Indeks rating = 0,70 x 0,85 x 0,90 x 0,70 = 0,37 yang dilaporkan sebagai 35%
(tergolong kelas miskin).
Bahan diskusi:
Menurut saudara mana lebih baik antara pendekatan fisiografik
dengan pendekatan parametrik?
116
Bahan diskusi:
Pada kenyataannya sering terjadi penggabungan antara pendekatan fisiografik dan parametrik. Mengapa
demikian?
117
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan didiskusikan, mahasiswa peserta kuliah dapat membandingkan tipe-tipe
penggunaan lahan
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat membandingkat tipe-tipe
penggunaan lahan.
2. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat memilih kriteria persyaratan tumbuh
tanaman.
3. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat memilih kriteria persyaratan penggunaan
lahan untuk bidang non pertanian.
pengelolaan yang digunakan. Tipe pengelolaan yang digunakan dalam setiap bentuk
penggunaan lahan biasanya ditentukan oleh ukuran, intensitas modal, intensitas tenaga
kerja, tingkat pengetahuan petani, tenaga yang digunakan dalam usaha tani. Dalam
menentukan agar faktor produksi mendapatkan perhatian yang lebih spesifik dan
dijelaskan secara terinci karena faktor produksi tersebut sampai batas-batas tertentu akan
menentukan tingkat pengelolaannya.
Pada keadaan tertentu tipe-tipe penggunaan lahan secara terinci tidak hanya terdiri
dari satu macam tanaman saja. Oleh sebab itu dikenal tipe penggunaan lahan tunggal, tipe
penggunaan lahan ganda dan tipe penggunaan lahan majemuk.
Tipe penggunaan lahan tunggal adalah penggunaan lahan untuk satu jenis
tanaman saja, misalnya untuk perkebunan cengkeh, kopi, kakao, dan sebagainya.
Tipe penggunaan lahan ganda adalah penggunaan lahan untuk lebih dari satu jenis
tanaman sekaligus, dan tiap-tiap jenis tanaman membutuhkan input atau masukan yang
berbeda, syarat-syarat tumbuh dan memberikan hasil yang berbeda-beda pula. Sebagai
contoh, hutan produksi yang sekaligus digunakan sebagai tempat rekreasi.
Tipe penggunaan lahan majemuk adalah penggunaan lahan lebih dari satu jenis
tanaman, akan tetapi untuk tujuan evaluasi lahan dianggap sebagai satu kesatuan. Jenis
penggunaan lahan yang berbeda mungkin saja terjadi dalam urutan waktu tertentu,
misalnya rotasi tanaman atau terjadi dalam waktu yang sama secara simultan, akan tetapi
di tempat yang berbeda dalam satu kesatuan lahan yang sama.
Bahan diskusi:
Kenapa tipe pengguanaan lahan diperlukan dalam evaluasi lahan, apa bedanya dengan penggunaan lahan
secara umum?
lingkungan yang sangat penting peranannya adalah faktor tanah, iklim, dan topografi.
Kondisi dari sifat-sifat tanah tidak saja menentukan kemampuan menyediakan hara bagi
tanaman, tetapi juga menentukan daya jelajah akar sebagai organ pengambil hara dan
penegak tanaman. Dengan dasar pemikiran seperti tersebut di atas maka dalam sistem
evaluasi lahan ini disusun serangkaian kriteria penciri yang terdiri dari unsur tanah, iklim
dan topografi. Hal tersebut dimaksudkan untuk tujuan evaluasi fisik lahan secara semi
kuantitatif.
Kriteria penciri adalah variabel yang telah diketahui mempunyai pengaruh
terhadap hasil atau output yang diperoleh atau masukan (input) yang diperlukan untuk
suatu jenis penggunaan lahantertentu. Kriteria penciri menunjukkan sampai seberapa jauh
kualitas atau kondisi lahan yang ada dapat memenuhi kebutuhan atau persyaratan yang
diperlukan oleh penggunaan lahan. Ukuran-ukuran tersebut menunjukkan tingkat
kesesuaian dari sebidang lahan. Persyaratan tumbuh yang diperlukan oleh masing-masing
tanaman mempunyai batas minimum, optimum dan maksimum. Untuk keperluan evaluasi
lahan yaitu untuk menentukan kelas kesesuaian lahan, maka persyaratan tumbuh ini
dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas kesesuaian lahan yang dikaitkan dengan
kualitas dan karakteristik lahan. Sebagai contoh, kriteria kelas kesesuaian lahan untuk
tanaman padi sawah dapat dilihat seperti Tabel di bawah.
120
Seperti halnya untuk penggunaan lahan di bidang pertanian, untuk bidang non pertanian
pun memerlukan penciri kunci/persyaratan penggunaan lahan yang umumnya berbeda
antara satu penggunaan dengan penggunaan lainnya. Sebagai contoh penggunaan lahan
untuk permukiman penciri kuncinya akan berbeda dengan penggunaan lahan untuk
bidang pariwisata.
121
Bahan diskusi:
1. Coba saudara bandingkan batas-batas ukuran butir antara sistem Unified, sistem
AASHTO, dan sistem USDA
2. Kenapa potensi mengembang mengerut dan sifat rheologi sangat penting
diperhatikan?.
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan mendiskusikan pokok bahasan ini, mahasiswa peserta kuliah. dapat membuat
penilaian kemampuan lahan. KEMAMPUAN LAHAN
Sasaran Belajar
1. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat memahami definisi, tujuan dan
manfaat evaluasi kemampuan lahan
2. Setelah melakukan diskusi, mahasiswa dapat menjelaskan struktur klasifikasi
kemampuan lahan
3. Setelah membaca dan melakukan diskusi, mahasiswa dapat melakukan penilaian
kemamampuan lahan
122
Evaluasi kemampuan lahan pada dasarnya merupakan evaluasi/pendugaan potensi lahan untuk
penggunaan secara umum, tidak membicarakan peruntukan untuk penggunaan secara spesifik. Oleh karena
itu sifatnya merupakan evaluasi yang lebih umum dibandingkan dengan evaluasi kesesuaian lahan yang
bersifat lebih khusus. Sebagai contoh lahan tersebut cocok untuk bidang pertanian, tapi belum jelas untuk
tanaman apa (masih bersifat umum). Dengan mengetahui potensi daripada lahan yang bersangkutan, maka
kita akan dapat menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan di dalam usaha-usaha
pengembangan/pengelolaannya untuk mempertahankan produktivitas lahan tersebut. Adapun manfaat dari
evaluasi kemampuan lahan adalah memberikan sumbangan data/informasi bagi para perencana tentang
potensi umum suatu daerah untuk keperluan-keperluan perencanaan untuk tujuan yang diinginkan.
Klasifikasi kemampuan lahan adalah pengelompokan lahan ke dalam satuan-satuan khusus
menurut kemampuannya untuk penggunaan yang intensif dan perlakuan yang diperlukan untuk dapat
dipergunakan secara terus menerus.
Ada tiga tingkat dalam klasifikasi kemampuan lahan yaitu:
1. Kelas kemampuan lahan mengungkapkan derajat pembatas (penghambat) dari nol
atau dapat diabaikan pada kelas I sampai ekstrem pada kelas VIII. Kelas kemampuan
lahan dituliskan dalam angka Romawi, misalnya kelas kemampuan lahan VI.
2. Subkelas kemampuan menunjukkan jenis pembatas utama yang meliputi erosi (e),
kebasahan (w), karakteristik tanah (s), iklim (c), dan gradien/lereng (g). Contoh
Subkelas VIe.
3. Satuan kemampuan lahan: pengelompokan beberapa satuan peta inventarisasi yang
mempunyai kemiripan respon terhadap pengelolaan yang sama, mempunyai hasil
potensial yang hampir sama, dan memerlukan upaya konservasi tanah yang sama.
Sebagai contoh pemberian simbol dalam satuan kemampuan adalah: VIe-1, VIe-2 dan
sebagainya.
Satuan kemampuan lahan pada bentuklahan (landform) dengan jenis batuan yang umum sering
dapat dikelompokkan ke dalam Kelompok Kemampuan Penggunaan Lahan. Hal ini memungkinkan
pengertian yang lebih baik tentang hubungan antara satuan kemampuan penggunaan lahan dengan bentang
lahan (landscape). Suatu kelompok kemampuan penggunaan lahan bisa terdiri dari beberapa satuan
kemampuan penggunaan lahan yang berbeda, seperti IVc-1
e = erosi c = iklim
w = kebasahan g = gradien
s = tanah
123
I IIc, iklim
II dapat digarap IIe, erosi IIe-1 Seri X
III IIw, kelembaban IIe-2 Seri Y
IV IIs, tanah IIe-3 Seri Z
IIes dst
dll
V
VI
VII tidak dapat digarap
VIII
Bahan diskusi:
Jelaskan beberapa karakteristik tanah yang berpengaruh terhadap kemampuan lahan.
124
Seperti telah diulas sebelumnya, tanah dan komponen lahan lainnya seperti bentuklahan, hidrologi
dan iklim dalam hubungannya dengan penggunaan lahan, pengelolaan dan produktivitas lahan adalah
merupakan dasar dalam pengelompokan kelas kemampuan. untuk membantu pengklasifikasian diperlukan
kriteria yang jelas, yang memungkinkan pengelompokan lahan dalam setiap kategori yaitu kelas, subkelas
dan satuan kemampuan.
Ada tiga metode evaluasi data dalam penilaian yaitu: Pertama, metode deskriptif di mana kelas-
kelas kemampuan atau kategori lainnya diuraikan dalam kalimat-kalimat; Kedua, sistem nilai (rating,
grading, atau indexing) dimana masing-masing sifat diberikan nilai dan kelas kemampuan atau kategori
lainnya ditapkan menurut jumlah nilai (score) yang diperoleh; Ketiga, metode kuantitatif dimana hubungan
antara sifat-sifat (variabel) ditetapkan menurut suatu persamaan yang digunakan untuk memperoleh nilai
atau indeks yang menentukan kelas kemampuannya atau kategori lainnya.
Dalam hal ini akan diberikan tauladan yaitu metode yang kedua yang sering digunakan yaitu
metode rating. Adapun caranya adalah pertama kita mencocokkan (matching) antara karakteristik/kualitas
lahan dengan persyaratan penggunaan lahan, kemudian dilanjutkan dengan rating untuk menentukan kelas
kemampuan atau kategori lainnya.
1. Lereng permukaan A B C D A E F G
2. Kepekaan erosi KE,KE2 KE3 KE4,KE5 KE6 (*) (*) (*) (*)
3. Tingkat erosi e0 e1 e2 e3 (**) e4 e5 (*)
4. Kedalaman tanah k0 k1 k2 k2 (*) k3 (*) (*)
5. Tekstur lapisan atas t1,t2 t1,t2 t1,t2 t1,t2 (*) t1,t2 t1,t2 t5
t3 t3 t3,t4 t3,t4 (*) t3,t4 t3,t4
6. Tekstur lapisan sda sda sda sda (*) sda sda t5
7. Permeabilitas P2,P3 P2,P3 P2,P3 P2,P3 P1 (*) (*) P5
P4 P4 (*) (*)
8. Drainase d1 d2 d3 d4 d5 (**) (**) d0
9. Kerikil/batuan b0 b0 b1 b2 b3 (*) (*) b4
10. Ancaman banjir O0 O1 O2 O3 O4 (**) (**) (*)
11.Garam/salinitas g0 g1 g2 g3 (*) g3 (*) (*)
U VIs
Catatan : (*) = dapat mempunyai sembarang sifat
(**) = umumnya terdapat di daerah beriklim miring
VIs
Gambar 6. Peta Kemampuan Lahan
IVs-1
VIs
IIe-2
IIe-2
IVd IVd
Tugas:
Berdasarkan data yang telah disediakan, coba saudara tentukan kemampuan lahannya.
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu
penggunaan tertentu yang lebih spesifik dari kemampuan lahan. Perbedaan dalam tingkat
kesesuaian ditentukan oleh hubungan antara keuntungan dan masukan yang diperlukan
sehubungan dengan penggunaan lahan tersebut. Dalam bentuknya yang sangat kuantitatif,
kesesuaian lahan dinyatakan dalam istilah ekonomi dari masukan dan keluaran atau
dalam hasilnya berupa pendapatan bersih atau di daerah-daerah berkembang berupa
tingkatan kehidupan masyarakat taninya. Tujuan daripada evaluasi kesesuaian lahan
adalah untuk memberikan penilaian kesesuaian lahan untuk tujuan-tujuan yang telah
dipertimbangkan. Manfaat evaluasi kesesuaian lahan adalah memberikan pengertian
tentang hubungan-hubungan antara kondisi lahan dan penggunaannya, serta memberikan
kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.
Menurut FAO (1976) struktur klasifikasi kesesuaian lahan dibagi menjadi empat
kategori yaitu: Order kesesuaian, Kelas kesesuaian, Subkelas kesesuaian, dan Unit
kesesuaian. Order kesesuaian lahan mencerminkan macam kesesuaiannya, kelas
kesesuaian mencerminkan derajat kesesuaian lahan dalam order, subkelas kesesuaian
mencerminkan macam hambatan atau macam perbaikan utama yang dibutuhkan dalam
kelas. Unit kesesuaian lahan mencerminkan perbedaan-perbedaan minor yang
dibutuhkan dalam pengelolaan subkelas.
Order kesesuaian lahan dapat dibagi menjadi dua yaitu: Order sesuai (S) dan order
tidak sesuai (N) bagi penggunaan yang dipertimbangkan. Order sesuai (S) adalah lahan
127
yang dapat dipergunakan secara berkelangsungan untuk suatu tujuan yang telah
dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan akan memuaskan setelah
dikalkulasi dengan masukan yang diberikan, tanpa adanya resiko kerusakan terhadap
sumberdaya lahannya. Order tidak sesuai (N) adalah lahan yang apabila dikelola,
mempunyai kesulitan sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu
tujuan yang telah direncanakan. Lahan ini tidak sesuai digunakan untuk pertanian karena
berbagai hambatan.
Order sesuai (S) dapat dibagi lagi menjadi kelas-kelas. Jumlah kelas pada order
sesuai tidak ditentukan, tetapi diusahakan sesedikit mungkin untuk memudahkan
interpretasi. Dalam hal ini terdapat tiga kelas dalam order sesuai yang didefinisikan
secara kuantitatif adalah sebagai berikut: (1) kelas S1 (sangat sesuai) adalah lahan yang
tidak mempunyai pembatas serius dalam menerapkan pengelolaan yang diberikan atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti yang tidak secara nyata berpengaruh
terhadap produksinya dan tidak menaikkan masukan melebihi yang biasa diberikan. (2)
kelas S2 (cukup sesuai) adalah lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu
penggunaan yang lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas dan
keuntungan, dan meningkatkan masukan yang diperlukan. (3) kelas S3 (sesuai marginal)
adalah lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang
lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan
masukan yang diperlukan.
Order N (tidak sesuai) biasanya ada dua kelas yaitu: (1) kelas N1 (tidak sesuai
saat ini) adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, tetapi masih
memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan
sekarang ini dengan biaya yang rasional. (2) kelas N2 (tidak sesuai untuk selamanya
adalah lahan yang mempunyai pembatas sangat berat, sehingga tidak mungkin untuk
digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
Sub kelas kesesuaian lahan mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan
yang diperlukan dalam suatu kelas. Tiap kelas dapat dibagi menjadi satu atau lebih sub
kelas tergantung dari jenis pembatas yang ada. Untuk kelas S1, tidak ada faktor pembatas.
Sebagai contoh kelas S2 yang mempunyai faktor pembatas kedalaman efektif (r) akan
menurunkan sub kelas menjadi S2r.
Kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit) merupakan pembagian lebih lanjut
dari sub kelas. Semua satuan (unit) dalam satu sub kelas mempunyai tingkat kesesuaian
128
yang sama dalam kelas dan mempunyai jenis pembatas yang sama pada tingkat sub kelas.
Satuan-satuan yang satu berbeda dengan yang lainnya dalam sifat-sifat atau aspek
tambahan dari pengelolaan yang diperlukan dan sering merupakan pembatas datail dari
pembatasnya. Dengan diketahuinya pembats secara detail, akan memudahkan penafsiran
perencanaan pada tingkat usahatani. Simbul kesesuaian lahan pada tingkat satuan (unit)
dibedakan oleh angka-angka yang ditempatkan setelah simbul subkelas. Skema struktur
klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dapat dilihat pada Gambar dibawah.
Gambar 7. Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan Pada Berbagai Kategori (FAO, 1976)
Order Kelas Sub kelas Unit
Keterangan:
S = sesuai n = pembatas ketersediaan hara
N = tidak sesuai e = pembatas erosi
Sc = sesuai menurut keadaan c = pembatas iklim
Bahan diskusi:
Jelaskan perbedaan antara kesesuaian lahan dengan kemampuan lahan berdasarkan atas pemahaman
mengenai definisi di atas.
Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current suitability)
adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang belum
mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada di setiap satuan
peta. Sebagaimana diketahui bahwa faktor pembatas yang kemungkinan terdapat di
satuan peta yang dievaluasi, ada yang sifatnya permanen dan tidak memungkinkan untuk
dapat diperbaiki atau tidak ekonomis. Di lain pihak ada faktor pembatas yang dapat
diatasi atau diperbaiki dan secara ekonomi masih menguntungkan dengan masukan
teknologi yang tepat.
129
Tabel 5. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial
menurut tingkat pengelolaannya.
No Kualitas lahan/karateristik lahan Jenis usaha perbaikan Tingkat pengelolaannya
1. Rejim radiasi
- Panjang penyinaran matahari - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
2. Rejim suhu
- Suhu rata-rata tahunan - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
- Suhu rata-rata bulan terdingin - Tidak dapat dilakukan perbaikan
- Suhu rata-rata bulan terpanas - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
-
3. Rejim kelembaban udara
- Kelembaban nisbi - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
4. Ketersediaan air
- Bulan kering - Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
- Curah hujan - Sitem irigasi/pengairan Sedang, tinggi
5. Media perakaran
- Drainase - Perbaikan sistem drainase Sedang, tinggi
seperti pembuatan saluran drainase
- Tekstur - Tidak dapat dilakukan perbaikan -
- Kedalaman efektif - Umumnya tidak dapat dilakukan Tinggi
kecuali pada lapisan padas lunak
130
Keterangan : - Tingkat pengelolaan rendah : pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif
rendah.
- Tingkat pengelolaan sedang : pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah,
memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang.
- Tingkat pengelolaan tinggi : pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal ynag relatif besar,
umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah.
Tabel 6. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut
tingkat pengelolaannya.
5. Media perakaran
- drainase - + ++
- Tekstur tanah - - -
- Kedalaman efektif - - +
- Gambut:
- kematangan - - +
- Ketebalan - - +
6. Retensi hara:
- KTK - + ++
- pH (H2O) - + ++
- KB - - ++
- C-organik - + ++
7. Ketersediaan hara
- N-total + ++ +++
- P2O5 tersedia + ++ +++
- K2O + ++ +++
8. Bahaya banjir
- Periode - + ++
- Frekuensi - + ++
9. Kegaraman
- Salinitas - + ++
10. Toksisitas
- Kejenuhan Aluminium - + ++
- Lapisan pirit - + ++
11. Kemudahan pengolahan - + +
12. Potensi mekanisasi - - +
13. Bahaya erosi - + ++
Keterangan: - : Tidak dapat dilakukan perbaikan
+ : Perbaikan dapat dilakukan, dan akan dihasilkan kenaikan sebesar satu
kelas lebih tinggi misalnya dari S3 menjadi S2
++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar dua
kelas lebih tinggi, misalnya dari kelas S3 menjadi S1
+++ : Perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan sebesar tiga
kelas atau lebih, misalnya dari kelas N1 menjadi S1
Tugas:
Dari data yang diberikan, coba asumsikan tingkat perbaikan kualitas lahan dari aktual menjadi potensial.
Cara penilaian kesesuaian lahan yang sering dilakukan adalah dengan cara
matching (mencocokkan) kualitas/karakteristik lahan dengan persyratan tumbuh tanaman
yang dievaluasi/persyaratan penggunaan lahan yang dikehendaki. Dalam sistem Matching
ini berlaku hukum minimum, yang artinya kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor
pembatas terberat.
Contoh penilaian kesesuaian lahan jagung varietas Harapan pada Seri Santong
daerah Lombok, dapat dilihat seperti Tabel di bawah ini.
132
Kelembaban (%) 80 S1 S1
3.Ketersediaan oksigen (oa) S2 S2
Drainase sedang S2 S2
4.Media perakaran S3 S3
Tekstur lempung S3 S3
berpasir
Bahan kasar (%) <5 S1 S1
Kedalaman tanah (cm) 55 S1 S1
5.Gambut S1 S1
Ketebalan (cm) 0 S1 S1
Kematangan matang S1 S1
6.Retensi hara (nr) S2 S1
KTK liat 12 S2 * S1
Kejenuhan basa (%) 45 S2 * S1
pH H2O 6,0 S1 S1
C-organik (%) 0,8 S1 S1
7.Toksisitas (xc) S1 S1
Salinitas (ds/m) 0,2 S1 S1
8.Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%)
9.Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm)
10.Bahaya erosi (eh) S2 S2
Lereng (%) 8-15 S2 S2
Bahaya erosi sedang S2 S2
11.Bahaya banjir (fh) S1 S1
Genangan tidak S1 S1
pernah
12.Penyiapan lahan S1 S1
Stoniners (%) 0 S1 S1
Rock outcrop (%) 0 S1 S1
Kelas kesesuaian lahan Aktual (A) S3 Potensial (P) S3
Keterangan: *Usaha perbaikan dapat dilakukan,kelas kesesuaian lahan naik 1 tk.
satu tingkat.
Tugas : Lakukan penilaian kelas kesesuaian lahan aktual dan potensian pada seri tanah yang
lainnya berdasarkan
Pertemuan data
minggu ke: XIyang telah disediakan.
Pertemuan Minggu XI
133
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan mendiskusikan, mahasiswa semester VI Jurusan Tanah Fak. Pertanian
UNUD. dapat membuat penilaian kesesuaian lahan untuk bidang non pertanian (C6).
Sasaran Belajar
Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat menilai kesesuaian lahan untuk bidang permukiman.
Tabel 8. Kesesuaian Lahan untuk Tempat Tinggal (Gedung) tanpa ruang bawah tanah
(USDA, 1983)1)
135
1)
Lapisan paling tebal antara 25-100 cm dari permukaan tanah
2)
Untuk famili tanah kaolinitik, pengharkatan menjadi satu tingkat lebih baik dari tabel ini
3)
Dikutip dari USDA (1971).
4)
Rata-rata dibobotkan dari permukaan tanah sampai kedalaman 100 cm.
Tugas:
Lakukanlah penilaian kesesuaian lahan untuk pembangunan gedung berdasarkan data seri tanah
yang telah disediakan.
Tugas:
Masing-masing mahasiswa diwajibkan menyebutkan dua jenis pembatas lahan
Tugas:
Berikan masing-masing dua buah contoh yang termasuk masukan tetap danmasukan berulang.
139
Kompetensi Dasar
Setelah membaca dan didiskusikan, mahasiswa peserta kuliah mampu membuat evaluasi dalam
memberikan alternatif pada perencanaan dan arahan pengelolaan lahan.
Sasaran Belajar
1. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat membandingkan alternatif perencanaan dan
arahan pengelolaan lahan
2. Setelah didiskusikan mahasiswa dapat mengevaluasi alternatif penggunaan yang
telah dipilih
Evaluasi lahan bukan hanya menghasilkan kelas kesesuaian lahan, akan tetapi
harus dapat menunjukkan pilihan untuk pengelolaan lebih lanjut. Asumsi yang
digunakan adalah bahwa kelas kesesuaian lahan seperti uraian terdahulu dikelompokkan
berdasarkan atas jumlah dan jenis faktor pembatasnya.
Penetapan alternatif perencanaan pengelolaan dalam penggunaan lahan
didasarkan pada hasil evaluasi lahan yaitu: deskripsi kualitas lahan, evaluasi kelas
kesesuaian lahan dan deskripsi faktor pembatasnya, uji produktivitas lahan setelah
diberikan masukan, jaminan harga/pemasaran hasil, serta kondisi sosial ekonomi dan
budaya setempat. Perlunya perencanaan dalam menetapkan pilihan dalam penggunaan
lahan adalah untuk perbaikan (kelestarian lahan), di samping untuk peningkatan hasil
pertanian secara umum.
Sesuai dengan yang telah tercantum dalam prinsip-prinsip evaluasi lahan yaitu,
evaluasi membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan masukan
yang dibutuhkan pada berbagai tipe lahan. Oleh sebab itu dalam pemilihan penggunaan
lahan yang paling disukai dari setiap tipe lahan memerlukan analisis input-output seperti
analisis B/C ratio, analisis R/C ratio dan sebagainya. Dengan adanya analisis input output
tersebut, lahan tidak hanya sesuai secara agroekosistem tapi juga sesuai secara
agroekonomi.
Berdasarkan atas kesesuaian lahan secara agroekosistem maupun secara
agroekonomi yang telah disertai dengan perhitungan input-output, maka pada masing-
masing tipe lahan dapat ditentukan pilihan penggunaan yang paling menguntungkan, baik
140
Bahan diskusi:
Berdasarkan data yang telah disediakan, coba lakukan penilaian untuk menetapkan pilihan penggunaan
lahan yang paling menguntungkan
DAFTAR PUSTAKA
10. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.
11. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for Land
Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.
12. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.
13. CSR/FAO Staff.1983. Reconaissance Land Resource Survei Atlas Format Procedure. Centre for
Soil Research AGAF/INS/006. Manually. Version, Bogor.
14. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survei and Land Evaluation. George Allen and Unwin
Publisher Ltd. London.
15. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no. 32.
16. Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation
and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist
University Ghent.
141
17. Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Sringer Verlaag. Berlin, Heidelberg, New
York.
18. Young, A.. 1976. Tropical Soils and Soil Survei. Camridge University Press, Cambridge.
142
Kompetensi Dasar
Setelah dijelaskan dan didiskusikan, mahasiswa peserta kuliah dapat mengaplikasikan bidang evaluasi
lahan untuk berwirausaha.
Sasaran Belajar
1. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat melakukan pemetaan sumberdaya lahan
2. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat melakukan pelayanan konsultasi database
sumberdaya lahan.
3. Setelah didiskusikan, mahasiswa dapat menunjukkan peluang-peluang agribisnis.
Menghadapi situasi krisis saat ini, pemerintah seharusnya menyadari benar pentingnya sektor
pertanian sebagai penunjang perekonomian negara. Kalau disadari, sektor pertanian dalam arti luas saat ini
sebenarnya masih merupakan sektor yang sangat strategis dengan beberapa alasan: (1) kebutuhan pangan
akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk; (2) sebagai negara agraris, pertanian
yang tangguh seharusnya menjadi landasan pertama dan utama karena 80% penduduk Indonesia bekerja di
sektor pertanian; selanjutnya diikuti oleh peningkatan kualitas SDM (pendidikan), lebih lanjut diikuti oleh
pengembangan teknologi tepat guna, teknologi maju.
Tugas:
Jelaskan menurut pendapat anda beberapa peluang bisnis lainnya yang bisa
dikembangkan dari bidang evaluasi lahan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
19. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.
20. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for Land
Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.
21. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.
22. CSR/FAO Staff.1983. Reconaissance Land Resource Survei Atlas Format Procedure. Centre for
Soil Research AGAF/INS/006. Manually. Version, Bogor.
23. Dent, D. and A. Young. 1981. Soil Survei and Land Evaluation. George Allen and Unwin
Publisher Ltd. London.
24. FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soil Bulletin no. 32.
25. Sys,C.,E. Van Ranst, J. Debaveye 1991. Land Evaluation Part I. Principles in Land Evaluation
and Crop Production Calculation. International Training Centre For Post- Graduate Soil Scientist
University Ghent.
26. Vink, A.P.A. 1975. Land Use in Advancing Agriculture. Sringer Verlaag. Berlin, Heidelberg, New
York.
27. Young, A.. 1976. Tropical Soils and Soil Survei. Camridge University Press, Cambridge.
143
BUKU AJAR
Disusun oleh :
I Made Mega
I Nyoman Dibia
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmatNya, Buku Ajar Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan ini dapat tersusun tepat
pada waktunya.
Buku ajar ini dimaksudkan sebagai buku pegangan, sehingga diharapkan dapat
membantu mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian
Lahan, dengan bobot 3 SKS di Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Topik yang disajikan dalam buku ajar ini mengacu pada Silabus Mata Kuliah
yang telah disusun sebelumnya. Dalam buku ajar ini dibahas tentang klasifikasi tanah dan
perkembangannya, .sistem klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia, evaluasi
sumberdaya lahan, kesesuaian lahan untuk pertanaian dan non pertanian. Pada akhir
pokok bahasan dilengkapi dengan bahan diskusi, tugas terstruktur atau tugas mandiri.
Buku ajar ini disusun dari beberapa literatur dan hasil-hasil penelitian.
Buju ajar ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan, semoga buku ajar ini ada manfaatnya.
i
145
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1. Pengertian Klasifikasi Tanah dan Sumberdaya Alam.........................................................................1
1.2. Tanah yang Diklasifikasikan...............................................................................................................2
1.3. Hubungan Klasifikasi Tanah dengan Ilmu Pengetahuan lainnya........................................................3
II. MORFOLOGI TANAH............................................................................................................................5
2.1. Profil Tanah.........................................................................................................................................6
2.2. Ciri-ciri Morfologi Tanah....................................................................................................................7
III. KLASIFIKASI TANAH DAN PERKEMBANGANNYA..................................................19.
3.1. Tujuan Klasifikasi Tanah...................................................................................................................19
3.2. Asas Klasifikasi Tanah......................................................................................................................19
3.3. Sejarah Perkembangan Klasifikasi tanah..........................................................................................20
IV. SISTEM KLASIFIKASI TANAH PUSAT PENELITIAN TANAH BOGOR23
V. SISTEM KLASIFIKASI TANAH FAO/UNESCO.........................................................28
VI. TAKSONOMI TANAH........................................................................................................................32
6.1. Riwayat.............................................................................................................................................32
6.2. Kategori.............................................................................................................................................34
VII. TATA NAMA DALAM TAKSONOMI TANAH................................................................................38
7.1. Nama-nama Order.............................................................................................................................38
7.2. Nama-nama Sub Order......................................................................................................................39
7.3. Nama-nama Great Grup....................................................................................................................40
7.4. Nama-nama Sub grup........................................................................................................................42
ii
146