Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Perencanaan Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa


Tenggara

Analysis of Drugs Planning in Health Office Southeast Minahasa Ragency

Ingrid N. Rumbay 1) G. D. Kandou 2) T. Soleman 1)


1)
Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak Abstract

Pengelolaan obat kabupaten/kota merupakan Medication management districts / cities are


tanggung jawab penuh dari pemerintah the sole responsibility of the district / city. Starting
kabupaten/kota. Mulai dari aspek perencanaan from the planning aspect of medicine needs for a
kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan dasar basic health care system is based on "bottom up",
berdasarkan sistem bottom up, perhitungan the calculation of the plan needs the drug, and the
rencana kebutuhan obat, serta mengkoordinasikan drug needs to coordinate planning of several
perencanaan kebutuhan obat dari beberapa sumber sources of funds. Chief Medical Officer / City filed
dana. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a Drug Needs Plan (RKO) and report the use of
mengajukan Rencana Kebutuhan Obat (RKO) dan drugs to the District / City, State and Central. Each
melaporkan penggunaan obat kepada Pemerintah district / city has its own structures and policies in
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat. Setiap the management of drugs, Drug next business
kabupaten/kota mempunyai struktur dan kebijakan district / city called Public Drug Unit business and
sendiri dalam pengelolaan obat, selanjutnya Medical Supplies (UPOPPK) Regency / City. This
Pengelola Obat Kabupaten/Kota disebut dengan study used a qualitative method that aims to gain a
Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan more in-depth information about the planning
Kesehatan (UPOPPK) Kabupaten/Kota. Penelitian process drugs in Southeast Minahasa District
ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan Health Office. This study will be conducted in
untuk mendapatkan informasi yang lebih Southeast Minahasa District Health Office in
mendalam tentang proses perencanaan obat di January to March 2015. The data were obtained by
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. means of in-depth interviews to research
Penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas informants. Data were processed using content
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara pada analysis. The results showed that the planning
bulan Januari Maret 2015. Data diperoleh dengan process needs medicine in Southeast Minahsa
cara wawancara mendalam terhadap informan District Health Office is not in accordance with the
penelitian. Data diolah dengan menggunakan Guidelines for Technical Management and Public
content analysis. Hasil penelitian menunjukkan Procurement of Drugs and Medical Supplies
bahwa Proses perencanaan kebutuhan obat di Dinas specified by the Minister of Health of the Republic
Kesehatan Kabupaten Minahsa Tenggara belum of Indonesia.
sesuai dengan Pedoman Teknis Pengelolaan dan
Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Keyword: Drugs, Planning, Content Analysis.
Indonesia.

Kata kunci: Obat, Perencanaan, Content


Analysis..

469
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

Pendahuluan yang ideal dan rasional dalam satu tahun


secara global yaitu sebesar 60% x Jumlah
Sejak diberlakukannya otonomi daerah
penduduk x Biaya obat per kapita.
(OTDA) tahun 2000, muncul tuntutan
Direktur Bina Obat dan Perbekalan
akan pelayanan yang baik dan memuaskan
Kesehatan Direktorat Jenderal Bina
kepada publik. Otonomi daerah dalam
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Republik
bidang kesehatan memiliki dampak yang
Indonesia mengemukakan bahwa standar
cukup besar dimana pembangunan
biaya obat publik rasional menurut
kesehatan telah menjadi tanggung jawab
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
Pemerintah Daerah (Kabupaten / Kota).
adalah US $2 per kapita, sedangkan
Program pembangunan kesehatan nasional
standar Departemen Kesehatan Republik
mencakup lima aspek Pelayanan
Kesehatan Indonesia (Depkes RI) US $1
Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang:
per kapita atau diasumsikan sekitar Rp.
Promosi Kesehatan, Kesehatan
9.000,00 (sembilan ribu rupiah) per kapita
Lingkungan, Kesehatan Ibu dan anak
(KONAS 2006).
termasuk Keluarga Berencana,
Pemberantasasn Penyakit Menular dan Tahun 2012 Kabupaten Minahasa
Pengobatan. Salah satu sarana pendukung Tenggara dimekarkan menjadi 12
kegiatan pengobatan yaitu tersedianya Kecamatan dengan 9 kelurahan, 135 desa
obat-obatan yang dibutuhkan dan 11 wilayah kerja Puskesmas. Pada
(Anonim,2004) akhir tahun 2012 juga Dinas Kesehatan
Kabupaten Minahasa Tenggara telah
Pengelolaan obat kabupaten/kota
ketambahan 1 Puskesmas yaitu Puskesmas
merupakan tanggung jawab penuh dari
Silian di kecamatan Silian Raya dengan
pemerintah kabupaten/kota. Mulai dari
status Puskesmas Rawat Jalan, sehingga
aspek perencanaan kebutuhan obat untuk
total Puskesmas berjumlah 12 Puskesmas.
pelayanan kesehatan dasar berdasarkan
Melihat letak dari setiap Puskesmas ada
sistem bottom up, perhitungan rencana
yang jauh dengan instalasi farmasi maka
kebutuhan obat, serta mengkoordinasikan
pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara
perencanaan kebutuhan obat dari beberapa
dituntut mampu bertanggung jawab
sumber dana. Kepala Dinas Kesehatan
terhadap ketersediaan obat yang ada di
Kabupaten/Kota mengajukan Rencana
instalasi farmasi kabupaten. Untuk
Kebutuhan Obat (RKO) dan melaporkan
melaksanakan tugas dan tanggung jawab
penggunaan obat kepada Pemerintah
tersebut pemerintah Kabupaten Minahasa
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Tenggara harus mampu menjamin
Setiap kabupaten/kota mempunyai struktur
ketersediaan dana/anggaran yang cukup
dan kebijakan sendiri dalam pengelolaan
untuk pengadaan obat yang esensial
obat, selanjutnya Pengelola Obat
Kabupaten/Kota disebut dengan Unit terutama dalam mengelola dana
penyediaan obat secara efektif dan efisien
Pengelola Obat Publik dan Perbekalan
(Anonim,2008).
Kesehatan (UPOPPK) Kabupaten/Kota
(Anonim, 2008 ). Susi dan Wiku (2006) menyebutkan
bahwa salah satu aspek yang perlu
Kebijakan Obat Nasional (KONAS)
dipertimbangkan dalam perencanaan obat
tahun 1983 yang direvisi tahun 2006,
yaitu anggaran pengadaan obat. Hal
target kewajiban Standar Pelayanan
tersebut turut didukung hasil penelitian
Minimal (SPM) Pelayanan Kefarmasian
Mustika dan Sulanto (2004) mereka
pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
menyebutkan bahwa kekurangsesuaian
ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan
dana pengadaan obat secara tidak langsung
sebesar 90%, pengadaan obat esensial
mengakibatkan berkurangnya kesesuaian
100% dan pengadaan obat generik 90%.
ketersediaan obat. Dinas Kesehatan
Dasar perhitungan kebutuhan biaya obat

470
Rumbay, Kandou dan Soleman, Analisis Perencanaan Obat

Kabupaten Minahasa Tenggara harus keterbatasan sumber daya manusia, sarana


cermat dan teliti dalam upaya menyusun dan prasarana, sehingga sulit menganalisis
perencanaan kebutuhan obat publik agar kebutuhan obat yang akurat, efektif dan
Dana Alokasi Umum (DAU) yang efisien. UPTD Farmasi Dinas Kesehatan
disediakan oleh pemerintah dapat Kabupaten Minahasa Tenggara harus
mencukupi penyediaan obat di setiap memiliki data dan informasi mutasi obat
Puskesmas yang ada di wilayahnya. serta kasus penyakit dengan baik dan
akurat, mengetahui jumlah obat yang
Pusat Kesehatan Masyarakat
dibutuhkan dan harus dapat menyusun
(PUSKESMAS) dalam menjalankan
perencanaan kebutuhan obat dalam upaya
fungsinya yaitu melaksanakan pelayanan
memenuhi kebutuhan obat publik untuk
kesehatan dasar secara langsung kepada
semua puskesmas yang ada di Minahasa
masyarakat salah satunya kegiatan
Tenggara.
pelayanan pengobatan selalu
membutuhkan obat publik. Pusat Berdasarkan uraian di atas, maka
Kesehatan Masyarakat harus menyediakan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini
data dan informasi mutasi obat serta kasus adalah untuk menganalisis Perencanaan
penyakit dengan baik dan akurat, Obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
mengetahui jumlah dan jenis obat publik Minahasa Tenggara.
yang dibutuhkan. Pusat Kesehatan
Masyarakat harus dapat menyusun
perencanaan kebutuhan obat yang
selanjutnya diserahkan ke Dinas Metode
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara
untuk kemudian dikompilasi menjadi Penelitian ini menggunakan metode
perencanaan secara umum dalam upaya kualitatif yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan obat di semua Pusat mendapatkan informasi yang lebih
Kesehatan Masyarakat yang ada di mendalam tentang proses perencanaan
wilayah kerjanya. obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
Minahasa Tenggara. Penelitian ini akan
Survei awal di Instalasi Farmasi Dinas dilaksanakan di Dinas Kesehatan
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara Kabupaten Minahasa Tenggara pada bulan
menggunakan Dana Alokasi Umum Januari Maret 2015. Informan penelitian
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus untuk ini ialah sebanyak 3 (tiga) petugas
pengadaan obat publik. Hal itu pengelola obat di puskesmas sebagai
menunjukkan bahwa biaya kebutuhan obat informan utama, 3 (tiga) orang kepala
di Kabupaten Minahasa Tenggara cukup
puskesmas, 1 (satu ) orang kepala seksi
tinggi. Survei yang dilakukan di Instalasi kefarmasian Dinas Kesehatan, 1( satu)
Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten orang kepala sub bagian penyusun
Minahasa Tenggara, awal bulan Mei tahun program di Dinas Kesehatan, 1 (satu)
2014 terjadi kekosongan beberapa item orang kepala di Dinas Kesehatan sebagai
obat seperti tablet Amlodipin, tablet informan triangulasi. Data primer
Captopril, tablet Dexamathasone, tablet diperoleh dengan cara cara tanya jawab
Asam Mefenamat, tablet Metformin dan dan berhadapan langsung dengan
syrup Antasida sehingga tidak dapat responden. Wawancara dilakukan antara
memenuhi permintaan dari Puskesmas. pewawancara (interviewer) dengan
Salah satu faktor penyebab kekosongan terwawancara (interviewee) yang dipandu
obat di instalasi farmasi Dinas Kesehatan dengan pedoman wawancara lalu dicatat
Kabupaten Minahasa Tenggara yaitu dan direkam. Data yang telah terkumpul,
proses perencanaan pengadaan kebutuhan diolah dan dianalisis dengan metode
obat masih sederhana dikarenakan
pendekatan analisis isi (content analysis).

471
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

Hasil dan Pembahasan pada masing-masing informan sudah


cukup, akan tetapi ada juga yang tergolong
Berdasarkan hasil observasi dokumen
masih kurang lengkap. Rinciannya dapat
terhadap Dinas Kesehatan Kabupaten
dilihat pada Matriks Hasil Observasi
Minahasa Tenggara melalui UPTD
Terhadap Administrasi UPTD Farmasi
Faramasi dan Puskesmas yang ada
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
didapatkan hasil bahwa sebagian besar
Tenggara.
dokumen perencanaan kebutuhan obat

Dari beberapa kriteria hasil observasi tersebut didapatkan hasil sebagai berikut :
Informan B1 Informan B2 Informan B3 Informan B4 Informan B5 Informan B6
NO Materi Observasi ADA ADA ADA ADA ADA ADA

L TL L TL L TL L TL L TL L TL

1 Laporan 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2


Pemakaian Obat di
Puskesmas
2 Laporan 2/2 2/2 2/2
Persediaan Akhir
Tahun
3 Pencatatan Dan 8/8 8/8 4/8 1/8 4/8 1/8 4/8 1/8
Pelaporan Lainnya
4 SDM, Sarana dan 6/8 2/8 6/8 2/8 6/8 2/8 6/8 2/8 6/8 2/8 6/8 2/8
Prasarana
Jumlah 16 2 16 2 8 2 14 3 14 3 14 3
Total Skor 18 18 10 17 17 17

Penilaian Hasil masing-masing dokumen pekerjaan kefarmasian dan semua


untuk setiap informan diberi skor sebagai pekerjaan kefarmasian di dinas kesehatan
berikut: dan puskesmas Kabupaten Minahasa
Nilai 2 : Ada dan lengkap dokumen Tenggara dilaksanakan oleh tenaga
Nilai 1 : Ada dokumen tapi tidak lengkap Farmasi. Kewenangan melakukan
Nilai 0 : Tidak ada dokumen pekerjaan kefarmasian sesuai dengan
Kemudian didapatkan total nilai dan Peraturan Pemerintah Nomoe 51 Tahun
dikelompokan sebagai berikut : 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
Total Nilai 21-26 = Baik adalah seorang apoteker dan
Total Nilai 15-20 = Cukup diperbantukan tenaga teknis kefarmasian,
Total Nilai 9-14 = Kurang dimana yang dimaksud dengan tenaga
teknis kefarmasian meliputi sarjana
farmasi, akademi farmasi, analisis farmasi
Hasil Reduksi :
dan makanan, asisten apoteker (sekolah
1. 5 (lima ) informan memperoleh total menengah Farmasi). Pekerjaan
nilai 15-20 kefarmasian di UPTD Dinas Kesehatan
2. 1(satu) informan memperoleh total Kabupaten Minahasa Tenggara semuanya
nilai 10 dikerjakan oleh petugas farmasi yaitu
mulai dari pencatatan pelaporan,
penerimaan barang, penyimpanan,
1. Data dan Sumber data yang digunakan pendistribusian dan pelaporan. Hanya saja
keterlibatan petugas farmasi dalam
Seluruh informan telah mengetahui perencanaan pengadaan obat publik masih
siapa yang berwenang melakukan belum berjalan.

472
Rumbay, Kandou dan Soleman, Analisis Perencanaan Obat

Peraturan pemerintah tentang mempengaruhi ketersediaan obat, sebab


pekerjaan kefarmasian dengan tujuan perencanaan bertujuan untuk menetapkan
pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah jenis dan jumlah obat sesuai agar tidak
untuk memberikan perlindungan kepada terjadi kekosongan maupun kelebihan
pasien dan masyarakat dalam memperoleh obat. Apabila kebutuhan obat tidak
dan atau menetapkan sediaan farmasi dan direncanakan dengan baik maka akan
jasa kefarmasian, mempertahankan dan terjadi kekosongan yang akan
meningkatkan mutu penyelenggaraan mempengaruhi pelayanan dan kelebihan
pekerjaan kefarmasian sesuai dengan obat akan menyebabkan kerusakan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan merugikan anggaran yang dipakai untuk
teknologi serta perundang-undangan dan obat tersebut.
membarikan kepastian hukum pasien, Sumber data yang digunakan dinas
masyarakat dan tenaga kefarmasian. kesehatan berawal dari data puskesmas
Berdasarkan data yang ada tenaga yang ada di Kabupaten Minahasa
kefarmasian khusunya apoteker masih Tenggara yaitu resep obat dari apotek dan
kurang. Dari 12 puskesmas yang ada kartu persediaan di gudang obat di
hanya 3 puskesmas yang memiliki tenaga puskesmas, sehingga diperoleh jumlah
apoteker sedangkan puskesmas yang lain pemakaian obat puskesmas. Jumlah
hanya asisten apoteker, sedangkan untuk pemakaian obat tersebut dicatat dalam
UPTD Farmasi di Dinas kesehatan hanya 2 laporan pemakaian obat bulanan yaitu
orang tenaga apoteker dibantu 3 orang Laporan Pemakaian dan Laporan
tenaga asisten apoteker. Permintaan Obat (LPLPO), selanjutnya
data pemakaian obat dalam LPLPO
Data dasar merupakan data yang
direkapitulasi dalam laporan persediaan
digunakan dalam perencanaan kebutuhan
akhir tahun. Dengan demikian dapat
obat di dinas kesehatan. Data dasar sangat
disimpulkan bahwa data yang digunakan
mempengaruhi hasil dari perencanaan itu
dinas kesehatan ialah LPLPO yang diambil
sendiri. Data dasar yang dibutuhkan dalam
dari tiap puskesmas di Kabupaten
perencanaan kebutuhan obat merupakan
Minahasa Tenggara.
data yang akan digunakan untuk
menyiapkan jenis dan jumlah item obat Perencanaan kebutuhan obat di Dinas
yang akan diadakan oleh pemerintah pada Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara
tahun anggaran yang berlaku. Ketepatan tidak melibatkan bagian perencanaan, tapi
data dasar yang digunakan menentukan langsung pada Unit Layanan Pengadaan
ketepatan perencanaan yang dilaksanakan (ULP) dan Pejabat Pembuat Komitmen
oleh dinas kesehatan. Data tersebut untuk pengadaan kebutuhan obat di dinas
diambil dari laporan puskesmas yang kesehatan. Setiap Kabupaten/Kota
selanjutnya dikompilasi menjadi rencana mempunyai struktur dan kebijakan sendiri
kebutuhan obat publik dan perbekalan dalam pengelolaan obat, sebaiknya
kesehatan kabupaten/kota yang dilengkapi pengelola obat Kabupaten/Kota
dengan teknik-teknik perhitungannya. dilaksanakan oleh Unit Pengelola Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara dapat
(UPOPPK) Kabupaten/Kota atau gudang
diketahui bahwa data dasar yang
farmasi agar pengelolaan obat dapat
digunakan dalam perencanaan kebutuhan
terlaksana dengan baik dan tidak terjadi
obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
tumpang tindih pelaksanaan tupoksi antara
Minahasa Tenggara ialah pemakaian obat
gudang farmasi dengan bagian
tahun sebelumnya berdasarkan Lembar
perencanaan dan keuangan. Keterbatasan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
sumber daya manusia berupa tenaga
(LPLPO). Data yang digunakan dalam
merencanakan kebutuhan obat sangat

473
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

farmasi menjadi faktor kendala dalam perbekalan kesehatan terpadu, dikarenakan


pengelolaan obat di kabupaten. tidak tersedianya sumber daya manusia
yang memadai. Keterbatasan SDM
Perencanaan kebutuhan obat sebaiknya
khususnya tenaga Apoteker menjadi
dilakukan sebelum tahun anggaran
kendala terhambatnya pembentukan tim
berjalan atau pada akhir tahun, dimana
perencanaan kebutuhan obat terpadu. Buku
sebaiknya proses perencanaan melibatkan
pedoman teknis pengadaan obat publik dan
kepala puskesmas, kepala UPTD Farmasi
perencanaan dan perbekalan kesehatan
dan bagian perencanaan dan keuangan.
dasar (Depkes RI, 2008) menyebutkan tim
Waktu pelaksanaan perencanaan di Dinas
perencanaan obat dan perbekalan
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara
kesehatan terpadu Kabupaten/kota
di mulai pada awal trisemester pertama.
dibentuk melalui surat Keputusan
Bupati/Walikota, dimana susunan tim
2. Proses Perencanaan Kebutuhan Obat perencanaan tersebut terdiri dari Ketua
(Kepala Bidang yang membawahi program
Proses perencanaan adalah cara atau kefarmasian di Dinas Kesehatan
langkah-langkah yang harus dilalui atau Kabupaten/Kota), Sekretaris (Ka.UPT
proses dalam membuat suatu rencana Pengelolaan Obat atau Kasie Farmasi)
untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun dalam hal ini seharusnya berpendidikan
yang langkah-langkah dalam perencanaan Apoteker dan anggota yang terdiri dari
pengadaan obat di dinas kesehatan sesuai unsur sekretariat daerah Kabupaten/Kota,
dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI unsur program yang terkait di Dinas
NO 1121/Menkes/SK/XII/2008 yaitu: Kesehatan Kabupaten/Kota.
tahap pemilihan obat, tahap kompilasi Berkaitan dengan proses perencanaan
pemakaian obat, ptahap perhitungan obat, kebutuhan obat di dinas kesehatan
tahap proyeksi kebutuhan obat dan tahap Kabupaten Minahasa Tenggara berawal
penyesuaian rencana pengadaan obat. dari pelaporan penggunaan obat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa puskesmas yang berada di wilayah
Tenggara mengawali kegiatan perencanaan Kabupate Minahasa Tenggara seharusnya
kebutuhan obat dengan memberi instruksi para petugas pengelola obat di puskesmas
kepada petugas pengelola obat di dilibatkan pada proses perencanaan
puskesmas untuk melakukan rekapitulasi pengadaan kebutuhan obat, karena petugas
pemakaian obat tahun sebelumnya dalam pengelola obat di puskesmas merupakan
bentuk laporan yaitu LPLPO. Puskesmas orang yang paling tahu penggunaan obat di
kemudian merekap dengan melihat pola puskesmas.Sehingga ketika terdapat
penyakit yang ada untuk menentukan kendala atau masalah dalam perencanaan
pemilihan jenis obat. LPLPO diajukan ke kebutuhan obat di dinas kesehatan dapat
dinas kesehatan melalui bagian farmasi, dengan mudah mengetahui letak dari
selanjutnya bagian farmasi akan membuat sumber masalah. Melibatkan petugas
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Publik pengelola obat puskesmas secara aktif juga
Kabupaten/Kota. RKO tersebut dibahas dapat menambah wawasan dan
bersama dengan Kepala Dinas Kesehatan pengetahuan tentang proses perencanaan
dan bagian pengadaan obat di dinas obat yang sebenarnya. Selama ini petugas
kesehatan yaitu Unit Layanan Pengadaan pengelola obat puskesmas hanya sampai
(ULP). pada pengumpulan daftar perencanan
kebutuhan obat puskesmas saja.
Di Kabupaten Minahasa Tenggara baru
saja terbentuk Unit Pelaksana Teknis Proses perencanaan kebutuhan obat di
Daerah Farmasi tetapi belum dibentuk tim dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
perencanaan kebutuhan obat dan Tenggara masih belum tepat disebabkan

474
Rumbay, Kandou dan Soleman, Analisis Perencanaan Obat

kurangnya pengetahuan tentang langkah- menyulitkan untuk Dinas Kesehatan


langkah yang harus diambil untuk proses Kabupaten Minahasa Tenggara disebabkan
perencanaan pengadaan obat yang tepat, kurangnya tenaga farmasi yang terlatih
tidak adanya pelatihan petugas obat di untuk menujang sistem pencatatan dan
puskesmas tentang tahap perencanaan obat pelaporan menjadi pertimbangan dalam
menyebabkan kekosongan baik di dinas menentukan jumlah kebutuhan obat
kesehatan maupun di puskesmas. Sukses dengan menggunakan metode morbiditas.
atau gagalnya pengelolaan logistik Berdasarkan informasi dari semua
ditentukan oleh kegiatan di dalam informan, pembiayaan anggaran belanja
perencanaan misalnya dalam menentukan obat dibebankan pada Dana Alokasi
barang yang dalam pengadaannya Khusus (DAK) di bidang kesehatan yang
melebihi kebutuhan maka mengacaukan dibebankan pada APBN, Dana Alokasi
siklus manajemen logistik secara Umum (DAU) yang dibebankan pada
keseluruhan (Seto, 2004). Perencanaan APBD serta dana dari Badan
yang tidak tepat dapat menyebabkan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
kekosongan obat. Dana DAU sebagai dana pendamping
Kompilasi atau rekapitulasi mutlak DAK dimaksudkan sebagai penunjang
dilakukan untuk mengetahui pemakaian pembiayaan anggaran untuk obat dan juga
bulanan masing-masing item obat selama untuk termasuk anggaran operasional yang
setahun pada puskesmas. Data kompilasi dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan
pemakaian obat ini digunakan sebagai data kefarmasian di UPTD Farmasi Dinas
dasar untuk menghitung stok optimum. Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara.
Beberapa informan yang mengutarakan
bahwa penentuan jumlah obat yang 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
dibutuhkan dilakukan dengan metode Perencanaan Kebutuhan Obat
konsumsi dan buffer stok, yaitu pemakaian
rata-rata tahun x 18 bulan. Penentuan Sumber daya manusia yang bertugas
jumlah kebutuhan yang dilakukan dalam melaksanakan pekerjaan kefarmasian di
merencanakan kebutuhan obat publik dinas kesehatan dan puskesmas menjadi
tersebut dinilai belum tepat. Kementrian faktor yang sangat berpengaruh.
Kesehatan dalam pedoman pengelolaan Kurangnya tenaga farmasi khususnya
obat publik dan perbekalan kesehatan Apoteker yang terlatih menyebabkan
menyebutkan bahwa untuk penetuan pekerjaan kefarmasian terganggu.
jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan Pengatahuan petugas pengelola obat
metode konsumsi perlu memperhatikan tentang manajemen pengelolaan obat
beberapa data seperti: daftar obat, stok menjadi tidak baik. Hal ini dapat
awal, penerimaan, pengeluaran, sisa stok, mempengaruhi keakuratan data sehingga
obat hilang/kadaluarsa,pemakaian rata-rata menyababkan perencanaan kebutuhan obat
dan perkembangan pola kunjungan. menjadi tidak tepat.
Selain metode konsumsi, penentuan Kegiatan koordinasi dan monitoring
jumlah kebutuhan obat dapat juga dari atasan selama pelaksanaan kegiatan
dilakukan dengan menggunakan metode perencanaan kebutuhan dapat memotivasi
morbiditas, yaitu dengan cara menentukan petugas pengelola obat untuk
jumlah kebutuhan obat dengan menyelesaikan perencanaan kebutuhan
memperhatikan pola penyakit. Penentuan secara maksimal dan bertanggungjawab.
jumlah obat dengan metode morbiditas Koordinasi dan monitoring dapat
membutuhkan cukup waktu dan tenaga membantu petugas pengelolaan obat dalam
yang terampil dan sistem pencatatan dan melaksanakan perencanaan dan kebutuhan
pelaporan yang baik. Hal ini cukup obat dengan baik dan tepat. Selain itu juga

475
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

dapat meningkatkan rasa tangungjawab pengumpulan data perencanaan kebutuha


untuk membuat daftar perencanaan obat di puskesmas saja. Pelaksanaan
kebutuhan obat di dinas kesehatan yang perencanaan dan pengadaan kebutuhan
nantinya didistribusikan ke puskesmas obat yang tidak melibatkan tim
sesuai instruksi yang disampaikan oleh perencanaan kebutuhan obat terpadu juga
dinas kesehatan. turut mempengaruhi kualitas perencanaan
kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan
di Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa
4. Saran Atau Rekomandasi Untuk
Tenggara. Pedoman teknis pengadaan
Pemecahan Masalah
telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor
Kurangnya tenaga kefarmasian
1121/Menkes/SK/XII/2008 tentang
khususnya Apoteker seharusnya menjadi
pedoman teknis pengadaan obat publik dan
perhatian serius Pemerintah Daerah,
perbekalan kesehatan. Pedoman tersebut
Provinsi dan Pusat. Diharapkan
menjadi acuan pemerintah atau dinas
pemerintah dapat memberikan solusi atas
kesehatan yang ada di seluruh Indonesia
permasalahan yang terjadi dengan
dalam pelaksanaan perencanaan dan
memperhatikan berbagai faktoe yang
pengadaaan obat. Dinas Kesehatan
berhubungan dengan ketersediaan tenaga
Kabupaten Minahasa Tenggara belum
kesehatan. Diharapkan kedepannya
memiliki tim perencanaan kebutuhan obat
pemerintah perlu membuka formasi
terpadu, dengan kendala sumber daya
Apoteker pada penerimaan CPNS yang
manusia yang belum memadai. Disarankan
akan datang guna memenuhi kebutuhan
sebaiknya dibentuk tim perencanaan
sumber daya manusia di bidang
kebutuhan obat terpadu dengan melibatkan
kefarmasian. Tenaga Apoteker adalah
berbagai lintas sektor baik sekretariat
tenaga profesional yang lebih mengerti
daerah, Kepala UPTD Farmasi, Kepala
tentang pekerjaan kefarmasian seharusnya
program perencanaan dinas kesehatan agar
menjadi pelasana utama dalam kegiatan
terjadi perbaikan dan peningkatan dalam
perencanaan kebutuhan obat publik.
perencanaan kebutuhan obat.
Kekosongan tenaga farmasi ini dialami di
kabupten/kota lainnya seperti yang Kurangnya advokasi oleh dinas
diutarakan Herman dan Handayani (2009) kesehatan kepada pemerintah daerah
yang menyatakan dari 24 kabupten/kota menjadi salah satu faktor yang
tentang karakteristik Unit Pengelola Obat mempengaruhi karena dengan advokasi
menunjukan bahwa sebagian besar yang benar akan memberikan pemahaman
(61,54%) status pengelola obat di yang baik kepada pemerintah daerah
kabupaten /kota adalah UPTD. Jumlah tentang peranan penting pekerjaan
puskesmas yang dilayani antara 1-30 kefarmasian terhadap kwalitas pelayanan
puskesmas (66,7%) sedangkan prosentase terhadap masyarakat sehingga pemerintah
Unit Pengelola Obat dengan hanya satu daerah akan mengalokasikan anggaran
apoteker terbesar (54,2%) dan asisten yang cukup untuk menunjang program
apoteker 1-2 orang (66,6%) hal ini kerja kefarmasian di Dinas Kesehatan
menunjukan kurangnya atau kurang Kabupaten Minahasa Tenggara misalnya
meratanya distribusi tenaga farmasi di kegiatan pelatihan kepada petugas
kabupeten/kota (Herman dkk, 2009). pengelola obat di dinas kesehatan,
puskesmas dan jaringannya.
Kegiatan perencanaan obat di Dinas
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara Pelatihan yang bersifat interaktif,
tidak melibatkan tenaga pengelola obat motivasional berdasarkan masalah dan
puskesmas secara aktif. Petugas pengelola menggunakan modul terstruktur paling
obat puskesmas hanya dilibatkan pada sesuai untuk memperbaiki mutu sumber

476
Rumbay, Kandou dan Soleman, Analisis Perencanaan Obat

daya manusia. Diperlukan usaha lain lebih Kesimpulan


sistemik, terencana dan terstruktur agar 1. Data yang digunakan ialah data jumlah
mutu perencanaan obat di pelayanan pemakaian obat tahun sebelumnya
kesehatan dapat berlangsung dengan yang direkap dari pemakaian perbulan
umpan balik serta monitoring yang terus dan data penyakit. Sumber data yang
menerus ke unit-unit pelayanan kesehatan digunakan ialah LPLPO
yang ada (Aini dkk, 2004).
2. Proses perencanaan kebutuhan obat di
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Minahsa
sebagian besar informan diketahui bahwa Tenggara belum sesuai dengan
peran aktif atasan terhadap petugas Pedoman Teknis Pengelolaan dan
pengelola obat di puskesmas dan dinas Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
sudah cukup bagus. Komunikasi dan
Kesehatan yang ditetapkan oleh
koordinasi antara semua pihak perlu Menteri Kesehatan Republik
ditingkatkan karena selain dapat Indonesia.
meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja
bawahan tapi dengan komunikasi dan 3. Faktor yang mempengaruhi
koordinasi yang baik maka akan dapat pelaksanaan perencanaan kebutuhan
memberikan nilai positif tehadap obat di Dinas Kesehatan Kabupaten
perbaikan perencanaan kebutuhan obat Minahasa Tenggara ialah kurangnya
diwaktu yang akan datang. tenaga farmasi, lemahnya koordinasi
dengan bagian perencanaan dan
Kegiatan evaluasi yang dilakukan pelaksanaan kegiatan monitoring dan
dinas kesehatan dinilai tidak maksimal, evaluasi yang tidak maksimal.
cara evaluasi yang telah dilakukan oleh
informan juga belum tepat bahkan dinilai 4. Alternatif untuk mengatasi masalah
tidak paham tentang evaluasi dalam yang dihadapi dalam perencanaan
perencanaan pengadaan obat di Dinas kebutuhan obat publik di Dinas
Kesehatan Kabupaten Minahasa Tenggara. Kesehatan Kabupaten Minhasa
Evalusi memerlukan indikator yang tepat Tenggara yaitu dengan memeberikan
dan valid. Indikator merupakan jenis data pelatihan manajemen obat pada tenaga
berdasarkan gejala yang dapat dihitung, farmasi yang ada sebagai pengelola
yang digunakan untuk menilai secarah obat di dinas kesehatan dan puskesmas
mudah dan cepat tanpa memerlukan data sehingga memahami tentang
yang rumit. Kegiatan evaluasi bukan pengelolaan obat yang baik dan
merupakan kegiatan yang berdiri sendiri metode perencanaan kebutuhan obat
namun diharapkan merupakan bagian rutin yang sesuai dengan pedoman yang
tahunan dari setiap unit satuan kerja. telah ditetapkan oleh kementrian
Kegiatan ini bertujuan untuk kesehatan.
meningkatakan kinerja unit kerja untuk
perbaikan perencanaan kebutuhan obat
berikutnya. Evaluasi adalah serangkaian Saran
prosedur untuk menilai suatu program dan 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
memperoleh informasi tentang Minahasa Tenggara :
keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan,
hasil dan dampak serta biayanya. Fokus a. Perlu mengatur kembali sumber
utama dari evaluasi adalah pencapaian daya yang sesuai dengan tugas
perkiraan yang sistematis dari dampak pokok dan fungsi khususnya di
program (Anonim, 2008) bidang pekerjaan kefarmasian.
b. Perlu segera dilakukan pelatihan
untuk petugas pengelola obat

477
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

secara berkala dan di Dinas Kesehatan Kabupaten


berkesinambungan agar sistem Minahasa Tenggara.
manajemen pengelolaan obat di
dinas kesehatan dan puskesmas
lebih baik lagi dan sesuai dengan Daftar Pustaka
pedoman teknis pengelolaan obat Anonimous. 2004. Kebijakan Dasar Pusat
dan perbekalan kesehatan yang Kesehatan Masyarakat. Depkes RI.
ditetapkan pemerintah. Jakarta
c. Perlu dilakukan monitoring dan Anonimous. 2008. Pedoman Teknis
evaluasi dengan maksimal Pengadaan Obat Publik dan Perbakalan
khususnya untuk pelaksanaan kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan
kegiatan perencanaan kebutuhan Dasar.Lampiran.Ditjen Yanfar dan
obat. Alkes Jakarta.
d. Perlu mengintensifkan kegiatan Aini, Q., S Meiyanto, dan A. Meliala.
advokasi dari dinas kesehatan ke 2004. Hubungan Antara Gaya
pemerintah daerah tentang perlu Kepemimpinan Dan Komitmen
adanya formasi tenaga Apoteker Karyawan terhadap Kepuasan Kerja Di
pada penerimaan CPNS yang akan RSU Muhamadyah Yogyakarta
datang untuk memenuhi kebutuhan
sumber daya manusia di bidang Herman, J. Dan S.R Handayani. 2009.
kefarmasian dan pentingnya Eksistensi Unit Pengelola Obat Di
anggaran operasional untuk Beberapa Kabupaten Kota. Puslitbang
mendukung penyelenggaraan Sistem dan Kebijakan Kesehatan.
pelatihan kepada petugas pengelola Jakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan
obat. Kesehatan Vol. 12 No. 04; 215
2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Seto, S. 2004. Manajemen Farmasi.
Masyarakat Universitas Sam Airlangga University Press. Surabaya
Ratulangi: Susi, S. Dan A. Wiku. 2006. Analisis
Penelitian ini dapat menjadi referensi Perencanaan Obat Berdasarkan ABC
dan dapat dilakukan penelitian Indeks Ktritis Di Instalasi Farmasi.
selanjutnya mengenai pendanaan obat Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol. 09: 19-26

478

Anda mungkin juga menyukai