Anda di halaman 1dari 8

STRUMA NODOSA NON TOKSIK ANATOMI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid merupakan salah satu bagian dari sistem endokrin.

Kelenjar tiroid terletak di leher depan, terdiri atas dua lobus, yang

dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3.

Kapsul fibrosa menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea

sehingga pada setiap gerakan menelan selalu diikuti dengan

gerakan terangkatnya kelenjar tiroid ke arah kranial, yang

merupakan ciri khas kelenjar tiroid.2 Setiap lobus tiroid berukuran

panjang 2,5-4 cm, lebar 1,5-2 cm dan tebal beratnya berkisar

antara 10-20 gram.2 1-1,5 cm. Berat kelenjar tiroid dipengaruhi

oleh berat badan dan masukan iodium. Pada orang dewasa

Gambar 1: Kelenjar tiroid dan struktur disekitarnya Sumber :

Sobotta Atlas antomi manusia Kelenjar tiroid merupakan organ

yang kaya akan vaskularisasi, berasal dari a. Tiroidea superior

kanan dan kiri merupakan cabang dari a. Carotis eksterna, dan a.

Tiroidea inferior 1 kanan dan kiri dari a. Subklavia, dan a. Tiroidea

ima yang berasal dari a. Brakiosefalik salah satu cabang dari

arkus aorta. Sistem vena berasal dari pleksus perifolikular yang

menyatu dipermukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral

dan inferior. Aliran darah ke kelenjar tiroid diperkirakan 5ml/gram.

1
Pembuluh getah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas

dengan pleksus trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini ke arah

nodus pralaring yang tepat berada diatas ismus menuju ke

kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang

langsung ke duktus torasikus. Persarafan kelenjar tiroid berasal

dari ganglion cervivalis superior, media dan inferior. Saraf-saraf ini

mencapai glandula tiroid melalui n. Cardiacus, n. Laryngeus

superior dan n. Laryngeus inferior. Terdapat dua saraf yang

mempersarafi laring dengan pita suara yaitu n. Rekurens dan

cabang dari n. Laryngeus superior.2,3 2 Gambar 2 : Anatomi

kelenjar tiroid tampak depan dan potongan melintang Sumber :

Schwartzs principles Of Surgery Dari sudut histologis, kelenjar

tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikelfolikel

kecil yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh suatu

jaringan penyambung. Folikel-folikel tiroid dibatasi oleh epitel

kubis dan lumennya terisi koloid. Sel-sel epitel folikel merupakan

tempat sintesis hormon tiroid dan mengaktifkan pelepasannya ke

dalam sirkulasi. Dua hormon utama yang dihasilkan folikel-folikel

hormon tiroid adalah tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3). Kelenjar

tiroid juga memiliki memiliki sel C (Parafolikular) yang terdapat

2
pada dasar folikel yang berhubungan dengan membran folikel. Sel

C ini mensekresi kalsitonin.2,3 3 Gambar 3 : Histologi normal

kelenjar tiroid Sumber : Schwartzs principles Of Surgery

FISIOLOGI KELENJAR TIROID Fungsi kelenjar tiroid adalah

menghasilkan hormon tiroid (T3 dan T4), selain itu juga

menghasilkan kalsitonin yang berfungsi mengatur kalsium dalam

darah. Fungsi tiroid ini diatur dan dikontrol olehglikoprotein

hipofisis TSH (tirotropin) yang diatur pula oleh hormon dari

hipotalamus yaitu TRH. Tiroksin menunjukkan umpan balik negatif

dari sekresi TSH dengan bekerja langsung pada tirotropin

hipofisis.1 Biosintesis hormon tiroid merupakan suatu urutan

proses yang diatur oleh enzim-enzim tertentu. Prosesnya sebagai

berikut :2,4 Penangkapan iodide Penangkapan iodide oleh sel-sel

folikel tiroid merupakan suatu proses aktif yang membutuhkan

energi, yang didapatkan dari metabolisme aktif dalam kelenjar.

Iodide yang tersedia sebagai bahan baku berasal dari makanan,

air, iodide yang dilepaskan pada de4 iodinasi hormon tiroid. Tiroid

mengambil dan mengkonsentrasikannya hingga 30-40 kali

kadarnya dalam plasma. Oksidasi iodide menjadi iodium Proses ini

dikatalisir oleh enzim iodide peroksidase. Organifikasi iodium

3
menjadi mono-iodotirosin dan di-iodotirosin. Pada proses ini

iodium digabungkan dengan molekul tirosin sehingga menjadi MIT

dan DIT. Proses ini terjadi pada interfase sel koloid. Proses

penggabungan prekursor yang teriodinasi, dan Penyimpanan.

EFEK METABOLIK DAN FISIOLOGIK HORMON TIROID Hormon tiroid

diperlukan oleh hampir semua proses tubuh termasuk proses

metabolisme, sehingga perubahan hipertiroidisme atau

hipotiroidisme berpengaruh atas berbagai proses.2 Efek

metabolik, sebagai berikut :2 Termoregulasi dan kalorigenik

Metabolisme protein, dalam dosis fisiologik kerjanya bersifat

anabolik, tetapi dalam dosis besar bersifat katabolik.

Metabolisme karbohidrat, bersifat diabetogenik karena resopsi

intestinal meningkat, cadangan glikogen hati menipis demikian

pula glikogen otot menipis dan degradasi insulin meningkat.

Metabolisme lemak, pada hiperfungsi tiroid maka kolesterol

rendah, dan sebaliknya pada hipotiroidisme. Konversi

provitamin A menjadi vitamin A di hati. Lain-lain : gangguan

metabolisme kreatin fosfat menyebabkan miopati dan tonus

traktus intestinal meningkat. Efek fisiologik, sebagai berikut :2

Pertumbuhan fetus, tidak cukupnya hormon tiroid menyebabkan

4
lahirnya bayi kreatin. 5 Efek konsumsi oksigen, panas dan

pembentukan radikal bebas, dirangsang oleh T3 melalui

Na+K+ATPase disemua jaringan kecuali otak, testis dan limpa.

Efek kardiovaskular, secara klinis terlihat sebagai naiknya curah

jantung dan takikardia. Efek simpatik, sensitifitas terhadap

katekolamin amat tinggi pada hipertiroidisme dan sebaliknya

pada hipotiroidisme. Efek Hematopoetik, kebutuhan akan

oksigen meningkat pada hipertiroidisme menyebabkan

eritropoisis dan produksi eritropoitin meningkat Efek

gastrointestinal, metabolisme usus meningkat pada

hipertiroidisme dan terjadi sebaliknya pada hipotiroidisme.

DEFINISI STRUMA NODOSA NON TOKSIK Kelainan kelenjar tiroid

dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar

dan morfologinya. Struma atau goiter adalah setiap pembesaran

dari kelenjar tiroid.1,4 Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali

keganasan), menurut American society for Study of Goiter

membagi :5 1. Struma Non Toxic Diffusa 2. Struma Non Toxic

Nodosa 3. Stuma Toxic Diffusa 4. Struma Toxic Nodosa Istilah

Toksik dan Non Toksik dipakai karena adanya perubahan dari segi

fungsi fisiologis kelenjar tiroid seperti hipertiroid dan hipotiroid,

5
sedangkan istilah nodosa dan diffusa lebih kepada perubahan

bentuk anatomi.1 Struma nodosa non toksik adalah pembesaran

dari kelenjar tiroid yang berbatas jelas tanpa disertai dengan

gejala-gejala hipertiroid. Struma nodosa dapat diklasifikasikan

berdasarkan beberapa hal :3,4 1. Berdasarkan jumlah nodul: bila

jumlah nodul hanya satu disebut struma nodosa soliter

(uninodosa) dan bila lebih dari satu disebut multinodosa. 2.

Berdasarkan kemampuan menangkap iodium radioaktif: nodul

dingin, nodul hangat, dan nodul panas. 6 3. Berdasarkan

konsistensinya: nodul lunak, kistik, keras, atau sangat keras. Pada

struma gondok endemik, Perez membagi klasifikasi menjadi:6

Derajat 0: tidak teraba pada pemeriksaaan Derajat I: teraba

pada pemeriksaan, terlihat hanya kalau kepala ditegakkan

Derajat II: mudah terlihat pada posisi kepala normal Derajat III:

terlihat pada jarak jauh. Pada keadaan tertentu derajat 0 dibagi

menjadi: Derajat 0a: tidak terlihat atau teraba tidak besar dari

ukuran normal. Derajat 0b: jelas teraba lebih besar dari normal,

tetapi tidak terlihat bila kepala ditegakkan. ETIOLOGI Penyebab

terbanyak dari struma non toksik adalah kekurangan iodium.

Akan tetapi pasien dengan pembentukan struma yang sporadis,

6
penyebabnya belum diketahui.1 Struma non toksik disebabkan

oleh beberapa hal, yaitu :7 1. Kekurangan iodium: Pembentukan

struma terjadi pada defisiensi sedang iodium yang kurang dari 50

mcg/d. Sedangkan defisiensi berat iodium adalah kurang dari 25

mcg/d dihubungkan dengan hipotiroidisme dan kreatinisme. 2. 3.

Kelebihan iodium: jarang dan pada umumnya terjadi pada

preexisting penyakit tiroid autoimun Goitrogen : Obat :

Propylthiouracil, litium, phenylbutazone, amino-glutethimide,

expectorants yang mengandung iodium Agen lingkungan :

Phenolic dan phthalate ester derivative dan resorcinol berasal

dari tambang batu dan batubara. 7 Makanan, Sayur jenis

Brassica (misalnya, kubis, lobak cina, brussels kecambah), padi-

padian millet, singkong, dan goitrin dalam rumput liar.

Dishormonogenesis: Kerusakan dalam jalur biosintesis hormon

kelejar tiroid Riwayat radiasi kepala dan leher : Riwayat radiasi

selama masa kanak-kanak 4. 5. mengakibatkan nodul benigna

dan maligna. Pada beberapa penderita struma nodosa, di dalam

kelenjar tiroid timbul kelainan pada sistem enzim yang

dibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroid. Di antara kelainan-

kelainan yang dapat dijumpai adalah:2 1. 2. 3. 4. Defisiensi

7
mekanisme pengikatan iodida, sehingga iodium dipompakan ke

dalam sel jumlahnya tidak adekuat. Defisiensi sistem peroksidase,

di mana iodida tidak dioksidasi menjadi iodium. Defisiensi

penggandengan tirosin teriodinasi di dalam molekul tiroglobulin,

sehingga bentuk akhir dari hormon tiroid tidak terbentuk.

Defisiensi enzim deiodinase, yang mencegah pulihnya iodium dari

tirosin teriodinasi, yang tidak mengalami penggandengan untuk

membentuk hormon tiroid, sehingga menyebabkan defisiensi

iodium.

Anda mungkin juga menyukai