Anda di halaman 1dari 3

Nama : Jihan Amelinda

Kelompok : Galapagos Shark

Nama Pendamping : M Reza Dwiyanto

Save Shark Indonesia

Di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,


Medan, dan Makassar, kuliner sup sirip hiu sedang marak. Karena permintaan yang
banyak, para nelayan akhirnya melakukan perburuan terhadap hiu. Kadang-kadang, para
nelayan hanya memotong sirip sang hiu, lalu hiu yang masih hidup (saat dipotong
siripnya itu) dikembalikan lagi ke laut. Bukan lantas selamat, si hiu yang tanpa sirip itu
jelas tidak bisa bertahan hidup. Maka, banyak hiu ditemukan mati di dasar lautsekali
lagi, tanpa sirip.

Faktanya, jeda waktu hiu untuk bisa bereproduksi itu 8-12 tahun. Penjualan hiu semakin
memperkecil hiu untuk berkembang biak. Itong beruntung bisa kabur. Meski harga
semangkuk sup sirip hiu itu mahal, tapi hal itu sama sekali tidak menjadi kebanggaan
untuk Itong. Ia lebih tertarik menjadi bebas dan hidup di rumahnya, di laut. Bukan di
piring, mangkuk sup, atau supermarket.

Faktanya lagi, Raja Ampat memiliki tingkat konsentrasi keanekaragaman biota laut
tertinggi di perairan dunia, dengan 75% dari seluruh jenis terumbu karang di dunia dan
sedikitnya 1.320 spesies ikan.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Raja Ampat Nomor 9 Tahun 2012 Tanggal 22
Oktober 2012, Bupati Raja Ampat Marcus Wanma mengesahkan peraturan tentang
larangan penangkapan ikan hiu, pari manta, dan jenis-jenis ikan tertentu di perairan laut
Raja Ampat. Khusus untuk hiu, berikut adalah beberapa yang dilindungi; whale sharks,
bintang hiu gurano bintang, thresher sharks (alopiidea), macherel sharks (limnidae),
pristidae, rhyncobatidae, rhinidae, ginglymostomatidae, sphyrinidae, carcharhininidae,
bamboo sharks (hemiscyllidae, mandemor/kalibia), scylirhinidae, dan stegostomatidae.
Pada 20 Februari 2013, peraturan yang disebutkan tadi dideklarasikan di Wasai.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat mengumumkan bahwa seluruh wilayah perairan
seluas 4 juta hektar dinyatakan sebagai wilayah perlindungan hiu. Raja Ampat kini
bersama dengan Palau, Kepulauan Maldives, Bahama, Honduras, Kepulauan Marshall,
dan Tokelau, menjadi kawasan yang berkomitmen untuk tidak memburu atau
menangkap hiu.

Selama ini, angka pembunuhan hiu setiap tahunnya mencapai Sekitar 73 juta. Sebagian
besar untuk sirip. Di Raja Ampat, pemerintah daerah bekerja sama dengan LSM
konservasi, masyarakat, juga investor menjaga kawasannya menjadi nature-friendly.

Investor-investor tidak hanya membangun resort, tetapi juga membuka lapangan


pekerjaan untuk masyarakat lokal. Dampak baiknya adalah masyarakat tidak lagi hanya
bergantung pada alam untuk mencari nafkah. Eksplorasi laut, terutama spesies-spesies
di laut yang faktanya dilindungi, mampu diminimalisasi. Masyarakat lokal punya
pilihan pekerjaan seperti bekerja di resort, pemandu turis, hingga menciptakan kerajinan
tangan.

Raja Ampat buat saya adalah contoh di mana perlindungan suatu kawasan merupakan
kerjasama yang menyeluruh. Tak hanya LSM, ilmuwan, investor, tetapi juga di lingkup
pemerintah dan masyarakat. Keindahan Raja Ampat adalah hasil kerja keras untuk
kembali pada gaya hidup yang selaras dengan alam. Buat saya, gaya hidup tersebutlah
yang benar-benar memberikan nyawa pada apa yang sering disebut orang sebagai surga
bawah laut, tutur Riyanni Djangkaru, penggiat kampanye #SaveSharks yang sekaligus
pemimpin Majalah Divemag Indonesia.

Itong pada akhirnya bisa hidup tenang di perairan Raja Ampat, bersama hiu investor, hiu
dari LSM konservasi, hiu lokal, juga hiu perwakilan pemerintah. Tidak hanya karena di
Raja Ampat, hiu sudah dilindungi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah. Juga
karena masyarakat Raja Ampat mulai sadar betul bahwa hiu adalah hewan yang
dilindungi. Peraturan perlindungan hiu memang penting, tetapi sosialisasi peraturan
tersebut ke masyarakat juga tidak kalah penting.

Anda mungkin juga menyukai