Anda di halaman 1dari 1

Diagnosis Hipertensi

1. Anamnesis
Kebanyakan pasien hipertensi bersifat asimtomatik. Beberapa pasien mengalami sakit kepala,
rasa seperti berputar, atau penglihatan kabur. Hal yang dapat menunjang kecurigaan ke
hipertensi sekunder, antara lain penggunaan obat-obatan (kontrasepsi hormonal,
kortikosteroid, dekongestan, OAINS); sakit kepala, paroksismal, berkeringat atau takikardi
(freokromositoma); riwayat ginjal sebelumnya.
Mencari faktor risiko kardiovaskular lainnya; merokok, obesitas, inaktivitas fisik,
dislipidemia, diabetes melitus, mikroalbuminuria, atau laju filtrasi glomerolus (LFG)
<60mL/mnt, usia (laki-laki >55th atau perempuan <65th.

2. Pemeriksaan fisis
Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan ke
dokter. Apabila tekanan darah 140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan, hipertensi
dapat ditegakkan. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan alat yang baik, ukuran
dan posisi manset yang tepat (setingkat dengan jantung), serta teknik yang benar.

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
a. Test darah rutin
b. Gula darah (sebaiknya puasa)
c. Kolesterol total serum
d. Kolesterol LDL dan HDL serum
e. Trigliserida serum (puasa)
f. Asam urat serum
g. Kreatinin serum
h. Kalium serum
i. Hemoglobin dan Hematokrit
j. Urinalisis (uji carik celup serta sedimen urin)
k. Elektrokardiogram.

Refrensi:

Tanto, Chris dan Hustrini, Ni Made. 2014. Kapita Selekta Kedokteran (Essentials of Medicine) Dislipidemia.
Ed. IV. Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Jonathan Gleadle, 2005. At a Glance. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai