Anda di halaman 1dari 27

BAB I

CENTRIFUGAL FAN TESTING APPARATUS

1.1 Dasar Teori

1.1.1 Pengertian Fan

Fan (Kipas Angin) adalah perangkat mekanis yang digunakan untuk membuat aliran gas
kontinu seperti udara. Dalam setiap sistem pendingin, yang menggunakan gas sebagai
penghantar, kipas angin adalah unit wajib yang menciptakan aliran udara dalam sistem.
Sistem ini dapat dilihat dalam kipas angin sederhana yang digunakan dirumah tangga atau
kipas pendingin eksternal untuk mesin pembakaran internal. Ketika membutuhkan tekanan
yang lebih tinggi diperlukan blower yang digunakan sebagai pengganti kipas angin. Sebuah
kipas sentrifugal dengan rasio tekanan tinggi (output tekanan / input tekanan) dikenal sebagai
blower. Blower memberikan aliran laju volume transfer yang tinggi dengan rasio tekanan
yang relatif lebih besar. Rasio tekanan dari kipas angin dibawah 1,1 sedangkan blower
memiliki rasio 1,1 1,2.
Berdasarkan prinsip kerjanya, fan dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Fan sentrifugal.

2. Fan axial.

1. Fan Sentrifugal
Fan sentrifugal merupakan suatu alat yang dapat meningkatkan kecepatan aliran udara
dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung blades dan kemudian
diubah ke tekanan. Fan ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi
operasi yang kasar, seperti sistim dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab, dan
handling bahan. Fan sentrifugal dikategorikan oleh bentuk bladenya

Gambar 1.1: Centrifugal fan


Sumber: Avallone (2007)
Karakteristik berbagai jenis fan sentrifugal, antara lain :
A. Fan radial dengan blades datar

Gambar 1.2 : Fan radial blades datar


Sumber: Pawiro (2015)

Keuntungan :

Cocok untuk tekanan statis tinggi (sampai 1400 mmWC) dan suhu tinggi.

Rancangannya sederhana sehingga dapat dipakai untuk unit penggunaan khusus.

Dapat beroperasi pada aliran udara yang rendah tanpa masalah getaran.

Sangat tahan lama.

Efisiensinya mencapai 75%.

Memiliki jarak ruang kerja yang lebih besar yang berguna untuk handling padatan
yang terbang (debu, serpih kayu, dan skrap logam).

Kerugian :

Hanya cocok untuk laju aliran udara rendah sampai medium.

B. Fan yang melengkung kedepan, dengan blade yang melengkung kedepan

Gambar 1.3: Fan blade melengkung kedepan


Sumber: Pawiro (2015)

Keuntungan :
Dapat menggerakan volum udara yang besar terhadap tekanan yang relatif rendah.

Ukurannya relatif kecil.

Tingkat kebisingannya rendah (disebabkan rendahnya kecepatan) dan sangat cocok


untuk diguna kan untuk pemanasan perumahan, ventilasi, dan penyejuk udara
(HVAC).

Kerugian :

Hanya cocok untuk layanan penggunaan yang bersih, bukan untuk layanan kasar dan
bertekanan tinggi.

Keluaran fan sulit untuk diatur secara tepat.

Penggerak harus dipilih secara hati-hati untuk menghindarkan beban motor berlebih
sebab kurva daya meningkat sejalan dengan aliran udara.

Efisiensi energinya relatif rendah (55-65%).

C. Backward inclined fan, dengan balde yang miring jauh dari arah perputaran ; datar,
lengkung dan airfoil.

Gambar 1.4: Backward inclined fan


Sumber: Pawiro (2015)

Keuntungan :

Dapat beroperasi dengan perubahan tekanan statis (asalkan bebannya tidak berlebih ke
motor).

Cocok untuk sistim yang tidak menentu pada aliran udara tinggi.

Cocok untuk layanan forced draft.

Fan dengan blade datar lebih kuat.

Fan dengan blades lengkung lebih efisien (melebihi 85%).

Fan dengan blades air-foil yang tipis adalah yang paling efisien.
Kerugian :

Tidak cocok untuk aliran udara yang kotor (karena bentuk fan mendukung terjadinya
penumpukan debu).

Fan dengan blades air-foil kurang stabil karena mengandalkan pada pengangkatan
yang dihasilkan oleh tiap blade.

Fan blades air-foil yang tipis akan menjadi sasaran erosi.

2. Fan Axial
Fan axial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu fan. Cara kerja fan seperti impeler
pesawat terbang: blades fan menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang menekan udara.
Fan ini terkenal di industri karena murah, bentuknya yang kompak dan ringan. Jenis utama
fan dengan aliran axial (impeler, pipa axial dan impeler axial)

Gambar 1.5: Axial fan


Sumber: Avallone (2007)

Karakteristik berbagai jenis fan Axial, antara lain :


A. Fan Propeller

Gambar 1.6: fan propeller


Sumber: Pawiro (2015)

Keuntungan :

Menghasilkan laju aliran udara yang tinggi pada tekanan rendah.


Tidak membutuhkan saluran kerja yang luas (sebab tekanan yang dihasilkannya
kecil).

Murah sebab konstruksinya yang sederhana.

Mencapai efisiensi maksimum, hampir seperti aliran yang mengalir sendiri, dan sering
digunakan pada ventilasi atap.

Dapat menghasilkan aliran dengan arah berlawanan.

Membantu dalam penggunaan ventilasi.

Kerugian :

Efisiensi energinya relatif rendah.

Agak berisik.

B. Fan pipa axial,

Gambar 1.7: fan pipa axial


Sumber: Pawiro (2015)

Pada dasarnya fan propeler yang ditempatkan dibagian dalam silinder


Keuntungan :

Tekanan lebih tinggi dan efisiensi operasinya lebih baik daripada fan propeller.

Cocok untuk tekanan menengah, penggunaan laju aliran udara yang tinggi, misalnya
pemasangan saluran HVAC.

Dapat dengan cepat dipercepat sampai ke nilai kecepatan tertentu (karena putaran
massanya rendah) dan menghasilkan aliran pada arah berlawanan, yang berguna
dalam berbagai penggunaan ventilasi.

Menciptakan tekanan yang cukup untuk mengatasi kehilangan di saluran dengan


ruang yang relatif efisien, yang berguna untuk pembuangan.
Kerugian :

Relatif mahal.

Kebisingan aliran udara sedang.

Efisiensi energinya relatif rendah (65%).

C. Fan dengan baling baling axsial

Gambar 1.8: fan baling-baling axial


Sumber: Pawiro (2015)

Keuntungan :

Cocok untuk penggunaan tekanan sedang sampai tinggi (sampai 500 mmWC), seperti
induced draft untuk pembuangan boiler.

Dapat dengan cepat dipercepat sampai ke nilai kecepatan tertentu (disebabkan putaran
massanya yang rendah) dan menghasilkan aliran pada arah berlawanan, yang berguna
dalam berbagai penggunaan ventilasi.

Cocok untuk hubungan langsung ke as motor.

Kebanyakan energinya efisien (mencapai 85% jika dilengkapi dengan fan airfoil dan
jarak ruang yang kecil).

Kerugian :

Relatif mahal dibanding fan impeler.

1.1.2 Fenomena Volute

Volute merupakan saluran melengkung yang luas penampangnya semakin lama


semakin membesar yang bertujuan untuk meningkatkan tekanan fluida pada saat keluar.
Fenomena volute sendiri merupakan proses perubahan energi kecepatan menjadi energi
tekanan. Ketika fluida yang masuk diputar oleh fan maka kecepatan bertambah dan fan yang
berputar akan meneruskan dan memberikan gaya putar centrifugal kepada fluida sehingga
fluida bergerak keluar dengan tekanan tinggi, sesuai dengan luas penampang volute yang
semakin lama semakin membesar.

Gambar 1.9: pipa volute


Sumber: Avallone (2007)

1.1.3 Hukum Kontinuitas

Gambar 1.10 : pipa volute


Sumber: Avallone (2007)

Hukum kontinuitas biasa disebut dengan hukum kekekalan massa, bahwa laju
perubahan massa alir fluida terdapat dalam ruang yang ditinjau pada selang waktu tertentu,
harussama antara perbedaan antara jumlah laju massa alir yang masuk dengan laju massa alir
yang keluar dalam ruang yang ditinjau.

1. Persamaan kontinuitas untuk fluida tak termampatkan


Dalam hal ini massa jenis fluida selalu sama disetiap titik yang dilaluinya. Massa alir
fluida yang mengalir dalam pipa dengan luas penampang Al (diameter pipa besar)
selama selang waktu tertentu yaitu:

m
= V

Dimana:
m1 = m2
1 . V1 = 2 . V2
Diketahui bahwa rumus volume V =A. L
Dan luas sendiri berasal dari L =A. v . t

Serta mengingat bahwa dalam aliran fluida steady,massa fluida yang masuk sama
dengan massa fluida yang keluar, maka:
m1 = m2
v v
1 . A1 . 1 . t = 2. A2 . 2 . t

A . v =A . v
1 1 2 2

Jadi pada fluida tak termampatkan, berlaku persamaan kontinuitas :


A . v =A . v
1 1 2 2

Dimana :
A1 : Luas penampang 1
A2 : Luas penampang 2
v
1 : Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v 2 : Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av : Laju aliran volume v/t alias debit
V : Volume

2. Persamaan kontinuitas untuk fluida termampatkan


Untuk kasus ini massa jenis fluida berubah ketika diampatkan. m1 = m2
1 . A1 . v 1 . t = 2. A2 . v 2 . t
Selang waktu aliran fluida sama :
1 . A1 . v 1 = 2. A2 . v 2
Bedanya pada fluida tak termampatkan hanya terletak pada massa jenis fluida yang
tetap harus diperhitungkan.

1.1.4 Pengukuran Tekanan

Dalam ilmu keteknikan kita takkan pernah terlepas dari yang namanya pengukuran.
Hakikatnya semua yang ada harusnya dapat diukur. Begitu halnya dengan fan, dalam fan kita
akan menemui pengukuran juga. Pengukuran ini berupa pengukuran tekanan. Terdapat dua
pengukuran tekanan yaitu tekanan masuk dan tekanan keluar. Dalam fluida gas jika kita ingin
mengukur tekanannya dapat menggunakan alat ukur berupa manometer.

Manometer adalah suatu alat ukur tekanan diantara dua titik. Manometer ini adalah
alat ukur tekanan yang sangat sederhana. Pengamat bisa langsung melihat perbedaan tekanan
dari tabung yang sudah diskalakan. Manometer biasanya digunakan untuk pengukuran
tekanan zat cair yang tidak terlalu tinggi atau mendekati tekanan atmosfir. Perbedaan
tekanan kemudian dapat digunakan untuk menghitung kecepatan aliran di saluran dengan
menggunakan persamaan Bernoulli. Hukum Bernoulli menyatakan bahwa tekanan dari fluida
yang bergerak seperti udara berkurang ketika fluida tersebut bergerak lebih cepat. Hukum
Bernoulli ditemukan oleh Daniel Bernoulli, seorang matematikawan Swiss yang
menemukannya pada 1700-an. Bernoulli menggunakan dasar matematika untuk merumuskan
hukumnya.

Terdapat beberapa Asumsi Hukum Bernoulli diantaranya:


a. Fluida tidak dapat dimampatkan (incompressible) dan nonviscous.
b. Tidak ada kehilangan energi akibat gesekan antara fluida dan dinding pipa.
c. Tidak ada energi panas yang ditransfer melintasi batas-batas pipa untuk cairan baik
sebagai keuntungan atau kerugian panas.
d. Tidak ada pompa di bagian pipa
e. Aliran fluida laminar (bersifat tetap)

Rumus Hukum Bernoulli:

Keterangan:
P = Tekananal (Pascal)
v = kecepatan (m/s)
p = massa jenis fluida (kg/m3)
h = ketinggian (m)
g = percepatan gravitasi (9,8
m/s2)

Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan dengan asumsi-asumsi sebagai


berikut:

Aliran bersifat tunak (steady state)

Tidak terdapat gesekan

Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan sebagai berikut:

Adapun macam macam manometer sebagai berikut :

1. Manometer U
Pada manometer tabung terbuka, di mana tabung berbentuk U, sebagian tabung diisi
dengan zat cair (air raksa atau air). Tekanan yang terukur dihubungkan dengan perbedaan dua
ketinggian zat cair yang dimasukkan kedalam tabung dimasukan ke dalam tabung.

Pada umumnya bukan hasil kali pgh yang dihitung melainkan ketinggian zat cair (h)
karena tekanan kadang dinyatakan dalam satuan milimeter air raksa (mmhg) atau milimeter
air (mm-H2O). Nama lain mmhg adalah torr (mengenang jasa paman Evangelista Torricelli).
Gambar 1.11 : manometer U
Sumber: Avallone (2007)

2. Manometer Pipa U Satu Sisi


Manometer ini pada prinsipnya sama dengan manometer ujung terbuka, tetapi digunakan
untuk mengukur tekanan ruangan lebih dari 1 atmosfer. Sebelum digunakan, tinggi
permukaan raksa sama dengan tekanan di dalam pipa tertutup 1 atmosfer. Jika selisih tinggi
permukaan raksa pada kedua pipa adalah h cm, maka tekanan ruang tersebut sebesar :

P = (P+h) cmHg

Kteterangan :
P : tekanan udara mula-mula dalam pipa
Dh : selisih tinggi permukaan raksa kedua pipa
P ; besarnya tekanan udara yang diukur

Gambar 1.12: manometer U satu sisi


Sumber: Avallone (2007)

3. Manometer pipa miring


Manometer pipa-U kurang peka untuk mendeteksi perbedaan tekanan yang sangat kecil,
karena perbedaan ketinggian pada kedua kaki juga sangat kecil, maka manometer ini
dimodifikasi dengan cara memiringkan salah satu kaki pipa-U agar kenaikan ketinggian
cairan yang kecil tetap dapat terlihat, dengan memiringkan salah satu kaki manometer pipa-U
maka panjang jarak yang ditempuh cairan semakin panjang dan memungkinkan penggunaan
yang teliti.

Gambar 1.13: manometer U miring


Sumber: Avallone (2007)

4. Manometer Diferensial
Alat ukur ini digunakan untuk mengukur tekanan antara dua tempat pada satu pipa
atau antara dua pipa. Manometer diferensial terdiri dari pipa U dimana kedua ujungnya
terletak pada tempat yang diukur.

1.1.5 Variasi Pengukuran Tekanan

1. Ventury
Venturi adalah sebuah pipa yang berfungsi menurunkan tekanan fluida yang terjadi
ketika fluida tersebut bergerak melalui pipa yang menyempit. Kecepatan fluida dipaksa
meningkat untuk mempertahankan debit fluida yang sedang bergerak tersebut, sementara
tekanan pada bagian yang sempit ini harus turun akibat pemindahan energi potensial tekanan
menjadi energi kinetik.

Gambar 1.14 : ventury


Sumber: Avallone (2007)

2. Nozzle

Nozzle adalah alat yang digunakan untuk mengekspansikan fluida sehingga


kecepatannya meningkat dan tekanannya menurun. Nozzle merupakan suatu saluran dari
sebuah vessel yang menghubungnkan vessel dengan pipa, atau fitting atau instrument lainnya.
Jadi kalau vessel sebagai ruang penyimpanan, baik bertekanan atau tidak, nozzle inilah yang
berfungsi sebagai ruang keluaran. Soalnya, bagaimana mungkin kita memasukan fluida ke
dalam vessel, tanpa saluran keluaran atau penghubung seperti nozzle ini.

Gambar 1.15: nozzle


Sumber: Avallone
(2007)

1.2 Tujuan Pengujian

1. Melihat grafik karakteristik dari sebuah fan sentrifugal.


2. Mengukur debit dengan mempergunakan venturi dan iris damper.
3. Pengaruh rpm terhadap keluaran.
4. Mecari besar gaya dan mengukur torsinya.

1.3 Spesifikasi Alat

Gambar 1.16 : Centrifugal Fan Testing Unit


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Brawijaya (2016)

1. Tipe : WG 25
2. Aliran volume (tanpa hambatan) : 6.3 m3/menit
3. Kenaikan tekanan statis, tertutup penuh : 1180 Pa
4. Daya motor : 0.14 kW
5. Rpm motor, Blow out : 2700

1.3.1 Unit Lengkap Alat Pengujian

Gambar dibawah merupakan skema dari peralatan HM200 dan AT100. Bagian-
bagian dari peralatan ini, yaitu:

1. Alas untuk meletakkan unit penggerak dan fan


2. Handle
3. Unit penggerak AT100
4. Titik-titik pengukuran
5. Fan sentrifugal
6. Seksi pengatur aliran mantap
7. Seksi uji venture
8. Seksi uji Damper

Gambar 1.17 Peralatan Percobaan Fan Sentrifugal


Sumber : Panduan Praktikum Fenomena Dasar
Mesin 2014

1.3.2 Unit Penggerak

Dalam versi standar HM200 digunakan motor penggerak GUNT AT100 Drive
Unit. Untuk unit ini putaran motor dapat diatur. Selain itu dapat dilakukan pula pengukuran
daya yang diberiukan pada Blower secara mekanik. Daya keluaran motor biasanya
antara 100-200 Watt. Sehingga harus diperhatikan bahwa putaran nominal dari Blower
sekitar 2700 rpm.

1.3.3 Blower / Fan

Dalam pengujian ini, fan yang dipergunakan mempunyai variable- variabel


sebagai berikut:
V : aliran volume (m/menit)
Pt : beda kenaikan tekanan total (Pa)
Ps : beda kenaikan tekanan statis (Pa)
Pd2 : beda kenaikan tekanan dinamis (Pa) diukur pada saluran ujung keluar

1.3.4 Nozzle Venturi


Nozzle-venturi ini dirancang berdasarkan DIN 1952 (deutsche industrie
normung/german industrial standard). Nozzle venturi dipasang pada rangkaian saluran
dengan sambungan flens yang dilengkapi dengan seal O-ring.

Gambar 1.18 : Venturi meter


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Brawijaya (2016)

1.3.5 Iris Damper

Pengukuran debit aliran tidak mengikuti aturan DIN 1952. Cara perhitungan dan
data yang diberikan dalam DIN 1952 tidak dapat dipakai untuk iris Damper ini.
Karakteristik yang sesungguhnya dapat dilakukan dengan menghubungkan secara seri
dengan Nozzle-venturi.

Gambar 1.19 : Iris Damper


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Brawijaya (2016)

1.3.6 Reducing Damper


Ini digunakan untuk mengatur jumlah aliran selain dengan mengatur putaran
motor itu sendiri.

Gambar 1.20 : Conical iris


Sumber : Laboratorium Fenomena Dasar Mesin Universitas Brawijaya (2016)

1.3.7 Sistem Pengukuran Diferensial

Gambar dibawah ini menunjukkan sistem pengukuran tekanan yang dipakai dalam
percobaan ini.

Gambar 1.21 Manometer Pipa U Tegak- Sisi Sama 15 mbar > 0 > 15 mbar, Berat Jenis
Cairan 1g/cm3.
Sumber : Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2014
Gambar 1.22 Manometer Pipa U- Satu Sisi 0-1 kPa, Berat Jenis Cairan 0,78 g/cm3.
Sumber : Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2014

Gambar 1.23 Manometer Pipa Miring 0 500 Pa, Berat Jenis Cairan 0,78 g/cm3.
Sumber : Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin 2013

1.4 Cara Pengambilan Data

1.4.1 Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Statis

a. Kenaikan Tekanan Statis

1) Susunlah alat pengujian dengan menghubungkan titik-titik pengukuran tekanan


dengan ujung-ujung manometer, misalkan tanda (+) dengan (+).
2) Hidupkan motor pada tekanan rendah, misalnya pada 600 rpm, kemudian ukur
tekanannya.
3) Putaran fan dinaikkan menjadi 800 rpm dan tekanannya diukur lagi.
4) Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menaikkan putaran sebesar 200 rpm hingga
mencapai putaran 2400 rpm dan ukur tekanan statisnya.
5) Terakhir naikkan putarannya menjadi 2400 rpm dan ukur lagi tekanannya.

b. Beda Tekanan pada Saluran Masuk Fan (Suction)

1) Susunlah alat pengujian dengan menghubungkan titik pengukuran tekanan (-)


dengan ujung manometer (-).
2) Hidupkan motor pada tekanan rendah, misalnya pada 600 rpm, kemudian ukur
tekanannya.
3) Putaran fan dinaikkan menjadi 800 rpm dan tekanannya diukur lagi.
4) Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menaikkan putaran sebesar 200 rpm hingga
mencapai putaran 2400 rpm dan ukur tekanan statisnya.
5) Terakhir naikkan putarannya menjadi 2400 rpm dan ukur lagi tekanannya.
c. Beda Tekanan pada Saluran Keluar Fan (Outflow)

1) Susunlah alat pengujian dengan menghubungkan titik pengukuran tekanan (+)


dengan ujung manometer (+).
2) Hidupkan motor pada tekanan rendah, misalnya pada 600 rpm, kemudian ukur
tekanannya.
3) Putaran fan dinaikkan menjadi 800 rpm dan tekanannya diukur lagi.
4) Ulangi langkah 2 dan 3 dengan menaikkan putaran sebesar 200 rpm hingga
mencapai putaran 2400 rpm dan ukur tekanan statisnya.
5) Terakhir naikkan putarannya menjadi 2400 rpm dan ukur lagi tekanannya.

1.4.2 Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan Statis

terbuka penuh kira kira tertutup penuh

Gambar 1.24 Posisi Damper


Sumber: Panduan Praktikum Fenomena dasar mesin 2014

a. Pasangkan damper pada ujung saluran keluar alat pengujian.


b. Hubungkan alat pengujian dengan menghubungkan titik-titik pengukuran tekanan
dengan ujung-ujung manometer, misalkan tanda (+) dengan (+).
c. Hidupkan motor listrik.
d. Naikkan putarannya hingga mencapai putaran 2400 rpm.
e. Posisikan Damper terbuka penuh dan ukurlah tekanannya.
f. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk posisi Damper terbuka setengah.
g. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk posisi Damper tertutup penuh.

1.4.3 Pengukuran Kecepatan Aliran Volume dengan Venturimeter

a. Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Efektif Venturi

1) Pasangkan venturi meter pada ujung saluran keluar alat pengujian.


2) Hubungkan titik-titik pengukuran tekanan pada venturi dengan ujung-ujung
manometer U.
3) Hidupkan motor listrik.
4) Naikkan putaran Fan pelan-pelan menjadi 600 rpm dan catat tekanan yang
terbaca pada pipa manometer U.
5) Naikkan putaran sebesar 200 rpm hingga mencapai putaran 2400 rpm dan ukur
tekanan yang terbaca pada pipa manometer U pada tiap kenaikkan putaran 200
rpm.
6) Terakhir naikkan putarannya menjadi 2400 rpm dan ukur lagi tekanannya.

b. Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan efektif Venturi

1) Pasangkan venturi dan Damper pada ujung saluran keluar alat pengujian.
2) Hubungkan titik-titik pengukuran tekanan pada venturi dengan ujung-ujung
manometer U.
3) Hidupkan motor listrik.
4) Naikkan putaran Fan pelan-pelan hingga mencapai putaran 2400 rpm.
5) Pada putaran ini pengukuran P dan tekanan pada outlet dari Fan dilakukan pada
tiga posisi Damper yaitu: tebuka penuh, terbuka setengah, dan tertutup penuh.

1.5 Hasil Pengujian

1.5.1 Data Hasil Pengujian


1. Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Statis

Tabel 1.1 Data Hasil Pengujian

Putaran Kenaikan Tekanan


Saluran Masuk Saluran Keluar
No Fan Statis

(Rpm) H P (kPa) H P (kPa) H P (kPa)


1 600 -0.2 -1.962 0.4 3.924 0.4 3.924
2 800 -0.4 -3.924 0.6 5.886 0.8 7.848
3 1000 -0.6 -5.886 0.8 7.848 1.2 11.772
4 1200 -0.8 -7.848 1 9.81 1.6 15.696
5 1400 -1 -9.81 1.2 11.772 2 19.62
6 1600 -1.2 -11.772 1.4 13.734 2.4 23.544
7 1800 -1.4 -13.734 1.6 15.696 3 29.43
8 2000 -1.6 -15.696 1.8 17.658 3.6 35.316
9 2200 -2 -19.62 2.2 21.582 4.2 41.202
10 2400 -2.4 -23.544 2.6 25.506 5 49.05
15000 -11.6 -113.796 13.6 133.416 24.2 237.402

2. Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan Efektif Venturi

Tabel 1.2 Data Hasil Pengujian

Terbuka Terbuka Tertutup


No Posisi Damper
Penuh Setengah Penuh

H 5.2 1.2 0.2


1 Tekanan Efektif
P (kPa) 51.012 11.772 1.962

2 Aliran Volume Q 0.011265397 0.005411722 0.002209326

3. Pengaruh Bukaan Damper terhadap Tekanan Statis

Tabel 1.3 Data Hasil Pengujian

Terbuka Terbuka Tertutup


No Posisi Damper
Penuh Setengah Penuh

Tekanan Keluar dengan H 2.4 3.4 5.6


1
Tekanan Atmosfer P (kPa) 33.354 23.544 54.936

Tekanan Masuk dengan H -2.6 -1.4 0


2
Tekanan Atmosfer P (kPa) -25.506 -13.734 0

Beda Tekanan Masuk dan H 2 3.2 5.6


3
Keluar P (kPa) 19.62 31.392 54.936

4. Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Efektif Venturi

Tabel 1.4 Data Hasil Pengujian

No. Putaran Fan (Rpm) H P (kPa)


1 600 0.5 4.905
2 800 0.7 6.867
3 1000 0.9 8.829
4 1200 1.1 10.791
5 1400 1.6 15.696
6 1600 2.1 20.601
7 1800 2.6 25.506
8 2000 3.3 32.373
9 2200 3.9 38.259
10 2400 4.7 46.107
15000 21.4 209.934

1.5.2 Contoh Perhitungan

1. Mengkonversi Tinggi Air Pada Manometer Menjadi Tekanan

a. Manometer U

Suatu Manomater U merupakan alat yang peling umum digunakan untuk mengukur
tekanan.

Untuk keseimbangan statis rumusnya;

P2 P1 =. h

Dimana;

P1 dan P2 = tekanan pada dua sisi dari kolom

= Massa jenis fluida

h = Beda tinggi kolom

b. Manometer pipa U satu sisi

Untuk pengukuran Manometer U satu sisi rumusnya;

P2 P1 = . h (1+ A1 / A2 )

Dimana;
P1 dan P2 = tekanan pada dua sisi dari kolom

= Massa jenis fluida

h = Beda tinggi kolom

A1 = Luas Bejana 1

A2 = Luas Bejana 2

c. Manometer pipa miring

Untuk pengukuran Manometer pipa miring rumusnya;

P2 P1 = . L ( sin + A1 / A2 )

Dimana;

P1 dan P2 = tekanan pada dua sisi dari kolom

= Massa jenis fluida

L = Beda tinggi kolom

A1 = Luas Bejana 1

A2 = Luas Bejana 2

= Sudut Kemiringan

2. Mengukur Besar Volume Aliran

V = A
2 P

Keterangan:
V : Volume aliran (m3/s)
: koefisien gesek = 1.03
: koefisien kecepatan aliran = 0.99
A : luas penampang Damper (m2)
P : selisih tekanan (kPa)
: berat jenis udara (1.32 kg/m3)
1. Pada Damper terbuka penuh

4 x 102 2 x

2 x 51,012
1.32
1
V =1.03 x 0.99 x
4
3
V =0.011265397 m / s

2. Pada Damper terbuka setengah

4 x 102 2 x

2 x 11,772
1.32
1
V =1.03 x 0.99 x
4
3
V =0.005411722 m /s

3. Pada Damper tertutup penuh

4 x 102 2 x

2 x 1,962
1.32
1
V =1.03 x 0.99 x
4

3
V =0.002209326 m /s

1.5.3 Grafik dan Pembahasan

1.5.3.1 Grafik Hubungan Putaran Fan terhadap Beda Tekanan


60
50
40
30
Saluran Masuk P olynomial (Saluran Masuk) Saluran Keluar
20
P (kPa)
10
0
500 1000 1500 2000 2500
-10
Polynomial (Saluran Keluar) Kenaikan T ekanan Statis P olynomial (Kenaikan T ekanan Statis)
-20
-30

Putaran Fan (rpm)

Gambar 1.25 Grafik Hubungan Putaran Fan terhadap Beda Tekanan

Analisis Grafik:

Tekanan statis adalah perbandingan antara tekanan masuk dengan tekanan keluar. Dari
grafik didapatkan hubungan semakin besar putaran fan maka semakin besar perbedaan
tekanan yang terjadi. Hal ini disebabkan adanya fenomena volute, di mana fan mula-mula
berputar, perputaran tersebut menyebakan tekanan pada saluran masuk menjadi rendah.
Semakin besar putaran fan maka tekanan masuk akan semakin kecil, sehingga udara dari
lingkungan mengalir ke dalam fan.

Udara yang telah masuk kedalam fan kemudian digerakan oleh sudu impeller
mengarah ke saluran keluar fan. Saluran keluar fan memiliki luas penampang yang besar.
Semakin besar luas penampang yang dialiri fluida maka kecepatan semakin rendah.
Akibatnya tekanan yang dihasilkan semakin besar.

Pada tekanan masuk, P bernilai negatif hal ini dikarenakan perbedaan tekanan pada
saluran masuk merupakan besarnya tekanan di dalam saluran masuk yang dikurangi tekanan
atmosfir. Sehingga semakin cepat putaran menghasilkan tekanan saluran masuk yang semakin
kecil, namun P semakin besar.

1.5.3.2 Grafik Pengaruh Bukaan terhadap Beda Tekanan


60

40

20
P (kPa)
0
0 0.5 1
-20

-40

Bukaan Dampe r

Tekanan Masuk Polynomial (Tekanan Masuk)


Tekanan Keluar Polynomial (Tekanan Keluar)
Beda Tekanan Polynomial (Beda Tekanan)

Gambar 1.26 Grafik Pengaruh Bukaan terhadap Beda Tekanan

Analisis Grafik:

Dari grafik didapatkan hubungan antara bukaan damper dengan beda tekanan yaitu,
semakin damper tertutup maka beda tekanan masuk dan keluar semakin naik. damper yang
semakin menutup menyebabkan kecepatan aliran yang menurun. Sehingga ketika kecepatan
alirannya semakin menurun maka beda tekanannya akan semakin naik.

Dari grafik, tekanan masuk dan keluar memiliki kecenderungan yang sama yaitu
ketika beda tekanan semakin naik saat damper semakin tertutup. Pada saat damper tertutup
penuh maka tidak ada udara yang mengalir ke saluran keluar sehingga tekanan pada saluran
keluar pun meningkat akibatnya timbulah tekanan balik, tekanan balik tersebut menyebabkan
beda tekanan pada saluran masuk meningkat hingga nilai tekanan masuk sama dengan
tekanan atmosfir. Tetapi setelah demper dibuka udara mengalir dan memperbesar kecepatan
di sisi luar yang menyebabkan tekanan pada saluran keluar menurun.
1.5.3.3 Grafik Hubungan Bukaan Damper terhadap Volume Aliran

0.01

0.01

0.01

0.01
Volume Aliran (m3/s)
0

0
0 0.5 1

Bukaan Damper

Volume Aliran Logarithmic (Volume Aliran)


Polynomial (Volume Aliran)

Gambar 1.27 Grafik Pengaruh Hubungan Bukaan Damper terhadap Volume Aliran

Analisis Grafik:

Dari grafik dapat diketahui bahwa volume aliran adalah besar volume fluida yang
mengalir pada satuan waktu. Terlihat bahwa semakin besar bukaan damper maka volume
aliran juga semakin besar. Hal ini disebabkan dalam pengukuran volume aliran yang dipakai
adalah perbedaan tekanan, karena tekanan berbanding terbalik dengan volume aliran,
sehingga semakin besar bukaan damper maka semakin besar pula volume aliran. Sedangkan
saat damper tertutup penuh, tidak ada volume aliran yang mengalir. Pada percobaan ini
berlaku hukum kontunuitas. Namun pada percobaan kali ini terjadi penyimpangan data
karena pada saat damper tertutup penuh, volume aliran tetap ada atau aliran tetap mengalir
yang seharusnya tidak ada aliran. Hal ini disebabkan kemungkinan pada saat menutup,
damper tidak tertutup dengan sempurna. Bisa dilihat dari data yang diperoleh, aliran yang
mengalir sangat dekat dengan 0 atau lebih tepatnya hanya 0.002209326.
1.5.3.4 Grafik Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Efektif Venturi

50

40

30

P (kPa)
20

10

0
500 1000 1500 2000 2500

Putaran Fan (rpm)

Beda Tekanan Polynomial (Beda Tekanan)

Gambar 1.28 Grafik Pengaruh Putaran Fan terhadap Tekanan Efektif Venturi

Analisis Grafik:

Dari grafik dapat diketahui bahwa P adalah besar beda tekanan efektif venturi.
Terihat bahwa semakin besar putaran fan maka perbedaan tekanan efektif venturi semakin
besar. Hal ini dikarenakan pada venturi memiliki daerah luas penampang besar dan kecil.
Mula-mula udara yang mengalir dari fan menuju ke arah venturi diawali di daerah dengan
luas penampang besar. Sesuai hukum kontunuitas maka kecepatannya semakin rendah.
Setelah itu mengalir ke venturi dengan luas penampang yang kecil. Semakin kecil luas
penampang maka semakin besar kecepatannya akibatnya tekanannya akan semakin kecil,
namun tidak pada perbedaan tekanannya, terjadi perbedaan tekanan yang semakin tinggi
seiring dengan bertambahnya kecepatan putaran fan.
1.6 Kesimpulan dan Saran

1.6.1 Kesimpulan

Pada praktikum dengan alat Centrifugal Fan Testing Apparatus dapat disimpulkan
bahwa :

1. Putaran Fan berbanding lurus dengan kenaikan tekanan statis, sehingga ketika putaran
Fan semakin tinggi maka perbedaan tekanan statisnya juga akan ikut bertambah besar,
baik pada tekanan masuk maupun tekanan keluar.
2. Pengaruh bukaan Damper terhadap tekanan statis, baik pada tekanan masuk maupun
tekanan total berbanding terbalik. Sedangkan pada tekanan keluar berbanding lurus, hal
ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya tekanan pada sisi keluar ketika Damper
semakin ditutup.
3. Pada pengukuran kecepatan volume aliran, besar putaran Fan dan pembukaan Damper
berbanding lurus terhadap kenaikan perbedaan tekanan efektif venturi.
4. Hubungan antara putaran Fan dengan tekanan efektif venturi adalah semakin besar
putaran Fan maka perbedaan tekanan dalam venturi semakin besar.
Tekanan pada Fan berkaitan erat dengan kecepatan aliran fluida dan luas penampang
aliran fluida. Hal ini sesuai dengan hukum kontinuitas di mana:

Q1 = Q2

A1 x v1 = A2 x v2

Tampak pada rumus bahwa luas penampang dan kecepatan aliran fluida berbanding
terbalik. Jika luas penampang semakin kecil, maka kecepatan aliran fluida semakin besar.
Sehingga tekanan fluida pun rendah. Begitu pula sebaliknya.

1.6.2 Saran

1. Sebaiknya alat praktikum diperbarui untuk meminimalisir kesalahan data yang didapat
pada saat praktikum.
2. Sebaiknya untuk membuat janji asistensi dengan asisten dapat melalui sms untuk
memudahkan komunikasi.
3. Sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan lebih cermat dan teliti.
4. Sebaiknya saat praktikum alat-alat sudah dipastikan benar sehingga dapat berjalan
dengan lancar dan lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai