Anda di halaman 1dari 12

PENYELIDIKAN GEOLOGI

DAERAH PANAS BUMI SUWAWA


KABUPATEN BONE BOLANGO GORONTALO

Oleh :
Yuano Rezky, A.Rachman Hasan, Setiadarma Dirasutisna
Subdit Panas Bumi

Sari

Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Suwawa di bagian utara disusun oleh batuan
Plutonik seperti Granit, Diorit. Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk Bilungala dan batuan
vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah. Sebaran morfologi terjal yang berpuncak tinggi-tinggi
terdapat di bagian utara dibangun oleh tubuh batuan plutonik dan selatan didominasi oleh batuan vulkanik.
Pada bagian tengah dibentuk oleh perbukitan bergelombang lemah hingga pedataran alluvial.
Secara umum struktur yang berperan mengontrol sistem panas bumi daerah ini berupa dua tegasan utama
yaitu penunjaman Sulawesi Utara dan penunjaman Sangihe Timur dengan arah barat timur yang ter-
rejuvenasi dan membentuk struktur muda di daerah ini.
Tiga kelompok manifestasi panas bumi yaitu Libungo, Lombongo dan Pangi bertemperatur bawah
permukaan berkisar 45 oC -81 oC. Sistem panas bumi Libungo memiliki tipe air klorida-sulfat sedangkan
Lombongo bertipe air sulfat.
Sistem panas bumi di daerah panas bumi Suwawa terbagi menjadi tiga lokasi yaitu kelompok Lombongo,
Pangi dan Libungo. Sistem panas bumi kelompok Lombongo dan Pangi dikontrol oleh struktur sesar normal
Pangi dan Lombongo. Sistem panas bumi kelompok Libungo mempunyai sumber panas yang berasal dari
aktivitas termuda tubuh vulkanik Pinogoe yang berumur Kuarter Bawah. Diduga sistem panas bumi Libungo
terletak pada zona upflow, suhu bawah permukaan sebesar 150-188 C.
Prospek panas bumi daerah panas bumi Suwawa berada di sekitar mata air panas Libungo.seluas 7 km,
dengan heat loss sebesar 2.1 KWe.

1. PENDAHULUAN kecil) yang berjarak lebih kurang 30 km di


Kabupaten Bone Bolango, propinsi sebelah timur kota Gorontalo yang secara
Gorontalo yang baru berumur dua tahun sejak administratif berada di dalam wilayah
pembentukannya tahun 2003, merupakan kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone
daerah dengan prospek pengembangan yang Bolango, Propinsi Gorontalo. Luas daerah
cukup baik berdasarkan potensi penduduknya panas bumi Suwawa lebih kurang 17 x 16
dan sumber daya alamnya. Kenyataan ini km2, dengan posisi geografis antara 0 28
menyebabkan kabupaten ini membutuhkan 13.7 - 0 36 54.8 lintang utara dan 12306
pasokan energi listrik yang cukup besar, 00 - 123 15 00 bujur timur atau 511.000
apalagi kelistrikan yang ada, hanya dipenuhi 528.000 mT dan 52.000 68.000 mU pada
oleh bahan bakar solar. Melihat fakta di atas sistem UTM zone 51 belahan bumi utara pada
maka untuk memenuhi kebutuhan energinya datum horizontal WGS 84.
harus mencari alternatif pengganti bahan
bakar solar yang semakin langka dan mahal. 2. HASIL PENYELIDIKAN
Panas bumi merupakan salah satu energi 2.1 Geologi Regional
alternatif yang memiliki banyak kelebihan Daerah lengan utara Sulawesi ini
untuk dikembangkan. Selain cadangan yang merupakan busur gunung api yang terbentuk
sangat besar di Indonesia, panas bumi karena adanya penunjaman ganda yang terdiri
merupakan energi yang ramah lingkungan dan dari lajur penunjaman Sulawesi utara di
relatif murah untuk dimanfaatkan sebagai sebelah lengan utara Sulawesi dan lajur
pembangkit listrik maupun manfaat langsung penunjaman Sangihe timur di sebelah timur
lainnya. Berdasarkan data potensi yang ada di dan selatan lengan utara. Penunjaman ini
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya mengakibatkan terjadinya kegiatan
Mineral, daerah ini mempunyai beberapa magmatisme dan kegunung-apian yang
lokasi manifestasi panas bumi serperti di menghasilkan batuan plutonik dan kerucut-
Lombongo, Libungo dan Pangi. kerucut vulkanik muda (Simanjuntak, 1986).
Daerah panas bumi berada di wilayah Penunjaman Sulawesi utara diduga
kecamatan Suwawa dan Kabila (sebagian mulai aktif sejak awal Tersier dan
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 1
menghasilkan busur gunung api Tersier yang 2.2.1 Morfologi Daerah Penelitian
terbentang dari Tolotoli - Gorontalo sampai Berdasarkan pada bentuk bentang alam,
dekat Menado yang merupakan lajur vulkanik pola aliran sungai, tingkat erosi dan jenis
api tua. Pada lajur di sebelah timur dan selatan batuan di daerah panas bumi Suwawa dapat
hingga Sangihe merupakan jalur pemunculan dikelompokkan menjadi 3 (empat) satuan
gunung api aktif seperti gunung api Tjolo di morfologi, yaitu satuan morfologi dataran
Pulau Una-Una. Gunung api Tjolo ini pernah rendah (SDR), satuan morfologi vulkanik G.
aktif pada tahun 1961 dengan mengeluarkan Balangga dan Pinogoe (SVBP) dan satuan
rempah-rempah gunung api yang terdiri dari morfologi vulkanik G. Mogi dan Lompotoo
abu dan tufa lapili, dan menyisakan kawah G. (SVML).
Tjolo di pulau Una-Una, (Katili J.A, 1980). a. Satuan morfologi dataran pantai (SDR)
Menurut Bachri S., dkk. (1993) daerah bagian Satuan morfologi dataran rendah secara
tengah dan timur dijumpai dataran rendah umum tersebar di daerah-daerah di sepanjang
yang terbentang memanjang dari danau sungai Bone yang merupakan dataran graben
Limboto ke Lembah Paguyaman yang diduga hingga pinggir pantai selatan dengan
semula merupakan sebuah danau. ketinggian berkisar antara 0 -150 m di atas
Batuan yang ada di daerah panas bumi permukaan laut. Dataran pantai ini
Suwawa ini terdiri dari batuan-batuan yang dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan
berumur Tersier hingga Kuarter. Urutan penduduk setempat sebagai areal pemukiman,
batuan dari yang tertua hingga batuan yang objek parawisata, areal penampungan hasil
termuda yaitu Formasi Tinombo yang terdiri laut, pelabuhan untuk para nelayan, dan juga
dari lava basalt, basalt sepilitan, lava andesit, untuk lahan pertanian/perkebunan masyarakat.
breksi gunung api, batu pasir wacke, batu Batuannya berupa satuan batuan endapan
lanau, batu pasir hijau, batu gamping merah, danau Limboto dan endapan pantai yang
batu gamping kelabu dan batuan termalihkan sebagian besar merupakan hasil dari erosi air
lemah. Formasi ini berumur Eosen Oligosen dan abrasi laut. Satuan morfologi ini dibentuk
tengah(lihat Gambar 1). oleh batupasir, konglomerat, boulder-boulder
Peristiwa tektonik di pulau Sulawesi lava lapukan batuan vulkanik dan lempung
telah berlangsung mulai Tersier awal oleh umumnya hasil longsoran dari batuan yang
penunjaman Sulawesi Utara, menghasilkan lebih tua (endapan aluvium).
tegasan Utara - Selatan. Pada masa ini terjadi Seluruh aliran sungai di daerah panas bumi
pengangkatan dan kegiatan magmatisma yang Suwawa bermuara ke Teluk Tomini, laut
menghasilkan batuan plutonik dan gunungapi selatan. Lembah sungai ke arah hulu
yang tersebar luas di daratan Sulawesi utara berbentuk V yang mencirikan stadium erosi
dengan pola sebaran berarah barat barat laut vertikal lebih kuat dibandingkan dengan
timur tenggara. Periode kedua ditandai dengan stadium erosi horizontal, sedangkan di sungai
terbentuknya sesar-sesar mendatar menganan utama berbentuk melebar hingga bentuk U.
berarah baratlaut - tenggara. Sesar terbesar Pola aliran sungai yang merupakan kelanjutan
menurut T. Apandi dan S. Bachri (1997) dari arah hulu umumnya setengah bercabang
adalah sesar Gorontalo yang menghasilkan (sub-dendritik) dengan bantaran sungai tidak
fault trap dan kemudian membentuk depresi terlalu tinggi dan lembah sungai melebar,
graben dengan memotong struktur yang mencirikan tingkat pengikisan horizontal lebih
terbentuk sebelumnya. Periode ketiga dominan dibanding arah vertikal. Tingkat
dicirikan dengan munculnya penunjaman pengikisan seperti ini umumnya terjadi pada
Sangihe Timur dengan arah tegasan hampir musim penghujan. Pengendapan material
barat-timur sampai utara-selatan yang diduga cenderung lebih tebal di bagian muara
mulai aktif pada Kuarter Awal dan dibandingkan pada hulu sungai.
menghasilkan lajur gunungapi Kuarter yang Beberapa anak sungai merupakan sungai
tersingkap di daerah selatan. Periode musiman (intermitten) dan hanya sungai besar
selanjutnya adalah terbentuknya sesar-sesar saja yang merupakan sungai yang berair
muda yang memotong dan rejuvenasi dari sepanjang tahun, seperti Bone, Tapa Dua,
struktur yang terbentuk sebelumnya dimana Wido, Mogi Kiki dan Lombongo.
tegasan yang membentuk struktur muda ini b. Satuan morfologi vulkanik G. Pinogoe -
merupakan resultan dari dua gaya yang ada Balangga (SVBP)
dan juga menghasilkan gaya releasing yang Satuan morfologi vulkanik G. Pinogoe -
diduga kuat sebagai pemunculan manifestasi Balangga menempati bagian selatan, tenggara,
panas bumi pada daerah panas bumi Suwawa. dan baratdaya. Satuan ini mempunyai
ketinggian antara 150-650 m dpl, umumnya
2.2 Geologi berupa areal kehutanan namun ada sebagian

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 2


kecil di lereng-lereng yang agak rendah
berupa perkebunan dan ladang masyarakat 2.2.2. Stratigrafi daerah penyelidikan
setempat. Puncak-puncak terjal ini dibentuk Hasil pemetaan di lapangan
oleh batuan vulkanik Tersier bawah - Kuarter menunjukkan bahwa urutan batuan di daerah
bawah (plistosen) yang berupa aliran lava panas bumi Suwawa dapat dibagi dalam 7
gunung Pinogoe Balangga - Mandulangi dan satuan batuan yang terdiri dari 4 (empat)
aliran piroklastik gunung Pinogoe. batuan vulkanik, 2 (dua) batuan Plutonik
Pola alirannya pada jenis morfologi ini (Granit-Diorit), 1 (satu) batuan sedimen dan 1
menunjukkan pola memancar (radial) dari (satu) batuan endapan permukaan.
hulunya dan selanjutnya ke arah hilir berpola Batuan-batuan vulkanik di daerah panas
sejajar (pararel) dan setengah mendaun bumi Suwawa tersebut diperkirakan berasal
(subdendritik hingga dendritik) serta setengah dari satu titik pusat erupsi, yaitu Pinogoe -
menangga (subtrellis) pada saat memasuki Balangga. Batuan sedimen berupa gamping
sungai Bone. Lembah sungai umumnya kristalin (kalkarenit), sedangkan endapan
berbentuk V di daerah hulu yang mencirikan permukaan yang terdapat di daerah ini
stadium erosi vertikal lebih kuat apabila digolongkan ke dalam satuan aluvium (Qa).
dibandingkan dengan stadium erosi horizontal. Urut-urutan batuan dari tua ke muda
c. Satuan morfologi vulkanik G. Mogi dan adalah sedimen/batu gamping, batuan
Lompotoo (SVML) vulkanik tua, batuan non vulkanik/plutonik,
Satuan morfologi vulkanik G. Mogi dan batuan vulkanik muda dan endapan
Lompotoo (SVML) mempunyai ketinggian permukaan sebagai berikut (Gambar 4)
antara 150-1400 m di atas permukaan laut a) Satuan Batu Gamping Kristalin (Tmgk)
(dpl). Satuan morfologi ini terdapat di bagian Satuan Batu Gamping Kristalin (Tmgk)
utara yang memanjang dari barat ke timur. tersingkap di bagian tengah, atau sebelah
Satuan ini berupa areal kehutanan dan barat dari lokasi air panas Lombongo yang
perkebunan masyarakat setempat dan hutan membentuk punggungan bukit landai yang
lindung/Suaka alam. sebagian telah tertutupi oleh lapukan batuan
Satuan morfologi G. Mogi dan vulkanik. Kehadiran Satuan Batu Gamping
Lompotoo dibangun oleh batuan produk Kristalin ini (Tmgk) mengindikasikan, daerah
vulkanik G. Mogi dan juga G. Lompotoo yang ini sebelumnya telah terpangaruh oleh gaya
merupakan tubuh batuan plutonik (granit, tektonik sehingga batuan ini terangkat ke
diorit) yang telah mengalami tingkat erosi permukaan. Sebaran satuan batuan ini kontak
kuat dan silisifikasi serta terpatahkan dan dengan batuan tua yang tersilifikasi dan
membentuk bukit-bukit berbentuk kerucut- berada pada satuan morfologi satuan batuan
kerucut. Di bagian tengah timur ditempati oleh plutonik Mogi - Lompotoo.
satuan diorit lava G. Payango (Tmdb) yang Secara megaskopis batuan ini mencirikan
tersilisifikasi dan terubah. Wilayah ini adanya sifat karbonatan, berwarna putih
memiliki cukup prospek kandungan bahan kekuningan sampai kuning kecoklatan,
galian berupa endapan tembaga porfiri dan fisiknya sedikit berongga (berlobang),
emas yang terdapat di sekitar Tapadaa, hancuran oleh struktur, keras, kompak,
Motomboto dan Atingola pada batuan mengandung fosil.
Gunungapi tua (tersier). Satuan ini merupakan satuan batuan
Pola aliran sungai di bagian utara daerah tertua atau tersier bawah (Tmgk), kontak tidak
panas bumi Suwawa umumnya setengah selaras dengan batuan diatasnya.
memancar/menyebar (subradial - radial) di b) Satuan lava Andesit-dasitan Bilungala
hulunya dan menjadi setengah bercabang (Tmlb)
(subdendrittik - dendritik) hingga setengah Satuan Batuan Lava Andesit-dasitan
menangga (subtrellis) di sepanjang poros yang Bilungala ini penyebarannya berada di bagian
dilalui oleh aliran sungai Mogi dua, Tapadaa tengah dan selatan yaitu daerah Lombongo
dan Ulanta yang mempunyai arah aliran rata- utara hingga kearah timur daerah Tapadaa
rata hampir timurlaut baratdaya. Sungai pada satuan morfologi SVML. Batuan yang
tersebut cenderung mempunyai pola relatif tersingkap sebagian telah mengalami
agak lurus dengan lembah sungai membentuk silisifikasi dan pelapukan yang cukup kuat
huruf V. Tingkat pengikisan vertikal lebih dengan jenis batuannya berupa aliran lava
aktif dibandingkan dengan pengikisan lateral. berkomposisi andesitik-dasitik.
Pengikisan ini lebih umum terjadi pada musim Lava andesitik berwarna abu-abu terang-
penghujan. Sungai-sungai ini menngalir ke gelap hingga kemerahan dan keputih-putihan,
sungai besar Bone dan bermuara ke teluk bersifat menengah, sebagian telah mengalami
Tomini. pelapukan dan terubah hingga tersilisifikasi

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 3


dan oksidasi, afanitik - porfiritik, kompak - posisinya kontak tak selaras berada diatas
getas. Susunan mineral secara megaskopis satuan batuan lava Bilungala (Tmlb)
terdiri dari kuarsa, plagioklas, piroksen serta dibawahnya.
opak mineral, yang pada beberapa tempat Kejadian erupsi aliran lava diduga
mengandung urat-urat kuarsa dan oksida besi merupakan hasil erupsi awal produk G.
(Limonit). Setempat-setempat tersingkap Pinogoe yang berupa lava andesit, tersingkap
batuan ubahan hidrotermal (argilik-propilitik- baik, kondisi segar dengan membentuk
kaolinit?). Batuan ini adalah batuan vulkanik punggungan yang melandai ke arah sungai
tertua di daerah ini dan tidak dikenal pusat Bone.
erupsinya serta kontak dengan batuan Umur aliran lava G. Pinogoe
diatasnya berupa kontak selaras dengan batuan diperkirakan Tersier Atas (Pliosen).
diorit dan sebagian telah berupa soil tebal f) Aliran Piroklastik G.Pinogoe ( QTvp)
berwarna coklat tua-muda. Umurnya Aliran piroklastik mempunyai pusat
diperkirakan Tersier (Miosen Tengah). erupsi diduga kuat berasal dari G. Pinogoe (di
c) Batuan granit Bone (Tmgb) selatan) yang tersingkap ke daerah bagian
Batuan granit Bone ini penyebarannya tengah hingga di seberang sungai Bone berupa
berada di bagian utara dan baratlaut pada aliran piroklastik (ash flow) dan terletak pada
satuan morfologi sedang hingga tinggi. Batuan satuan morfologi landai sampai di pinggir
yang tersingkap baik, relatif segar dan pada sungai Bone.
bagian permukaan telah mengalami Satuan aliran piroklastik ini berukuran
pelapukan, berkomposisi kuarsa, orthoklas, abu (ash flow) - agak kasar sampai ukuran
plagioklas, biotit serta mineral-mineral opak pasir dengan komposisi gelas vulkanik,
lainnya. berlokasi di bagian timur, bersifat menengah-
Batuan granit ini berwarna abu-abu asam (andesitik-dasitik), berwarna putih
terang berbintik-bintik hitam, kompak, porfir keabu-abuan-terang, retas, segar, massif.
(kasar), posisinya selaras berada di atas Semakin ke arah tengah penyebaran aliran
satuan batuan lava andesit-dasitan (Tmlb) piroklastik ini teramati bertekstur breksi yang
dengan kontak soil dan lapukan batuan terkonsolidasi dengan baik, mengandung
diantara keduanya, diperkirakan berumur fragmen lava andesitik - andesit piroksen,
Miosen Atas. menyudut tanggung berukuran halus kasar
d) Batuan diorit Bone (Tmdb) (antara 0.1 - 30 cm, terpilah buruk, kemas
Satuan batuan Diorit Bone ini tersingkap terbuka). Matriksnya terdiri dari tufa-abu
dibagian utara dan timur laut daerah penelitian pasiran yang berwarna abu-abu terang
pada satuan morfologi sedang hingga tinggi (bersifat getas), dan berporositas baik.
(SVML). Singkapannya umumnya kompak, Kedudukan satuan aliran piroklastik
segar yang merupakan batuan plutonik dengan Pinogoe (QTvp ) relatif muda berada selaras
penyebarannya sekitar 30% daerah. Batuan ini diatas satuan aliran lava Pinogoe tua (QTvlp)
bersifat asam, dilihat komposisi silika dan dengan umurnya diperkirakan Tersier Akhir.
pada bagian permukaan mulai lapuk, berwarna g) Aliran Lava G. Pinogoe Muda (Qvlp)
putih ke abu-abuan hingga hitam serta, Aliran lava andesit-piroksen ini
berbintik-bintik hitam, afanitikporfiritik, umumnya masih segar dengan pusat erupsinya
berkomposisi kuarsa, orthoklas, plagioklas, diduga berasal dari produk akhir G. Pinogoe -
biotit dan mineral gelap lainnya. Balangga. Penyebaran satuan ini berada di
Kedudukannya selaras berada di atas bagian tengah selatan pada satuan morfologi
satuan lava andesit-dasitan Bilungala (Tmlb), bergelombang rendah sampai sedang.
yang diperkirakan berumur Miosen Atas. Satuan lava ini berwarna abu-abu gelap,
e) Aliran Lava Andesit Pinogoe Tua vesikuler-masif, afanitik, kompak, keras,
(QTvlp) berkomposisi andesit-piroksen dengan mineral
Aliran lava andesit piroksen G. Pinogoe utama terdiri dari kuarsa, plagioklas, piroksen,
tua ini penyebarannya berada di bagian selatan hornblende dan gelas vulkanik serta opak.
dan tenggara pada satuan morfologi landai Satuan ini kedudukannya selaras berada diatas
hingga tinggi. Singkapannya relatif segar aliran piroklastik Pinogoe hasil aktifitas
berupa aliran lava berkomposisi andesitik- terakhir. Umur batuan diperkirakan Kuarter
piroksen. Bawah (Pleistosen), relatif lebih muda apabila
Lava andesit ini berwarna abu-abu gelap- dibandingkan terhadap aliran piroklastik dan
kehitaman, vesikular-padu, afanitik, kompak. aliran lava Pinogoe awal dengan kontak
Susunan mineral secara megaskopis terdiri selaras.
dari plagioklas, piroksen dan mengandung h) Endapan Permukaan (Qa)
gelas vulkanik serta mineral opak. Batuan ini

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 4


Endapan ini terbentuk oleh batuan mengikuti berkembangnya sesar Gorontalo
aluvium yang terdiri dari pasir, kerikil, kerakal ini. Beberapa sesar yang terbentuk akibat zona
dan bolder-bolder yang merupakan hasil erosi, depresi antara lain adalah sesar Libungo yang
banjir bandang dan longsoran. Endapan membatasi pemunculan mata air panas
permukaan ini berada pada satuan morfologi Libungo. Sesar ini sangat berperan sebagai
dataran rendah (SDR) yang meluas ke arah kontrol pemunculan manifestasi panas bumi
bagian barat. Libungo serta kondisi geologi sebagai produk
Karakteristik satuan aluvium adalah: akhir dari aktivitas G. Pinogoe berumur
berwarna coklat hingga kehitaman, terpilah Kuarter bawah.
buruk, berukuran lempung-bolder dengan c) Sesar Libungo
diameter komponen mencapai sekitar 0,5 m Sesar Libungo terbentuk pada periode
atau lebih. Di bawah satuan aluvium ini kedua mengikuti perkembangan sesar
diduga ada satuan endapan danau Limboto Gorontalo dan merupakan sesar normal pada
yang tidak tersingkap dan kemungkinan zona kelurusan lanjutan sesar Limboto di
menjemari (interfingering) dengan satuan bagian barat. Berarah barattimur yaitu searah
aluvium. Kontak dengan batuan Tersier dan aliran sungai Bone dan merupakan bidang
gamping kristalin adalah tidak selaras graben bagian selatan dengan blok selatan
(unconformity). sebagai blok yang relatif naik.
Sesar ini di lapangan tidak muncul ke
2.3 Struktur Geologi permukaan akibat tertimbun oleh endapan
Pola struktur geologi di daerah panas yang lebih muda, akan tetapi dari bentuk
bumi Suwawa dicerminkan oleh bentuk- aliran sungai yang berubah-ubah mencirikan
bentuk volcanic trend, fault trap, zona depresi, keberadaan sebuah struktur sesar.
kelurusan, paset segi tiga, dinding/ tebing d) Sesar normal Pangi
patahan (gawir sesar), kekar gerus, offset Sesar Pangi yang terbentuk pada periode
batuan dan topografi, kelurusan sungai, bukit kedua ini diperkirakan sesar normal yang
dan topografi, zona hancuran batuan, slicken berarah timur-barat, dimana blok sebelah
side, dan hadirnya manifestasi panas bumi selatan relatif naik terhadap blok bagian utara
yang berupa batuan alterasi bertipe argilik yang dicirikan oleh perbedaan topografi serta
(montmorilonit - kaolinit) dan pemunculan pembelokan sungai sepanjang bidang geser.
kelompok-kelompok mata air panas, yang Indikasi lain terdapat pada kekar gerus, bentuk
merupakan jejak sesar yang berkembang. topografi, penorehan perbukitan akibat gaya
Berdasarkan data-data dan bukti yang terdapat gerak dari pembentukan sesar ini, disamping
di lapangan, ada sekitar 8 buah sesar utama itu juga adanya breksiasi batuan dijalur
yang merupakan struktur kontrol geologi patahan tersebut dan diperkirakan terbentuk
panas bumi yang berkembang dibeberapa pada periode yang sama.
tempat akibat dari proses tektonik ini f) Sesar Duano
terbentuknya sesar-sesar orde lanjut seperti Sesar Duano ini diperkirakan terbentuk
sesar Duano, Tapadaa, Biluango, Lompotoo. pada periode ketiga dimana gaya utama yang
Struktur-struktur sesar tersebut akan di berperan adalah gaya dari penunjaman
uraikan lebih lanjut berdasarkan perioda Sangihe Timur. Sesar ini merupakan sesar
pembentukan sesar, sebagai kontrol geologi normal berarah barat laut-tenggara (N330oE)
dan pemunculan manifestasi panas bumi yaitu: dimana blok bagian timur relatif turun
a) Sesar Lombongo terhadap blok bagian barat. Indikasi di
Berarah baratlaut-tenggara sampai barat- lapangan adalah gawir patahan, kekar gerus,
timur, pada periode awal merupakan zona pemunculan batu gamping kristalin dan
lemah yang membentuk pola sebaran batuan bentuk topografi yang menyolok serta zona
plutonik tersier. Sesar tertua ini dicirikan hancuran/rekahan yang memunculkan mata air
dengan tersingkapnya batuan plutonik tersier, dingin yang terdapat disepanjang sesar di
dimana pada citra landsat terlihat jelas batuan lokasi ini.
plutonik dibatasi oleh sesar ini yang Disamping sesar primer yang terdapat
memanjang sampai bagian barat. didaerah ini banyak pula terbentuk sesar
b) Sesar Gorontalo sekunder (secondary/minor fault) yang secara
Berarah baratlaut - tenggara (N330E), umum arahnya agak berlawanan dan ada pula
membentuk fault trap tempat terakumulasinya yang hampir sejajar dengan sesar utama ini
endapan danau yang tersingkap jelas pada atau N 300 oE.
bagian barat. Fault trap yang dihasilkan oleh g) Sesar Lombongo periode lanjut
sesar gorontalo membentuk zona depresi Sesar ini juga merupakan sesar utama
berarah barat-timur sebagai proses yang yang berposisi di bagian timur atau sebelah

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 5


utara sungai Bone yang pada periode awal zona Graben Limboto. Secara geografis mata
merupakan zona lemah munculnya batuan air panas tersebut terletak pada posisi 113 35
plutonik. Pada periode keempat terjadi gaya 40 Bujur Timur dan 07 55 14 Lintang
penunjaman Sulawesi Utara dan Sangihe Selatan atau koordinat UTM (x= 516102,
Timur serta resultan dari kedua gaya tersebut, y=57425) ditemukan pada ketinggian 44 m
zona ini terejuvenasi menjadi sesar normal. diatas permukaan laut (dpl). Pemunculan mata
Gejala-gejala pemunculan di lapangan air panas berada pada dinding/tebing dengan
diindikasikan dari adanya pola kekar gerus, temperatur air panas terukur di lapangan
slickenside, dan gawir (setempat-setempat) sekitar 82.6 C pada temperatur udara
maupun triangular facet. setempat 30.0 C, pH terukur di lapangan 7.80
h) Sesar Batunobatuo dengan debit sekitar 1.20 liter/detik dan
Sesar utama Batunobatuo yang tercium bau belerang (H2S) yang menyengat
merupakan sesar normal menganan terdapat pada pagi hari. Mata air panas tersebut muncul
dibagian selatan daerah penelitian dengan arah melalui rekahan-rekahan yang ada pada
N 330o E. Indikasi di lapangan terdapat jurus batuan vulkanik. Kondisi fisik dari air panas
kekar gerus pada singkapan batuan, disamping tersebut jernih, tidak berbau, tidak berasa,
adanya gejala penorehan bukit, triangular dijumpai endapan oksida besi warna kuning
facet dan pengekaran. kecoklatan dan sinter serta endapan garam
i) Sesar Biluango yang warna keputih-putihan. Manifestasi
Sesar Biluango ini diperkirakan sesar panas bumi Libungo ini diduga ada
mendatar mengiri yang memotong batuan hubungannya struktur tua Libungo yang
vulkanik tua dengan arah baratlauttenggara bersumber dari panas magma sisa aktivitas
atau N 345 oE yang terdapat dibagian terakhir dari kerucut Pinogoe.
baratdaya daerah penelitian. Sesar ini b. Mata air panas Libungo-2
diperkirakan terbentuk oleh gaya penunjaman Mata air panas ini berada di Dusun Air
Sangihe Timur bagian selatan dimana arah Panas dan dekat mata air panas Libungo-1.
tegasan utamanya baratlaut - tenggara. Secara geografis mata air panas tersebut
Pemunculannya di lapangan ditunjukkan terletak pada posisi 113o 35 40 Bujur Timur
dengan adanya gawir dan kekar gerus. dan 07o 55 14 Lintang Selatan atau
Indikasi lainnya adalah triangular facet dan koordinat UTM (x= 5175520, y=57988), yang
zona hancuran. ditemukan pada ketinggian 30 m dpl.
j) Sesar Tapadaa Temperatur air panas terukur di lapangan
Berarah hampir utara-selatan, dimana sekitar 81.0 0 C pada temperatur udara
blok barat relatif naik terhadap blok bagian setempat 32.0 o C, pH terukur di lapangan
timur. Sesar Tapadaa ini dicirikan dengan 7.80 dengan debit sekitar 4.50 liter/detik. Mata
ditemukan banyak gawir patahan, kekar gerus, air panas tersebut muncul melalui rekahan
slicken side, bentuk topografi dan mineralisasi batuan vulkanik dan menyebar dengan luas
dan breksiasi pada kontak batuan tua dengan lebih kurang dari 30 x 20 m2. Kondisi fisik
diorit. Hal ini sebagai pertanda sebuah sesar dari air panas tersebut jernih, tidak berbau,
berarah hampir utara selatan, yang searah tidak berasa dan endapan oksida besi warna
dengan aliran sungai besar Tapadaa. kecoklatan muncul di sepanjang aliran mata
air panas serta dijumpai adanya sinter dan
2.4 Manifestasi Panas Bumi endapan garam warna keputih-putihan.
2.4.1 Batuan Ubahan c. Mata Air panas Lombongo-1
Beberapa lokasi batuan ubahan Secara geografis mata air panas tersebut
ditemukan di sekitar desa Tapadaa yang terletak di Dusun Lombongo, Desa Lombongo
tersusun oleh mineral argilik, propilitik dan pada posisi 113o 35 40 Bujur Timur dan 07o
kaolinit. 55 14 Lintang Selatan atau koordinat UTM
2.4.2 Mata Air Panas (x= 520184, y=60711) ditemukan pada
Hasil penyelidikan menunjukkan ketinggian 81 m-dpl. Mata air panas muncul
beberapa manifestasi panas bumi yang berupa di dinding sungai Lombongo dengan
mata air panas di beberapa lokasi yang temperatur air panas terukur di lapangan
termasuk ke dalam wilayah Kecamatan sekitar 48.7 C pada temperatur udara
Suwawa (meliputi Desa Libungo, Duano, setempat 28.0 C, pH terukur di lapangan 7.70
Lombongo dan Lumbaya bulan), Kabupaten dengan debit sekitar 6.20 liter/detik. Mata air
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo yaitu: panas tersebut muncul melalui rekahan-
a. Mata Air panas Libungo-1 rekahan yang ada pada batuan vulkanik dan
Manifestasi ini berada di Dusun Air ditampung dalam bak penampungan oleh
Panas, Desa Libungo yang berada di dalam pemerintah Daerah setempat untuk dialirkan

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 6


ke kolam rekreasi pemandian airpanas. Total energi panas yang hilang dipermukaan
Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, untuk daerah panas bumi Libungo, Lombongo
tidak berbau, tidak berasa, dijumpai sedikit dan Pangi sebesar 3.75 KWe.
endapan oksida besi warna kuning kecoklatan.
Pemunculan manifestasi panas bumi ini 3. Hidrogeologi dan Model Panas Bumi
diperkirakan dikontrol oleh sesar Lombongo 3.1. Hidrologi
yang berarah barat laut tenggara. Daerah penelitian panas bumi Suwawa
d. Mata air panas Lombongo-2 termasuk daerah subur karena masa turun
Mata air panas ini berada dekat dengan hujan mulai dari bulan Oktober sampai bulan
mata air panas Lombongo-1 yang secara Juni setiap tahun dengan tingkat curah hujan
geografis terletak pada posisi 113o 35 40 diatas 1500 mm per tahun. Air hujan yang
Bujur Timur dan 07o 55 14 Lintang Selatan turun langsung menyerap ke dalam tanah
atau koordinat UTM (x=5519842, y=60578) melalui sesar-sesar, rekahan dan pori-pori
pada ketinggian 85.00 m dpl, Temperatur air batuan menjadi air tanah. Daerah resapan air
panas terukur di lapangan sekitar 41.4 C pada hujan terdapat di sekitar perbukitan
temperatur udara setempat 27 C, pH=7.8 bergelombangan lemah sampai kuat yang
(terukur di lapangan) dengan debit sekitar 2.40 menghuni kurang lebih 65% areal. Hal ini
liter/detik. Mata air panas tersebut muncul menyebabkan cadangan air permukaan dan
melalui rekahan batuan vulkanik dan mengalir bawah tanah yang tersedia cukup banyak.
masuk ke sungai Lombongo. Kondisi fisik Keadaan air tanah yang terperangkap
dari air panas tersebut jernih, tidak berbau, cukup dangkal, terbukti dari sungai-sungai
tidak berasa dan endapan oksida besi, warna besar dan berair sepanjang tahun seperti
kuning kecoklatan. sungai Bone, Lombongo, Bolango, Tapadaa,
e. Mata Air panas Pangi dan Wulo yang seluruhnya bermuara ke
Manifestasi secara geografis berada di sungai besar Bone. Daerah pemunculan air
Dusun Pangi, Desa Lumbayabulan yang atau discharge terdapat di sekitar dataran
terletak pada posisi 113 35 40 Bujur Timur rendah yang terdapat di bagian tengah.
dan 07 55 14 Lintang Selatan atau Air bawah tanah yang lolos lebih
koordinat UTM (x=527852; y=56204) pada kebawah lagi kemudian terpanaskan dari
ketinggian 77 mdpl. Pemunculan mata air sumber panas yang berada jauh di bawah
panas berada memanjang di pinggir sungai permukaan. Akhirnya air panas ini terjebak
Bone dengan temperatur air panas terukur di dalam suatu lapisan batuan yang mempunyai
lapangan sekitar 52.6 C pada temperatur kesarangan cukup besar dan menjadi reservoir
udara setempat 29 C, pH terukur di lapangan panas bumi.
7.40 dengan debit sekitar 1.20 liter/detik. Mata Curah hujan yang cukup tinggi di daerah
air panas tersebut muncul melalui rekahan- ini langsung menyerap ke dalam tanah melalui
rekahan yang ada pada batuan vulkanik. sesar-sesar, rekahan dan pori-pori batuan
Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, menjadi air tanah. Sebagian air terjebak pada
tidak berbau dan tidak berasa. Pemunculan air lapisan dangkal yang merembas dan kemudian
panas ini di pinggir aliran sungai Bone, mengalir sepanjang sungai Bone hulu,
dikontrol oleh struktur sesar Bone yang Bolango, Lombongo, Tapadaa, dan Wulo
berarah hampir timur barat. yang seluruhnya bermuara ke sungai besar
Bone. Daerah resapan air hujan terdapat di
2.5. Kehilangan Panas (Heat loss) sekitar perbukitan bergelombang lemah
Besar kehilangan energi panas di sampai kuat yang menghuni kurang lebih 65%
permukaan pada masing-masing lokasi areal. Hal ini menyebabkan cadangan air
manifestasi panas bumi berikut adalah; permukaan dan bawah tanah yang tersedia
- Kelompok Manifestasi Panas Bumi Libungo cukup banyak.
= 2104.180 Watt Sebagian lagi dari air hujan itu terus
- Kelompok Manifestasi Panas Bumi meresap ke bawah melalui zona lemah yang
Lombongo = 1269. ada sehingga sampai pada lapisan yang dalam,
640 Watt air tersebut kemudian bertemu dengan fluida
- Kelompok Gejala Panas Bumi Pangi yang berasal dari magma dan akhirnya
= 372. 152 Watt membentuk suatu sistem panas bumi.
Akhirnya air panas ini terjebak dalam suatu
------ ----------------------------------- lapisan batuan yang mempunyai kesarangan
Jumlah energi panas yang hilang cukup besar dan menjadi reservoir panas
= 3745. 972 Watt bumi.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 7


Daerah pemunculan air dingin atau yang merupakan manifestasi keberadaan
discharge umumnya terdapat di sekitar panas bumi muncul melalui zona lemah yang
dataran rendah yang terdapat di tengah, berupa rekah-rekah dari bawah permukaan.
terbukti dengan aliran sungai Bone sepanjang
tahun dengan debit yang besar. Mata air panas

Gambar 5. Model Panas Bumi Tentatif Daerah Suwawa

3.2. Sistim Panas Bumi


Sistem panas bumi daerah panas bumi Suwawa dibagi menjadi tiga sistem dilihat dari tipe fluida,
pemunculan manifestasi, kontrol struktur, dan perkiraan sumber panas. Sistem panas bumi yang
pertama pada daerah manifestasi Lombongo yang disebut kelompok Lombongo. Sistem panas bumi
yang kedua berada di daerah mata air panas Pangi yang disebut kelompok Pangi. Sistem panas bumi
yang ketiga adalah sistem panas bumi kelompok Libungo yang terdapat di sekitar mata air panas
Libungo.
Penampang model panas bumi tentatif dapat dilihat pada Gambar 5 yang menggambarkan bentuk
dan posisi akumulasi panas pada zona hancuran di sepanjang struktur rekahan yang membentuk suatu
sistem panas bumi pada kedalaman tertentu pada tubuh vulkanik muda Pinogoe.

3.2.1. Sumber Panas


Sumber panas untuk kelompok Libungo diperkirakan berasal dari magma sisa panas yang berada
di bawah tubuh vulkanik muda Pinogoe muda yang merambat ke atas melalui zona struktur yang
menyebar di sekitar mata air panas Libungo dan sungai Bone.
Kelompok panas bumi Lombongo diperkirakan sumber panasnya berasal dari tubuh plutonik
muda yang tidak muncul dipermukaan pada kedalaman yang terdapat di sekitar mata air panas
Lombongo. Hal ini dibuktikan dengan kandungan fluida sulfat, serta dijumpainya beberapa lokasi
batuan ubahan hidrotermal. Tetapi kemungkinan sistem panas bumi Lombongo ini hanya merupakan
fosil dari aktivitas gunungapi di jaman Tersier yang sudah padam. Adapun kelompok panas bumi
Pangi diduga masih berhubungan erat dengan pembentukan sistem panas bumi Hungoyono yang
berada ke arah timur.

3.2.2 Reservoir
Reservoir panas bumi yang dibahas disini hanyalah yang menjadi bagian dari sistem panas bumi
Libungo, karena untuk sistem panas bumi Lombongo dan Pangi diduga merupakan sisa panas. Batuan
wadah tempat berakumulasinya fluida panas bumi (reservoir), diperkirakan berupa rekah-rekah pada
tubuh vulkanik Pinogoe tua dan formasi Tinombo yang memiliki permeabilitas tinggi. Batuan wadah
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 8
ini diperkirakan memiliki top reservoir pada kedalaman 600 meter di bawah pemunculan
manifestasi Libungo ke arah selatan-tenggara.

3.2.3 Lapisan Batuan Penudung


Batuan vulkanik kuarter maupun tersier diperkirakan sebagai batuan penudung bagian atas. Di
bawah lapisan ini diperkirakan terdapat claycap sebagai hasil ubahan dari hidrothermal pada daerah
Libungo yang membentuk batuan berukuran lempung dengan sifat permeabilitas dan porositas kecil.

4. Kesimpulan

1) Sebaran morfologi terjal yang berpuncak tinggi-tinggi terdapat di bagian utara dibangun oleh
tubuh batuan plutonik dan selatan didominasi oleh batuan vulkanik. Pada bagian tengah dibentuk
oleh perbukitan bergelombang lemah hingga pedataran alluvial.
2) Secara umum penyebaran batuan di daerah panas bumi Suwawa di bagian utara disusun oleh
batuan Plutonik seperti Granit, Diorit. Sedangkan di bagian selatan didominasi batuan produk
Bilungala dan batuan vulkanik Pinogoe berumur Tersier Atas-Kuarter Bawah (Andesit,
piroklastik).
3) Terdapat dua sistem panas bumi di daerah panas bumi Suwawa. Sistem panas bumi yang pertama
pada daerah manifestasi Lombongo dan Pangi, dengan struktur sesar normal Pangi dan Lombongo
yang berperan mengontrol pemunculan manifestasinya, sumber panas diperkirakan berasal dari
tubuh plutonik muda yang tidak muncul di permukaan pada kedalaman yang tidak diketahui.
Sistem panas bumi yang kedua adalah sistem panas bumi daerah Libungo. Tubuh vulkanik
Pinogoe aktivitas termuda berumur Kuarter bawah diduga sebagai sumber panas dari magma sisa
yang masih dangkal pada sistem panas bumi Libungo.
4) Peranan struktur sesar dalam suatu daerah panas bumi sangat penting sebagai kontrol geologi dan
panas bumi, yang merupakan media naiknya panas ke permukaan dan berfungsi sebagai tempat
berakumulasi panas serta terbentuknya tubuh reservoir pada zona sesar/rekahan. Kontrol struktur
yang sangat berperan adalah struktur yang terbentuk pada periode keempat ditandai dengan dua
tegasan utama yaitu penunjaman Sulawesi Utara dan penunjaman Sangihe Timur. Tegasan
struktur berarah barat timur yang ter-rejuvenasi dan membentuk struktur muda di daerah ini
merupakan resultan dari dua gaya yang ada dan juga menghasilkan gaya releasing yang diduga
kuat memicu pemunculan manifestasi panas bumi, dan pembentukan sistem rekahan (fracture
system) sebagai reservoir.
5) Tiga kelompok manifestasi panas bumi yaitu Libungo, Lombongo dan Pangi bertemperatur dari
45 81 oC.
6) Sistem panas bumi yang terdapat di sekitar manifestasi Libungo diperkirakan sangat menarik,
ditandai oleh nilai tahanan jenis rendah dengan tipe air klorida-sulfat.
7) Heat loss yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah sebesar 3.75 KWe.

DAFTAR PUSTAKA

1) Bammelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands.
2) Dutro, J.T, 1989, AGI Data Sheet for Geology In the Field, Laboratory and Office, Alexandria,
US.
3) Hochstein, MP;1982: Introduction to Geothermal Prospecting, Geothermal Institute, University
of Auckland, New Zealand.
4) Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal
Ltd. Jakarta
5) Thorpe R & Brown G., The Field Description of Igneous Rocks, Dept. of Earth Science The
Open University, John Willey & Sons, New York.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 9


Gambar 1. Peta Geologi Regional Daerah Panas Bumi Suwawa (Sumber T Apandi dan S Bachri, 1997)

Gambar2. Peta Tataan Tektonik Daerah Sulawesi (Sumber T Apandi dan S Bachri, 1997)
Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 10
Gambar 3. Peta Geologi daerah panas bumi Suwawa

Gambar 4. Susunan stratigrafi daerah panas bumi Suwawa

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 11


Gambar 5. Citra Landsat dan pola struktur daerah Panas bumi Suwawa ( Google-Earth 2005 )

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 12 - 12

Anda mungkin juga menyukai