Anda di halaman 1dari 11

Definisi Taasub (Fanatisme)

Secara Bahasa kata Taashub memiliki banyak makna, di antaranya, keras,


mengikat, berkumpul mengelilingi sesuatu dan menolongnya. Dari makna inilah
kita mengenal kata Ashobah (dalam ilmu waris), yaitu kerabat dari jalur
bapak/ayah . orang-orang Arab menamakan kerabat seseorang sebagai
Ashobah karena ia mengelilinginya dan menolong serta membelanya. Taashub
berasal dari Ashobiyyah, dan Ashobiyyah adalah seseorang
membela/menolong kerabatnya dan bergabung bersama mereka menghadapi
orang yang memusuhi mereka, baik kerabat tersebut zhalim ataupun terzhalimi.
Dan Ashobiy adalah orang marah karena Ashobahnya (kerabat) dan membela
mereka.

Secara Istilah Kata Taashub dalam makna secara Istilah tidak keluar dari
makna 2secara bahasa. Maka Taashub adalah sikap keras dan mengambil
sesuatu dengan keras, dan kasar dan tidak mau menerima pendapat orang yang
berbeda pendapat dengannya dan menolaknya serta enggan mengikutinya
sekalipun benar. Demikian juga Taashub berarti membela kaumnya,
kelompoknya atau orang yang satu keyakinan dengannya, tidak peduli apakah
orang yang dibela tersebut benar atau salah, dan apakah yang dibela itu zhalim
atau terzhalimi.

Bentuk-Bentuk Taashub:

Taashub Hizbi (Fanatik Golongan)

Yaitu sikap fanatik terhadap kelompok, atau golongan, atau perkumpulan yang
seseorang berafiliasi (menisbatkan diri) kepadanya, dan membelanya baik
kelompok tersebut benar atau salah. Demikian juga dengan menyifati kelompok
atau golongannya tersebut dengan kesempurnaan, kesakralan dan terjaga dari
kesalahan, serta menyebutkan kelebihan-kelebihannya dan menyerang selain
golongannya dengan menyebutkan cacat dan keburukan mereka. Dan juga
dengan mengagungkan kelompoknya dan merendahkan selainnya.

Taashub Qaumi (Fanatik Suku)

Yaitu membela suku yang ia menisbatkan diri kepadanya dan ia berasal darinya,
hanya karena kesukuan semata, sebagaimana yang terjad pada bangsa Turki di
akhir-akhir Khliafah Utsamniyah, dan seperti yang terjadi di sebagian kabilah-
kabilah Arab. Dan terkadang hal tersebut menyebabkan peperangan antar suku
atau antar negara, dan bahkan kerap terjadi peperangan (tawuran) antar suku di
dalam satu negara.

Taashub Madzhabi (Fanatik Madzhab/Idelaisme)

Fanatisme ini yang telah memecah belah kaum Muslimin, dan menjadikan
mereka memiliki empat mimbar di Mekah (Masjidil Haram), di sekitar Kabbah
di masa lalu (di zaman keterpurukan fikih). Saat itu seorang yang bermadzhab
Syafii melarang seseorang shalat di belakang imam yang bermadzhab Hanbali,
orang yang bermadzhab Hanbali melarang seseorang shalat di belakang imam
yang bermadzhab Maliki dan seterusnya. Dan fanatisme tersebut telah
menjadikan pintu ijtihad tertutup. Dan tidak jarang terjadi permusuhan dan
perkelahian yang disebabkan oleh perbedaan madzhab antara dua orang teman,
anak dan orang tua dan bahkan antara suami dan isteri.

Tamyiz Unshuri (Membeda-bedakan Keturunan/Asal-usul)

Hal itu bisa disebabkan karena jenis kelamin, seperti mengistimewakan


golongan laki-laki di atas perempuan dalam hal-hal yang tidak ada dalilnya
dalam syariat, atau karena warna kulit, seperti mengistimewakan wara kulit
putuh di atas kulit hitam, atau karena negeri tertentu atau penduduk tetentu
seperti membeda-bedakan antara imigran dengan penduduk asli, antara
penduduk asli dan pendatang dan seterusnya, atau mengistimewakan kabilah
tertentu dan merendahkan yang lain.

Taashub Fikri (Fanatik Pemikiran)

Yaitu menolak pemikiran lain, tidak menerima dan mendengarkannya, serta


enggan bersikap netral dan pertengahan dalam menghukumi pemkiran tersebut.
Demikian juga bersikap keras dalam berinteraksi dengannya, mengkritikinya
dengan sangat pedas. Dan membuatkan rupa dan bentuk tertentu untuk
pemikiran yang berseberangan dengan gambaran yang telah bercampur dengan
banyak kesalahan dan kekeliruan, karena hal itu dibangun di atas pondasi
fanatisme.

Dan masih banyak lagi bentuk-bentuk Taashub yang ada di masyarakat, ada
yang fanatik denga kyainya, ustadnya, pondoknya dan lain-lain. Dan bahkan
akhir-akhir ini kita melihat para pelajar yang saking fanatiknya terhadap
sekolahnya, mereka rela mempertahankan sekolahnya dengan
mengorbankan harta dan nyawa mereka. Seandainaya saja fanatik dan
kebanggaan mereka terhadap sekolah mereka diwujudkan dengan kegiatan-
kegiatan positif yang menjadikan sekolah mereka dikenal dengan prestasinya
tentu hal itu lebih baik dan itulah yang diharapkan oleh orang tua, sekolah,
masyarakat dan negara.

Sebab-sebab Taashub (Fanatik)

1. Percaya Diri Yang Berlebihan

Seperti perkataan Firaun (yang di abadaikan dalam al-Quran):

{29} .
.Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang
baik; dan aku tiada menunjukan kepadamu selain jalan yang benar. (QS.
Ghafir/al-Mumin: 29)
Perasaan seperti ini terkadang dimiliki oleh pribadi, atau kelompok atau bangsa.

2. Kebodohan dan Keterbelakangan Wawasan

Ketidaktahuan (bodoh) terhadap sesuatu yang ada pada orang lain dan
sempitnya wawasan untuk mengetahui dan mengenalinya secara mendalam
menjadikan seseorang bersikap fanatik dalam melawan dan menolaknya. Dan
cukuplah kita mengatakan:Sesungguhnya permusuhan terhadap Islam pada
hari ini, dan serangan terhadapnya yang dilakukan oleh sebagian bangsa Barat,
adalah disebabkan karena bodohnya mereka dengan dasar-dasar (prinsip-
prinsip) Islam, dan ketidaktahuannya mereka dengan hakekat Islam yang
sebenarnya. Dan ini ditambah dengan perusakan citra Islam, dan pelemparan
syubhat-syubhat yang dilakukan oleh sebagian media komunikasi, baik secara
sengaja maupun tidak disengaja.

3. Pengkultusan Individu Dan Sikap Ghuluw (Ekstrim) Terhadapnya

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:


{31}

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai


rabb-rabb selain Allah, . (QS. At-Taubah: 31)
Sikap pengkultusan dan ghuluw ini terkadang sampai kepada batas memberikan
sifat mashum (terjaga dari dosa) dan kesucian kepada seseorang. Suatu hak
yang menyebabkan sikap Taashub (fanatik) terhadap syaikh Anu, ustadz Anu,
kyai Fulan, Jamaah Anu dan lain-lain.
4. Tertutup Dan Wawasan Sempit
Kita dapati kebanyakan kelompok dan perkumpulan bersifat tertutup, tidak
meyebarkan sesuatu kecuali untuk anggotanya saja dan melarang pengikutnya
untuk mendengar dari kelompok lain. Dan kebanyakan pemikiran yang
menyimpang dan fanatik tumbuh dalam pemikiran-pemikiran yang bersifat
rahasia (sir), bawah tanah, dan lingkungan yang tertutup serta menanggap salah
kelompok selain mereka. dan tidak jarang mereka mengkafirkan kelompok lain,
ini jika fanatik tersebut kepada kelompok kegamaan.

5. Pendidikan Keluarga Yang Salah


Tumbuh di keluarga yang membeda-bedakan warna kulit, atau bangsa, atau
suku, atau kelompok, atau pemikiran dan pemberian semangat fanatisme dan
sikap ekstrim akan menghasilkan manusia-manusia yang fanatik, tertutup, dan
ekstrim. Keluarga adalah benih masyarakat, dan dampak pendidikan keluarga
pasti nampak terlihat di masyarakat tersebut, dan terkadang dampak pendidikan
yang salah tersebut mendominasi perilaku masyarakat, yang akhirnya munculah
masyarakat yang fanatik dengan kelompoknya dan tertutup dari masyarakat
lain.

6. Pemahaman Agama Yang Salah


Tidak diragukan lagi bahwa penyimpangan/kesalahan dalam memahami agama
adalah di anatara sebab yang inti. Maka dari itu, fanatisme Nashrani dalam
memusuhi Islam juga disebabkan karena pemahaman yang salah terhadap dasar-
dasar agama Nashrani itu sendiri. Demikian juga fanatik Madzhab yang
berakibat pada penolakan terhadap madzhab lain di dalam Islam adalah hasil
dari pemahaman yang salah di dalam mengikuti/meneladani para Ulama.

7. Hilangnya akhlak dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda


pendapat dengan kita.
Seperti sikap adil, pertengahan, netral, dan hidup berdampingan dengannya
sekalipun berbeda pendapat, serta memujinya jika lawan kita benar,
membelanya jika orang menzhaliminya, atau menganiayanya tanpa hak dan
sikap-sikap lain yang termasuk akhlak dalam berbeda pendapat yang akan kita
sebutkan Insya Allah pada point tentang sikap Islam dalam memandang
Taashub.

Dampak Taasub (Fanatik)


Semua yang telah kami sebutkan pada pembahasan yang lalu, yaitu tentang
fenomena-fenomena Taashub yang tercela adalah di antara dampaknya. Maka
Taashub adalah sebab inti dari perpecahan umat ini, bercerai berainya mereka,
dan ketidakbersatunya mereka. Dan Taashub juga termasuk sumbu fitnah dan
permusuhan di antara kelompok, golongan atau suku dalam satu negara dan satu
ummat, yaitu umat Islam. Demikian juga Taashub adalah sebab penolakan
terhadap orang atau kelompok lain, penolakan untuk hidup rukun dan
berdampingan dengan mereka.

Sikap Islam Terhadap Taashub (Fanatik)

Islam datang untuk memerangi semua bentuk Taashub. Hal itu nampak dari
hal-hal berikut:

1.Dalam Islam Bani Adam (manusia) adalah makhluk yang dimuliakan,


sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala:

{70}

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, .. (QS. An-Nahl:


70)
Dan Allah berfirman:

{13}

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal (QS. Al-Hujuraat: 13)

Maka tidak ada kelebihan/keunggulan orang Arab di atas orang Ajam (non
Arab), tidak pula orang kulit merah di atas kulit hitam, kecuali dengan
ketakwaan sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam kepada kita.

2. Islam memerintahkan kita berlaku adil dan bersikap pertengahan, Dia


berfirman:



{90}

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,


memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
daoat mengambil pelajaran. (QS. Al-Israa; 90)

3. Setiap tolong-menolong dalam perbuatan dosa diharamkan di dalam Islam.


Dia berfirman:

{2}

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa,


dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS.
Al-Maaidah: 2)

4. Islam mensyariatkan dan memerintahkan saling membela antar orang-orang


yang beriman di dalam al-Haq (kebenaran) dan dalam menolak kezhaliman.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
{71}

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka


(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang maruf, mencegah dari yang munkar, (QS. At-Taubah:
71)

Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Tolonglah saudaramu baik dia dalam keadaan berbuat zhalim (aniaya) atau
dizhalimi. Mereka bertanya: Wahai Rasulullah, aku menolongnya jika ia dalam
keadaan dizhalimi, lalu jika ia berbuat zhalim bagaimana aku harus
menolongnya?Beliau bersabda:Halangilah dia atau cegahlah daei berbuat
zhalim, itulah bentuk pertolongannya. (HR. Muslim)

Dan beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda:

Barang siapa yang menolong/membela kaumnya tidak di atas kebenaran, maka


ia seperti onta yang terjatuh ke sumur dan diangkat dengan menarik ekornya.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

5. Di dalam Islam landasan atau dasar dalam mengunggulkan seseorang di atas


orang lain adalah ketakwaan dan amal shalih. Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:


{13}
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa di antara kamu (QS. Al-Hujuraat: 13)

Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Hendaklah kaum-kaum yang membangga-banggakan nenek moyang mereka


yang telah mati berhenti dari perbuatannya. Sesungguhnya mereka (nenek
moyang tersebut) hanyasanya arang neraka Jahannam. Atau (kalau mereka
(kaum-kaum itu) tidak berhenti) mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah
dari seekor kelabang hitam menegndus kotoran manusia dengan hidungnya,
Sesungguhnya Allah telah menghapus dari kalian seruan Jahiliyyah &
berbangga-bangga dengan nenek moyang. (yang ada) Hanyalah orang mukmin
yang bertakwa dan orang fajir (pendosa) yang celaka. Manusia semuanya
adalah anak Adam, dan Adam diciptakan dari tanah. (HR. Imam at-Tirmidzi)

6. Islam melarang kezahliman dan perbuatan melampui batas sekalipun


terhadap orang yang berselisih pendapat dengan orang tersebut.
Nabi shallallahu alaihi wasallam:

Takutlah terhadap perbuatan zholim, sebab kezholiman adalah kegelapan di


atas kegelapan pada hari kiamat. (HR. Al-Bukhari)

Dan Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. (QS. Al-Maidah: 8)

7. Islam memerangi pengkultusan terhadap manusia dan melarang


menempatkan manusia di atas kedudukannya. Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:


{144}

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad) Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia
tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; (QS. Ali
Imraan: 144)

8. Islam agama kasih sayang dan saling menghargai terhadap orang yang
berselisih pendapat. Dia Subhanahu wa Taala berfirman:

{107}

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa: 107)

Yang Perlu Diketahui

Ikhtilaf pasti terjadi (perbedaan) di antara kita dan tidak mungkin


dihindari, karena kita manusia, yang bisa salah dan benar, kita bukan Malaikat.
Maka kita tidak bisa menghilangkan perbedaan pendapat itu dan
menghapuskannya. Akan tetapi yang kita mampu adalah mempersempit dan
memperkecil perbedaan, bersikap dan berinterakksi yang baik dengan
perbedaan tersebut. Dan yang terpenting dan wajib adalah beradab dengan
adab-adab Islami dalam bergaul dan bermuamalah dengan orang-orang yang
berbeda pendapat dengan kita.

Bukan termasuk Taashub (fanatik) bangga dengan tokoh-tokoh Islam, dan


menjelaskan kebesaran agama ini, dan bahwasanya agama ini datang untuk
mengeluarkan manusia dari peribadatan kepada sesama hamba menuju
peribadatan kepada Pencipta hamba tersebut (yaitu Allah). Dan bahwasanya
Islam adalah agama penutup yang telah diridhai oleh Allah untuk seluruh
manusia. Dan pribadi muslim yang seperti ini menolak untuk mengekor dan
tunduk di hadapan musuh-musuhnya yang menyebabkan ia dituduh dan digelari
sebagai orang yang fanatik, sebgaimana yang terjadi sekarang ini, di mana
orang-orang yang berusaha mengamalkan agamanya dan berpgang terguh
dengannya dianggap sebagai orang yang fanatik dan tidak toleran.

Demikian juga tidak termasuk Taashub (fanatik) berdiskusi berdialog dan,


berdebat ilmiah dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita. Demikian
juga membantah orang tersebut dengan bantahan ilmiah, menyingkap
kekeliruannya, dan menjelaskan jenis kesalahannya jika itu sebuah
kekafiran/kekufuran, atau kebidahan, atau kemaksiatan dengan tetap menjaga
adab dalam melakukan kritik ilmiah, adab berinteraksi dengan orang yang
berbeda pendapat dan tidak mejulukinya dengan julukan fanatik hanya karena
penyelisihannya terhadap anda tersebut.

(Sumber: Diterjemahkan dengan sedikit pengubahan dari


- karya Dr. Adil ad-Dakhmi. Diterjemahkan dan diposting
oleh Abu Yusuf Sujono)

Anda mungkin juga menyukai