Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK
TENTANG
KESESATAN- KESESATAN YANG TERJADI DI
LINGKUNGAN NENEK MOYANG

DI
S
U
S
U
N
Oleh :

KELOMPOK 4
( AN-NAFI/YANG MAHA MEMBERI MANFAAT)
AYUNI RESKINA D (KETUA)
ANDINI ANGREANI I (SEKRETARIS)
SYARIFA RANIYAH (ANGGOTA)
DITYA AYU ANANDA (ANGGOTA)
IRWANDY (ANGGOTA)

KATA PENGANTAR






Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan ini kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul "Kesesatan Lingkungan
Nenek Moyang".
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu kami mengucapkan rasa berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada mereka.
Berkat dukungan kalian semua, semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kesadaran dan
menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Kami tentunya berharap isi makalah ini tidak
meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa
kekurangan yang tidak disadari oleh kami.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, kami mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua
orang.




14 SEPTEMBER 2016
PENYUSUN

DAFTAR ISI
KESESATAN LINGKUNGAN NENEK MOYANG
Penyimpangan Pemikiran dari Manhaj Berpikir yang Benar
Ghurur (merasa diri besar) dan Silau dengan Pendapat Sendiri.
Kelemahan Akal dan Menerima begitu saja Pemikiran Sesat yang
Dikatakan.
Taashub & Taqlid Buta.
Kultus Individu atau Berlebihan dalam Menghormati Tokoh.
Filsafat Pemikiran yang Keliru.
Penyimpangan Jiwa dari Mental-Perilaku yang Lurus

Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-7 M,
menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa, yang pernah dialami oleh umat
manusia. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam ke
Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat
banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan
antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk
ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk
pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. (A.Mustofa,Abdullah,1999: 23). Namun
yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang
mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.(Taufik Abdullah:1983) Datangnya Islam
ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah,
perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang
semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia.
Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan
berkembangnya Islam di Aceh. Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa
perdagangan disebabkan oleh Islam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam
dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian
dalam penyembuhan dan pengajaran tentang moral.(Musrifah,2005: 20).
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa kerajaan Islam di Aceh tidak
lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga. Aceh menjadi
pusat pengkajian Islam sejak zaman Sultan Malik Az-Zahir berkuasa, dengan adanya
sistem pendidikan informal berupa halaqoh. Yang pada kelanjutannya menjadi sistem
pendidikan formal. Dalam konteks inilah, pemakalah akan membahas tentang pusat
pengkajian Islam pada masa Kerajaan Islam dengan membatasi wilayah bahasan di
daerah Aceh, dengan batasan masalah, pengertian pendidikan Islam, masuk dan

ISI
KESESATAN LINGKUNGAN NENEK MOYANG
1.Penyimpangan Pemikiran dari Manhaj Berpikir yang Benar
Aqidah di dalam Islam tidak boleh masuk ke dalam hati atau jiwa seseorang kecuali setelah melalui proses seleksi
yang benar dengan menggunakan metode yang ditetapkan oleh Allah swt. Namun banyak manusia yang
menjadikan begitu saja dugaan-dugaan atau khayalan mereka menjadi aqidah yang mereka yakini tanpa melalui
proses seleksi yang tepat sehingga aqidah mereka tidak didasari oleh ilmu.

Penyimpangan pemikiran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

A.

Ghurur (merasa diri besar) dan Silau dengan Pendapat Sendiri

Bisa jadi ada sebuah lintasan pikiran atau ide dalam benak seseorang lalu karena merasa dirinya hebat maka ide
mentah itu menjadi luar biasa menurutnya, lalu tanpa mengujinya dengan metode yang benar langsung
dijadikannya sebagai aqidah yang menjadi keyakinannya. Kemudian pemikiran yang sesat ini ia sebarkan di
kalangan awam yang lemah metode berpikirnya dengan ucapan yang dihiasi hujjah palsu atau menggunakan
kekuatan pribadinya sehingga mereka menjadi para pengikutnya yang setia.

B. Kelemahan Akal dan Menerima begitu saja Pemikiran Sesat yang


Dikatakan
Di sebuah komunitas masyarakat biasanya muncul pemikiran yang menyimpang dari jalan yang lurus. Sering kali
pemikiran sesat ini mendapat sambutan masyarakat disebabkan oleh keterbelakangan pola pikir mereka, kemudian
dengan berlalunya zaman yang panjang pemikiran ini menjadi aqidah masyarakat tersebut yang diwarisi turun
temurun dan tidak dapat didiskusikan lagi. Mungkin juga aqidah sesat ini tidak muncul dengan sendirinya, tapi
direkayasa oleh pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari kesesatan mereka.
Keterbelakangan pola pikir dan kelemahan akal ini biasanya menjadi sebab penyebaran aqidah sesat di masyarakatmasyarakat kuno atau terbelakang yang jauh dari pusat ilmu dan peradaban.

C. Taashub & Taqlid Buta


Seseorang yang hidup dalam lingkungan sebuah masyarakat tertentu, pasti di sana ia memperolah banyak informasi dan
keterampilan, juga beragam kebiasaan dan perilaku. Perolehan dari lingkungan ini ada yang benar dan ada yang salah. Namun
karena ia berasal dari daerah tersebut, terbentuklah perasaan sudah biasa atau akrab dengan semua itu tanpa peduli benar atau
salah. Ketika ia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakatnya boleh jadi terbentuk perasaan taashub (fanatisme) terhadap
keluarga, masyarakatnya, dan semua

Dengan kata lain bahwa banyak aqidah yang diyakini oleh berbagai bangsa di dunia ternyata adalah aqidah turun
temurun dan dapat terpatri dalam jiwa hanya disebabkan oleh taashub terhadap pendahulu atau nenek moyang
mereka, baik yang memiliki landasan yang benar maupun tidak. Dan dari pengamatan, ternyata banyak sekali
bangsa yang tidak memiliki hujjah sama sekali atas kepercayaan yang mereka yakini selain alasan kepercayaan
yang sudah temurun kemudian mereka ikuti dan mereka bersikap taashub terhadapnya.
Bangsa-bangsa tersebut diantaranya adalah bangsa-bangsa penyembah berhala atau penganut polytheisme di
dataran Cina, India, Afrika, dan tempat-tempat lain. Seharusnya kepercayaan paganisme khurafat seperti itu tidak
mungkin bertahan di era ilmu pengetahuan dan peradaban sekarang ini, ia hanya dapat hidup di zaman kegelapan
yang jauh dari ilmu dan pola pikir yang benar. Satu-satunya yang memberi kekuatan bagi kepercayaan berhala
khurafat itu untuk hidup di zaman moderen ini hanyalah taqlid buta dan taashub para pemeluknya terhadap
kepercayaan nenek moyang mereka.
Bangsa Arab sebelum dan pada permulaan Rasulullah saw diutus termasuk ke dalam kelompok ini. Ketika beliau saw
mengajak mereka kepada tauhid dengan logika yang mengalahkan argumentasi mereka, Al-Quran mengabadikan
jawaban mereka:


Bahkan mereka berkata: Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan
sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka. (Az-Zukhruf (43): 22).
Oleh karenanya, Al-Quran menjatuhkan alasan ini dan menyatakannya sebagai argumentasi yang tidak dapat
diterima akal sehat:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab: (Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk? (Al-Baqarah (2): 170).
Maksudnya: Masuk akalkah kalau mereka berpegangteguh dengan keyakinan nenek moyang hanya karena alasan
taqlid tanpa berpikir sama sekali?! Seandainya nenek moyang mereka tersesat, apakah tetap akan diikuti, padahal
mereka telah merasakan kehancuran?!

D. Kultus Individu atau Berlebihan dalam Menghormati Tokoh


Dalam setiap ummat biasanya muncul tokoh yang dihormati karena ketaqwaannya, keilmuannya, atau pengorbanannya, Kadang
penghormatan ini berubah menjadi kultus bagi sebagian masyarakat awam yang lemah pola pikirnya atau mereka yang jahil sampai
pada tingkat menjadikan tokoh mereka sebagai tuhan atau seperti tuhan. Mungkin juga

kesesatan ini didukung oleh para cendekiawan yang memanfaatkan kesesatan masyarakat demi
kepentingan mereka.
Diantara ummat yang kemudian menyekutukan Allah dengan mempertuhankan tokoh mereka
adalah ummat Nasrani yang menuhankan Nabi Isa putra Maryam alaihimassalam, atau ummat
Nabi Nuh yang mempertuhankan orang-orang shalih terdahulu yang mereka buat patung-patunya,
yakni: Wadd, Suwa, Yaghuts, Yauq,

Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu
dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa,
Yaghuts, Yauq dan Nasr. (Nuh (71): 23).

E. Filsafat Pemikiran yang Keliru


Akal manusia semata betapapun hebatnya tidak akan mampu mengetahui hakikat zat atau bentuk sesuatu yang
ghaib tanpa informasi yang shahih dari wahyu yang pasti kebenarannya.
Hal ini karena akal manusia tidak akan dapat menganalisa, merangkai, atau mengkhayalkan sesuatu kecuali bila
bahan-bahannya sudah ada dalam memori otaknya. Sedangkan bahan-bahan itu tidak akan ada dalam memori
kecuali melalui interaksi panca indra kita dengan alam nyata. Padahal alam ghaib tidak pernah diakses oleh panca
indra sama sekali. Sebagai contoh: kita tidak mungkin meminta orang yang buta sejak lahir untuk mengkhayalkan
warna biru, dan kalau ia memaksakan diri mengkhayalkannya pastilah khayalannya itu keliru, karena ia sama sekali
tidak pernah melihat warna apapun sehingga tidak ada bahan dasar untuk mengkhayalkannya. Orang yang tuli
sejak lahir tidak akan mampu menganalisa atau mengkhayalkan suara musik tertentu karena ia tidak pernah
mendengar apapun sehingga tidak ada bahan-bahan untuk menganalisa atau mengkhayalkannya
Begitulah kita melihat kesesatan aqidah muncul akibat akal yang dijadikan hakim penentu keimanan kepada yang
ghaib tanpa mau melihat dan mengikuti petunjuk wahyu yang dibawa oleh para Rasul as.
Demikian pula tidak benar menurut akal sehat apabila yang ghaib dianalogikan sepenuhnya dengan alam nyata
karena adanya banyak kemungkinan perbedaan yang amat besar antara keduanya dalam hukum-hukumnya,
sehingga ia tidak dapat diketahui oleh panca indra. Semua analisa terhadap yang ghaib dengan menggunakan
hukum-hukum alam dunia ini menurut akal sehat adalah analisa dan analogi yang keliru.
Mereka yang menganalogikan Allah swt dengan makhluk-Nya dalam Zat dan Sifat-Nya tanpa peduli dengan arahan
wahyu, pasti ia akan terjatuh pada kesesatan tasybih (menyamakan Allah dengan makhluk) lalu mengatakan atau
membayangkan Dia sebagai jasad yang memiliki batas-batas dan bentuk tertentu seperti makhluk Maha Suci Allah

Atau mereka membayangkan bahwa Allah swt adalah ruh yang perlu menyatu dengan jasad makhluk tertentu dalam
bentuk manusia, hewan, tumbuhan atau benda mati. Seperti kesesatan Nasrani yang mengatakan Tuhan bersatu
dengan Isa alaihissalam, atau beberapa firqah (kelompok) yang mengaku muslimin tetapi sesungguhnya telah
murtad karena meyakini aqidah wahdatul wujud (Allah menyatu dengan imam mereka yang mereka kultuskan)
Atau seperti mereka yang mengatakan Allah seperti makhluk yang juga mempunyai istri, anak atau kebutuhan
lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka katakan.
Seandainya mereka yang tersesat itu mau mendengar arahan wahyu melalui lisan Rasul-Nya pasti mereka akan
mengatakan seperti ucapan seorang mukmin yang mengakui keterbatasan akalnya:



Apapun yang terlintas dalam benakmu, pasti Allah tidak seperti itu.
Karena mengkultuskan akal dalam memikirkan yang ghaib, para filosuf terjatuh pada kesesatan menganggap hari
akhirat hanya merupakan alam ruh saja. Dengan sebab itu pula penganut ideologi materialisme dan Dahriyyun
mengingkari hari akhir.
Seandainya mereka mau berpikir dan mengakui keterbatasan akal mereka, pastilah mereka akan mengatakan:
Sesungguhnya akal kami terbatas dengan batasan yang dimiliki panca indra, karenanya dengan akal semata kami
tidak akan mampu mengkhayalkan bentuk yang ghaib dengan benar. Maka kami menerima semua informasi yang
ghaib dari para Nabi dan Rasul yang pasti benar karena mereka didukung oleh mukjizat dan bukti ilmiah nyata
tentang kebenaran pengakuan kenabian atau kerasulan mereka.
Benarlah apa yang dikatakan Imam Syafii rahimahullah:



Sesungguhnya akal itu memiliki batas akhir seperti penglihatan yang juga memiliki batas akhir.

2. Penyimpangan Jiwa dari Mental-Perilaku yang Lurus


Ada beberapa kelompok masyarakat tersesat bukan karena ketidaktahuan mereka tentang kebenaran atau bukan karena mereka
memiliki pola pikir yang menyimpang, tapi kesesatan mereka disebabkan karena mereka lari dari kebenaran yang sudah mereka
ketahui demi memenuhi keinginan hawa nafsu. Ketika seseorang sudah lari dari kebenaran, maka ia akan berusaha menganut
paham kebatilan untuk menggantikan kebenaran yang ia hindari dan terus menerus berupaya keras membuat dirinya dan orang lain
menerima kebatilan itu hingga akhirnya dianggap sebagai kebaikan. Ia melakukan hal ini, karena bagaimanapun pemikiran dan
aqidah yang lurus itu akan menghalangi dirinya untuk mengikuti hawa nafsu, maka ia berusaha menggantinya dengan pemikiran
dan aqidah yang sesat agar tidak terjadi kontradiksi atau perang batin antara hawa nafsu dengan prinsip hidupnya. Maka hawa
nafsu yang dibantu oleh syaithan menghiasi perbuatan buruk agar terlihat baik, dengan mencari-cari

memikirkan argumentasi lagi. Manusia yang sampai pada kondisi jiwa seperti ini benar-benar terjatuh kepada
mentalitas dan perilaku terendah semoga Allah melindungi kita darinya.

175:(7)


176:(7)




Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia
tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami
tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami, maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (Al-Araf (7): 175-176).
Jika saja orang seperti itu menggunakan akal sehatnya dan berusaha untuk berperilaku lurus, maka ia akan
menghilangkan perang batin di dalam dirinya justru dengan menguatkan aqidah kebenaran dan memenuhi
keinginan-keinginannya dengan cara yang halal serta mengarahkan keinginan melakukan yang haram dengan
merasakan kenikmatan melaksanakan kewajiban dan ketinggian akhlaq. Penelitian dan pengalaman menunjukkan
bahwa kelezatan melaksanakan kewajiban dan komitmen dengan perbuatan mulia jauh melebihi kenikmatan hawa
nafsu rendah dan lebih menenangkan jiwa.

Penyimpangan mental perilaku ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

A. Hasad (Dengki)
Adalah salah satu penyakit jiwa yang amat buruk yang mendorong orang untuk melecehkan
kebenaran dan mengingkarinya meskipun kebenaran itu didukung oleh argumentasi dan bukti yang
amat jelas.
Hasad ditambah ittibaul hawa (mengikuti hawa nafsu) menjadi faktor utama pengingkaran dan
pembangkangan serta makar Yahudi terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Isa as. Oleh
karenanya mereka berusaha untuk membunuh Nabi Isa as namun Allah swt menyelamatkan
beliau sebagaimana telah mereka lakukan terhadap nabi-nabi Bani Israil lainnya alaihimussalam.
Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya

orang (yang lain) kamu bunuh? (Al-Baqarah (2): 87).

Hasad juga yang menjadi penyebab utama permusuhan Yahudi terhadap Rasulullah saw sehingga
mereka melakukan berbagai makar terhadap beliau dan dakwahnya, kemudian makar itu terus
berlanjut sepanjang sejarah Islam dari khilafah Abu Bakar sampai hari ini.
Ahbar (para tokoh agama) Yahudi hasad kepada Nabi Isa karena mereka khawatir Nabi Isa merebut
kepemimpinan agama yang sedang mereka pegang atas Bani Israil yang dengan kepemimpinan itu
mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Sedangkan hasad semua Yahudi
kecuali yang masuk Islam kepada bangsa Arab di masa Rasulullah saw adalah karena mereka
telah menanti seorang nabi untuk memerangi bangsa Arab yang menyembah berhala, namun
justru bangsa Arab malah beriman kepada Nabi Muhammad saw , maka mereka mengingkari Nabi
yang telah mereka ketahui kedatangannya sebelumnya.
Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka , padahal
sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka
setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka lanat Allah-lah
atas orang-orang yang ingkar itu. (Al-Baqarah (2): 89).
Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu
beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka
maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. (Al-Baqarah (2): 109).

B. Kecenderungan Jiwa yang Menuntut Pemenuhan dengan Cara


Menyimpang
Akibat pendidikan yang rusak atau jauh dari manhaj Islam, sangat mungkin tumbuh dalam diri manusia
kecendrungan yang tidak wajar seperti tumbuhnya virus jahat dalam tubuh, lalu ia menyebar dan menguasai
jiwanya. Bila demikian maka orang ini akan kehilangan keseimbangan kemanusiaannya yang normal dan akalnya
seperti tidak mau lagi mengakui kebenaran. Kecerdasannya lalu diarahkan untuk melakukan kelicikan dan keculasan
demi memenuhi keinginan jiwa yang telah menyimpang itu.
Orang seperti ini akan menyembelih akhlaq mulia dengan dalih kebaikan, melakukan kejahatan dengan syiar
kemanusiaan, dan menghancurkan bangunan al-haq dengan alasan memberantas kebatilan. Bila ada ayat Al-Quran
atau hadits Rasulullah saw menghadang di depannya, ia akan mengingkarinya atau menafsirkannya sesuai hawa
nafsunya.

Kesombongan yang menguasai jiwa seseorang menyebabkan ia berani menolak kebenaran dan
melecehkan para pendukung kebenaran. Lalu ia mencari paham kebatilan dan berusaha
menghiasinya dengan argumentasi palsu yang tidak berdasar sama sekali.

( )
Kesombongan itu sikap menolak kebenaran dan melecehkan orang lain. (HR. Muslim).
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari
tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya, dan jika
mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka
melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan
ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (Al-Araf (7): 146).
Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada
mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada
akan mencapainya. Maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat. (Al-Mumin (40): 56).

D. Dendam Kesumat
Daulah Islam pernah selama berabad-abad mencapai kekuatannya yang amat besar dengan kebenaran dan keadilan
yang dibawanya dalam jihad. Seiring dengan itu ada negara dengan aqidah sesatnya yang tersingkir seperti
Imperium Persia yang kemudian sebagian rakyatnya masuk Islam dengan keikhlasan. Namun ada pula unsur-unsur
diantara mereka yang menyimpan dendam kesumat terhadap Islam dan kaum muslimin karena mereka masih kuat
rasa ashabiyahnya terhadap negara dan aqidah mereka namun tidak berani melawan secara terang-terangan.
Dendam kesumat ini melahirkan berbagai makar dan persekongkolan jahat terhadap Islam dan kaum muslimin sejak
dulu hingga kini. Ada yang melakukan perang pemikiran dengan cara-cara licik untuk menyesatkan kaum muslimin
dari aqidah yang benar sehingga ummat Islam berpecah belah karena aqidahnya terkena polusi. Ada pula yang
melakukan perang secara fisik dengan pengerahan kekuatan demi menghancurkan kekuatan Islam. Mereka yang
menyimpan dendam ini amat khawatir terhadap kemurnian aqidah ummat Islam yang akan menimbulkan
kembalinya persatuan mereka kembali.

E. Motivasi Politis
Beberapa faktor penyimpangan jiwa boleh jadi terkumpul manjadi satu dan membentuk motivasi politis berupa keinginan kuat untuk
menjadi penguasa. Motivasi politis ini mendorong pemiliknya untuk mencapai kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Kadang kala mereka menggunakan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan untuk membungkus


motivasi mereka dengan kedok ilmiah dan menipu para pelajar dan mahasiswa.
Ketika mereka sudah berkuasa biasanya kekuasaan itu mereka gunakan untuk menyesatkan aqidah
masyarakat seperti yang dilakukan oleh Namrudz di masa Ibrahim as, atau Firaun di masa Musa
as.
Sangat mungkin pula mereka yang ingin meraih kekuasaan kemudian menciptakan agama atau
ideologi baru dengan kemasan yang menarik orang-orang yang juga memiliki kelainan jiwa atau
kemasan yang terlihat baik dari luar untuk menipu orang-orang awam dan lugu. Hal ini mereka
lakukan karena motivasi keagamaan sering kali ampuh untuk memompa semangat para pengikut
dalam berjuang dan berkorban melawan lawan politiknya yang sedang berkuasa. Diantara mereka
adalah orang-orang yang menciptakan aqidah Syiah karena dendam dan motivasi politik sehingga
menjadikan isu Mencintai Ali ra & keluarga Rasulullah saw sebagai modal untuk menyesatkan
aqidah ummat Islam.

3. Kelemahan Iradah
Dalam episode perjalanan sejarah, cukup banyak manusia yang lemah iradah-nya (tidak memiliki
keinginan dan keberanian untuk melawan) di hadapan kehendak para penguasa politik yang sesat,
atau kekuatan sosial yang mendominasi mereka, atau di hadapan tokoh menyimpang yang
berpengaruh.
Ketika iradah melemah akan terhentilah potensi berpikir kritis seseorang dan membuatnya
membeo kepada pihak yang kuat. Sebaliknya para penguasa akan memanfaatkan mentalitas
budak pengikutnya untuk kepentingan tertentu yang menyesatkan.
Maka Firaun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya.
Karena Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (Az-Zukhruf (43): 54).
Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri:
(Tidak). Sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika
kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.
Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang
belenggu di leher orang-orang yang kafir, mereka tidak dibalas melainkan dengan apa yang telah
mereka kerjakan. (Saba (34): 33).

KESIMPULAN
Dari pengamatan terhadap sejarah orang-orang yang
tersesat di muka bumi dan dengan melakukan
pembahasan ilmiah terhadapnya, dapat disimpulkan
bahwa penyebab utama kesesatan aqidah adalah tiga
hal:
1. Penyimpangan pemikiran dari manhaj berpikir yang
benar menurut Islam.
2. Penyimpangan jiwa dari manhaj mental-perilaku
yang
lurus.
3. Kelemahan iradah (kemauan/kehendak) di hadapan
dominasi politik, atau dominasi sosial, atau dominasi
spiritual, atau kelemahan iradah di hadapan orang yang
memiliki kekuatan dan pengaruh, sehingga ia mampu
menggiring mereka yang lemah iradah ini kepada
kesesatan.

SEKIAN DARI KAMI


&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai