Makalah Susu Kental
Makalah Susu Kental
SUSU KENTAL
OLEH:
KELOMPOK IV
Nur Fadilla Rahma Sari G31113305
Aisyah Amini Anshari G31113306
Marselia Sampe Ruru G31113307
Nabila Mukmininah Jibril G31113308
Dwi Multi Maigawarti G31113309
Darmayanti Haedar G31113310
Ardhi Arista Manopo G31113311
PENDAHULUAN
Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung zat-
zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan
vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Nilai gizinya yang tinggi juga
menyebabkan susu merupakan medium yang sangat disukai oleh mikrooganisme untuk
pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu
menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara benar.
Mikroorganisme yang berkembang didalam susu selain menyebabkan susu menjadi
rusak juga membahayakan kesehatan masyarakat sebagai konsumen akhir. Disamping itu
penanganan susu yang benar juga dapat menyebabkan daya simpan susu menjadi singkat,
harga jual murah yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi pendapatan peternak
sebagai produsen susu.
Kerusakan pada susu disebabkan oleh terbentuknya asam laktat sebagai hasil
fermentasi laktosa oleh koli. Fermentasi oleh bakteri ini akan menyebabkan aroma susu
menjadi berubah dan tidak disukai oleh konsumen. Untuk meminimalkan kontaminasi oleh
mikroorganisme dan menghambat pertumbuhan bakteri pada susu agar dapat disimpan
lebih lama maka penanganan sesudah pemerahan hendaknya menjadi perhatian utama
peternak.
Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencegah kerusakan pada susu adalah
dengan cara pemanasan (pasteurisasi) baik dengan suhu tinggi maupun suhu rendah yang
dapat diterapkan pada peternak. Dengan pemanasan ini diharapkan akan dapat membunuh
bakteri patogen yang membahayakan kesehatan manusia dan meminimalisasi
perkembangan bakteri lain, baik selama pemanasan maupun pada saat penyimpanan.
Proses pengolahan susu bertujuan untuk memperoleh susu yang beraneka ragam,
berkualitas tinggi, berkadar gizi tinggi, tahan simpan, mempermudah pemasaran dan
transportasi, sekaligus meningkatkan nilai tukar dan daya guna bahan mentahnya. Proses
pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan berkembangnya ilmu dibidang
tekologi pangan. Dengan demikian semakin lama akan semakin banyak jenis produk susu
yang dikenal. Hal ini sangat menggembirakan dan merupakan langkah yang sangat tepat
untuk mengimbangi laju permintaan pasar.
Banyak jenis bahan makanan yang dapat dibuat dari bahan baku susu. Antara lain
jenis produk susu yang sudah dikenal dikalangan masyarakat adalah es krim, susu bubuk,
susu kental, mentega, yoghurt yang dihasilkan melalui proses homogenisasi, sterilisasi,
pasteurisasi dan fermentasi.
Penyebaran produksi susu akan lebih mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
Telah tersedianya listrik hingga pelosok desa akan menopang penggunaan pengolahan susu
pasteurisasi. Teknologi pengolahan susu yang telah dikenal rakyat seperti pengolahan
dadih dan danke di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dapat mempercepat dan
merupakan cikal bakal diversifikasi penggunaan susu.
Diversifikasi air susu sapi ini bisa dikelola secara home industry maupun secara
besar-besaran, dan sudah barang tentu untuk yang kedua ini diperlukan peralatan yang
serba praktis dan modern, agar diperoleh hasil yang maksimal. Tetapi untuk keperluan
keluarga kecil cukup dengan alat sederhana yang alatalatnya bisa diperoleh disekeliling
kita dengan harga murah, seperti diperlukannya es batu dan beberapa kotak dari aluminium
yang berfungsi sebagai tempatnya.
BAB II
ISI
K. Pengemasan
1. Kemasan Sachet
Kemasan mempunyai peranan penting dalam pengawetan hasil peternakan.
Kemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan
pangan yang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, dan getaran). Pengemasan juga berfungsi untuk menempatkan suatu
hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan
dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Pembuatan kemasan juga berfungsi
sebagai sumber informasi dan dibuat agar menarik perhatian konsumen. Kemasan dapat
terdiri dari kemasan primer dan kemasan sekunder. Kemasan primer merupakan kemasan
yang kontak langsung dengan produk. Kemasan sekunder yaitu kemasan merupakan
karton luar atau multipacker yang memungkinkan konsumen untuk membawa lebih dari
satu pcs produk pada suatu waktu (Brody, 2008 dalam Machrus, 2012).
Kemasan sachet merupakan suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel yang
terbuat dari Al foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam aluminium (metalized
film) dan kertas yang dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa bahan thermoplastic
maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis konstruksi kemasan. Al
foil dapat memberikan penghalang yang baik terhadap transmisi gas, uap air dan cahaya.
Kemasan sachet digambarkan sebagai material yang tidak rigid atau kaku, dan biasanya
merupakan material yang non fibrous dan memiliki ketebalan kurang dari 0,25 mm.
Kemasan sachet memiliki beberapa karakteristik yaitu harga relatif murah, memiliki sifat
penghalang yang baik terhadap uap air dan gas, dan dapat direkatkan dengan panas
(Fellows, 2000 dalam Machrus, 2012).
Pemasaran kemasan ini menjadi populer untuk mengemas berbagai produk, baik
padat maupun cair. Alasan menggunakan kemasan sachet sebagai bahan pengemas adalah
mudah dibentuk, ekonomis, dapat digunakan sebagai pengganti kemasan kaleng, ringan,
mudah dalam penanganannya dan tahan pada heat sealing dan heat resistance
(Departemen Perindustrian, 2007 dalam Machrus, 2012).
2. Packaging (Pengemasan)
Pengemasan merupakan salah satu pertimbangan yang paling kritis pada proses
produksi. Fungsi utama pengemasan adalah untuk memuat, melindungi dan
mempertahankan produk selama distribusi, penyimpanan dan penanganan. Pengemasan
juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk media komunikasi yang menunjukkan cara
penggunaan produk dan kandungan nutrisi didalamnya. Makanan dikemas untuk menjaga
kualitas, kesegaran, menarik konsumen dan untuk memfasilitasi penyimpanan dan
distribusi. Perlindungan merupakan fungsi utama dari pengemasan makanan (Robertson,
2006 dalam Machrus, 2012).
3. Kerusakan Kemasan
Hidayah (2010) dalam Machrus (2012) menyatakan bahwa kerusakan kemasan
merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan oleh perusahaan, seperti cacat, kerusakan
dan kegagalan yang menyebabkan produk dibuang ataupun dikerjakan ulang. Persentase
kerusakan kemasan yang tinggi dapat menyebabkan kerugian pada perusahaan. Beberapa
hal yang yang menyebabkan terjadinya kerusakan atau kegagalan dalam proses produksi
adalah kegagalan mesin, perubahan proses, kegagalan mutu, serta variasi sumber daya.
Kerusakan pada produk dapat menyebabkan berbagai kerugian pada perusahaan, seperti
kerugian waktu, biaya, sumber daya dan reputasi. Kerusakan pada produk dapat dikurangi
dengan melakukan teknik perbaikan mutu dan mengendalikan kualitas (Deviyanti, 2008
dalam Machrus, 2012).
Hidayah (2010) dalam Machrus (2012) menyatakan bahwa faktor utama yang
berpengaruh terhadap kerusakan kemasan produk susu kental manis sachet adalah mesin,
manusia, material dan metode. Faktor mesin yang mempengaruhi antara lain spare parts,
posisi dan ketajaman slitter, suhu sealer, sensor eyemark, posisi nozzle dan kestabilan arus
listrik. Faktor manusia yang mempengaruhi adalah motivasi, kedisiplinan, keahlian,
alokasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan awareness. Faktor material yang
mempengaruhi adalah kualitas bahan pengemas dan jenis bahan baku. Faktor metode yang
mempengaruhi adalah jumlah dan frekuensi sampling, maintenance dan standarisasi.
Hidayah (2010) dalam Machrus (2012) menyatakan bahwa beberapa tipe kerusakan
kemasan sachet yang sering terjadi pada proses pengemasan adalah berat kurang, pecah
vertikal, rembes horisontal, pecah horisontal, Alluminium (Al) foil melintir, kemasan
kosong dan tidak ada kode. Pecah dan rembes adalah tipe kerusakan yang terjadi setelah
produk susu kental manis diberi perlakuan pressure test.
DAFTAR PUSTAKA
Saragih, Farida. 2012. Susu Kental Manis & Krimer Kental Manis. RD & Quality
Management. PT. Indolakto. Foodreview Indonesia Vol. VII/No. 6/Juni 2012.