PENDAHULUAN
1
mentahnya. Proses pengolahan susu selalu berkembang sejalan dengan
berkembangnya ilmu dibidang tekologi pangan. Dengan demikian semakin lama akan
semakin banyak jenis produk susu yang dikenal. Hal ini sangat menggembirakan dan
merupakan langkah yang sangat tepat untuk mengimbangi laju permintaan pasar.
Banyak jenis bahan makanan yang dapat dibuat dari bahan baku susu. Antara
lain jenis produk susu yang sudah dikenal dikalangan masyarakat adalah es krim,
susu bubuk, susu kental, mentega, yoghurt yang dihasilkan melalui proses
homogenisasi, sterilisasi, pasteurisasi dan fermentasi.
Penyebaran produksi susu akan lebih mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
Telah tersedianya listrik hingga pelosok desa akan menopang penggunaan
pengolahan susu pasteurisasi. Teknologi pengolahan susu yang telah dikenal rakyat
seperti pengolahan dadih dan danke di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dapat
mempercepat dan merupakan cikal bakal diversifikasi penggunaan susu.
Diversifikasi air susu sapi ini bisa dikelola secara home industry maupun secara
besar-besaran, dan sudah barang tentu untuk yang kedua ini diperlukan peralatan
yang serba praktis dan modern, agar diperoleh hasil yang maksimal. Tetapi untuk
keperluan keluarga kecil cukup dengan alat sederhana yang alatalatnya bisa diperoleh
disekeliling kita dengan harga murah, seperti diperlukannya es batu dan beberapa
kotak dari aluminium yang berfungsi sebagai tempatnya.
1.2 Tujuan
1. Memahami proses pengolahan susu kental manis.
2. Mengetahui ciri-ciri kerusakan dan penanganan susu kental manis.
2
II. PEMBAHASAN
3
titik jenuhnya akan menyebabkan terjadinya kristalisasi. Kristalisasi ini harus
dikontrol untuk menjamin bahwa Kristal yang terbentuk ukurannya sangat kecil. Jika
kristalisasi tidak dikontrol, maka akan menyebabkan tekstur produk menjadi kasar
atau dikenal dengan cacat produk (Nurila, 2013).
4
4. Air
Air merupakan bahan baku yang dapat digunakan sebagai pencampur dan pelarut
bahan-bahan pada pembuatan susu kental manis. Air yang digunakan PT Frisian Flag
Indonesia dalam pembuatan susu kental manis berasal dari sumur dan Perusahaan Air
Minum (Nurila, 2013).
b. Bahan Penunjang
1. Anhydrous milk fat
Anhydrous milk fat diperoleh dengan cara memisahkan krim dan kelembaban
susu melalui vacuum drying dan menghasilkan 70%-80% lemak susu (Godam, 2012).
Anhydrous milk fat setidaknya mengandung 99,8% lemak susu dan tidak lebih dari
0,1% moisture. Buttermilk powder merupakan produk yang dihasilkan dari
pemisahan air dari buttermilk cair yang berasal dari churning mentega yang kemudian
dikeringkan menjadi bentuk powder. Buttermilk mengandung lemak susu yang tidak
kurang dari 4,5% dan kelembaban yang tidak lebih dari 5%. Buttermilk powder
umumnya digunakan dalam produk olahan susu seperti es krim dan roti (Nurila,
2013).
2. Palm oil
Palm oil merupakan minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang
berfungsi sebagai sumber lemak. PT Frisian Flag Indonesia menggunakan palm oil
dalam pembuatan susu kental manis cokelat untuk menambah kadar lemak produk
(Saragih, 2012). Laktosa adalah karbohidrat utama dalam susu dan konsentrasinya
berkisar antara 4,2%-5% dalam susu. Kandungan laktosa umumnya menjadi rendah
pada akhir laktasi dan susu yang berasal dari hewan yang terserang penyakit mastitis.
Laktosa adalah disakarida dan terdiri α-D-glukosa dan β-D molekul. Laktosa
merupakan gula pereduksi yang mengalami reaksi maillard dengan asam amino
dalam susu yang mengakibatkan terjadinya warna kecoklatan saat susu dipanaskan.
Laktosa mempunyai kelarutan dalam air hanya 17,8% pada temperatur 25 ⁰C (Nurila,
2013).
5
3. Vitamin
Vitamin ditambahkan pada pembuatan susu kental manis dengan tujuan
memperbaiki nilai nutrisi produk. Vitamin yang digunakan dalam pembuatan susu
kental manis di PT Frisian Flag Indonesia antara lain vitamin A, D3 dan B1 (Nurila,
2013). Vitamin A dan D sebaiknya ditambahkan pada produk olahan susu karena
vitamin A dan D bersifat larut dalam lemak. Penambahan vitamin harus dilakukan
sangat hati-hati untuk memastikan pelanggan mendapatkan jumlah yang tepat dan
tidak ada terjadi overdosis (Partridge, 2008 dalam Nurila, 2013). Cocoa powder
berasal dari biji cocoa yang telah mengalami fermentasi, penyaringan dan proses
lainnya. Cocoa powder digunakan sebagai flavor dan berpengaruh terhadap kadar
total padatan terlarut pada pembuatan susu kental manis (Nurila, 2013).
6
krim maupun susu skim. Susu itu kemudian dihangatkan dahului dengan suhu
pemanasan 65°C sampai 95°C selama 10 – 15 menit. Pemanasan pendahuluan
ini penting, sebab hal ini akan menolong menstabilkan susu terhadap
pengentalam selama penyimpanan produk jadi dan juga akan menghancurkan
organisme patogen dan enzim tidak akan diinaktifkan pada prosedur penguapan
susu selanjutnya. Sesudah pemanasan pendahuluan, ditambahkna gula sehingga
diperoleh konsentrasi gula 62,5% sebagai sukrosa dalam produk akhir. Gula
yang ditambahkan harus bebas dari mikroba patogen pencemar dan harus bebas
dari gula invert, karena hali ini akan membantu terjadinya pengentalan selama
penyimpanan seperti disebutkan terdahulu. Fungsi gula terutama adalah sebagai
pengawet, karena sebagian besar mikroba ragi – ragi kecuali osmofilik tak
dapat hidup pada konsentrasi gula 62,5%.
2. Proses selanjutnya meliputi penguapan susu yang sudah mengandung gula
dengan kondisi yang sangat ringan dengan menggunakan penguap hampa pada
suhu 77°C. Pada suhu 49°C, fase cair dari produk yang dikentalkan menjadi
jenuh dengan laktosa dan pada waktu susu kental itu didinginkan terjadi larutan
jenuh dan kristalisasi. Jika tidak dilakukan dengan sangat hati – hati, akan
terbentuk inti laktosa dalam jumlah sedikit dan ini akan tumbuh menjadi kristal
berukuran makro yang cukup keras dan terasa kasar. Akibat kristalisasi laktosa
ini adalah “rasa seperti pasir” yang dianggap dapat mengurangi mutu susu
kental manis. Untuk menghindari hal ini harus diadakan pendinginan
sedemikian rupa sehingga terjadi kristalisasi laktosa secara cepat dan dengan
demikian terbentuk kristal –kristal kecil. Hal ini dijalankan dengan
mendinginkan susu sampai suhu 30°C yang akan menghasilkan keadaan lewat
jenuh dari laktosa dan kemudian dilakukan pembibitan dengan menambahkan
laktosa yang berbentuk halus dengan jumlah 0,6 g/l susu kental. Kristalisasi
akan selesai selama waktu 3 jam. Kristal – kristal yang sangat halus terdapat
dalam susu kental yang bermutu tinggi biasanya berdiameter kira – kira 10
7
mikron dan kristal–kristal ini begitu halus sehingga tidak dapat dirasakan oleh
lidah.
3. Bila proses kristalisasi telah selesai, susu kental didinginkan, dimasukkan
dalam drum – drum penyimpanan dalam jumlah besar untuk diisikan ke dalam
kaleng. Produk itu kemudian ditutup dan tidak memerlukan proses pemanasan
lagi. Stabilitas mikrobiologis produk tersebut ditentukan oeh kandungan gula
yang tinggi dan masalah kerusakkan biasanya terbatas pada pertumbuhan jenis
ragi osmofilik (Amalia, 2012).
8
dari 50oC menjadi 60oC yang menyebabkan kandungan air pada bahan diuapkan dan
berubah menjadi kental atau berupa padatan yang akan meningkatkan densitas bahan
sehingga berat jenisnya bertambah.
3. Viskositas
Viskositas diartikan sebagai resistensi atau ketidakmauan suatu bahan untuk
mengalir yang disebabkan karena adanya gesekan atau perlawanan suatu bahan
terhadap deformasi atau perubahan bentuk apabila bahan tersebut dikenai gaya
tertentu. Viskositas secara umum dapat juga diartikan sebagai suatu tendensi untuk
melawan aliran cairan karena internal friction atau resistensi suatu bahan untuk
mengalami deformasi bila bahan tersebut dikenai suatu gaya. Viskositas atau
kekentalan merupakan suatu parameter penting pada proses evaporasi. Adanya
penurunan Ka dan peningkatan suhu mengakibatkan tingkat kekentalan susu
evaporasi semakin bertambah. Tingkat viskositas susu sapi segar biasanya sebesar 6,3
cP, kekentalan akan semakin meningkat setelah susu diuapkan yaitu sebesar 28,6 cP
pada 60oC dan 13,3 cP pada 50oC (Amalia, 2012).
4. Rendemen
Rendemen adalah besarnya prosentase bahan yang tertinggal. Rendemen akan
meningkat apabila perlakuan diterapkan pada suhu rendah, sebaliknya pada suhu
tinggi rendemen semakin berkurang. Hal ini karena semakin tinggi suhu penguapan
maka laju penguapan juga meningkat. Perlakuan pada suhu 60oC menghasilkan
rendemen sebesar 22,3% dan pada suhu 50oC rendemen yang dihasilkan meningkat
menjadi 36,91%.
5. Laju Penguapan
Laju penguapan merupakan jumlah air yang dapat diuapkan secara simultan
oleh mesin penguap vakum dalam satu satuan waktu. Penguapan terjadi pada titik
didih cairan. Apabila perbedaan suhu antara medium pemanas dengan cairan yang
dipanaskan kecil maka kecepatan pindah panas akan menurun sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mencapai titik didih cairan menjadi lebih lama yang menyebabkan
laju penguapan berlangsung lebih lama. Laju penguapan tertinggi diperoleh pada
9
perlakuan suhu 60oC karena semakin tinggi suhu maka laju penguapannya juga
semakin cepat (Nurila, 2013).
10
jika kandungan zat padat bertambah, sehingga suhu didih larutan jenuh mungkin jauh
lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan yang sama (Saragih, 2012).
2. Pembentukan busa
Beberapa bahan tertentu, terutama zat organik, membusa pada waktu di uapkan.
Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap, dan menyebabkan
banyaknya bahan yang terbawa ikut. Dalam hal ekstrim, keseluruhan massa zat cair
itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan terbuang (Saragih, 2012).
3. Kepekaan terhadap suhu
Beberapa bahan kimia farmasi,dan bahan makanan dapat rusak bila di panaskan
pada suhu sedang, selama waktu singkat saja. Dalam mengkonsentrasikan bahan-
bahan seperti itu diperlukan teknis khusus untuk mengurangi suhu zat cair dan
menurunkan waaktu pemanasan (Saragih, 2012).
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan pembentukan kerak pada permukaan
pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang
sampai akhirnya kita terpaksa menghentikan operasi evaporator itu untuk
membersihkannya. Bila kerak itu keras dan tidak dapat larut, maka perlu waktu yang
lama dan biaya yang mahal untuk membersihkannya (Saragih, 2012).
5. Bahan konstruksi
Kita perlu menentukan bahan konstruksi dari evaporator, bila mungkin
evaporator di buat dari baja. Akan tetapi, banyak larutan yang merusak bahan-bahan
besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu. Karena itu digunakan bahan
konstruksi khusus, seperti tembaga, nikel, bja tahan karat, aluminium, grafit tak
tembus, dan timbal. Tetapi bahan-bahan ini relatif mahal, oleh karena itu laju
perpindahan kalor harus cepat/ tinggi agar dapat menurunkan biaya pokok peralatan
(Saragih, 2012).
11
III. PENUTUP
Susu kental manis atau biasa disebut sweetened condensed milk adalah susu
segar atau susu evaporasi yang telah dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya
dan kemudian ditambahkan gula sebagai pengawet. Susu kental manis dapat
ditambah lemak nabati dan vitamin. Susu kental manis dapat juga tidak dari susu
segar atau susu evaporasi, yang disebut susu kental manis rekonstitusi.
Bahan pembuatan susu kental manis dapat dibagi menjadi bahan baku dan
bahan penunjang. Bahan baku pembuatan susu kental manis adalah susu segar, gula,
skim milk powder, dan air. Bahan penunjang dalam pembuatan susu kental manis
adalah anhydrous milk fat, palm oil, dan vitamin.
Pembuatan susu kental dimulai dengan pencampuran susu segar, susu bubuk,
gula, air dan bahan tambahan lainnya. Bahan-bahan dicampurkan sampai tercampur
sempurna, kemudian dilakukan penyaringan. Tahap selanjutnya adalah homogenisasi
yang bertujuan untuk menghancurkan globula lemak, sehingga memiliki ukuran yang
kecil dan seragam. Tekanan homogenisasi yang tepat perlu dioptimasi untuk
menghasilkan dispersi lemak yang baik, tetapi juga cukup rendah untuk mencegah
terjadinya resiko koagulasi karena kerusakan stabilitas protein. Pasteurisasi
merupakan tahap setelah homogenisasi pada kisaran suhu 85-90 ⁰C. Tahap
selanjutnya adalah vacuum cooling yang bertujuan menguapkan air yang terkandung
dalam susu pada kondisi vacuum sehingga air dapat menguap pada suhu rendah.
Tujuan proses pada kondisi vacuum adalah agar nutrisi yang terkandung pada produk
susu dapat diminimalisir kerusakannya. Tahap selanjutnya adalah penyimpanan dan
pengemasan.
Kerusakan yang kemungkinan terjadi pada susu kental manis adalah kerusakan
zat gizi, kehilangan komponen volatil, dan kerusakan akibat aktivitas
mikroorganisme. Penanganan yang dapat dilakukan terhadap hal tersebut diantaranya
adalah dengan menggunakan kombinasi dan metode pengawetan yang lain.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, G. 2012. Susu dan Turunannya. Tugas Akhir. Universitas Sumatera Utara.
Godam. 2012. Kandungan Gizi Nutrisi Susu Kental Manis. Komunitas Edukasi dan
Jaringan Usaha.
Saragih, F. 2012. Susu Kental Manis & Krimer Kental Manis. RD & Quality
Management. PT. Indolakto. Foodreview Indonesia. 7 (6).
13