Anda di halaman 1dari 20

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

22

BAB II

GAMBARAN UMUM TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

BENOWO SURABAYA

2.1 Tempat Pembuangan Akhir

Tempat pembuangan akhir (TPA) merupakan bentuk perlakuan

tertua terhadap sampah, yakni segala sampah yang ada di setiap kota

terkumpul di tempat ini, setelah melalui Tempat Pembuangan

Sementara (TPS). Berbagai dampak negatif dapat ditimbulkan dari

keberadaan TPA ini sangat beragam, antara lain: Musibah fatal

(misalnya longsoran perbukitan sampah), kerusakan infrastruktur

(misalnya kerusakan akses jalan akibat terlewati kendaraan berat),

pencemaran lingkungan setempat (seperti pencemaran air tanah oleh

kebocoran dan pencemaran tanah selama pemakaian TPA, maupun

saat selesai penutupan TPA), pelepasan gas metana yang disebabkan

oleh pembusukan sampah organik (metana merupakan gas rumah kaca

yang berkali-kali lebih potensial daripada gas karbon dioksida, dan

lebih membahayakan bagi penduduk setempat), selain itu keberadaan

TPA juga melidungi hewan pembawa penyakit seperti tikus dan lalat17.

17
Wikipedia:2008

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

2.2 TPA Benowo Surabaya

Tempat Pembuangan Akhir TPA Benowo merupakan salah satu

areal tempat pembuangan akhir sampah sebagian Kota Surabaya yang

terletak di Kelurahan Romokalisari yang berbatasan langsung dengan

Kabupaten Gresik, dengan luas lahan kurang lebih 37 Ha sudah

termasuk daerah pengembangan seluas 3,43 Ha. Saat ini pengelolaan

timbunan sampah di TPA Benowo dibagi dalam 5 (lima) sel, dimana 2

(dua) sel timbunan sampah yaitu sel IA dan IB dalam tahap stabilisasi

dan 3 (tiga) sel lainnya masih dilakukan penambahan timbunan

sampah. Total volume sampah pada 2 (dua) sel timbunan sampah

yang telah ditutup tersebut adalah kurang lebih 312.960 m. Sel

timbunan sampah yang ditutup tersebut kemudian dilapisi tanah liat

(clay) setebal 30 cm dan dipadatkan dengan bantuan mesin pemadat

tanah.

A. Batas Lokasi Tapak

Batas lokasi tapak yang merupakan luasan dan ruang rencana

untuk TPA Benowo saat ini adalah meliputi :

Sebelah Utara: Sebagian besar berupa tambak garam dan

tambak ikan milik penduduk atau lahan

pemukiman penduduk berkepadatan

rendah

Sebelah Selatan: Rencana kawasan stadion Surabaya Barat

Sebelah Timur : Tambak ikan dan garam milik penduduk

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

Sebelah Barat : Jalan Tambakdono

B. Status Tanah

Berdasarkan analisa Peta Data Pokok Kota Surabaya Tahun 1992,

termasuk hasil survei lapangan dan wawancara dengan Lurah

Romokalisari, menyatakan bahwa status kepemilikan lahan di

wilayah TPA Benowo dan sekitarnya adalah milik perseorangan,

swasta (insvestor/developer), maupun Pemerintah dan sebagian

besar sudah bersertifikat. Status lahan TPA Benowo saat ini sudah

sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya, tetapi untuk

kebutuhan lahan penimbunan sampah dan area terbuka hijau untuk

mereduksi bau dan kebutuhan meningkatkan estetika lokasi yang

direncanakan berjarak 500 m hingga 2 km sekeliling TPA maka

dibutuhkan luas daerah yang lebih besar lagi untuk dibebaskan.

C. Kondisi Tata Guna Lahan Sekitar TPA Benowo

Penggunaan tanah di wilayah perencanaan terdiri dari industri dan

pergudangan, permukiman, fasilitas umum, tambak ikan dan

tambak garam, rel kereta api, serta sungai dan saluran drainase.

1. Industri dan Pergudangan

Daerah industri dan pergudangan banyak ditemui dan

merupakan kegiatan yang mendominasi daerah sekitar TPA

Benowo, khususnya yang terletak di sebelah Timur jalan tol

PT. MASPION IV merupakan daerah industri dan pergudangan

yang letaknya paling dekat dengan TPA Benowo.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

2. Pemukiman

Daerah perumahan di wilayah sekitar TPA Benowo sebagian

besar merupakan perumahan kampung yang lokasinya

menempati stren-stren sungai dan memanfaatkan tanah kosong

yang ada. Persebaran perumahan yang menempati stren sungai

yaitu: di pinggir Kali Lamong. Permukiman yang

memanfaatkan tanah-tanah kosong awalnya hanya digunakan

bagi masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai penjaga

tambak dengan persetujuan pemilik tambak, tetapi dalam

perjalanan waktu akhirnya dibangun menjadi perumahan yang

permanen, berubah status kepemilikan dan pada akhirnya

sekaligus berfungsi sebagai tempat tinggal. Daerah pemukiman

yang penduduknya padat dan berkembang menjadi

perkampungan dapat ditemui di wilayah Tambakdono yang

terletak di sebelah barat dan juga di sebelah selatan di

sepanjang jalan Tandes Benowo.

3. Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang terdapat pada wilayah studi diantaranya

adalah masjid dan tanah lapangan. Fasilitas umum ini terletak

di perkampungan penduduk di daerah Tambakdono dan

Benowo.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

4. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka yang ada di wilayah studi berupa tanah kosong

(tambak), di sepanjang tepian Kali Lamong yang berlokasi di

Kelurahan Tambakdono, Pakal dan Benowo. Berdasarkan

RT/RW Kota Surabaya, wilayah sepanjang tepian Kali Lamong

direncanakan sebagai kawasan konservasi atau ruang terbuka

hijau.

5. Perikanan dan Tambak

Daerah perikanan dan tambak banyak dijumpai dan menjadi

batas TPA Benowo dengan pemanfaatan wilayah dikelola oleh

masyarakat setempat. Bentuk daerah ini berupa rawa dan

tambak ikan atau tambak garam, dimana banyak ditemui di

sekitar lokasi TPA bagian Selatan, Barat, Timur dan Utara.

Pada masa-masa tertentu masyarakat di daerah ini

memanfaatkan lahan tersebut sebagai lahan tambak garam.

6. Jalan

Jalan arteri, yaitu Jl. Tambakdono, Jl. Pakal dan Jl. Tandes

Benowo, Jalan Tol Surabaya Gresik, mulai dari Jl.

Margomulyo sampai dengan Romokalisari. Rumija berkisar

antara 40 m hingga 80 m, dimana Rumija sebesar 40 m berada

disekitar km 6 dan Rumija sebesar 80 m di sekitar gerbang tol

Romokalisari.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

7. Sungai dan Saluran Drainase

Penggunaan tanah untuk untuk prasarana berupa sungai dan

saluran drainase di wilayah TPA Benowo terdiri dari Kali

Lamong, Kali Sememi, Saluran Benowo, Saluran Rejosari dan

saluran irigasi tambak ikan atau tambak garam18.

2.3 Keadaan TPA Benowo

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mempunyai

Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) yang terletak di sebelah barat kota

Surabaya. Lokasi pembuangan sampah di Benowo ini merupakan

perpindahan dari LPS sebelumnya berada di kawasan Keputih.

Penyebab dipindahkannya lokasi dari Keputih ke Benowo adalah

semakin padatnya pemukiman yang terdapat di wilayah Keputih. Di

TPA Benowo selain digunakan untuk tempat pembuangan akhir yang

ada di Surabaya, juga digunakan sebagai tempat untuk mengolah

limbah-limbah yang dihasilkan, agar tidak terlalu mencemari

lingkungan sekitarnya. Teknologi tersebut adalah Instalasi Pengolahan

Air Limbah atau IPAL. Berikut adalah beberapa fasilitas yang terdapat

di dalam TPA Benowo.

1. Jembatan Timbang

Jembatan timbang digunakan untuk mengetahui asal atau sumber

sampah, nama supir pengangkut sampah. Data-data tersebut

18
Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

dimasukkan ke dalam database dan menghasilkan laporan yang

akan dikirim ke kantor pusat Dinas Kebersihan dan Pertamanan

Kota Surabaya. Bangunan ini juga dilengkapi dengan perangkap

komputer dan elektronik, yang berfungsi sebagai sarana dan media

untuk mengukur besarnya volume atau tonase sampah yang

diangkut masuk ke dalam TPA Benowo.

2. IPAL 1

Di bangunan ini terdapat proses pengolahan air lindi atau yang

lebih dikenal air limbah dengan melalui proses kimiawi. Metode

kimiawi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual dan

menggunakan mesin. Artinya, proses pengolahan air limbah

dilakukan dengan cara mencampurkan air limbah dengan air tawar

dan juga bahan kimia yang lain.

3. IPAl II

Pada bangunan ini juga dilakukan pengolahan air lindi tahap dua

dengan melalui proses mikrobiologi. Pengolahan ini dilakukan

dengan teknologi tertentu, yaitu dengan memberi bakteri paktogen

pada hasil air lindi pada tahap sebelumnya. Pada bangunan ini

tidak lagi menggunakan proses kimiawi.

4. Terminal Dumping

Pada bangunan ini digunakan untuk lokasi pembuangan sampah

atau pendumpingan.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

5. Bengkel Alat Berat

Pada bangunan ini digunakan sebagai tempat perawatan, garasi,

sekaligus bengkel untuk alat-alat yang beroperasi di TPA

Benowo19.

2.4 Karakteristik Sampah TPA Benowo

1. Sampah khusus

Sampah yang terdiri dari kaleng cat dan zat radioaktif. Sampah

ini memerlukan perlakuan khusus dalam pengolahannya

2. Sawage Solid

Sampah yang terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat

organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat

pengolahan air buangan.

3. Construction Waste

Sampah yang berasal dari sisa pembangunan, perbaikan dan

pembaharuan gedung-gedung.

4. Demolition Waste

Sampah yang berasal dari pembongkaran gedung.

5. Sampah Industri

Sampah padat yang berasal dari industri-industri dan

pengolahan hasil bumi.

19
Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

6. Bangkai Kendaraan

Sampah yang terdiri dari bangkai-bangkai mobil, truk, dan

kereta api.

7. Sampah Pemukiman

Sampah yang terdiri dari garbage, rubbish and ashes yang

berasal dari perumahan.

8. Sampah Jalanan

Sampah yang berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik

dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang

terdiri dari kertas-kertas dan daun-daunan.

9. Garbage

Sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau

sayuran dari hasil pengolahan yang sebagian besar terdiri dari

zat-zat yang mudah membusuk, lembab, dan mengandung

sejumlah air bebas.

10. Rubbish

Sampah yang dapat terbakar atau yang tidak dapat terbakar

yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, dan

kantor-kantor tapi yang tidak termasuk garbage

11. Bangkai Binatang

Sampah yang terdiri dari bangkai binatang yang mati karena

alam, penyakit, dan kecelekaan.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

12. Abu

Sampah yang berasal dari sisa-sisa pembakaran yang mudah

terbakar baik dirumah, dikantor, dan industri20.

2.5 Sistem Penanganan Sampah di TPA Benowo

1. Open Dumping/Semi Open Dumping

Pada umumnya penanganan sampah yang baik diterapkan pada

sebuah tempat pembuangan akhir yaitu dengan System Sanitary

Landfill yakni sampah yang telah masuk di TPA kemudian

ditutupi tanah lempung agar tidak menimbulkan bau yang

menyengat dan dilakukan setiap hari, namun pada tempat

pembuangan akhir Benowo tidak menggunakan system tersebut

melainkan sistem yang dipakai yaitu System Open Dumping

atau boleh dikatakan Semi Sanitary Landfill meskipun pada

TPA tersebut setiap 3 sampai 4 minggu bahkan terkadang satu

tahun sekali dilakukan penimbunan tanah lempung terhadap

sampah yang telah dipadatkan. Sampah yang diangkut oleh

truk yang masuk di lokasi TPA kemudian melewati jembatan

timbang guna untuk penimbang sampah yang dihasilkan Kota

Surabaya setiap tahunnya. Truk yang berisi sampah yang telah

ditimbang kemudian di buang ditempat pendumpingan sampah

sesuai zona yang telah ditentukan. Di lokasi pendumpingan

sampah terdapat traktor yang bertugas untuk menarik dan

20
(Mukono, 2006)

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

memadatkan sampah, sampah yang telah menggunung setinggi

7 meter selama setahun kemudian dipadatkan dengan traktor

sehingga tinggi sampah tersebut mencapai 1,5 2 meter. Dari

informasi pihak pengelola bahwa dalam setahun sampah

mengalami penyusutan hingga 50 sampai 60 cm pada masing-

masing zona. Pada TPA Site benowo juga dilakukan pemberian

cairan berupa EM 4, EM6 dan obat anti lalat pada sore hari

dengan tujuan untuk mengusir dan membasmi lalat dengan

takaran 2500 liter / hari.

2. Proses Pengolahan Lindi

Selain penanganan sampah padat yang ditampung pada TPA

Benowo yang semakin hari semakin bertambah juga pihak

pengelola harus memikirkan limbah cair yang dihasilkan

sampah itu sendiri yakni berupa limbah cair atau sering disebut

lindi. Limbah cair tersebut sangat berbau dan juga apabila tidak

ditangani secara baik maka akan menimbulkan pencemaran

baik pada tanah maupun air yang ada disekitar TPA tersebut,

oleh karena itu pihak pengelola merancang sebuah pengolahan

untuk menangani lindi yang dihasilkan oleh sampah pada TPA

tersebut, sehingga lindi yang dihasilkan diolah terlebih dahulu

sebelum dibuang ke badan air dengan cara dibuatkan drainase

atau parit disekitar timbunan sampah. Untuk pengaliran air

lindi menggunakan kemiringan antara 1 2 % air lindi ini akan

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

dikumpulkan dalam satu waduk atau bak tekhnisi. Pada dasar

dan pinggiran bak penampungan lindi terdapat plastik yang

berguna untuk menghindari terjadinya pencemaran air

permukaan pada waduk, sedangkan untuk penanganan gas-gas

methan dibuatkan cerobong atau lubang 25 30 m.

3. Pengomposan

Pada TPA Benowo selain harus memikirkan untuk menata

konsep menuju System Sanitary Landfill di TPA Benowo

kedepan, Pemerintah Kota Surabaya juga harus terus

mematangkan dan menyosialisasikan konsep pengelolaan

sampah mandiri, yakni pengelolaan sampah yang berawal di

sumber sampah. Sampah dipilah menjadi sampah kering dan

basah, untuk sampah kering didaur ulang dan sampah basah

diolah menjadi kompos yang dimana pada TPA tersebut sudah

terdapat sub unit untuk menangani sampah yang akan dibuat

kompos21.

2.6 Persampahan di Surabaya.

Peningkatan jumlah sampah di Surabaya semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Jumlah sampah terbesar berasal dari sampah rumah

tangga, yang mencapai 6.500 ton dalam setahun. Kebiasaan

mengonsumsi makanan ringan seperti snack, permen, atau minuman

kemasan kotak atau kaleng, ternyata juga menyumbang jumlah sampah


21
Data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

di Indonesia. Masalah persampahan kota metropolitan harus menjadi

perhatian utama. Sampah yang belum dikelolah semakin lama semakin

menumpuk dan menjadi masalah baru lagi. Oleh karena itu, di

Surabaya tidak jarang kita jumpai illegal dumping (tempat

pembuangan sampah) yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi

penduduk sekitarnya. Selain itu, sampah yang tidak dapat dikelola

dibuang di sungai dan ini akan menimbulkan masalah sendiri. Salah

satu penyebab terjadinya banjir di Surabaya adalah karena banyaknya

sampah yang dibuang di sungai. Timbunan sampah di Kota Surabaya

berasal dari berbagai macam sumber. Sebagian besar sampah dari

pemukiman berasal dari sampah rumah tangga yang merupakan

sampah organik.

Sampah dari rumah tangga biasanya diangkut menggunakan

container bin dimana proses pengangkutan tersebut dikoordinir oleh

organisasi masyarakat setempat, baik karang taruna, RT/RW dan lain-

lain. LPS atau TPS berupa landasan atau depo yang telah ditentukan

letaknya oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

Berdasarkan RT/RW Kota Surabaya, di Kota Surabaya masih terdapat

beberapa wilayah kelurahan yang masih belum terdapat LPS

diantaranya Kelurahan Nginen Jangkungan, Kelurahan Rangkah,

Kelurahan Kedung Cowek, Kelurahan Medokan Semampir, Kelurahan

Gundih, Kelurahan Rungkut Tengah, Kelurahan Tandes Kidul,

Kelurahan Sememi, Kelurahan Pakal, Kelurahan Klakah Rejo,

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

Kelurahan Buntaran, Kelurahan Banjar Sugihan, Kelurahan Jeruk,

Kelurahan Lakarsantri, Kelurahan Bringin, Kelurahan Tanjung Sari,

Kelurahan Greges, Kelurahan Kalianak, Kelurahan Tambak Langon,

Kelurahan Romokalisari. Di beberapa wilayah juga terdapat LPS yang

tidak difungsikan antara lain Kelurahan Wonorejo, Landasan Ploso

Timur, Kelurahan Tambak Wedi, Landasan Ketintang Baru, Landasan

di Yani Golf Gunung Sari, Landasan sentong di Tandes Lor, Babat

Jerawat Kelurahan Sumber Rejo, dan Kelurahan Beringin.

Penanganan persampahan Kota Surabaya menjadi tanggung jawab

dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya dan PT. Sumber

Organik saat ini. Terdapat pembagian sistem pengelolaan sampah,

dimana untuk pengambilan dari pengumpulan sampah rumah tangga

sampai dengan TPS dikelola oleh masyarakat, pengangkutan dari TPS

ke kelurahan sampai dengan TPA Benowo dikelola oleh Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, sampai pada tahap akhir

sampah di TPA Benowo di kelola oleh PT. Sumber Organik selaku

perusahaan yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah di TPA

Benowo22.

22
http://www.dkp-surabaya.org/lokasipembuanganakhir.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

2.7 Permasalahan Pengelolaan Sampah di Surabaya

Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum

terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di Indonesia seperti

Jakarta, Surabaya, Bandung dan lain lain. Dalam manajemen kota,

hampir setiap kota mempunyai permasalahan antara lain permasalahan

sampah yang sering menjadi masalah yang cukup pelik bagi kota-kota

besar. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah

penduduk lebih dari 2 juta jiwa, Surabaya menghadapi

permasalahan-permasalahan tekanan penduduk terhadap daya dukung

lingkungannya. Masalah itu antara lain meluasnya permukiman

kumuh, menumpuknya sampah, terbatasnya fasilitas umum seperti

prasarana air minum dan ruang terbuka hijau, pedagang kaki lima,

transportasi, pencemaran udara, meningkatnya kriminalitas dan

berbagai masalah kependudukan yang lain. Salah satu masalah pelik

yang sulit dipecahkan adalah masalah sampah, mengingat volume

sampah yang cenderung terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan

penduduk dan permukiman serta keterbatasan lahan untuk

pembuangan akhir.

Menurut Tim Studi Japan International Coorperation Agency, (

JICA ) sebagaimana dilaporkan Departemen Pekerja Umum ( 1993 )

antara tahun 1992-2010 bahwa sampah rumah tangga Kota Surabaya

mengalami pertumbuhan 5% setiap tahunnya yang disebabkan

kenaikan jumlah penduduk sekitar 1,6% per tahun, peningkatan

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

timbulan sampah per kapita 3,4% per tahun. Sampah telah menjadi

salah satu permasalahan Kota Surabaya yang serius. Pemandangan

Kota Surabaya terlihat kumuh dan semakin parah dengan tumpukan-

tumpukan sampah diberbagai sudut kota dan telah mengganggu

kenyamanan lingkungan.

Pengelolaan sampah di Kota Surabaya masih sebatas

mengumpulkan dan menumpuknya pada tempat (lahan) pembuangan

akhir ( TPA ), dan belum melakukan proses pengolahan misalnya

menjadi kompos. Pengolahan lanjut sampah yang ada selama ini masih

sebatas pemusnahan melalui mesin pembakar (incinerator). Disisi lain,

permasalahan sampah di Kota Surabaya menjadi semakin berat,

mengingat makin meningkatnya jumlah penduduk dan makin

kompleknya permasalahan. Dalam konteks manajemen kota, hampir

setiap kota mempunyai permasalahan, seperti minimnya lahan

pembuangan akhir, budaya membuang sampah sembarang tempat,

serta keterlibatan sektor informal. Manajemen pengelolaan sampah

yang masih terbatas dan tidak sustainable cukup meresahkan bagi

warga Surabaya dan cukup menyita perhatian dari berbagai kalangan.

Pemandangan Kota Surabaya yang terlihat kumuh semakin parah

dengan tumpukan-tumpukan sampah disudut-sudut kota yang

menambah ketidaknyaman lingkungan. Sampah yang bertumpuk

dimana-mana, saat ini bukan saja menjadi beban Pemerintah Kota

Surabaya tetapi juga masalah bagi semua warga Kota Surabaya.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

Pengelolaan sampah di Indonesia khususnya kota-kota besar

seperti Surabaya masih menggunakan paradigma lama yaitu cara

kumpul-angkut-buang. Source reduction (reduksi mulai dari

sumbernya) atau pemilahan sampah tidak pernah berjalan dengan baik.

Meskipun telah ada upaya pengomposan dan daur ulang, tapi masih

terbatas. Berkaitan dengan sistem pengelolaan persampahan, dasar

pengelolaan mesti mengedepankan pada minimasi sampah dan

pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Keberhasilan penanganan

sampah tersebut juga harus didukung oleh tingkat kesadaran

masyarakat yang tinggi mengingat perilaku masyarakat merupakan

variable penting.

Kebijaksanaan dalam pengelolaan persampahan memiliki landasan

kuat agar sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan baik.

Kebijakan dapat dilakukan meliputi penurunan senyawa beracun yang

terkandung dalam sampah sejak pada tingkat produksi, minimasi

jumlah sampah, peningkatan daur ulang sampah, pembuangan sampah

yang masih memiliki nilai energi dikurangi secara signifikan, dan

pencemaran lingkungan dicegah sedini mungkin. Berdasarkan

landasan tersebut, kebijaksanaan pengelolaan sampah antara lain

meliputi pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara

mandiri, pengelolaan sampah dengan menggunakan sanitary landfill

yang sesuai dengan ketentuan standar lingkungan, dan pengembangan

teknologi tinggi pengolahan sampah untuk sumber energi.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

Sebagian besar sampah kota yang dihasilkan tergolong sampah

hayati. Rata-rata sampah yang tergolong hayati ini adalah di atas 65 %

dari total sampah. Melihat komposisi dari sumber asalnya maka

sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah dapur, maka

jenis sampah ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh

mikroorganisme yang berlimpah di alam ini, dan berpotensi pula

sebagai sumberdaya penghasil kompos, metan dan energi. Dari sedikit

gambaran sampah tersebut, kita dapat menelaah dan membuat suatu

rangkaian proses bagaimana sampah yang dihasilkan dapat di kelola

menjadi sampah yang lebih ramah lingkungan dan bahkan

dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut merupakan poin-

poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan

sampah yang ideal:

1. Pemilahan.

Pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang terdiri dari

sampah organik dan anorganik serta pemanfaatan kembali

sampah yang memiliki resources bernilai tinggi

2. Pewadahan

Pewadahan individual disediakan di tingkat rumah dengan

menyediakan 2 unit penampungan sampah terdiri dari sampah

organik dan anorganik. Pewadahan komunal (container atau

TPS) khusus untuk menampung berbagai jenis sampah baik

organik maupun anorganik seperti untuk sampah plastik, gelas,

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

kertas, pakaian/tekstil, logam, sampah besar (bulky waste),

sampah B3 (batu baterai, lampu neon, dll) dan lain-lain.

3. Pengumpulan

Waktu pengumpulan door to door setiap 1 sampai 2 hari dan

waktu pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.

4. Pengangkutan

Pengumpulan sampah dengan compactor truck berbeda untuk

setiap jenis sampah.

5. Daur Ulang

Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan

terutama untuk keperluan eksterna. Plastik bekas diolah kembali

untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan berbagai

peralatan rumah tangga seperti ember dll. Peralatan elektronik

bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam,

plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap

komponen yang dapat digunakan kembali

6. Composting

Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik

untuk skala individual, komunal maupun skala besar (di lokasi

landfill). Pembuatan lubang biopori yang berfungsi upaya

composting juga dan sebagai lubang resapan air.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO


ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

7. Biogas

Sampah organik sebagian diolah dengan alat digester sebagai

energi (gas bio). Pemanfaatan gas bio antara lain untuk district

heating, energi listrik, dan kompor untuk memasak.

8. Incinerator

Incinerator komunal dengan kapasitas minimal per unitnya 500

ton per hari. Energi panas dari incinerator digunakan untuk

district heating (T 50 70 derajat Celcius) dan supplai listrik

(20 40 % pasokan listrik berasal dari incinerator). Emisi gas

dari Incinerator sesuai dengan ketentuan standar kualitas udara

termasuk komponen dioxin.

9. Landfill

Landfill di fasilitasi oleh sarana utama dan saran penunjang

yang lengkap.

Pemadatan sampah mencapai kepadatan 700 800 ton/m3

Penutupan tanah harian dengan geo textile.

Penutupan tanah intermediate memanfaatkan sisa konstruksi

bangunan.

Penutupan tanah akhir dilakukan dengan sangat ketat dan

mencapai ketebalan 2 10m.

Pengolahan gas dilengkapi dengan gas regulator, pompa

pengisap gas, alat deteksi gas, turbin, boiler dan lain-lain.

SKRIPSI DINAMIKA KONFLIK PENGELOLAAN... YOYUS EHAN HARIANTO

Anda mungkin juga menyukai