Anda di halaman 1dari 17

Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal

LAPORAN KASUS

SIROSIS HEPATIS DENGAN HIPERTENSI PORTAL


DAN PECAHNYA VARISES ESOFAGUS

Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Hernofialdi


Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Abstrak

Dilaporkan seorang anak perempuan usia 4 tahun dengan gejala utama perut tampak
membesar sejak 6 bulan yang lalu. Keadaan umum pasien tampak sakit berat, status gizi
kurang, konjungtiva anemis, sklera ikterik. Abdomen distensi, venektasi, hepar teraba, lien
teraba, shifting dullness positif, ekstremitas piting edema pretibial.
Hasil laboratorium darah menunjukkan anemia mikrositik hipokrom. Urin warna
kuning seperti teh pekat dan bilirubin (++). Bilirubin direk 0,87 mg/dl, bilirubin indirek 3,6
mg/dl, SGOT 128 U/L, SGPT 56 IU/L, alkali fosfatase 1816 U/L, Gama GT 208 U/L, alfa
feto protein 400 IU/ml, albumin 3,2 g%, globulin 4,2 g%, HBsAg (-), anti HCV (-), SI 23,0
ug/L, TIBC 298,6 ug/L. USG; kesan sirosis hepatis, splenomegali dan asites. CT scan
abdomen; Sirosis hepatis dengan hipertensi portal dan hepatoma. Endoskopi; terdapat
varises esofagus derajat II-III dan gastropati hipertensi.
Diagnosis sirosis hepatis dengan hipertensi portal dengan hepatoma, anemia
mikrositik hipokrom ec defesiensi Fe dan gizi kurang. Diberikan transfusi bertahap Packed
red cells, furosemid 1 x 12 mg, KCl 3 x 300 mg, diet hati II 1300 kilokalori, propanolol 3 x
5 mg dan roboransia.
Dalam perawatan terjadi hematemesis dan melena berulang. Diberikan transfusi
PRC, Fresh frozen plasma, Vitamin K, Ranitidin dan infus Octreotide. Pada pemeriksaan
endoskopi didapatkan varises esofagus yang pecah, cherry red spots. Dilakukan
skleroterapi pada 2 varises. Pasien pulang atas permintaan orang tua dan menolak untuk
biopsi hepar. Dianjurkan untuk endoskopi ulang dan kontrol ke Poli klinik.
Kesimpulan: Pemberian vasokonstriktor splanknik durasi pendek (Octreotide) berperan
dalam menghentikan perdarahan. Untuk mencegah berulangnya perdarahan
gastrointestinal, obliterasi langsung dari varises (skleroterapi) merupakan pilihan pada
pasien ini.

Kata kunci : Sirosis hepatis hipertensi portal hepatoma Octreotide

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007


Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal

HEPATIC CIRRHOSIS WITH PORTAL HYPERTENSION


AND BLEEDING DUE TO ESOPHAGEAL VARICES

ABSTRACT
About a 4 years old girl has been reported with chief complain ascites since 6
months ago. General symptoms were weakness, mal-nutrition, Jaundice. Abdominal
distension, palpable liver end spleen, shifting dullness (+), Pretibial piting edema.
Laboratory findings showed hypochromic microcytic anemia, urine bilirubin (++),
direct-bilirubin 0.87 mg/dl, indirect-bilirubin 3.6 mg/dl, SGOT 128 U/L, SGPT 56 IU/L,
alkali fosfatase 1816 U/L, Gama GT 208 U/L, -Feto protein 400 IU/ml, albumin 3.2 g
%, globulin 4.2 g%, HBsAg (-), anti-HCV (-), SI 23.0 ug/L, TIBC 298.6 ug/L. USG;
hepatic cirrhosis, splenomegaly and ascites. CT scan: hepatis cirrhosis with portal
hypertension and hepatoma. Endoscopy: esophageal varices grade II-III and gastropathy
hypertension.
The diagnosis was portal hypertension, hepatoma, hipocromic microcytic
anemia e.c iron-deficiency and mal-nutrition, PRC, infusion furosemid 1 x 12 mg, KCL
3 x 300 mg, diet hepar II 1300 Kcal, propanolol 3 x 5 mg and vitamins. End melene
occuied while hospitalized.
Hematemesis Infusion of PRC end fresh frozen plasma, Vitamin-K, ranitidin,
infusion of Octreotide sclerotherapy. Endoscopy showed esophageal varices, cherry red
spot. Discharge from the hospital on her parent request. Conclusion: Splanchnic
vasoconstrictor octreotide capable to stop the bleeding Sclerotherapy is a choice for
recurrent bleeding.

Keywords: hepatis cirrhosis - portal hypertension - hepatoma - Octreotide


PENDAHULUAN berkembang menjadi karsinoma hepato
Sirosis adalah penyakit kronis hati, selular. Hipertensi portal adalah komplikasi
di mana terjadi destruksi dan regenerasi sirosis hepatis yang merupakan penyebab
difus sel-sel parengkim hati dan terpenting morbiditas dan mortalitas pada
peningkatan pertumbuhan jaringan ikat anak dengan penyakit hati kronis tersebut.
difus yang menghasilkan disorganisasi Perdarahan akut varises pada hipertensi
arsitektur lobular dan vaskular. Struktur portal menyebabkan mortalitas antara 5%-
normal hati digantikan dengan regenerasi 50%.(1,3,4)
nodul dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang Perawatan perdarahan varises
terbentuk secara berlebihan. Sirosis esophagus termasuk pencegahan episode
sebenarnya merupakan kondisi dinamis perdarahan awal (profilaksis primer),
antara proses pencederaan sel (nekrosis), kontrol perdarahan aktif dan pencegahan
fibrosis serta penggantian sel yang rusak terjadinya perdarahan berulang setelah
dengan pembentukan nodul. Keadaan ini episode perdarahan pertama. Diagnosis
sangat mengganggu pasokan bahan nutrisi, yang akurat, resusitasi yang efektif dan
oksigen dan bahan metabolik pada berbagai perawatan dini merupakan kunci untuk
daerah di hati yang dapat memacu iskemia menekan mortalitas pada perdarahan
maka terjadinya sirosis yang lebih lanjut.(1,2) varises.(5,6)
Kondisi klinisnya sering berupa Kejadian sirosis hepatis pada anak
gangguan fungsi hati akibat menghilangnya jarang dilaporkan tetapi komplikasinya
hepatosit dan hipertensi portal serta dapat berupa hipertensi portal dengan manifestasi

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007


Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
perdarahan varises sangat berkaitan dengan
angka morbiditas dan mortalitas pada anak. Pasien merupakan anak pertama dari
Tujuan dari presentasi kasus ini adalah 3 bersaudara, lahir cukup bulan, spontan, di
untuk mengingat kembali tentang tatalak- tolong bidan, berat badan lahir 2700 gram,
sana hipertensi portal sebagi komplikasi panjang badan lahir 47 cm, langsung
sirosis hepatis pada anak. menangis kuat. Riwayat imunisasi dasar
tidak lengkap menurut umur, imunisasi
KASUS yang didapatkan BCG umur 1 bulan scar
Seorang anak perempuan berumur 4 (+), polio umur 1, 2, 3 dan 4 bulan, DPT
tahun di rawat di bangsal IKA RSUP M. umur 1, 2 dan 3 bulan, imunisasi hepatitis B
Djamil Padang selama 28 hari (tanggal 4 dan campak tidak pernah, imunisasi
Januari - 2 Februari 2007). Pasien rujukan didapatkan di Posyandu. Tumbuh kembang
Dokter Umum RSUD Pariaman dengan normal, gigi pertama tumbuh umur 9 bulan,
keterangan anemia dan hepatitis. tengkurap umur 6 bulan, duduk umur 8
Alloanamnesis didapatkan dari ayah dan ibu bulan, berdiri umur 10 bulan, berjalan umur
pasien dengan keluhan utama perut tampak 12 bulan, berbicara umur 16 bulan, status
membesar sejak 6 bulan yang lalu. pubertas A1P1M1. Riwayat makanan ASI
Riwayat penyakit sekarang; demam diberikan sampai 6 bulan, susu formula
sejak 8 bulan sebelum masuk rumah sakit, diberikan mulai umur 6 bulan sampai umur
tidak tinggi, hilang timbul, tidak menggigil, 1 tahun, nasi tim umur 8 bulan sampai 1
tidak diikuti kejang. Sejak 6 bulan yang lalu tahun 2 kali/hari 10 sendok per kali, nasi
pasien tampak letih lesu disertai penurunan lunak umur 10 bulan, nasi biasa mulai umur
nafsu makan. Tubuh kelihatan kuning, 1 tahun; 3 kali sehari, ikan tiap hari -1
awalnya kelihatan di mata kemudian kuning potong/kali makan, tahu dan tempe 1
tampak di seluruh tubuh. Perut tampak kali/minggu, sayuran tiap hari, telur 2
membesar, makin lama makin bertambah kali/minggu dan daging 1 kali per 1-2
besar. Perdarahan hidung 1 bulan yang lalu bulan. Kesan jumlah cukup, kualitas
ketika demam, frekuensi 2 kali, jumlah kurang. Sejak 8 bulan yang lalu makan 3-4
kurang lebih gelas/kali, berhenti setelah kali sehari nasi 5-7 sendok makan/kali, ikan
di tutup kapas, perdarahan di tempat lain 3 kali/minggu potong, telur ayam 1
tidak ada. Batuk pilek tidak ada, sesak nafas kali/minggu butir, tahu 2 kali/minggu
tidak ada. Mual muntah tidak ada. Gatal- potong, sayur kangkung 1 kali/hari, kerupuk
gatal pada kulit tidak ada. Buang air besar 2 kali/hari, kesan kuantitas dan kualitas
warna kuning biasa, riwayat buang air besar kurang.
warna dempul tidak ada. Buang air kecil Ayah pasien umur 31 tahun
kuning pekat. Pasien telah berobat ke bidan pendidikan SMP, pekerjaan tukang ojek,
4 kali dan di beri obat demam dan vitamin penghasilan kurang lebih 600.000/bulan.
karena tidak ada perbaikan lalu di bawa Ibu berusia 25 tahun, pendidikan SMP,
berobat ke Puskesmas, di rujuk ke RSUD pekerjaan ibu rumah tangga. Keluarga
Pariaman, kemudian di rujuk ke RSUP M. tinggal di rumah semi permanen, WC di
Djamil Padang dengan keterangan anemia dalam rumah, sumber air minum sumur
dan hepatitis. gali, pekarangan rumah cukup, sampah di
Pasien tidak pernah sakit kuning bakar di belakang rumah, kesan higiene dan
sebelumnya. Riwayat makan obat-obatan sanitasi kurang.
dalam waktu lama tidak ada dan belum Pada pemeriksaan fisik keadaan
pernah mendapat transfusi darah. Keluarga umum pasien tampak sakit berat, sadar,
tidak ada yang menderita sakit kuning. tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
130x/menit, frekuensi nafas 32x/menit,
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
suhu tubuh 37C, tinggi badan 86 cm, berat
badan 13 kg (BB retriksi 11 kg), BB/U makroskopis lunak, warna kuning, leukosit
81,25%, TB/U 68,75%, BB/TB 84,61% dan eritrosit tidak ada, tidak ditemukan
kesan status gizi kurang. Ikterik teraba parasit.
hangat, turgor baik. Kelenjar getah bening Diagnosis kerja pasien ini adalah
tak teraba pembesaran. sirosis hepatis dengan hipertensi portal,
Kepala simetris, bentuk normal hepatoma, anemia mikrositik hipokrom
lingkaran kepala 50 cm normal standar suspek defesiensi Fe dan gizi kurang. Anak
Nellhause. Rambut hitam, tidak mudah di diterapi dengan roboransia, transfusi
cabut. Mata konjungtiva anemis, sklera bertahap PRC di mulai dengan 5 cc/kg berat
ikterik, pupil isokor diameter 2 mm, reflek badan, furosemid 1x 12 mg PO, KCl 3 x
cahaya +/+ normal. Telinga, hidung dan 300 mg, diet hati II 1300 kilokalori, asam
tenggorokan tidak ditemukan kelainan. Gigi ursodeoksilat 3 x 50 mg dan roboransia.
dan mulut tak ditemukan kelainan. Leher Pada pasien ini direncanakan pemeriksaan
JVP 5-2 cm H2O. Dada simetris, retraksi waktu perdarahan, waktu pembekuan, faal
tidak ada, fremitus kanan sama dengan kiri, hepar, hepatitis marker, alfa feto protein, SI-
sonor, suara nafas vesikuler, ronki dan TBC, PT-APTT, USG abdomen, endoskopi,
wheezing tidak ada. Jantung iktus tak biopsi hepar.
terlihat, palpasi iktus teraba 1 jari medial Hari ke-2 perawatan, kuning masih
linea mid klavikula sinistra RIC V, batas ada sampai kaki, pucat ada, mual dan
jantung dalam batas normal, irama teratur, muntah tidak ada, perdarahan tidak ada.
bising tidak ada. Pasien sadar, nadi 132 kali/menit, nafas 30
Perut tampak membuncit, venektasi kali/menit, suhu 37,2C. Mata konjungtiva
ada, hepar teraba 3/4-3/4, pinggir tumpul, anemis, sklera ikterik. Jantung irama teratur
konsistensi padat dan permukaan tidak rata, bising tidak ada. Paru tak ditemukan
lien teraba S2, lingkaran perut 50,5 cm, kelainan. Abdomen membuncit, hepar
perkusi timpani, shifting dullness positif, teraba 3/4-3/4, pinggir tumpul, konsistensi
bising usus positif normal. Punggung tak padat, permukaan tidak rata, lien S2,
ditemukan kelainan. Alat kelamin tak lingkaran perut 50,5 cm, shifting dullness
ditemukan kelainan, status pubertas positif. Ekstremitas piting edema.
A1P1M1. Anus colok dubur tidak dilaku- Laboratorium waktu perdarahan 3 menit
kan. Anggota gerak akral hangat, sianosis dan waktu pembekuan 3 menit. Bilirubin
tidak ada, refilling kapiler baik, jari tabuh total 4,47 mg%, bilirubin I 0,87 mg%,
ada, edema piting pretibial +/+, reflek bilirubin II 3,6 mg%, SGOT 128 U/L,
fisiologis +/+ normal, reflek patologis -/-. SGPT 56 IU/L, Alkali fosfatase 1816 U/L,
Hasil laboratorium didapatkan Gama GT 208 U/L, alfa feto protein 400
hemoglobin 5,2 gram%, leukosit 12.700 IU/ml, protein total 7,4 mg%, albumin 3,2 g
/mm3, laju endap darah 72/1 jam, hitung %, globulin 4,2 g%, hepatitis marker
jenis 0/1/0/67/25/7, hematokrit 18%, HBsAg (-), anti HCV (-), SI 23,0 ug/L,
trombosit 253.000/mm3, eritrosit 3,31 TIBC 298,6 ug/L. PT/APTT zat tidak
juta/mm3, retikulosit 10%, MCV 54,4 fl, tersedia. Kesan gangguan faal dan
MCH 15.7 pg, MCHC 28,8% dengan kesan keganasan hepar, anemia defisiensi Fe.
anemia mikrositik hipokrom. Pemeriksaan Pada hari perawatan ke-3 dilakukan
urin warna kuning seperti teh pekat, protein pemeriksaan USG hepar, kesan sirosis
dan reduksi (-), urobilin (+), bilirubin (++), hepatis, spleenomegali, asites dan
sedimen leukosit 1-2/LPB, eritrosit (-), hepatoma. Hari perawatan ke-4 pasien tidak
selinder (-), epitel gepeng (+). Feses ada perburukan keadaan umum, telah
selesai transfusi PRC 250 CC. Pucat
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
berkurang, kuning masih ada, lingkaran
perut 52 cm, masih ada asites, hepar 3/4- transfusi darah segar, sementara pasien
3/4, pinggir tumpul, permukaan tidak rata, dipuasakan, klisma.
edema pretibial masih ada. Hb 9,4 gr%. Direncanakan periksa darah lengkap
Hari ke-5 dilakukan CT scan abdomen ulang, analisa gas darah, elektrolit, gula
dengan kesan sirosis hepatis dengan darah sewaktu, ureum kreatinin dan kultur
hipertensi portal dan hepatoma. darah. Hasil laboratorium darah hemoglobin
Pada hari ke-7 perawatan, pasien 5,8 g%, leukosit 24.900/mm, eritrosit 2,91
muntah campur darah 3 kali, jumlah 100 juta, hematokrit 19%, trombosit
3
cc/kali, berak warna hitam jumlah 200 cc, 304.000/mm , hitung jenis 0/2/2/61/29/6
perdarahan tempat lain tidak ada, terjadi kesan anemia ec perdarahan akut, gula
penurunan kesadaran dan pasien gelisah. darah 97 mg% kesan dalam batas normal.
Nafas bau aseton. Analisa gas darah pH 7,234, pCO2 53,4
Keadaan umum pasien sakit berat, mmHg, pO2 61,4 mmHg, O2 saturasi
pasien delirium GCS 8, tekanan darah 90/60 85,5%, HCO3-, BE-5,6 kesan asidosis
mmHg, nadi 102 kali/menit, nafas 44 respiratorik, darah vena, elektrolit Na+ 145
kali/menit, suhu 37C, mata konjungtiva mEq/L, K+ 4,0 mEq/L, Cl- 105 mEq/L kesan
anemis, sklera ikterik pupil isokor, diameter elektrolit dalam batas normal. Ureum 74 mg
2 mm, reflek cahaya +/+ normal. Jantung %, kreatinin 0,47 mg% kesan koma
irama teratur, bising tidak ada. Paru tak hepatikum. Pengobatan dilanjutkan.
ditemukan kelainan. Abdomen tampak Pada hari ke-9, cairan NGT masih
membuncit, lingkaran perut 52 cm, hepar campur darah, demam dan muntah tidak
teraba 3/4-3/4, konsistensi padat, pinggir ada, pasien masih belum sadar. Diberikan
tumpul, permukaan tidak rata, lien teraba aminofusin 5% 250 cc.
S2. Ekstremitas perfusi baik. Hari ke-11 rawatan, perdarahan
Kesan hematemesis melena ec. tidak ada, demam dan muntah tidak ada,
suspek pecahnya varises esophagus, telah dilakukan tranfusi darah segar 3 x 200
penurunan kesadaran ec suspek koma cc selama perdarahan berlansung, PRC 2 x
hepatikum diagnosis banding ec gangguan 150 cc setelah perdarahan berhenti.
metabolik dan elektrolit. Anak di rawat Keadaan umum membaik, pasien sadar,
diruangan intensif, diterapi dengan oksigen konjungtiva anemis, sklera ikterik, jantung
2 liter/menit, IVFD dextrose 5% : NaCl normal, paru normal, abdomen distensi ada,
0,9% = 3 : 1 = 85 cc/kgBB/hari = 10 venektasi (+), lingkaran perut 55 cm, hepar
tetes/menit/makro, ranitidin 2 x 11 mg IV, teraba 3/4-3/4, pingir tumpul, konsistensi
asam traneksamat 3 x 175 mg IV, vit K 2,5 padat, permukaan tidak rata, lien teraba S2,
mg intra muskular 3 hari berturut-turut, edema pretibial bertambah. Kesan asites
sefotaksim 2 x 500 mg IV, berikan bertambah. Diberikan propanolol 2 x 5 mg
sandostatin inisial 25 mcg dalam 20 cc per oral, furosemid 12 mg IV/hari, KCL 3 x
dekrosa 10% selama 20 menit, dilanjutkan 300 mg per oral. Pemeriksaan labor darah
100 mcg/100 cc dekrose 5% selama 4 jam, Hb 11,0 Leukosit 29.200/mm, trombosit
setelah perdarahan berhenti lanjutkan 133.000/mm. Albumin 2,1 gram, globulin
pemberian sampai 48 jam dengan dosis 15- 2,9 gram. Kesan hipo albuminemia.
20 mcg/jam dalam cairan pemeliharaan Diberikan plasbumin 20% 60 cc.
dekstrosa 10%, pasang kateter untuk Pada hari ke-13 rawatan, protein
pemantauan keseimbangan cairan, pasang total 5,4 gr%, albumin 2,58 gr%, globulin
NGT untuk pemantaun perdarahan, 2,82 gr. Hasil kultur darah kliebsiela sensitif
dengan ampisilin sulbaktam, anti biotik di

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007


Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
ganti dengan ampisilin sulbaktam 4 x 500
mg. Sirosis adalah penyakit kronis pada hati di
Pada hari ke-14 rawatan dilakukan mana terjadi destruksi dan regenerasi difus
endoskopi, didapatkan kesan varises eso- sel-sel parengkim hati dan peningkatan
phagus dan gastropati hipertensi, varises pertumbuhan jaringan ikat difus yang
pecah 1 buah. Kepada keluarga pasien telah menghasilkan disorganisasi arsitektur
diterangkan tentang kondisi penyakit anak- lobular dan vaskular.(1)
nya dan direncanakan dilakukan biopsi
hepar tetapi orang tua pasien belum setuju. Klasifikasi
Pada hari perawatan ke-17 dilaku- Sirosis diklasifikasikan dengan ber-
kan skleroterapi, setelah skleroterapi diberi- bagai cara berdasarkan atas morfologi,
kan IVFD dektrose 5% : NaCl 0,9% =3:1, makroskopik, mikroskopik, etiologi serta
Vitamin K 2,5 mg IM (3 hari berturut-turut), kondisi klinisnya. Beberapa klasifikasi
sukralfat 3 x 250 mg per oral, sementara dapat di lihat pada tabel.(1)
puasa (6 jam), coba minum air dingin 2 jam Tabel 1. Klasifikasi sirosis hepatic
kemudian, asam traneksamat 3 x 175 mg IV. Klasifikasi Penyebab
Hari ke-18 rawatan pasien dikonsul- tersering
kan ke Dokter Bedah Anak dengan jawaban Klasifikasi morfologi
konsul: Hepatomegali dengan ikterus intra makroskopik
hepatal. saat itu tidak ada indikasi bedah. - Mikronoduler ALD, HHC
Hari ke-28 rawatan, demam, muntah - Makronoduler VH, ALH
dan perdarahan tidak ada, pasien sadar, nadi - Campuran Semua etiologi
110 kali/menit, nafas 32 kali/menit, suhu yang lain
38C, mata konjungtiva anemis, sklera
ikterik, pupil isokor diameter 2 mm, reflek Klasifikasi histologik
cahaya +/+ normal, jantung dan paru. - Sirosis bilier PBC, EHBA,
Abdomen distensi ada, lingkaran perut 52 (periporta) SBC, PSC
cm, venektasi (+), hepar teraba 3/4-3/4, - Sirosis paska VH, AIH
pinggir tumpul, konsistensi padat, permuka- nekrotik VO, BC
an tidak rata, lien teraba S2, ekstremitas - Sirosis kardiak ALD, MLD
edema piting pretibial +/+. Pemeriksaan - Sirosis porta
labor Hb 8,4, leukosit 10.100/mm,
trombosit 103.000/mm hitung jenis Klasifikasi
0/0/5/66/24/5. Kesan saat ini pasien demam. berdasarkan kondisi
Pasien minta pulang atas permintaan klinik
sendiri. Pasien diberikan obat pulang - Terkompensasi
propanolol 2 x 5 mg, asam ursodeoksilat 3 x - Dekompensasi
60 mg dan roboransia. Kepada keluarga - Aktif
pasien telah diterangkan tentang penyakit - Tak aktif
anaknya, resiko untuk terjadinya perdarahan
berulang dan dianjurkan untuk kembali ALD (alcoholic liver disease), HHC
kontrol ke poli IKA tapi sampai saat ini (hereditary hemo chromatosis), VH (viral
pasien tidak pernah kontrol lagi ke RSUP hepatitis), AIH (auto immune hepatitis),
M. Djamil Padang. PBC (primary sclerosing cholangitis),
SIROSIS HEPATIS EHBA (extra hepatic biliary atresia), VO
Definisi (vaso-occlusive), BC (budd chiary), MLD
(metabolic liver disease), CC (cryptogenic
cirrhosis), DIH (drug-induced hepatitis).
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal

Etiologi menyebabkan gangguan fungsi hati,


Penyebab terbanyak sirosis hati di nekrosis sel hati dan hipertensi porta.(1)
Asia Tenggara adalah akibat komplikasi Proses perlukaan sel hati dapat
infeksi (hepatitis) virus hepatitis B dan C, disebabkan karena suatu agen infeksi, bahan
demikian juga di Indonesia.(7) racun (toksin) ataupun proses iskemia dan
hipoksia.(1,8)
Tabel 2. Penyakit yang dapat menjadi Proses ini awalnya menyerang
penyebab sirosis(1) dinding sel yang menyebabkan keluarnya
Penyakit infeksi Kelainan bilier berbagai enzim dan elektrolit dari dalam sel
Hepatitis kronik aktif Atresia bilier serta dapat menyebabkan kematian sel. Di
Hepatitis virus Sindrom alagile bawah pengaruh sel-sel radang serta
Ascending cholangitis Kista koledukus berbagai macam sitokin, hepatosit sebenar-
Sepsis neonatal fibrosis hepatis nya mengeluarkan suatu bahan Matrik
kongenital Ekstra Seluler (ECM) yang ternyata sangat
penting untuk proses penyelamatan dan
Kelainan metabolik Kelainan vaskuler pemeliharaan fungsi sel hepar karena dapat
Defisiensi 1anti- Sindrom Budd-Chiari memelihara keseimbangan ling-kungan sel.
tripsin Makro molekul dari ECM terdiri dari
Cystic fibrosis Gagal jantung kongest kolagen, proteoglikan dan glikoprotein.(1,8)
Fruktosemia perikarditis kongestif Pada sirosis ternyata terdapat
Galaktosemia Veno-occlusive liver perobahan kualitas dan kuantitas ECM
Hemokromasitosis disease sehingga terdapat penyimpangan dan peng-
Glicogen storage organisasian pertumbuhan sel dan jaringan
Hepatic porphyria Bahan toksik hati. Pada berbagai penyakit hati terdapat
Histiosis X bahan organik peningkatan bahan metabolik prokolagen III
Nieman Pick disease obat-obatan peptide yang dapat meransang proses
Penyakit Wilson fibrosis. Pada kondisi yang stimultif karena
infeksi virus, iskemia ataupun karena
Kelainan Nutrisi keadaan lain yang dapat menyebabkan
Total parental alimentation nekrosis hepatosit maka hepatosit
Mal nutrisi mengadakan proses proliferasi yang lebih
cepat dari biasanya.(1,2,8)
Idiopatik
Manifestasi Klinik
Gambaran klinis dari sirosis
Patogenesis dan Patofisiologi
tergantung pada penyakit penyebab serta
Faktor genetik dan lingkungan yang
perkembangan tingkat kegagalan hepato
menyebabkan kerusakan sel hati dapat
selullar dan fibrosisnya. Manifestasi klinis
menyebabkan sirosis melalui respon
sirosis umumnya merupakan kombinasi dari
patobiologi yang saling berhubungan, yaitu
kegagalan fungsi hati dan hipertensi porta.
reaksi sistem imun, peningkatan sintesis
Berdasarkan stadium klinis sirosis dapat di
matrik dan abnormalitas perkembangan sel
bagi 2 bentuk.(1,8)
hati yang tersisa. Perlukaan terhadap sel hati
a. Stadium kompensata.
dapat menyebabkan kematian sel, yang
Pada keadaan ini belum ada gejala klinis
kemudian diikuti terjadinya jaringan parut
yang nyata, diagnosisnya sering ditemukan
(fibrosis) atau pembentukan nodul
kebetulan.
regenerasi. Hal tersebut selanjutnya akan
b. Stadium dekompensata.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
Sirosis hati dengan gejala nyata. Gejala
klinik sirosis dekompensata melibatkan asteriksis (flapping tremor), gangguan
berbagai sistem. Pada gastrointestinal kesadaran dan emosi.
terdapat gangguan saluran cerna seperti Sistem imun pada sirosis dapat
mual, muntah dan anoreksia sering terjadi. terjadi penurunan fungsi imunologis yang
Diare pada pasien sirosis dapat terjadi dapat menyebabkan rentan terhadap
akibat mal-absorbsi, defisiensi asam berbagai infeksi, diantaranya yang paling
empedu atau akibat mal-nutrisi yang terjadi. sering terjadi pneumonia dan peritonitis
Nyeri abdomen dapat terjadi karena gall- bakterialis spontan. Kelainan yang ditemu-
stones, refluk gastroesophageal atau karena kan sering berupa penurunan aktifitas
pembesaran hati. Hematemesis serta hema- fagosit sistem retikulo-endo-telial,
tokezia dapat terjadi karena pecahnya opsonisasi, kadar komplemen C2, C3 dan
varises esophagus ataupun rektal akibat C4 serta aktifitas pro-liferatif monosit.(1,8,9)
hipertensi porta. Sepertiga dari kasus sirosis
Pada sistem hematologi kelainan dekompensata menunjukan demam tetapi
yang sering terjadi adalah anemia dan jarang yang lebih dari 38C dan tidak
gangguan pembekuan darah. Pada organ dipengaruhi oleh pemberian anti-biotik.
paru bisa terjadi sesak nafas karena Keadaan ini mungkin disebabkan oleh
menurunnya daya perfusi pulmonal, sitokin seperti tumor-necrosis-factor (TNF)
terjadinya kolateral portapulmonal, yang dibebaskan pada proses inflamasi.(8,9)
kapasitas vital paru yang menurun serta Gangguan nutrisi yang terjadi dapat
terdapatnya asites dan hepatosplenomegali. berupa mal-nutrisi, anoreksia, mal-absorbsi,
Mekanisme yang menyebabkan perobahan hipo-albuminemia serta defisensi vitamin
perfusi paru belum diketahui dengan pasti. yang larut dalam lemak. Sering pula terjadi
Hipoksia ditemukan pada 2%-30% anak hipo-kalemia karena hilangnya kalium
dengan sirosis. Sianosis dan clubbing finger melalui muntah, diare atau karena pengaruh
dapat terjadi karena hipoksemia kronik pemberian diuretik.(8,9)
akibat terjadinya kolateral paru-sistemik. Pada pemeriksaan fisik hepar sering
Pada kardiovaskular manifestasinya teraba lunak sampai keras kadang-kadang
sering berupa peningkatan kardiac output mengkerut dan noduler. Limpa sering teraba
yang dapat berkembang menjadi sistemik membesar terutama pada hipertensi porta.
resistensi serta penurunan hepatic blood Kulit tampak kuning, sianosis dan pucat,
flow (hipertensi porta), selanjutnya dapat serta sering juga didapatkan spider
pula menjadi hipertensi sistemik. angiomata.(8,9)
Pada sistim endokrin kelainan Retensi cairan dan natrium pada
terjadi karena kegagalan hati dalam sirosis memberikan kecendrungan
mensintesis atau metabolisme hormon. terdapatnya peningkatan hilangnya kalium
Keterlambatan pubertas dan pada adolesen sehingga terjadi penurunan kadar kalium
dapat ditemukan penurunan libido serta total dalam tubuh. Terjadinya hiper
impontensia karena penurunan sintesis aldosteron yang disertai kurangnya
testeron di hati. Juga dapat terjadi masukan makanan, serta terdapatnya
feminisasi berupa ginekomastia serta gangguan fungsi tubulus yang dapat
kurangnya pertumbuhan rambut.(8,9) memperberat terjadinya hipo-kalemia.
Pada sistim neurologis ensefalopati Kondisi hipo-kalemia ini dapat menyebab-
terjadi karena kerusakan lanjut dari sel hati. kan terjadinya ensefalopati karena dapat
Gangguan neurologis dapat berupa menyebabkan peningkatan absorbsi amonia
dan alkalosis.(1,8)

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007


Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
Diagnosis
Diagnosis sirosis hati ditegakkan sifikasi ataupun kelaian sistemik yang
berdasarkan pemeriksaan klinis, labo- sering melibatkan organ ginjal dan
ratorium dan pemeriksaan penunjang. Pada endokrin. Kelainan anatomis terjadi karena
stadium kompensasi sempurna kadang- pada sirosis terjadi perubahan bentuk
kadang sulit menegakkan diagnosis sirosis parengkim hati, sehingga terjadi penurunan
hati. Pada stadium dekompensasi kadang perfusi dan menyebabkan terjadinya
tidak sulit menegakkan diagnosis dengan hipertensi portal, dengan perobahan alur
adanya asites, edema pretibial, pembuluh darah balik yang menuju viseral
splenomegali, vena kolateral, eritema berupa pirau baik intra maupun ekstra
palmaris. Pada pemeriksaan laboratorium hepatal. Sirosis yang dibiarkan dapat
darah tepi sering didapatkan anemia berlanjut dengan proses degeneratif yang
normositik normokrom, leukepenia dan neoplastik dan dapat menjadi karsinoma
trombositopenia. Waktu protrombin sering hepato-selular. Komplikasi dari sirosis dapat
memanjang. Tes fungsi hati dapat normal berupa kelainan ginjal berupa sindroma
terutama pada penderita yang masih hepatorenal, nekrosis tubular akut. Juga
tergolong kompensata-inaktif. Pada stadium dapat terjadi ensefalopati porto-sistemik,
dekompensata ditemui kelainan fungsi hati. perdarahan varises, peritonitis bakterialis
Kadar alkali fosfatase sering meningkat spontan.
terutama pada sirosis billier. Pemeriksaan
elektroforesis protein pada sirosis didapat- Pengobatan
kan kadar albumin rendah dengan pening- Sirosis kompensata memerlukan
katan kadar gama globulin. kontrol yang teratur. Untuk sirosis dengan
Ultrasonografi merupakan peme- gejala, pengobatan memerlukan pendekatan
riksaan noninvasif, aman dan mempunyai holistik yang memerlukan penanganan
ketepatan yang tinggi. Gambaran USG pada multi disipliner.
1.
sirosis hepatis tergantung pada berat Pembatasan aktifitas fisik tergantung
ringannya penyakit. Keterbatasan USG pada penyakit dan toleransi fisik
adalah sangat tergantung pada subjektifitas penderita. Pada stadium kompensata
pemeriksa dan pada sirosis pada tahap awal dan penderita dengan keluhan/gejala
sulit didiagnosis. Pemeriksaan serial USG ringan dianjurkan cukup istirahat dan
dapat menilai perkembangan penyakit dan menghindari aktifitas fisik berat.(9)
2.
mendeteksi dini karsinoma hepato-selular. Pengobatan berdasarkan etiologi.(8)
3.
Pemeriksaan scaning sering pula dipakai Dietetik
-
untuk melihat situasi pembesaran hepar dan Protein diberikan 1,5-2,5
kondisi parengkimnya. Diagnosis pasti gram/hari. Jika terdapat ensepalopati
sirosis ditegakkan dengan pemeriksaan protein harus dikurangi (1
histopatologik jaringan hati yang di dapat gram/kgBB/hari) serta diberikan diet
dari biopsi.(1,2,8) yang mengandung asam amino rantai
cabang karena dapat meningkatkan
penggunaan dan penyimpanan protein
tubuh. Dari penelitian diketahui bahwa
Komplikasi pemberian asam amino rantai cabang
Komplikasi sirosis dapat terjadi secara akan meningkatkan kadar albumin
fungsional, anatomi ataupun neoplastik. secara bermakna serta meningkatkan
Kelainan fungsi hepato-selular disebabkan angka survival rate.(11)
-
gangguan kemampuan sintesis, detok- Kalori dianjurkan untuk
memberikan masukan kalori 150% dari
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
kecukupan gizi yang dianjurkan
(RDA).(12) darah sehingga sirkulasinya dalam
-
Lemak diberikan 30%-40% darah dapat dikurangi. Obat ini juga
dari jumlah kalori. Dianjurkan berperanan sebagai anti pruritus. Dosis
pemberian dalam bentuk rantai sedang 1 gram/kgBB/hari di bagi dalam 6
karena absorbsi-nya tidak memerlukan dosis atau sesuai jadwal pemberian
asam empedu. susu.
-
-
Vitamin, terutama vitamin Colchicines 1 mg/hari
yang larut dalam lemak diberikan 2 kali selama 5 hari setiap minggu
kebutuhan RDA.(12) memperlihatkan adanya perbaikan
-
Natrium dan cairan tidak harapan hidup dibandingkan kelompok
perlu dikurangi kecuali ada asites. placebo. Namun penelitian ini tidak
-
Makanan sebaiknya cukup kuat untuk mereko-mendasikan
diberikan dalam jumlah yang sedikit penggunaan colchicines jangka panjang
tapi sering.(11,12) pada pasien sirosis karena tingginya
4.
Menghindari obat-obat yang mem- angka drop out pada percobaan
pengaruhi hati seperti sulfonamide, tersebut.
-
eritromisin, asetami-nofen, obat anti Kortikosteroid merupakan
kejang trimetadion, difenilhidantoin anti imflamasi menghambat sintesis
dan lain-lain.(1) kolagen maupun pro-kolagenase.
5.
Medika-mentosa Penggunaan prednisone sebagai terapi
Terapi medika mentosa pada sirosis tak pada hepatitis virus B kronik masih
hanya simptomatik atau memperbaiki diperdebatkan. Penelitian propsektif
fungsi hati tetapi juga bertujuan untuk pada anak Italia dengan hepatitis
menghambat proses fibrosis, mencegah kronik aktif yang disebabkan hepatitis
hipertensi porta dan meningkatkan B virus menunjukan tidak adanya
harapan hidup tetapi sampai saat ini keuntungan dari pemberian pred-
belum ada obat yang yang dapat nisolon.
-
memenuhi seluruh tujuan tersebut.(11) D-penicillamine. Pemberian
-
Asam ursodeoksilat penicil- linamine selama 1-7 tahun
merupakan asam empedu tersier yang (rata-rata 3,5 tahun) pada pasien
mempunyai sifat hidrofilik serta tidak dengan Indian Chil hood cirrhosis
hepatotoksik bila dibandingkan dengan ternyata memberikan perbaikan klinik,
asam empedu primer dan sekunder. biokimia dan histology. Namun
Bekerja sebagai kompentitif binding penelitian Boderheimer, mendapatkan
terhadap asam empedu toksik. Sebagai bahwa pemberian penicillinamine 250
hepato- proktektor dan bile flow mg dan 750 mg pada pasien sirosis
inducer. Dosis 10-30 mg/kg/hari. bilier primer ternyata tak memberikan
Penelitian Pupon mendapatkan dengan keuntungan klinis. Juga peningkatan
pemberian asam ursodeoksikolat 13-15 dosis hanya memberatkan efek sam-
mg/kgBB /hari pada sirosis bilier ping obat, sedangkan penyakitnya tetap
ternyata dapat memperbaiki gejala progresif.
-
klinis, uji fungsi hati dan prognosisnya. Cyclosporine; pemberian
-
Kolestiramin bekerja dengan cyclosporine A pada pasien sirosis
mengikat asam empedu di usus halus bilier primer sebanyak 3 mg/kgbb/hari
sehingga terbentuk ikatan komplek akan menurunkan mortalitas serta
yang tak dapat diabsorbsi ke dalam memper-panjang lama dibutuhkannya

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007


Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
trans-platasi hati sampai 50%
disampingkan kelompok placebo. memang merupakan salah satu indikasi
-
Obat yang menurunkan untuk dilakukan transplatasi hati karena
tekanan vena portal, vasopressin, memang secara anatomis tidak dapat
somatostatin, propanolol dan disembuhkan.(9)
nitrogliserin. Salah satu pegangan untuk memper-
-
Anti virus pemberiannya kirakan prognosis penderita dapat
bertujuan untuk menghentikan replikasi menggunakan kriteria Child yang dihubung-
virus dalam sel hati. kan dengan kemungkinan meng- hadapi
6.
Mencegah dan mengatasi operasi. Untuk Child A, mortalitas antara
komplikasi yang terjadi. 10%-15%, Child B kira-kira 30% dan Child
a. Pengobatan Hipertensi Portal C lebih dari 60%.(8,9,14)
b. Asites
Asites dapat diatasi dengan retriksi Tabel 3. Klasifikasi sirosis hepatis
cairan serta diet rendah natrium (0,5 menurut kriteria Child.(1)
mmol/kgbb/hari), 10%-20% asites No A B C
1 Asites Negatif Dapat Tidak
memberikan respon baik dengan terapi
dikontrol
diet. Bila usaha ini tidak berhasil dapat 2 Nutrisi Baik Sedang Jelek
diberikan diuretik yaitu antagonis 3 Kelainan
aldosteron seperti spironolakton neurologi Negatif Minimal Lanjut
dengan dosis awal 1 mg/kgbb yang 4 Bilirubin 1,5 1,5-3 >3
dapat dinaikkan bertahap 1 mg/kgbb (mg%)
/hari sampai dosis maksimal 6 mg/kgbb 5 Albumin 3,5 3,0-3,5 <3
/hari. Pengobatan diuretik berhasil bila (gram%)
terjadi keseimbangan cairan negatif 10
ml/kgbb/hari dan pengurangan berat Prognosis jelek juga dihubungkan dengan
badan 1%-2%/hari. Bila hasil tidak hipoprotrombinemia persisten, asites
optimal dapat ditambahkan furosemid terutama bila membutuhkan dosis diuretik
dengan dosis awal 1-2 mg/kgbb/hari tinggi untuk mengontrolnya, gizi buruk,
dapat dinaikan pula sampai 6 ikterus menetap, adanya komplikasi
mg/kgbb/hari. Parasentesis dapat diper- neurologis, perdarahan dari varises
(9)
timbangkan pada asites yang menye- esophagus dan albumin yang rendah.
babkan gangguan pernafasan dan juga
terindikasi untuk asites yang refrakter HIPERTENSI PORTAL PADA SIROSIS
terhadap diuretika. Pada asites refrakter HEPATIS
maupun yang rekuren juga dapat Definisi
dilakukan tindakan tranjugular intra Hipertensi portal adalah peningkatan
hepatik portosistemic shunt.(8,9,13) tekanan vena porta lebih dari 10 mmHg. (1,2,8-
2. 10)
Transplatasi hati, merupakan terapi
standar untuk anak dengan penyakit
sirosis.(1,2,8,9) Patogenesis
Kelainan anatomis terjadi karena
Prognosis pada sirosis terjadi perubahan bentuk
Prognosis pasien sirosis ditentukan oleh parengkim hati, sehingga terjadi penurunan
kelainan dasar yang menyebabkannya, perfusi dan menyebabkan terjadinya
perubahan histopatologis yang ada serta hipertensi portal. Hipertensi portal
komplikasi yang terjadi. Pasien sirosis merupakan gabungan hasil peningkatan
resistensi vaskular intra hepatik dan
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
peningkatan aliran darah melalui sistem
portal. Resistensi intra hepatik meningkat dapat juga meningkatkan resiko perdarahan.
melalui 2 cara yaitu secara mekanik dan Infeksi bakteri bisa menyebabkan
dinamik.(1,2,8,9) perdarahan awal dan perdarahan ber- ulang.
(8-10)
Secara mekanik resistensi berasal
dari fibrosis yang terjadi pada sirosis,
sedangkan secara dinamik berasal dari Gejala Klinis
vasokontriksi vena portal sebagai efek Secara umum gejala klinis hipertensi
sekunder dari kontraksi aktif vena portal portal dapat di lihat pada tabel 4.
dan septa myofibroblas, untuk mengaktif-
kan sel stelata dan sel-sel otot polos. Tonus Tabel.4 Gambaran klinis hipertensi
vaskular intra hepatik di atur oleh porta(5)
vasokonstriktor (norepineprin, angiotensin Splenomegali hati menciut /
II, leukotrin dan trombioksan A) dan di hepatomegali
perkuat oleh vasodilator (seperti nitrat Hematemesis hipersplenisme
oksida). Pada sirosis peningkatan resistensi Melena asites
vaskular intra hepatik disebabkan juga oleh Varises esofagus malabsorbsi lemak
ke tidak seimbangan antara vasokontriktor Pirau portosistemik protein loosing
dan vasodilator yang merupakan akibat dari kutanius kutanius enteropathy
keadaan sirkulasi yang hiperdinamik
Hemoroid interna gagal tumbuh
dengan vasodilatasi arteri splanknik dan
arteri sistemik.(3,8,9) Ensepalopati hepatis
Hipertensi portal ditandai dengan
peningkatan cardiac output dan penurunan Diagnosis
resistensi vaskular sistemik. Vasodilatasi Hipertensi portal harus difikirkan
arteri splanknik mendahului peningkatan bila pada anak terjadi perdarahan saluran
aliran darah portal, yang selanjutnya cerna, terutama jika di dukung data
menjadikan hipertensi portal yang lebih splenomegali. Pemeriksaan fisik harus
berat. Vasodilatasi arteri splanknik berasal diarahkan untuk melihat tanda-tanda
dari pelepasan vasodilator endogen seperti penyakit kronis yaitu gagal tumbuh,
nitric oksida, glukagon dan peptide kelemahan otot, telengktasi dan caput
vasointestianal aktif. meduse, ikterik, asites atau ensepalopati.
Peningkatan gradien tekanan Laboratorium termasuk darah lengkap,
portocava mendahului terjadinya kolateral trombosit, faal hepar, PT-APTT, albumin
vena portal sistemik sebagai usaha untuk dan amonia. Pada kasus dewasa radiologi
dekompresi sistem vena portal. Varises secara akurat bisa menunjang diagnosis
esophagus adalah kolateral yang paling hipertensi portal, namun pada anak sedikit
penting karena tingginya kecendrungan penelitian tentang pemeriksaan radiologi.
untuk terjadinya perdarahan. Varises Ultra sografi bisa menentukan bila terdapat
esophagus terjadi ketika gradien tekanan hipertensi porta. CT scan memberi
vena portal meningkat di atas 10 mmHg. informasi yang sama dengan USG. Endos-
Semua faktor meningkatkan hipertensi kopi adalah pemeriksaan yang paling dapat
portal bisa meningkatkan resiko perdarahan di percaya untuk mendeteksi varises
termasuk perburukan penyakit hati, intake esofagus.(1-6,10)
makanan, kegiatan fisik dan peningkatan
tekanan intra abdominal. Faktor-faktor yang Penatalaksanaan
merobah dinding varises seperti NSAID Penatalaksaan hipertensi portal di
bagi menjadi pengobatan emergensi
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
perdarahan dan profilaksis terjadinya
perdarahan awal dan profilak perdarahan dari perdarahan. Ligasi sama efektifnya
lanjutan. Pada perdarahan akut diperlukan dengan skleroterapi dalam mengatasi
pengawasan yang ketat. Aspirasi cairan perdarahan yang merembes tetapi lebih baik
lambung berguna untuk mendeteksi dalam mengatasi perdarahan yang
perdarahan lambung. Pertama yang difokus- memancur.(3)
kan adalah resusitasi cairan awal berupa Pemberian propanolol bertujuan
infus kristaloid diikuti dengan transfusi sel supaya preventif perdarahan primer maupun
darah merah. Dapat diberikan plasma segar sekunder. Dosis pada anak 0,2-0,5mg/dosis.
atau plasma beku segar. Pada penderita Efek samping obat ini adalah asthenia,
yang di duga sirosis adanya ensepalopati dispneu, bardikardi dan dapat mengurangi
perlu diwaspadai. Pemberian ranitidin intra aliran darah ke hati sehingga akan
vena bisa mencegah erosi lambung, memperburuk fungsi hati.
sedangkan vitamin K diperlukan pada Laktulosa akan menghambat
penderita dengan masa protrombin reabsorbsi amonia diberikan dengan dosis
memanjang. (3,4,10) 0,5-4 mg/hari atau dalam bentuk enema.
Saat ini obat yang lebih banyak Neomisin akan mengurangi mikroba usus
dipakai adalah analog somatostatin dan menekan produksi ammonia.(3,4)
octreotide karena memiliki waktu paruh Untuk mencegah perdarahan
yang lebih panjang. Dengan ditemukannya berulang yang umum dilakukan adalah
analog somatostatin yang umumnya ber- endoskopi terapi baik skleroterapi maupun
hasil menghentikan perdarahan akut maka ligasi. Tatalaksana rumatan untuk mencegah
jarang diperlukan endoskopi emergensi. perdarahan prinsipnya sama dengan
Pemberiannya adalah memberikan bolus 25 pendekatan farmakologis tetapi tanpa
ug dilanjutkan selama 48 jam dengan dosis penggunaan somatostatin. Obat yang di
15-20 ug/jam. Somatostatin dan analognya pakai adalah Beta blocker. Dapat juga di
(octriotide) sama efektifnya dengan vaso- pakai kombinasi vasokonstriktor dan
pressin tetapi dengan efek samping yang vasodilator.(3,4,10)
lebih sedikit.(3,4,10) Prosedur bedah pada hipertensi portal di
Skleroterapi bertujuan untuk bagi:
obliterasi varises. Dapat dilakukan pada 6 1. pirau dekompresi.
jam pertama. Tapi umumnya dilakukan 2. prosedur devaskularisasi.
setelah pemberian octreotide dalam rangka 3. transplatasi hati.(1-3,10)
memperoleh lapangan pandang yang bebas
TATALAKSANA INISIAL
Resusitasi, NGT,
laktulosa/neomisin,H2 antagonis
Ocreotide bolus-rumatan-48 jam
Nitrat

Perdarahan (+)
Ligasi/ skleroterapi Perdarahan (-)
Tamponade balon Ligasi/skleroterapi
+/- Octriotide
Nitrat

Tatalaksana rumatan
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007 blocker dan nitrat
Spironolakton
+/- parasentesis
Restriksi air, garam
Dietetik
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal

Perdarahan (+)
Operatif
Ablasi,
Transeksi esophagus,
pirau

Gambar 3. ALGORITMA PERDARAHAN AKUT VARISES ESOFAGUS(3)


Octreotide
25 ug dl 20(Sandostatin)
D 5 %dilanjutkan
ml drip dl 20 menit
100 ug dl 100 ml D 10 % diberikan selama 4 jam, bila
perlu (perdarahan masih berlangsung) dapat di ulang

Setelah perdarahan berhenti, dilanjutkan sampai 48 jam atau lebih


dengan dosis 15-20 ug/jam dalam D 10 %

Gambar 4. TATA CARA PEMBERIAN SANDOSTATIN

Prognosis Pada kasus ini pasien didiagnosis


Perdarahan inisial disertai dengan dengan sirosis hepatis dengan hipertensi
risiko mortalitas yang tinggi. Pada portal dan terjadi komplikasi perdarahan
penderita Child C resiko mortalitas varises esofagus dan ensepalopati, hepa-
perdarahan sebesar 50% dalam 2 minggu toma dan anemia mikrositik hipokrom ec
pertama paska perdarahan. Resiko defisiensi besi. Diagnosis sirosis hepatis
mortalitas akan mening-kat bila terjadi dengan komplikasinya hipertensi portal
kegagalan fungsional ber-bagai organ ditegakan berdasarkan adanya riwayat
seperti gagal ginjal, sepsis dan koma perut membesar, ikterik dan hematemesis
hepatikum. melena.
Risiko perdarahan berulang paska Gejala yang ditemukan pada
perdarahan inisial juga sangat tinggi pasien ini sesuai dengan penelitian Hadi
(30%-70%) dan terkait dengan beratnya S, bahwa keluhan yang terbanyak pasien
sirosis. Risiko ini sangat tinggi pada sirosis hepatis waktu masuk rumah sakit
beberapa minggu pertama dan 40% akan adalah perut membesar 61,54%,
mengalami perdarahan berulang pada 72 anoreksia 53,85%, ikterus 23,21%
jam pertama. Selanjutnya risiko hematemesis melena 13,17%.(14,16)
perdarahan tersebut akan berkurang Demam yang tidak terlalu tinggi
secara drastis (20%-30%).(3) dikeluhkan sejak awal sakit. Sepertiga
dari kasus sirosis dekompensata
ANALISIS KASUS menunjukan demam tetapi jarang yang
Sirosis hepatis merupakan lebih dari 38C dan tidak dipengaruhi
stadium akhir penyakit kronis hepar dan oleh pemberian anti biotik. Keadaan ini
terkait dengan komplikasi hipertensi porta mungkin disebabkan oleh sitokin seperti
yang menimbulkan angka morbiditas dan tumor nekrosis faktor yang dibebaskan
mor-talitas yang tinggi akibat perdarahan pada proses inflamasi. Nausia dan
varises. Penyakit sirosis hepatis pada vomitus adalah gejala yang umum pada
anak jarang dilaporkan.(15) pasien sirosis hepatis tetapi pada pasien
ini tidak didapatkan keluhan tersebut.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
Dari pemeriksaan fisik terdapat asites,
venektasi vena abdomen, hepa-tomegali, diagnosis pasti harus didapatkan dari
splenomegali, edema, jari tabuh. Asites biopsi. (1,17)
merupakan tanda terbanyak pada Diagnosis hepatoma ditegakkan
penderita sirosis yaitu 85,79%, sedangkan dari pemeriksaan fisik terdapat
edema 58,28%, spleenomegali 43,16%, hepatomegali dengan permukaan hepar
hepatomegali 39,76%, venektasi 32,46%, tidak rata, konsentrasi alfa feto protein
ikterik 22,55% dan jari tabuh 2.09%.(8,9,14) yang tinggi dan di dukung pemeriksan
Bilirubin dalam keadaan normal penunjang USG dan CT scan abdomen.
tidak diekresikan melalui urin, bila Sekitar 60%-70% dari massa hepar yang
terdapat bilirubin urin itu adalah bilirubin didapatkan pada hepar anak-anak
terkon-jugasi, ini terjadi bila terdapat merupakan suatu keganasan. Pemeriksaan
gangguan ekresi karena kerusakan hepar serial USG dapat menilai perkembangan
pada proses sirosis maupun obstruksi penyakit dan mendeteksi dini karsinoma
pada saluran biliaris. Pada pasien ini hepato selular. Diagnosis pasti suatu
menunjukan peningkatan bilirubin keganasan hati dilakukan dengan biopsi
terkonjugasi dalam darah lebih tinggi dari hati.(2,8,14,17,18)
bilirubin non konjugasi. Akumulasi Pada pasien ini juga didiagnosis
bermakna bilirubin terkonjugasi (> 20% anemia defisiensi Fe. Anemia sering
total) menggambarkan penurunan ekresi ditemukan pada sirosis hati sekitar 60%-
oleh karena kerusakan sel parengkim 70%. Banyak faktor yang dapat
hepar atau penyakit saluran biliaris. menyebabkan anemia pada sirosis hepatis
Peningkatan bilirubin terkonjugasi bisa di antaranya defisiensi (asam folat, besi),
terjadi pada obstruksi saluran bilier tetapi hipersplenisme, hemolisis dan faktor
dari data klinis pasien pada kasus ini lebih penyakit hati sendiri. Pada sirosis hepatis
mungkin disebabkan oleh karena dengan komplikasi hipertensi portal akan
penurunan ekresi karena kerusakan terjadi penambahan volume plasma yang
parengkim hepar (sirosis) di mana pada menyebabkan hemodilusi. Pada kasus ini
anamnesis dan pemeriksaan fisik anemia disebabkan asupan yang kurang
terdapat-nya tanda-tanda sirosis dan dari dan akibat fungsi hepar yang terganggu
labo-ratorium tanda-tanda gangguan faal karena sirosis. Preparat Fe belum
hepar yaitu terdapat hipo albunemia, diberikan pada pasien ini sampai keadaan
peninggian SGOT dan SGPT. Tanda- infeksi akut tidak ada lagi.(7)
tanda karakteristik adanya obstruksi Perdarahan akibat pecahnya
saluran biliaris (riwayat feses dempul varises esophagus merupakan komplikasi
maupun tanda-tanda penum-pukan garam ter-penting hipertensi portal.(3-6,10)
empedu yaitu pruritus) tidak ditemukan. Perdarahan akut varises pada hipertensi
Ini juga di dukung oleh pemeriksaan USG portal akibat sirosis menyebabkan
yang menunjukan gambaran sirosis dan mortalitas antara 5%-50%. Komplikasi
tidak ada tanda-tanda gangguan pada perdarahan pecahnya varises esophagus
saluran bilier. USG merupakan prosedur pada pasien ini dibuk-tikan dengan
pemeriksaan yang dapat secara akurat pemeriksaan endoskopi. Diagnosis
memperlihatkan karakteristik morfologi perdarahan saluran cerna atas dengan
sirosis hepatis pada anak. Diagnosis juga endoskopi mempunyai akurasi yang
di dukung oleh Pemeriksaan CT Scan sangat tinggi (90%) pada 12-24 jam
yang menunjukan adanya sirosis. Namun setelah episode perdarahan. Fase
perdarahan akut telah diterapi dengan
menggunakan analog somatostatin
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal
(octreotide) dengan terapi ini perdarahan
PKB IKA XLII. Jakarta: FKUI, 1999;
dapat dihentikan. Dengan penggunaan
73-92.
analog somatostatin yang dapat
menghentikan perdarahan akut maka 4. Path D dan Dagher L. Acute variceal
jarang sekali diperlukan endoskopi bleeding: general management. WJG
emergensi. Diberikan beta bloker 2001; 7: 466-75.
(propanolol) sebagai upaya preventif
perdarahan primer maupun sekunder. 5. Brady L. Portal hypertension and
Pada pasien ini untuk mencegah ascites. Dalam: Guandalini,
perdarahan berulang dilakukan terapi penyunting. Essential pediatrics
skleroterapi dengan panduan endoskopi. gastroenterology, hepatology, and
Tujuan skleroterapi adalah obliterasi nutrition. New York: McGraw-Hill,
1999; 123-318.
varises, oleh karena itu skleroterapi
efektif menghentikan dan mencegah 6. Shahara AI dan Rockey DC.
perdarahan, serta langsung ataupun tidak Gastroesophagealvariceal
langsung akan memperbaiki angka hemorrhage. Review article. NEJM
survival. Setelah dilakukan tatalaksana 2001; 345, 9; 669-70.
pada pasien ini tidak terjadi perdarahan
berulang selama perawatan. Diagnosis 7. Gultom IN. Hubungan beberapa
pasti sirosis adalah biopsi hepar. Pada parameter anemia dengan derajat
pasien ini tidak bisa dilakukan karena keparahan sirosis hati. Bagian Ilmu
orang tua menolak untuk dilakukan biopsi Penyakit Dalam FK-USU, USU
hepar pada anaknya. Prognosis pada digital library, 2003; 1-33.
pasien ini dengan menggunakan criteria
8. Thaler M. Cirrhosis. Dalam: Walker
Child adalah Child C di mana WA, Durie PR, Hamilton JR, et al.
kemungkinan mortalitas di atas 60%. Pediatrics gastrointestinal disease,
(3,4,14,18)
volume II. Philadelphia: BC Decker
Inc, 1991; 1096-1108.
KEPUSTAKAAN
1. Con HO dan Atterburry. Cirrhosis. 9. Sherlock S, Dooley J, penyunting.
Dalam: Schif L and Schif ER, Hepatic Cirrhosis. Dalam: Diseases
penyunting. Diseases of the liver, of the liver and billiary system, edisi
edisi ke-7. Philadelphia: J.B. ke-10. Blackwell Science
Lippincot Company, 1993; 875-934. Publication, 1997; 371-84.

2. Behrman RE dan Vaughn VC. The 10. Dib N, Oberti F, Cales P. Current
liver and billiary system. Dalam: management of complications of
Nelson WE, penyunting. Text book portal hypertension: variceal bleeding
of pediatrics, edisi ke-17. and ascites. CMA Media Inc. 2006;
Philadelphia: Saunders, 2004; 1304- 1433-43.
49.
11. Nasar SS, Soepardi S, Aryono H.
3. Purnawati. Tatalaksana perdarahan Dukungan nutrisi pada penyakit hati
saluran cerna pada hipertensi portal. kronis. Dalam : Firmansyah A,
Dalam: Firmansyah A, Bisanto J, Bisanto J, Nasar SS, et al,
Nasar SS, et al, penyunting. Dari penyunting. Dari kehidupan intra
kehidupan intra uterin sampai uterin sampai transplatasi organ.
transplatasi organ, naskah lengkap Naskah lengkap PKB IKA XLII.
Jakarta, FKUI, 1999; 93-9.
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007
Sirosis Hepatis dengan Hipertensi Portal

12. Hidayat B. Metabolisme nutrient


pada kelainan hati. Dalam:
Firmansyah A, Bisanto J, Nasar SS,
et al, penyunting. Dari kehidupan
intra uterin sampai transplatasi organ.
Naskah lengkap PKB IKA XLII.
Jakarta, FKUI, 1999; 47-52.

13. Dudley FJ. Pathophysiology of


sodium retension in cirrhosis. In:
Bosch J, Grozzman RJ, penyunting.
Portal hypertension: patophysiology
and treatment. Oxford: Blackwell
pub, 1994; 52-66.

14. Brady L. Portal hypertension and


ascites. Dalam: Guandalini S.
Essential pediatrics gastroenterology,
hepatology, and nutrition. New York:
McGraw-Hill, 2003; 123-31.

15. Agata ID dan Balistreri WF.


Evaluation of liver disease in the
pediatrics patient. Pediatr in rev.
1999; 20: 376-90.

16. Hadi S. Diagnosa klinik dan


penunjang diagnostik tidak invansif
pada penderita dengan hipertensi
portal. Dalam: Hepatologi. Bandung:
Penerbit Bandar Maju, 2000; 331-37.

17. Jia AZ and Bing H. Ultrasonography


in predicting and screening liver
sirrhosis in children: A preliminary
study. WJG 2003; 9(10): 2348-49.

18. Hegar B. Pendekatan diagnosis


perdarahan saluran cerna atas.
Dalam: Firmansyah A, Bisanto J,
Nasar SS, et al, penyunting. Dari
kehidupan intra uterin sampai
transplatasi organ. Naskah lengkap
PKB IKA XLII. Jakarta: FKUI. 1999;
63-72.

Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai