Anda di halaman 1dari 37

PEDOMAN

/
MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Asma dan
Bronkhitis)

2012

WW. SWA. KS ATKYTAY IARI RL LAANN G


WWW GGG AA. .WWO O S SE. SC SO .MC O M
R DRPDRPE R
Tinjauan Pustaka Asma
Definisi
Asma adalah gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas) (Irman Soemantri, 2008).Bronchi
mengalami inflamasi atau peradangan dan hiperresponsif sehingga saluran nafas
menyempit dan menimbulkan kesulitan dalam bernafas. Asma adalah penyakit
obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel dan berbeda dari obstruksi saluran
pernafasan lain seperti pada penyakit bronkhitis yang bersifat irreversibel dan
kontinyu(Charles, Gayle & Robin, 2001).
Jadi, asma merupakan penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat
reversibel dimana saluran bronchi mengalami inflamasi atau peradangan dan
hiperresponsif sehinggan terjadi bronkospasme periodik yang menyebabkan klien
kesulitan dalam bernafas.

Etiologi
Secara umum, para penderita asma mengalami penyempitan bronchi yang
disebabkan oleh hiperaktivitas bronkus.Bronkus penderita asma biasanya sangat sensitif
terhadap rangsangan imunologi maupun nonimunologi.Oleh karena itu, serangan asma
mudah terjadi akibat berbagai rangsangan baik iritan, bau, udara dingin, infeksi saluran
pernafasan atas atau bawah, stres dan sebagainya.

Menurut penyebabnya asma terbagi menjadi alergi, idiopatik atau nonalergik, dan
campuran (mixed):

a. Asma alergik atau ekstrinsik, merupakan suatu jenis asma dengan yang disebabkan
oleh alergen ( misalnya bulu binatang, debu, ketombe, tepung sari, makanan, dll).
Alergen yang paling umum adalah alergen yang perantaraan penyebarannya melalui
udara (airborne) dan alergen yang muncul secara musiman (seasonal). Pasien
dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga
dan riwayat pengobatan ekzema atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergi akan
mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat kanak-kanak.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 2
b. Idiopatik atau nonallergic asthma/intrinsik, merupakan jenis asma yang tidak
berhubungan secara langsung dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti
common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas, emosi, dan polusi lingkungan
dapat menimbulkan serangan asma. Beberapa agen farmakologi, antagonis beta-
adrenergik, dan agen sulfite (penyedap makanan) juga dapat berperan sebagai faktor
pencetus. Serangan asma idiopatik atau nonalergik dapat menjadi lebih berat dan
sering kali dengan berjalannya waktu dapat berkembang menjadi bronkhitis dan
emfisema. Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma
campuran. Bentuk asma ini biasanya dimulai pada saat dewasa (>35 tahun).
c. Asma campuran (mixed asthma), merupakan bentuk asma yang paling sering
ditemukan. Dikarakteristikan dengan bentuk kedua jenis asma alergi dan idiopatik
atau nonalergi.

Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respons IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B. Asma diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berikatan dengan sel mast.Sebagian besar alergen yang menimbulkan asma
bersifat airbone.Alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak dalam periode
waktu tertentu agar mampu menimbulkan gejala asma.Namun dilain kasus terdapat
pasien yang sangat responsif, sehingga sejumlah kecil alergen masuk ke dalam tubuh
sudah dapat mengakibatkan eksaserbasi penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengsn induksi fase akut asma adalah
aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik, dan bahan
sulfat.Sindrom khusus pada sistem pernafasan yang sensitif terhadap aspirin terjadi pada
orang dewasa, namun dapat pula dilihat pada masa kanak-kanak.Masalah ini biasanya
berawal dari rhinitis vasomotor perennial lalu menjadi rhinosinusitis hiperplastik
dengan polip nasal akhirnya diikuti oleh munculnya asma progresif.

Pasien yang sensitif terhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya denganpemberian


obat setiap hari.Setelah pasien yang sensitif gterhadap aspirin dapat dikurangi gejalanya
dengan pemberian obat setiap hari.Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang
akan terbentuk terhadap agen anti inflamasi nonsteroid. Mekanisme terjadinya

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 3
bronkuspasme oleh aspirin ataupun obat lainnya belum diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang di induksi secara khusus oleh aspirin.

Antagonis delta-agrenergik merupakan hal yang biasanya menyebabkan obstruksi


jalan nafas pada pasien asma, demikian juga dengan pasien lain dengan peningkatan
reaktifitas jalan nafas. Oleh karena itu, antagonis beta-agrenergik harus dihindarkan
oleh pasien tersebut.Senyawa sulfat yang secara luas digunakan sebagai agen sanitasi
dan pengawet dalam industri makanan dan farmasi juga dapat menimbulkan obstruksi
jalan nafas akut pada pasien yang sensitif.Senyawa sulaft tersebut adalah kalium
metabisulfit, kalium da natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida. Pada
umumnya tubuh akan tepapar stelah menelan makanan atau cairan yang mengandung
senyawa tersebut seperti salad, buah segar, kentang, kerang, dan anggur.

Faktor penyebab yang telah disebutkan diatas ditambah dengan sebab internal
pasien akan mengakibatkan reaksi antigen dan antibodi. Reaksi tersebut mengakibatkan
dikeluarkannya substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh
dalam menghadapi serangan, yaitu dikeluarkannya histamin, bradikinin, dan
anafilatoksin.Sekresi zat-zat tersebut menimbulkan gejala seperti berkontarksinya otot
polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan peningkatan sekresi mucus.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 4
Pencetus Serangan
(Alergen, emosi/ stress, obat-obatan dan
infeksi)

Reaksi Antigen &


Antibodi

Dikeluarkannya Substansi vasoaktif


(Histamin, bradikinin, dan anafilatoksin)

Permeabilitas
Kapiler

sekresi mukus Kontraksi Otot Polos

Bronchospasme
MK : Batuk
Bersihan Jalan
Nafas Tak Efektif Kelemahan Stenosis Bronkus Ekspansi Paru Hipoventilasi

Nausea MK : Mengi Gangguan Difusi


Ketidak efektifan
Anorexia bersihan jalan nafas MK : Hipoksemia

Malnutrisi Ketidakefektifan Hiperkapnia


Pola Nafas

MK : Antibodi Ansietas MK:


Pemenuhan Nutrisi Pertukaran gas
kurang dari Rentan Infeksi MK: terganggu
kebutuhan Kurang pengetahuan
MK :

Resiko tinggi
terhadap infeksi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 5
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul yaitu hipoventilasi, dyspnea, wheezing, pusing-
pusing, perasaan yang merangsang, sakit kepala, nausea, peningkatan nafas pendek,
kecemasan, diaphoresis dan kelelahan.Hiperventilasi merupakan salah satu gejala awal
dari asma. Kemudian sesak nafas parah dengan ekspirasi memanjang disertai
wheezing(di apeks dan hilus). Gejala utama yang sering muncul adalah dispnea, batuk
dan mengi.Mengi sering dianggap salah satu gejala yang harus ada bila serangan asma
muncul.Itu berarti jika klien menganggap dirinya mengalami asma namun tidak
mengeluhkan sesak nafas, maka perawat harus yakin bahwa klien tidak menderita
asma.
Tingkat keparahan dari asma tergantung pada tingkat obstruksi saluran nafas,
kadar saturasi oksigen, pembawaan pola pernafasan, perubahan status mental dan
bagaimana tanggapan klien terhadap status pernafasannya. Pertanda memburuknya
status mental penderita asma biasanya meliputi hal hal seperti kurang istirahat yang
makin meningkat kemudian diikuti dengn atau gampang mengantuk.Ketika orang
tersebut mengalami kelelahan yang sangat, maka kondisi ini dapat mengarahkan pada
gagal nafas akut. Setiap orang mengalami penurunan waktu reaksi asma yang tak sama,
ada yang lambat ataupun cepat hanya dalam hitungan menit. Jadi, waktu bukanlah
parameter yang tepat dan terbaik untuk menentukan perlu memanggil dokter atau
mencari pertolongan darurat sesegera mungkin.Sehingga semua gejala dan tanda yang
muncul perlu mendapat perhatian sebagaimana mestinya.

Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu


seranganmenunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 6
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan
tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalahsebagai berikut:
1. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
2. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
3. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
4. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Apabila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
a. Laboratorium Sputum dan Darah : menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum.
b.Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
c. Analisa gas darah pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik). Analisa gas darah dilakukan pada
penderita asma berat.
d.Spirometri :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
palingcepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
denganbronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.
Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

f. Tes provokasi :

1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 7
3) Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasi histamin, metakolin, alergen,
kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasi dengan aqua
destilata.

4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.

Penatalaksanaan
Berikut ini merupakan prinsip umum dalam pengobatan pada serangan asma :

a) Menghilangkan obstruksi jalan nafas


b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :

a. Pengobatan dengan obat-obatan


Seperti :
(a) Beta agonist (beta adrenergik agent)
(b) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
(c) Anti kolinergik (bronkodilator)
(d) Kortikosteroid
(e) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


i. Oksigen 4-6 liter/menit.
ii. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose
5% diberikan perlahan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 8
iii. Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini
dalam 12 jam.
iv. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera
atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat
berat.

Komplikasi
Pada umumnya penyakit asma ini dapat ditangani dengan baik oleh penderitanya.
Penderita asma biasanya selalu membawa obat kemanapun, karena serangan asma yang
mendadak dapat terjadi kapan saja. Namun, apa yang akan terjadi apabila obat tersebut
habis ataupun terlupa sehingga tidak dibawa oleh penderita. Apabila tidak segera
mendapat pertolongan ataupun penanganan yang tepat, tentunya asma yang menyerang
dapat menjadi pada tingkat yang sangat berbahaya hingga mengancam nyawa si
Penderita. Pada tingkat tersebut, dapat terjadi komplikasi dari serangan asma.
Komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu :
a. Komplikasi akut yang terdiri dari dehidrasi, gagal nafas, dan infeksi saluran nafas
b. Komplikasi kronis yang meliputi cor-pulmonale, PPOK dan pneumothorak.

Prognosis
Para penderita asma pada umumnya hanya menginjak pada tingkat kronis.
Meskipun terkadang masuk kedalam periode panjang remisi. Prospek jangka panjang
pada penyakit asma bergantung dari tingkat keparahan penyakit ini. Pada kasus ringan
sampai sedang, asma dapat membaik prognosisnya dari waktu ke waktu dan banyak
orang dewasa yang terbebas dari gejala asma. Bahkan, pada beberapa kasus yang parah,
orang dewasa mungkin mengalami kesembuhan tergantung pada derajat obstruksi di
paru-paru dan ketepatan waktu serta efektivitas pengobatan. Sekitar 10% dari kasus
persisten berat, dapat terv7jadi perubahan dalam struktur dinding saluran udara
sehingga menyebabkan munculnya masalah progresif dan irreversible pada fungsi paru-
paru, bahkan terjadi pada klien yang mendapat pengobatan agresif.
Pada perokok aktif dan klien dengan produksi lendir yang berlebihan (indikator
kelakuan buruk) maka penurunan fungsi paru-parunya lebih cepat apabila terjadi

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 9
serangan asma dibandingkan dengan rata-rata orang asma. Peristiwa kematian dari
serangan asma adalah yang relatif jarang terjadi dan dapat dicegah. Hal ini sangat
jarang terjadi pada klien yang menerima pengobatan yang tepat dari penyakit asma.
Meskipun pada umumnya asma tidak mengancam kehidupan, namun dapat
melemahkan dan menakutkan. Asma yang cenderung tidak terkontrol dapat
mengganggu sekolah dan pekerjaan serta kegiatn sehari-hari klien dengan penyakit
asma.

Tinjauan Pustaka Bronkhitis


Definisi
Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan
sekresi dari cairan inflamasi.
Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus
lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen
elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil
(medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran
udara ke paru-paru dan dapat merusaknya (Saktiyono, 2006).

Menurut klasifikasi bronchitis dibagi menjadi dua jenis yaitu akut dan kronis
sebagai berikut :
A. Bronkitis akut

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 10
Bronkhitis akut merupakan radang pada bronkus yang biasanya mengenai trakea
dan laring, sehingga sering dinamai dengan laringotracheobronkhitis(Irman Soemantri,
2008). Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan nafas sendiri atau sebagai bagian
dari penyakit sistemik misalnya mobile, pertusis, difteri dan tipus abdominalis.

Bronkhitis akut ditandai dengan batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi
virus yang melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan.
Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari.
Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada
terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
B. Bronkitis kronis
Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam
1 tahun selama 2 tahun berturut -turut, walaupun demikian tidak ada standart demikian
yang dapat diterima pada anak-anak. Diagnosa kronik bronkitis biasanya dibuat
berdasar adanya batuk menetap yang biasanya terkait dengan penyalahgunaan tobacco.
Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi
menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan
sekresi dari cairan inflamasi.
Jadi, bronchitis kronis dapat dikenali dengan adanya pengeluaran secret yang
berlebihan dari trakeo-bronkhial dan terakumulasi setiap hari selama paling tidak 3 bulan
pertahun selama dua tahun berturut-turut.

Etiologi
a. Bronkhitis akut
Terdapat 3 jenis penyebab bronkithis akut yaitu:
i. Infeksi: staphylococcus (stafilokokus), steptococcus (sterptokokus),
pneumococcus (pneumokokus), haemophilus influenzae
ii. Alergi
iii. Rangsangan lingkungan, misal: asap pabrik, asap mobil, asap rokok, dll
b.Bronkhitis kronis

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 11
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik Pada beberapa
alat tubuh, yaitu:
i. Penyakit jantung menahun, yang diseababkan oleh kelainan patologik
pada katub maupun miakardia. Kongesti menahun pada didnding bronkus
melemahkan daya tahan sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
ii. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan
sumber bakteri yang dapat menyerang dinding bronkhus
iii. Dilatasi bronkhus (bronkiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan
fungsi dinding bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi
iv. Rokok, dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir
bronkhus sehingga drainase lendir berlaku. Kumpulan lendir tersebut
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Patofisiologi dan WOC


Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkithitis kronis. Pada umumnya virus
merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiaknosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau
mengalami produksi sputum selama kurang lebih 3 bulan dalam 1 tahun atau paling
sedikit dalam 2 tahun berturut turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun nonifeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan
menyebabkan timbulnya respon inflamasi yang akan menyebabkan fase dilatasi,
kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti enfisema, bronkitis lebih
mempengaruhi jalan nafas kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan
bronkitis aliran udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkitis kronis akan mengalami :

a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mukus.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 12
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut
mucocilliary defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakuakn oleh mukus
dan siliari. Pada pasien dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru
mengalami kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul,
kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah
bertambah) sehingga produksi mukus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan
dinding bronkial meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal),
dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan
mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat
beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkitis kronik
mula-mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan
mempengaruhi seluruh saluran nafas.
Mukus yang kental dan pembesaran mukus akan mengobstruksi jalan nafas
terutama selama ekspirasi. Jalan nafas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan
ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan
dari ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2. Kerusakan
ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis.
Sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah
sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. Selam infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah
tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit
cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure).

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 13
Pencetus Bronkhitis
(Infeksi, alergi, Rangsangan Lingkungan)

Respons Inflamasi

Bakterimia/ Viremia Edema Mukosa


Vasodilatasi Bronkus
Fungsi Cilia
Hipertermi
Metabolisme Tubuh Obstruksi Jalan Nafas
Demam tinggi MK:
Penumpukan mukus
Malaise Bersihan Jalan Nafas Jalan Nafas Kolaps
Dehidrasi Tak Efektif
Nafsu Makan Ventiasi alveolus
Hambat Aliran udara
MK:
MK: Hipoksia
Gangguan
Asidosis
Keseimbangan cairan Gangguan Pemenuhan Tubuh kekurangan O2
Kebutuhan Nutrisi
MK:
MK: Ansietas
Intoleransi Aktivitas

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 14
Manifestasi Klinis:
a. Penampilan Umum : cenderung kurus, sianosis akibat pengaruh sekunder
polisitemia, edema (akibat CHF kanan), dan barrel chest
b. Usia : 45 65 tahun
c. Pengkajian :
Batuk persisten, produksi seperti kopi, dispnea, dan seringnya infeksi pada sistem
respirasi.
Gejala biasanya timbul pada waktu yang lama.
d. Jantung : Pembesaran jantung, corpulmonal, hematokrit > 60%
e. riwayat merokok positif (+)

Pemeriksaan diagnostik
a. Foto Thorak : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia tubular shadow
atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks
paru. Bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru
bertambah.
b. Laboratorium : Leukosit >17500.
c. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah tes fungsi paru dan gas darah
arteri.
d. Analisa gas darah
i. Pa O2 : rendah ( normal 80- 100 mmHg )
ii. Pa CO2 : tinggi (normal 35 45 mmHg).
e. Saturasi hemoglobin menurun.

Penatalaksanaan
a. Tindakan Keperawatan
Mengontrol batuk dan mengeluarkan lendir, sering mengubah posisi, banyak
minum, istirahat yang cukup, inhalasi, nebulizer, minum susu atau makanan lain
untuk mempertahankan daya tahan tubuh. Tujuannya untuk mengatasi hipersekresi
bronkus, sumbatan jalan napas, infeksi bronkus, korpulmanale, dan gagal napas.
b. Tindakan Medis

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 15
Penatalaksanaan bronkitis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah
timbulnya penyakit, meliputi:
1. Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan bronkitis.
2. Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
3. Oksigenasi (terapi oksigen)
4. Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
5. Antibiotika, digunakan manakala penderita bronkitis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M.
catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan
seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
Komplikasi
Komplikasi pada penyakit bronchitis terjadi karena penanganan pada penyakit yang
kurang baik dan tepat sehingga menyebabkan kompikasi. Beberapa kemungkinan komplikasi
dapat menyerang selain sistem pernafasan. Adapun komplikasi bronchitis yang ditemukan
pada klien, antara lain:
a. Bronchitis Kronik
b. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal
ini sering terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c. Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.
Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d. Efusi pleura atau empisema
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif
pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri
pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh
darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan
bedah gawat darurat.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 16
g. Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri
dan vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt,
terjadi gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner
kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang
berat dan luas
j. Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.

Prognosis
Prognosis pada klien dengan bronchitis tergantung pada berat ringannya serta luasnya
penyakit saat klien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau
pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus berat dan sulit untuk
diobati membuat prognosisnya jelek. Daya bertahan hidupnya cenderung lebih lemah
daripada klien dengan kasus bronchitis yang cepat tertangani (mendapat pengobatan yang
tepat). Kematian klien dikarenakan komplikasi dari penyakit bronchitis sendiri.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 17
Asuhan Keperawatan
Asma
Pengkajian
a. Identitas Pasien
i. Umur
Asma dapat terjadi pada berbagai kalangan umur dari anak-anak
hingga usia produktif dapat terkena serangan asma. Mengingat bahwa
faktor pemicu serangan asma sendiri salah satunya adalah alergen.
ii. Pekerjaan
Tidak ada jenis pekerjaan tertentu yang mejadi spesifikasi asma.
Namun, pada orang yang alergi pada lingkungannya seperti alergi
asappabrik, asap mobil, debu maupun serbuk bunga dapat memicu
serangan asma.
Penyakit Sekarang
i. Keluhan Utama : Sesak saat bernafas
ii. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien sesak saat bernafas, mengeluh nyeri
dada, batuk, lesu.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
i. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
ii. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
iii. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
c. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
i. B1 (Breath)
1. Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
2. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
3. Menggunakan obat bantu pernapasan, dengan cara meninggikan bahu,
melebarkan hidung dan adanya retraksi interkostal.
4. Adanya bunyi napas mengi dan suara wheezing saat ekspirasi.
5. Adanya batuk berulang.
6. RR > 25 kali permenit, HR > 120 kali permenit
ii. B2 (Blood)

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 18
Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
iv. B3 (Brain)
Ansietas, ketakutan, penurunan kesadaran
v. B4 (Bladder)
Intake cairan normal berhubungan dengan tidak adanya syok.
vi. B5 (Bowel)
1. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
2. Penurunan berat badan karena anoreksia
vii. B6 (Bone)
Malaise

d. Pemeriksaan Penunjang
i. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagimenjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
padaempisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi danclock wise rotation.
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
ii. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

Diagnosis dan IntervensiKeperawatan


a. Diagnosa: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret kental yang ditunjukkan dengan adanya bunyi
napas tidak normal yakni wheezing/mengi, batuk menetap dengan adanya
sputum

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 19
Tujuan: Jalan nafas kembali paten dengan bunyi napas bersih
Kriteria hasil:
1. Wheezing berkurang/hilang.
2. Sesak berkurang.
3. Batuk berkurang.
4. Klien dapat mengeluarkan sputum.
5. TTV dalam batas normal keadaan umum baik : Nadi 60-90x/menit, RR
12-20 x/menit, tekanan darah 80/120 mmHg.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
bunyi nafas, misalnya : mengi, dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
erekeis, ronkhi. redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak
ada fungsi nafas (asma berat).
2 Kaji / pantau frekuensi pernafasan Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat
catat rasio inspirasi dan ekspirasi. dan dapat ditemukan pada penerimaan selama
stress/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan
dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
3 Tempatkan posisi yang nyaman Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
pada pasien, dengan posisi semifowler fungsi pernapasan dengan menggunakan
0
30-45 gravitasi.
Disfungsi pernafasan adalah variable yang
4 Catat adanya derajat dispnea, ansietas, tergantung pada tahap proses akut yang
distress pernafasan, penggunaan obat menimbulkan perawatan di
bantu. rumah sakit
Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger
5 Pertahankan polusi lingkungan episode akut.
minimum, contoh: debu, asap dll
Hidrasi membantu menurunkan kekentalan
6 Tingkatkan masukan cairan sampai sekret, penggunaan cairan hangat dapat

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 20
dengan 3000 ml/ hari sesuai toleransi menurunkan kekentalan sekret, penggunaan
jantung memberikan air hangat. cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus.
Batuk yang terkontrol melelahkan dan
7 Instruksikan klien pada metode yang inefektif, menimbulkan frustasi.
tepat dalam mengontrol batuk: a. Duduk tegak menggeser organ abdimal
a. Nafas dalam dan perlahan menjauhi paru, memungkinkan
sambil duduk setegak ekspansi lebih besar
mungkin. b. Pernafasan diafragmatik menurunkan
b. Gunakan nafas diafragmatik frekuensi pernafasan dan meningkatkan
fentilasi alveolar
c. Peningkatan volume udara dalam paru
c. Tahan nafas selama 3 sampai meningkatkan pengeluaran sekret
5 detik dan kemudian
dengan perlahan hembuskan
sebanyak mungkin melalui
mulut ( sangkar iga dibawah
abdomen harus turun) d. Peningkatan volume udra dalam paru
d. Ambil nafas kedua, tahan, meningkatkan pengeluaran sekret
dan batuk dari dada (bukan
dari belakang mulut atau
tenggorok) dengan
menggunakan nafas pendek,
batuk kuat. e. Pernafasan pursed-lip memanjangkan
e. Demonstrasikan pernafasan ekshalasi untuk menurunkan udara
pursed-lip yang terperangkap.
8 Ajarkan klien tindakan untuk Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan
menurunkan viskositas sekresi: dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang
dapat menimbulkan atelektasis.
a. Pertahankan hidrasi adekuat
b. Pertahankan kelembaban

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 21
adekuat udara inspirasi
c. Hindari lingkungan yang
mengandung stimulan
10 Auskultasi paru-paru sebelum dan Pengkajian ini membantu mengevaluai
sesudah tindakan berhasilan tindakan.
11 Dorong atau berikan perawatan mulut Higine mulut yang baik meningkatkan rasa
sehat dan mencegah bau mulut
Kolaborasi
12 Obat sesuai indikasi. Bronkodilator Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan
1x1 (inhalasi). produksi mukosa.

b.Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan mengi


Tujuan: Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil:
1. Pola nafas efektif.
2. RR 16-20 kali permenit
3. TTV dalam batas normal.
4. Ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi kedalaman pernafasan Kecepatan biasanya mencapai kedalaman
dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal
pernafasan termasuk penggunaan otot nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan
bantu pernafasan/ pelebaran nasal. dengan atelektasis dan atau nyeri dada.

2 Auskultasi bunyi nafas dan catat Mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
adanya bunyi nafas seperti crekels, kegagalan pernafasan.
mengi.
3 Tinggikan kepala dan bantu Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru
mengubah posisi. dan memudahkan pernafasan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 22
4 Observasi pola batuk dan karakter Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
sekret. sering/iritasi.
5 Dorong/bantu pasien dalam nafas dan Dapat meningkatkan/ banyaknya sputum
latihan batuk. dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.
Kolaborasi
6 Berikan oksigen tambahan sesuai Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
dengan kebutuhan. kerja nafas, memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret.
7 Berikan humidifikasi tambahan Memaksimalkan bernafas dan menurunkan
misalnya : nebulizer. kerja nafas, memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret.

c. Diagnosa: Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan stenosis


pada bronkus.
Tujuan: Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih atau jelas
Kriteria hasil:
1. Batuk efektif
2. Suara Nafas vesikuler
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Auskultasi bunyi nafas. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan nafas.
2 Kaji frekuensi pernafasan. Takiepnea biasanya dapat ditemukan selama
adanya stress atau infeksi akut.
3 Kaji pasien untuk posisi yang aman Peninggian kepala tempat tidur mempermudah
fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
4 Pertahankan polusi lingkungan Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 23
5 Bantu latihan nafas abdomen ayau Memberikan pasien beberapa cara untuk
bibir mengatsi dan mengontrol dispnea dan
menurunkan jebakan udara.
Kolaborasi
6 Berikan obat sesuai indikasi. Merilekskan otot halus dan menurunkan
kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas,
mengi dan produksi mukosa. Obat-obat
mungkin per oral, injeksi, atau inhalasi.
7 Bantu pengobatan pernafasan, Drainase posturnal dan perkusi bagian penting
misalnya fisioterapi dada. untuk membuang banyaknya sekresi dan
memperbaiki ventilasi pada segmen dasar paru.

d. Diagnosa: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai


oksigen (obstruksi oleh spasme bronkus).
Tujuan: Memperbaiki ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dan
membebaskan gejala distress pernafasan.
Kriteria hasil:
1. Perbaikan ventilasi
2. Terbebas dari gejala distress pernafasan
3. pH 7,35 7,45 ; pO2 80 100 mmHg ; pCO2 35 45 mmHg
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji frekuensi dan kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernafasan. pernafasan.
2 Tinggikan kepala tempat tidur, bantu Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan
pasien untuk memilih posisi yang posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk
mudah untuk bernafas. menurunkan kolaps jalan nafa, dispnea, dan
kerja nafas.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 24
3 Kaji secara rutin kulit dan warna Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)
membran mukosa. atau sentral (sekitar bibir atau daun telinga).

4 Dorong mengeluarkan spuntum, Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah


penghisapan bila diindikasikan. sumber utama gangguan pertukaran gas pada
jalan nafas kecil. Penghisapan dilakukan bila
batuk tidak efektif.
5 Auskultasi bunyi nafas, catat area Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan
penurunan aliran udara atau bunyi aliran udara atau area konsolidasi.
tambahan.

6 Palpasi fermitus Penurunan getaran fibrasi diduga ada


pengumpulan cairan.
Kolaborasi
Dapat memperbaiki atau mencegah
7 Berikan oksigen tambahan sesuai
memburuknya hipoksia.
dengan indikasi hasil AGDA dan
toleransi pasien.

e. Diagnosa: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia
Tujuan: Mencukupi kebutuhan nutrisi
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1 Kaji kebiasaan diet, masukan makanan Pasien distress pernafasan akut sering
saat ini. Catat derajat kerusakan anoreksia karena dipsnea.
makanan.
2 Sering lakukan perawatan oral, buang Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan
sekret, berikan wadah khusus untuk dan dapat menyebabkan mual/muntah dengan
sekali pakai. peningkatan kesulitan nafas.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 25
Kolaborasi
3 Berikan oksigen tambahan selama Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi
makan sesuai indikasi. untuk makan, meningkatkan masukan.

f. Diagnosa: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat


imunitas.
Tujuan: Mengurangi infeksi yang mungkin terpajan pada klien
Kriteria hasil:
1. Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi dengan tanda tanda naiknya suhu badan, dan batuk terus menerus.
2. Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman.
Intervensi:
No Intervensi Rasional
1. Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena infeksi dan atau
dehidrasi.

2 Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan


umum
Kolaborasi
3 Dapatkan specimen sputum dengan untuk mengidentifikasi organisme penyabab
batuk atau pengisapan untuk dan kerentanan terhadap berbagai anti
pewarnaan gram,kultur/sensitifitas. microbial

g. Diagnosa: Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan


salah mengerti.
Tujuan: Memberikan pengetahuan dan informasi agar tidak salah mengerti
Kriteria hasil: menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.
Intervensi:

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 26
No Intervensi Rasional
1. Jelaskan tentang penyakit individu Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan
perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.

2 Diskusikan obat pernafasan, efek Penting bagi pasien memahami perbedaan


samping dan reaksi yang tidak antara efek samping mengganggu dan
diinginkan. merugikan.

3 Tunjukkan tehnik penggunaan Pemberian obat yang tepat meningkatkan


inhakler. keefektifanya.

Bronkhitis
Pengkajian
a. Identitas Pasien
Umur
Tidak ada batasan umur yang spesifik terhadap penyakit bronchitis untuk
menjangkiti manusia.Anak-anak dapat terkena penyakit bronchitis akut namun perlu
waktu untuk menjadi bronchitis kronik. Apabila anak mempunyai kecenderungan
perilaku negative seperti merokok ada kemungkinan bronchitis akut yang didrita
semasa anak-anak dapat muncul menjadi bronchitis kronik saat dewasa.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
i. Keluhan Utama : Sesak saat bernafas, sekresi mukus yang berlebihan, batuk,
nyeri dada, suara serak
ii. Riwayat Penyakit Sekarang : Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan
bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-
batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai
tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise,
demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardia dan takipnea.
Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk,
ekspektorasi dan rasa sakit dibawah sternum.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 27
c. Riwayat Penyakit Dahulu
i. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
ii. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
iii. Kaji adanya riwayat alergi pada pernafasan atas.
d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
i. B1 (Breath)
1. Sesak
2. Batuk
3. Penggunaan otot bantu pernafasan
4. Didapatkan bunyi resonan pada lapang paru
b. B2 (Blood)
e. Mengalami takikardi
1. Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis
2. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan
3. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.
f. B3 (Brain)
Ansietas
g. B4 (Bladder)
Apabila bronchitis tidak segera ditangani secara tepat dapat terjadi komplikasi pada
sistem bladder yaitu oliguria.
h. B5 (Bowel)
1. Klien biasanya mengalami muntah dan mual
2. Anoreksia dan penurunan berat badan.
i. B6 (Bone)
Malaise

2.3.2.2 Diagnosis
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal
b. Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder
bakteremia / viremia

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 28
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam
d. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik umum
e. Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit,prognosis penyakit yang berat
f. Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber
informasi

Intervensi
a. Diagnosis
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi mucus yang
kental, kelemahan, upaya batuk buruk, edema tracheal / faringeal
Tujuan : Kembali efektifnya bersihan jalan nafas
Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan batuk efektif, pernafasan klien normal (
16-20x/menit) tanpa ada penggunaan otot bantu nafas, dan bunyi nafas normal.
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri

Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, Penurunan bunyi nafas menunjukkan ateletasis,
irama, kedalaman, dan penggunaan otot bantu ronki menunjukkan akumulasi secret dan
nafas) ketidakefektifan pengeluaran sekresi yang
selanjutnya dapat menimbulkanpenggunaan
otot bantu nafasdan peningkatan kerja
pernafasan
Kaji kemampuan pasien mengeluarkan sekresi. Pengeluaran sangat sulit jika secret sangat
Lalu catat karakter dan volume sputum kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
Berikan posisi semi/fowler tinggi dan bantu adekuat)
klien nafas dalam dan batuk efektif Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
dan menurunkan upaya bernafas. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 29
meningkatkan gerakan secret ke jalan nafas
besar untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml / Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
hari kecuali tidak di indikasikan secret dan mengefektifan bersihan jalan nafas
Bersihkan secret dari mulut dan trachea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan suction diperlukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan secret. Eliminasi lendir dengan
suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit dengan
pengawasan efek samping suction
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

Obat antibiotic Pemberian antibiotic yang ideal berdasarkan


pada test uji resistensi bakteri terhadap
antibiotic sehingga mudah mengobati
bronchitis
Agen mulkolitik Agen mulkolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan secret paru untuk memudahkan
pembersihan
Bronchodilator Bronchodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trancheobronkhial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara

Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas


dengan hipoksemia dan bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan

b. Diagnosis
Hipertermi yang berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme sekunder
bakteremia / viremia

Tujuan : Suhu tubuh kembali ke batas normal

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 30
Kriteria hasil : Suhu tubuh dan tekanan darah dalam batas normal (36,50C -
37,50C), denyut nadi dan pernafasan dalam batas normal
Rencana Tindakan Rasional
Monitor status suhu secara periodic, kompres Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan
dingin di area kepala dan lipat ketiak dari sasaran yang diharapkan
Berikan perawatan mulut setiap 4 jam jika Bau yang tidak nyaman dapat mempengaruhi
sputum berbau busuk. Pertahankan kesegaran nafsu makan
ruangan
Rujuk kepada ahli diet untuk membantu Ahli diet adalah spesialisasi dalam ilmu gizi
memilih makanan yang dapat memenuhi gizi yang dapat membantu klien memenuhi
selama demam kebutuhan kalori dan kebutuhan gizi sesuai
dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, dan
berat badannya
Dukung klien untuk mengkonsumsi yang Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
tinggi kalori dan tinggi protein metabolism, intake protein, vitamin, mineral,
dan kalori yang adekuat penting untuk aktivitas
anabolic dan sintesis antibiotic
Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan
sering dan mudah dikunyah jika ada seseak lebih sedikit energy
nafas berat

c. Diagnosis
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap
demam

Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam setelah diberi tindakan keperwatan, intake
nutrisi klien terpenuhi

Kriteria hasil : Klien dapat mempertahankan status gizinya dari yang semula kurang
menjadi adekuat serta pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 31
Rencana Tindakan Rasional
Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat Menvalidasi dan menetapkan derajat masalah
badan, derajat penurunan berat badan, untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat
integritas mukosa oral, kemampuan menelah,
riwayat mual/muntah, dan diare
Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa Memperhitungkan keinginan individu dapt
yang disukai klien (sesuai indikasi) memperbaiki intake gizi
Pantau intake dan output, timbang berat badan Berguna dalam keefektifan intake gizi dan
secara periodic (seminggu sekali) dukungan cairan
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum Menurunkan rasa tak enak karena sisa
dan sesudah makan serta sebelum dan sesudah makanan, sisa sputum atau obat pada
intrvensi / perawatan per oral pengobatan system pernafasan yang dapat
merangsang pusat muntah
Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan
jumlah porsi kecil tapi sering dan energy besar serta menurunkan iritasi di
saluran cerna
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan Merencanakan diet dengan kandungan gizi
komposisi dan jumlah diet yang tepat yang cukup untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan energy dan kalori berhubungan
dengan status hipermetabolik klien
Kolaborasi untuk pemeriksaan laboraturium Menilai kemajuan terapi diet dan membantu
khususnya BUN, protein serum, dan albumin perencanaan intervensi selanjutnya
Kolaborasi untuk pemberian multivitamin Multivitamin bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan vitamin yang tinggi sekunder dari
peningkatan laju metabolise umum

d. Diagnosis
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik umum

Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan dan aktivitas sehari-hari

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 32
Kriteria hasil : Klien mendemostrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas
danklien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan lebih jauh tanpa
mengalami nafas tersengal-sengal, sesak nafas, dan kelelahan

Rencana Tindakan Rasional


Monitor frekuensi nadi dan nafas sebelum dan Mengidentifikasi kemampuan atau
sesudah beraktivitas penyimpangan dari sasaran yang diharapkan
Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan nafas Gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya
meningkat secara cepat dank lien mengeluh intoleransi aktivitas. Konsumsi oksigen
sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas meningkat jika aktivitas meningkat dan daya
secara berthahap untuk meningkatkan toleransi tubuh klien dapat bertahan lebih lama jika ada
waktu istirahat di antara aktivitas
Bantu klien dalam melakukan aktivitas sesuai Membantu menurunkan kebutuhan oksigen
dengan kebutuhannya. Beri klien waktu yang meningkat akibat peningkatan aktivitas
istirahat tanpa diganggu berbagai aktivitas
Pertahankan terapi oksigen selama aktivitas Aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan
dan lakukan tindakan pencegahan terhadap oksigen dan system tubuh akan berusaha
komplikasi terhadap imobilisasi jika klien menyesuaikannya. Keseluruhan system akan
dianjurkan tirah baring lama berlangsung dalam tempo yang lebih lambat
saat tidak ada aktivitas fisik (tirah baring).
Tindakan keperawatan yang spesifik dapat
meminimalkan komplikasi imobilisasi
Konsultasikan dengan dokter jika sesak nafas Hal tersebut dapat merupakan tanda awal dari
tetap ada atau bertambah berat saat istirahat komplikasi khususnya gagal nafas

e. Diagnosis
Cemas yang berhubungan dengan kondisi sakit,prognosis penyakit yang berat

Tujuan : Menurunnya tingkat kecemasan klien

Kriteria hasil : Klien terlihat mampu bernafas secara normal dan mampu
beradaptasi dengan keadaannya. Respon nonverbal klien tampak lebih rileks dan
santai.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 33
Rencana Tindakan Rasional
Bantu dalam mengidentifikasi sumber koping Pemanfaatan sumber koping yang ada secara
yang ada konstruktif sangat brmanfaat dalam mengatasi
stress
Pertahankan hubungan saling percaya antara Hubungan saling percaya membantu
perawat dank lien memperlancar proses terapeutik
Ajari tekhnik relaksasi Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan
Kaji factor yang menyebabkan rasa cemas Tindakan yang tepat diperlukan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi klien dan
membangun kepercayaan dalam mengurangi
kecemasan
Bantu klien mengenali dan mengakui rasa Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga
cemasnya apabila sudah teridentifikasi dengan baik, maka
perasaan yang mengganggu dapat diketahui

f. Diagnosis
Kurangnya pemenuhan informasi yang berhubungan dengan ketidakjelasan sumber
informasi

Tujuan : Klien mampu melaksankan apa yang telah diinformasikan

Kriteria hasil : Klien terlihat mengalami penurunan potensi menularkan yang


ditunjukkan oleh kegagalan kontak klien

Rencana Tindakan Rasional


Kaji kemampuan klien untuk mengikuti Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi
pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan oleh kesiapan fisik, emosional, lingkungan
umum, pengetahuan klien sebelumnya, dan yang kondusif
suasana yang tepat)
Jelaskan tentang dosis obat, frekuensi Meningkatkan partisipasi klien dalam program
pemberian, kerja yang diharapkan, dan alas an pengobatan dan mencegah putus obat karena
mengapa pengobatan bronchitis berlansung membaiknya kondisi fisik klien sebelum

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 34
dalam waktu lama jadwal terapi selasai
Ajarkan dan nilai kemampuan klien untuk Dapat menunjukkan pengaktivan ulsng proses
mengidentifikasi gejala /tanda reaktivitas penyakit dan efek obat yang memerlukan
penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, evaluasi lanjut
kesulitan bernafas, kehilangan bernafas)
Tekankan pentingnya mempertahankan intake Diet TKTP dan cairan yang adekuat memenuhi
nutrisi yang mengandung protein dan kalori peningkatan kebutuhan metabolic tubuh.
yang tinggi serta intake cairan yang cukup Pendidikan kesehatan tentang hal itu akan
setiap hari meningkatkan kemandirian klien dalam
perawatan penyakitnya

PENUTUP

Kesimpulan

Asma merupakan penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat reversibel dimana
saluran bronchi mengalami inflamasi atau peradangan dan hiperresponsif sehinggan terjadi
bronkospasme periodik yang menyebabkan klian kesulitan dalam bernafas.Sedangkan
bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang
bersifat patologis dan berjalan kronik. Bronkithis dibagi menjadi 2 yaitu bronkhitis akut dan
kronis.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 35
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Farmakologi FKUI. ( 1995 ). Farmakologi dan Therapy. Edisi Revisi.

Long, Barbara C.( 1996 ). Perawatan Medical BedahJilid 2.Bandung: Yayasan IAPR.

Mansjoer, Arif .( 1999). Kapita Selekta Kedokteran. (Ed 3). Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Price, A Sylvia. ( 1995 ). Pathofisiologi Clinical : Concept of Desease Proces.Alih Bahasa :


Peter Anugrah, Edisi 4, EGC, Jakarta.

Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam . ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. (Ed 3).
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Wilkinson, Judith M.(2002). Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa:
Widyawati dkk. Jakarta: EGC.

Wilkinson, Judith M.(2006). Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa :
Widyawati dkk. Jakarta: EGC.

Carpenito, Lynda Juall, Moyet. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa :
Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta: EGC.

Baratawidjaja, K. (1990).Asma Bronchiale. dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam,Jakarta : FK UI.

Brunner & Suddart. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : AGC.


Crompton, G. (1980).Diagnosis and Management of Respiratory Disease, BlacwellScientific
Publication.
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Crockett, Antony. (1997). Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta: Hipokrates.
Leafant, Claude. (2001). Asthma and Respiratory Infections. United States of America: Inc.
Rights Reserved.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 36
Reeves, Charlene j., Gayle Roux Robin Lockhart, dr. Joko Setyono. (2001). Keperawatan
Medikal Bedah Buku Satu.Jakarta:Salemba Medika.

www.saktyairlangga.wordpress.com Page 37

Anda mungkin juga menyukai