Batubara Sebagai Non Bahan Bakar Karbon
Batubara Sebagai Non Bahan Bakar Karbon
Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pemanfaatan
Batubara yang dibimbing oleh
Ir. Syahrul Effendy., M.T
Oleh :
KELOMPOK 4
Dimas Muhammad Furqon (061340411644)
Indah Nurcahyanti (061340411649)
Poppi Vamella Putri (061340411657)
Raden Innu Romi Fahlevi (061340411658)
Kelas : 5 EG.B
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
BATUBARA SEBAGAI NON BAHAN BAKAR (KARBON AKTIF DAN
REDUKTOR).
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
Teknologi Pemanfaatan Batubara yang telah membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu
setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua, Amin.
Palembang, November2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 3
BAB II ISI
2.1 Pemanfaatan Batubara...................................................................................... 4
2.2 Aplikasi Pemanfaatan Batubara Non Bahan Bakar....................................... 6
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 18
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pemanfaatan batubara sebagai sumber energi nasional harus segera dilakukan
mengingat pesatnya konsumsi energi nasional saat ini yang tidak dapat dipenuhi oleh
produksi minyak bumi dalam negeri. Pemanfaatan ini diharapkan tidak hanya dalam
bentuk bahan mentah tetapi batubara yang telah dinaikan nilai tambahnya (added
value). Batubara sebagai sumber energi primer memiliki kelebihan dibandingkan
dengan sumber energi lainya seperti minyak bumi kelebihan ini terletak pada bentuk
dari penggunaan batubara yang dapat digunakan dalam hal apa saja seperti listrik,
bahan bakar motor, dan gas kota. Selain dari pada itu cadangan yang tersedia masih
melimpah dan akan mampu bertahan sampai 100 tahun kedepan. Serta keterdapatan
dipasar global dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan minyak bumi.
Perkembangan teknologi pengunaan batubara serta kondisi cadangan dari
minyak bumi saat ini memungkinkan batubara kembali mengambil alih sumber energi
dunia seperti yang telah dilakukan saat revolusi industri di inggris pada abad ke-19
dengan ditemukannya mesin uap, sehingga batubara digunakan secara besar-besaran
namun dengan ditemukannya minyak bumi dengan harga yang murah serta nilai
kalori yang tinggi membuat dunia beralih ke minyak. Namun kali ini keadaan berbalik
ketersediaan minyak bumi serta penurunan produksi minyak dunia sudah mulai
dirasakan dengan berfluktuatifnya harga minyak dunia yang cenderung naik dan
diperkirakan produksi maksimal minyak terjadi pada tahun 2043 dan setelah itu
produksi minyak dunia mulai mengalami penurunan. Indonesia sendiri pun telah
mulai merasakan penurunan produksi minyak bumi dimana pada tahun 2008 keluar
dari organisasi eksportir minyak OPEC (Organization Of Petroleum Exporting
Countries) dan cenderung mengimpor minyak untuk menutupi kebutuhan dalam
negeri. Kelangkaan minyak bumi tidak dapat dihindari hal ini dikarenakan konsumsi
dan eksploitasi secara besar-besaran dan tidak ada sumber energi lain yang mampu
menstabilkan ketergantungan akan minyak bumi. Andaikan saja dunia mempunyai
pilihan sumber energi untuk bahan bakar motor maka laju kelangkaan minyak bumi
yang ditakuti saat ini dapat di hentikan sehingga keamanan energi dunia dapat
terpenuhi. Pilihan tersebut terdapat pada batubara, sumber energi ini diharapkan
mampu menghentikan laju kelangkaan minyak bumi dengan mengambil andil sebagai
1
sumber energi untuk listrik, bahan bakar motor, serta gas perkotaan.
Batubara berpotensi menggantikan minyak bumi sebagai sumber energi utama
dunia hal ini dikarenakan cadangan batubara yang melimpah dan mudah didapatkan
dipasar dunia serta keterdapatannya yang hampir tersebar merata diseluruh
dunia.Telah diperkirakan bahwa ada lebih dari 984 milyarton cadangan batu bara di
seluruh dunia. Hal ini berarti ada cadangan batu bara yangcukup untuk menghidupi
kita selama lebih dari 190 tahun. Batu bara berada di seluruh dunia, batu bara dapat
ditemukan di setiap daratan di lebihdari 70 negara, dengan cadangan terbanyak di
AS,Rusia, China dan India.(WCI, 2005) cadangan ini diperkirakan akan terus
bertambah karena banyaknya ditemukan cadangan-cadangan baru didaerah yang
belum dieksplorasi. Indonesia sendiri juga memiliki potensi yang besar terhadap
batubara tercatat pada tahun 2008 cadangan batubara indonesia mencapai 65,4 milyar
ton (DESDM, 2008 dalam Hasjim, 2010). Cadangan ini diperkirakan akan terus
melonjak naik dan tercatat saat ini cadangan batubara indonesia mencapai kurang
lebih 104,8 milyar ton(Sumber Daya Geologi, 2007 dalam Datin, 2010). Keadaan ini
akan mampu menghidupkan listrik indonesia 100 tahun yang akan datang.
Pemanfaatan batubara sebagai energi utama nasional sudah digalakan oleh pemerintah
dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No. 5 Mengenai Bauran Energi Nasional
tercatat bahwa pada tahun 2025 penggunaan batubara sebesar 33%, penggunaan ini
diutamakan untuk listrik sedangkan untuk gas kota dan transportasi masih
mengutamakan gas dan minyak bumi.
Penggunaan batubara saat ini tidak hanya digunakan untuk listrik namun dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti gas kota, briket untuk rumah tangga
dan industri menengah serta bahan bakar minyak sintetik yang dapat digunakan untuk
sumber energi bagi motor. Pemanfaatan batubara dengan meningkatkan kadar atau
nilai pada batubara untuk berbagai keperluan sangat perlu dilakukan karena
mengingat kondisi cadangan batubara indonesia berdasarkan kualitasnya 24%
termasuk batubara peringkat rendah, 60% peringkat sedang, dan 15% peringkat tinggi
serta hanya 1% yang termasuk peringkat sangat tinggi(Hasjim, 2010). Untuk
peringkat rendah sampai sedang akan menimbulkan masalah jika dibakar secara
langsung untuk pembangkit tenaga listrik maka kualitas rendah sampai sedang baik
untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi batubara cair, gas kota, dan kokas. Sedangkan
untuk batubara peringkat tinggi sampai sangat tinggi sangat baik untuk pembakaran
secara langsung untuk pembangkit listrik serta industria baja dan semen. Peningkatan
2
nilai tambah atau kualitas batubara sesuai pula dengan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang memiliki 3 (tiga) misi
yang menjadi fokus utamanya, yaitu: 1. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai
nilai proses produksi serta distribusi dari pengelolaan aset dan akses (potensi) SDA,
geografis wilayah, dan SDM, melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi
dan sinergis di dalam maupun antar-kawasan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. 2.
Mendorong terwujudnya peningkatan efsiensi produksi dan pemasaran serta integrasi
pasar domestik dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan perekonomian
nasional. 3. Mendorong penguatan sistem inovasi nasional di sisi produksi, proses,
maupun pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovaton-driven ekonomi. Peningkatan nilai tambah atau kualitas batubara yang
ingin dikembangkan pada makalah ini merupakan pemanfaatan batubara kualitas
rendah sampai sangat tinggi untuk menghasilkan batubara cair, gas kota(metana),
pembangkit listrik, serta briket. Teknologi pemanfaatan batubara saat ini cenderung
menghasilkan satu produk saja seperti hanya untuk pembangkit listrik, batubara cair,
gas kota, atau briket. Namun dengan teknologi yang akan dikembangkan ini
diharapkan pemanfaatan batubara dari berbagai kualitas dapat digunakan untuk
berbagai keperluan.
1. 2. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan pemanfaatan batubara ?
2. Apa saja aplikasi pemanfaatan batubara sebagai non bahan bakar ?
3. Apa yang dimaksud dengan karbon aktif ?
4. Apa yang dimaksud dengan reduktor batubara ?
1. 3. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian pemanfaatan batubara
2. Dapat mengetahui aplikasi pemanfaatan batubara sebagai non bahan bakar.
3. Dapat menjelaskan pemanfaatan batubara non bahan bakar sebagai reduktor.
4. Dapat menjelaskan pemanfaatan batubara non bahan bakar sebagai karbon
aktif.
BAB II
ISI
A. Karbon Aktif
Karbon aktif adalah suatu material karbon amorf yang memiliki luas
permukaan antara 300-2000 m2/gram . Luas permukaan yang besar ini terdapat
dalam struktur pori-pori yang memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi gas, uap,
ataupun material yang terlarut dan atau terdispersi dalam cairan (Kirk Otmer, 1972).
Karbon aktif dibuat dari material yang mengandung komponen karbon yang
besar. Pembuatan Karbon aktif akan memiliki karakterisasi kondisi operasi
pembuatan yang tertentu pada berbagai bahan baku yang digunakan. Penelitian
penggunaan batubara sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif, telah banyak
5
digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, batubara Indonesia
potensial untuk dikembangkan sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif.
Struktur pori dari karbon aktif selalu mengandung mikropori, mesopori dan
makropori. Masing-masing pori ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses
penyerapan. Mesopori mempunyai fungsi menangkap bahan yang diserap dan
sebagai jalan masuk menuju mikropori. Makropori mempunyai fungsi mempercepat
molekul-molekul adsorbat menuju poro-pori lebih kecil yang terletak lebih dalam.
Sedangkan pori-pori yang paling berperan pada adsorbsi adalah jenis mikropori.
1. Makropori
Jari-jari : 25 nm
Volume pori : 0,2 0,5 cm3/ g
Luas permukaan : 0,5 2 m3/ g
Fungsi : sebagai pintu masuk ke karbon aktif
2. Mesopori
Jari-jari : 1 - 25 nm
Volume pori : 0,02 0,05 cm3/ g
Luas permukaan : 1 100 m3/ g
Fungsi : sebagai sarana transportasi
3. Mikropori
Jari-jari : < 1 nm
Volume pori : 0,15 0,5 cm3/ g
Luas permukaan : 100 1000 m3/ g
Fungsi : sebagai adsorpsi (Smisek and Cerny, 1970).
Bentuk Karbon Aktif - Ada 3 (tiga jenis) bentuk karbon aktif yang terbuat dari
tempurung kelapa yang banyak dipasaran yaitu:
1. Serbuk
2. Granular
3. Pellet
6
Bentuk Karbon Aktif
Karbon aktif berbentuk serbuk dengan ukuran lebih kecil dari 0,18 mm.
Terutama digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas. Digunakan pada industri
pengolahan air minum, industry farmasi, terutama untuk pemurnian monosodium
glutamate, bahan tambahan makanan, penghilang warna asam furan, pengolahn
pemurnian jus buah, penghalus gula, pemurnian asam sitrtat, asam tartarikk,
pemurnian glukosa dan pengolahan zat pewarna kadar tinggi.
Karbon aktif bentuk granular/tidak beraturan dengan ukuran 0,2 -5 mm. Jenis
ini umumnya digunakan dalam aplikasi fasa cair dan gas. Beberapa aplikasi dari
jenis ini digunakan untuk: pemurnian emas, pengolahan air, air limbah dan air
tanah, pemurni pelarut dan penghilang bau busuk.
Tahap Oksidasi
7
Tahap oksidasi adalah tahap yang sangat menentukan dalam pembentukan
struktur pori-pori pada pembuatan karbon aktif. Pada tahap ini karakteristik
plastik dari batubara dihilangkan dan mencegah pembentukan struktur karbon
anisotropik yang memiliki karakteristik struktur pori-pori karbon aktif yang jelek.
Pada tahap oksidasi ini juga dimulai proses devolatlisasi, dimana membantu
proses penghilangan hidrokarbon alifatik, karbon yang tidak terorganisasi, dan tar.
Tahap ini dilakukan pada temperatur 200-300 oC dengan dialiri udara selama 1-4
hari (Pis dkk, 1998).
Tahap Karbonisasi
Salah satu tahap dalam proses pembuatan karbon aktif adalah karbonisasi
bahan dasar, yaitu proses dekomposisi termal dengan menggunakan gas pirolisis.
Pada tahap karbonisasi zat-zat volatil dihilangkan. Hidrogen, oksigen, dan
hidrokarbon yang tidak terorganisir akan menguap karena dekomposisi pirolisis
bahan baku. Karbon akan terakumulasi membentuk ikatan antar sesamanya
membentuk kristal dengan struktur kristal grafit elementer. Proses karbonisasi ini
dipengaruhi oleh temperatur dan lama waktu peresapan, serta karakter dari bahan
baku (Edward dan Cook, 1972). Milansmisek (1970) menjelaskan bahwa saat
karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi penghilangan air (dehidrasi),
perubahan organik menjadi unsur karbon dan dekomposisi tar sehingga pori-pori
o
arang menjadi lebih besar. Pada suhu pemanasan sampai 170 C terjadi
penghilangan air, pada suhu sekitar 275 oC terjadi dekomposisi batubara dan
terbentuk hasil seperti tar, metanol, fenol dan lain-lain. Hampir 80 % unsur karbon
diperoleh pada suhu 400 oC 600 oC.
Tahap Aktivasi
Dasar dari proses aktivasi adalah memperesar ukuran pori-pori yang telah
terbentuk pada tahap karbonisasi, serta pembentukan pori-pori baru. Proses
aktivasi dibadi menjadi dua tahapan. Tahap pertama adalah menghilangkan karbon
yang tidak terorganisasi, dan sisa tar yang ada dalam pori-pori yang tidak hilang
pada tahap karbonisasi karena temperatur yang rendah. Karbon yang tidak
terorganisasi dan tar terdevolatilisasi bersama dengan gas pengaktif sehingga
permukaan karbon aromatik (permukaan luar dan permukaan pori-pori) bisa
8
kontak langsung dengan gas pengaktif. Pada tahap kedua, permukaan karbon
aromatrik yang telah terekspos terbakar oleh gas pengaktif sehingga pori-pori
membesar, dan disertai dengan pembentukan pori-pori baru.
9
Adsorpsi secara umum adalah proses penggumpalan substansi terlarut
(soluble) yang ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap,
dimana terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya.
Definisi lain menyatakan adsorpsi sebagai suatu peristiwa penyerapan pada
lapisan permukaan atau antar fasa, dimana molekul dari suatu materi terkumpul
pada bahan pengadsorpsi atau adsorben.
Adsorben ialah zat yang melakukan penyerapan terhadap zat lain (baik cairan
maupun gas) pada proses adsorpsi. Umumnya adsorben bersifat spesifik, hanya
menyerap zat tertentu. Dalam memilih jenis adsorben pada proses adsorpsi,
disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi.
Proses adsorpsi arang aktif dapat digambarkan sebagai molekul yang
meninggalkan zat pengencer yang terjadi pada permukaan zat padat melalui
ikatan kimia maupun fisika. Molekul tersebut digunakan sebagai adsorbat dan zat
padat disebut adsorben arang aktif. Adapun adsorpsi yang terjadi pada arang aktif
dapat bersifat :
1. Adsorpsi Fisika
Adsorpsi fisika terjadi berdasarkan ikatan fisika antara zat-zat dengan
arang aktif dalam keadaan suhu rendah dengan penyerapan relative kecil.
2. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi berdasarkan ikatan kimia antara adsorben (arang
aktif) dengan zat-zat teradsopsi. Dijelaskan pula bahwa bahan dalam
larutan yang bersifat elektrolit akan diserap lebih efektif dalam suasana
basa oleh arang aktif. Sedangkan bahan dalam larutan yang bersifat non
elektrolit penyerapan arang aktif tidak dipengaruhi oleh sifat keasaman
atau sifat kebasaan larutan.
Dalam hal ini, ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi,
yaitu :
10
Sifat serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus
fungsi, ikatan rangkap, dan struktur rantai dari senyawa serapan.
Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk mengamati temperatur
pada saat berlangsungnya proses. Faktor yang mempengaruhi temperatur
proses adsorpsi adalah viskositas dan stabilitas senyawa serapan. Jika
pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi
perubahan warna maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada
titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur
kamar atau bila memungkinkan pada temperatur yang lebih rendah.
pH (derajat keasaman)
Untuk asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH
diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan
karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya apabila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
penambahan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.
Waktu singgung
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding
terbalik dengan jumlah arang yang digunakan.
Selisih ditentukan oleh dosis arang aktif, pengadukan juga
mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan dimaksudkan untuk memberi
kesempatan pada partikel arang aktif untuk bersinggungan dengan
senyawa serapan.
Secara garis besar penyerapan arang aktif terhadap zat yang terlarut
adalah:
1. Zat teradsorpsi berpindah dari larutannya menuju lapisan luar dari
adsorben (arang).
11
2. Zat teradsorpsi diserap oleh permukaan arang aktif.
3. Zat teradsorpsi akhirnya diserap oleh permukaan dalam atau permukaan
porous arang.
Adapun secara umum faktor yang menyebabkan adanya daya serap dari
arang aktif adalah :
1. Adanya pori-pori mikro yang jumlahnya besar pada arang aktif sehingga
menimbulkan gejala kapiler yang menyebabkan adanya daya serap.
2. Adanya permukaan yang luas (300 3500 cm2/gram) pada arang aktif
sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang besar.
JENIS PERSYARATAN
a. Gel Silika
Merupakan bahan yang terbuat dari add treatment dari larutan sodium
silikat yang dikeringkan. Luas permukaanya 600-800 m2/g dengan diameter
pori antara 20-50. Gel silika cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas
dehidrat dan untuk memisahkan hidrokarbon.
b. Alumina Aktif
Alumina aktif cocok digunakan untuk mengadsorpsi gas kering dan
Liquid. Luas permukaannya 200-500 m2/g dan diameter porinya 20-140.
12
B. Reduktor Batubara
Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan besi baja, besi yang
terkandung dalam bijih besi harus dipisahkan dari oksigen dan pengotor yang
mengikatnya. Proses penghilangan oksigen dan pengotor bijih besi disebut proses
reduksi bijih besi. Proses reduksi bijih besi secara umum terbagi atas dua metode
yaitu reduksi langsung (direct reduction) dan reduksi tidak langsung (indirect
reduction). Proses reduksi bijih besi secara tidak langsung dilakukan dalam blast
furnace dengan reduktor berupa kokas batubara atauchar dengan temperatur di atas
titik lebur besi dengan produk berupa lelehan logam Fe yang selanjutnya
diumpankan ke dalam BOF (Basic Oxygen Furnace) dan sebagian kecil akan
dicetak menjadi pig iron.
Proses reduksi langsung merupakan proses pemisahan Fe dari oksigen dengan
reduktor berupa padatan seperti batubara atau gas alam (CH4). Proses reduksi
langsung dilakukan di bawah titik lebur sehingga produk yang dihasilkan dalam
bentuk padatan (besi spons).[Sun. S., 1997]. Jadi untuk reduktor batubara ini
digunakan dalam proses reduksi bijih besi.
13
[Biswas., 1981]. Persamaan (1), (2) dan (3) merupakan contoh persamaan reduksi
langsung.
14
sebagai reduktornya.
Adapun syarat batubara sebagai reduktor berdasarkan proximate analysis
adalah sebagai berikut [Patnaik. N. K., 2000]:
1. Kadar fixed carbon berkisar antara 30-50%.
2. Mempunyai kadar volatile matter 26-32%.
3. Kadar abu kurang dari 20%.
4. Moisture berkisar antara 3-20%.
Batu bara peat dan lignite jarang digunakan dalam industri metalurgi.
Umumnya digunakan untuk bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan industri
gas. Anthracite jarang didapat dan harganya mahal. Umumnya digunakan sebagai
carburizing dan deoxydizing agent. Bituminous coal adalah jenis yang paling
penting, karena merupakan bahan baku utama pembuatan kokas metalurgi
(Metallurgical Coke).
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Sarangi, A., Sarangi, B., 2011, Sponge Iron Production in Rotary kiln, Eastern Economy
Edition, PHI Learning Private limited, New Delhi.
Tupkary, R. H., Tupkary, V. R., 2007, An Introduction To Modern Iron Making, Third
Edition, Khanna Publishers, Nath Market, nai Sarak, Delhi.
Ardra. 2011. Proses Reduksi Bijih Besi, Pembuatan Sponge Besi Pada Rotary Kiln, Tanur
Putar.http://ardra.biz/sain-teknologi/mineral/pengolahan-mineral/proses-reduksibijih-
besi-pembuatan-sponge-besi-pada-rotary-kiln-tanurputar/.Diakses 7 November 2015.
17