Anda di halaman 1dari 7

Thiopental merupakan anestesi umum golongan barbiturat.

Indikasi:
Induksi dan maintenance anestesi, seizure akibat pemberian anestesi
inhalasi atau lokal dan seizure yang diakibatkan banyak etiologi, mengatasi
peningkatan tekanan intrakranial, narcoanalysis, dan sedasi pada anak.
Mekanisme kerja: Meningkatkan aktivitas GABA dengan
meningkatkan hambatan transmisi sinaptik yang dimediasi oleh reseptor
GABAA. Thiopental menunjukkan aktivitas antikonvulsan. Dapat menurunkan
laju metabolik otak (yang diukur adalah CMRO2, cerebral metabolic rate for
oxygen), penurunan CMRO2 mungkin diakibatkan oleh penurunan aliran darah
otak dan tekanan intrakranial.
Dosis dan pemberian: Sebelum menggunakan thiopental,
direkomendasikan untuk pemberian test dose sebesar 25-75 mg (1-3 mL
larutan 2.5%), kemudian pasien diobservasi selama 60 detik untuk
mendeteksi adanya reaksi sensitivitas dan menilai toleransi. Perlu dilakukan
penurunan dosis thiopental pada pasien yang sensitif. Bila terjadi anestesia
yang dalam atau depresi napas, pertimbangkan faktor selain dari sensitivitas
(misal pemberian premedikasi berlebih, tidak menggunakan larutan dengan
konsentrasi berlebih). Pasien dapat menerima premedikasi (misal
benzodiazepin untuk mengurangi kecemasan dan membuat anterograde
amnesia, barbiturat lain untuk mengurangi kecemasan dan membuat sedasi)
tepat sebelum pemberian thiopental sebagai induksi anestesi. Antikolinergik
(misal atropin, scopolamin) juga dapat digunakan (untuk menekan reflek
vagal dan menghambat sekresi). Efek puncak obat premedikasi harus
tercapai sebelum induksi IV.
Thiopental diberikan secara injeksi intravena langsung atau infusi
intravena kontinyu. Untuk mengurangi nyeri pada bagian yang diinjeksi,
thiopental harus diinjeksikan secara perlahan pada pembuluh darah besar,
serta pasien dapat pula diberikan anestesi lokal atau agonis opiat tepat
sebelum induksi. Rekonstitusi untuk infusi intravena: Serbuk injeksi
direkonstitusi dengan NaCl 0.9% atau D5% untuk mencapai konsentrasi 0,2-
0,4%. Laju pemberian: Injeksi intravena langsung: berikan perlahan untuk
mengurangi depresi napas dan kemungkinan overdosis.
Thiopental tersedia dalam bentuk garam, yaitu thiopental sodium.
Dosis dalam bentuk garam. Respon individu terhadap thiopental bervariasi.
Oleh karena itu, pemberian thiopental didasarkan pada kebutuhan dan
respon individu, usia, berat badan, jenis kelamin, status fisik dan klinis,
kondisi patologi (misal syok, obstruksi usus, malnutrisi, anemia, terbakar,
uremia, alcoholism), serta tipe dan jumlah premedikasi atau obat lain yang
digunakan. Pasien anak relatif memerlukan dosis lebih besar daripada lansia.
Perlu dilakukan penurunan dosis pada neonatus karena penurunan protein
binding dan penurunan klirens.
Dosis untuk anak:
Induksi anestesi pada infant: 7-8 mg/kg diberikan selama 20-30 detik
(dosis ini diestimasikan pada individu yang sehat serta harus dititrasi
untuk mencapai efek klinis.
Seizure: Dosis awalnya sebesar 1 mg/kg, dilanjutkan dengan infusi
intravena kontinyu dengan dosis 10-120 mcg/kg per menit.
Mengatasi peningkatan tekanan intrakranial yang berkaitan dengan
trauma. Anak usia 3 bulan hingga 15 tahun: Dosis awalnya sebesar 5-10
mg/kg, kemudian dilanjutkan infusi intravena kontinyu sebesar 1-4 mg/kg
per jam. Laju infusi yang lebih cepat hingga 7-12 mg/kg per jam telah
dipertahankan hingga 8-10 hari.
Berikut ini dosis thiopental untuk sedasi, yang didasarkan pada berat
badan dan usia pasien.
Usia anak Dosis
<6 bulan 50 mg/kg
6 bulan 1 tahun 35 mg/kg
>1 tahun 25 mg/kg (max. 700 mg)
Dosis untuk dewasa:
Beberapa klinisi mengestimasikan dosis yang diperlukan harus diturunkan
10% tiap dekade pada usia 20-80 tahun. Laki-laki dewasa biasanya
memerlukan dosis lebih besar daripada perempuan dewasa.
Induksi dan maintenance anestesi: Dosis awalnya 50-75 mg (2-3 mL
larutan 2.5%), biasanya diberikan selama 20-40 detik, bergantung pada
respon pasien. Tambahan dosis 25-50 mg dapat diberikan bila perlu.
Untuk maintenance: injeksi intermittent atau infuse intravena kontinyus
larutan 0,2-0,4% dapat diberikan.
Seizure: 75-125 mg (3-5 mL larutan 2.5%) diberikan sesegera mungkin
setelah muncul seizure.
Seizure akibat pemberian anestesi lokal: 125-250 mg diberikan selama 10
menit. Dosis thiopental bergantung pada jumlah anestesi lokal yang
digunakan dan karakteristik seizure yang dialami.
Status epileptikus general tonic-clonic: Dosis awalnya 5 mg/kg diberikan
secara intravena selama 30 menit, kemudian dilanjutkan dengan infuse
intravena kontinyus dengan dosis 1-3 mg/kg tiap jam selama 12 jam
setelah seizure.
Mengatasi peningkatan tekanan intrakranial yang berkaitan dengan
trauma kepala: infuse intravena dosis rendah (0.5-3 mg/kg per jam)
diberikan dengan kombinasi obat lain (misal dihidroergotamin, metoprolol,
klonidin).
Narcoanalysis: pasien biasanya menerima antikolinergik tepat sebelum
test dose thiopental. Thiopental diberikan dengan laju 100 mg/menit (4
mL/menit larutan 2.5%).
Populasi khusus: Pasien dengan perburukan fungsi hepar atau ginjal:
secara umum tidak direkomendasikan penggunaan thiopental, namun bila
diperlukan, harus diturunkan dosis dan laju pemberiannya. Pasien obesitas:
dosis yang diperlukan proporsinya sesuai dengan berat badan. Dosis
thiopental harus disesuaikan dengan lean body weight. Penurunan dosis dan
laju pemberian dilakukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular yang
parah, hipotensi atau syok, status asmatikus, dan dalam kondisi yang
mungkin dapat memperlama efek hipnotik (misal premedikasi yang
berlebihan, Addison's disease, myxedema, peningkatan konsentrasi BUN,
anemia yang parah, asma, dan myasthenia gravis).
Kontraindikasi:
Hipersensitivitas dengan barbiturat
Paien yang pembuluh darahnya tidak dapat diberikan obat secara
intravena
Riwayat acute intermittent porphyria atau porphyria variegate karena
thiopental mengganggu metabolisme porphyrin.
Farmakodinamik:
Efek pada sistem pernapasan dan kardiovaskular: dapat menyebabkan
depresi napas. Tiopental dapat menekan respon ventilatory terhadap
rangsangan CO2 atau menurunkan volume tidal. Overdosis thiopental dapat
menyebabkan apnea dan hipoventilasi. Laryngospasme dan bronkospasme
dapat terjadi karena insersi premature oral airways atau endotracheal tubes.
Dapat menyebabkan depresi otot jantung, aritmia jantung, peningkatan
detak jantung, depresi sirkulasi, vasodilatasi, dan hipotensi.
Efek lokal: pada bagian yang diijeksi, pemebrian secara intravena dapat
menyebabkan rasa nyeri, thrombosis vena, phlebitis, dan thrombophlebitis.
Ekstravasasi dapat menyebabkan iritasi jaringan perivaskular.
Reaksi hipersensitivitas: dapat menyebabkan anafilaktik atau anafilaktoid
dan rekasi hipersensitivitas serius yang lain (misal urtikaria, flushing,
dan/atau rash), bronkospasme, vasodilatasi, hipotensi, edema, angioedema,
syok, hingga kematian.
Populasi khusus: Pregnancy kategori C, terdistribusi kedalam kolostrum dan
ASI. Farmakologi thiopental pada infant dan anak mirip dengan orang
dewasa, namun farmakokinetiknya mungkin berbeda pada neonates dan
infant yang muda. Pada pasien geriatri, klirensnya menurun. Pada pasien
dengan perburukan fungsi hepar atau ginjal, efek hipnotik mungkin
memanjang.
Efek samping: depresi napas, depresi otot jantung, aritmia jantung,
batuk, bronkospasme, laryngospasme.
Interaksi obat:
Obat Interaksi Komentar
Aspirin Thiopental dapat didesak oleh
aspirin dari binding sites.
Pernah dilaporkan terjadi efek
hipnotik.
Pemberian clonidine 2.5 atau
Beberapa klinisi
5 mg tepat sebelum induksi
merekomendasikan untuk
anestesi, menurunkan dosis
Klonidin menurunkan dosis
thiopental yang diperlukan,
thiopental bila psien
menjadi sekitar berturut-turut
mendapat klonidin.
25-37%.
Tiopental dapat memberi efek
Penekan SSP (misal
tambahan penekan SSP.
sedatif, hipnotik, Diperlukan adjustment
Premedikasi dengan penekan
opiat, nitrous dosis thiopental.
SSP dapat meningkatkan efek
oxide, alkohol)
hipnotik thiopental.
Pemberian metoklopramid
tepat sebelum induksi
Metoklopramid anestesi dapat menurunkan
dosis thiopental yang
diperlukan.
Dosis thiopental
diturunkan 15% pada
Dapat meningkatkan efek
Midazolam pasien yang meneriman
hipnotik.
midazolam IM sebagai
premedikasi.
Dapat meningkatkan efek
Phenothiazines
hipnotik. Penggunaan
(misal
berasama klorpromazin dan
klorpromazin,
thiopental dilaporkan
promethazin)
memperlama waktu tidur.
Thiopental dapat didesak oleh
Dilakukan penurunan
Probenecid probenesid dari binding sites.
dosis thiopental.
Memperlama efek hipnotik.
Farmakokinetik:
Absorpsi:
Onset of action: Pemberian secara intravena pada dosis lazim (2.5-5
mg/kg) pada dewasa, hypnosis, atau tidak sadar adalah 10-40 detik,
dengan maksimal efek terjadi mulai 1 menit.
Duration of action: Pemberian secara intravena pada dosis lazim (2.5-5
mg/kg) pada dewasa, durasi anestesi berkisar 5-8 menit.
Distribusi: Pemberian secara intravena, thiopental secara cepat
terdistribusi ke semua jaringan dan cairan, dengan konsentrasi tertinggi
pada otak dan hepar. Thiopental secara cepat berpenetrasi melalui sawar
darah otak, laju pemasukan ke otak hanya dibatasi oleh laju aliran darah
ke otak. Thiopental melewati plasenta dan terdistribusi ke darah fetal dan
pembuluh darah umbilikal. Thiopental terdistribusi ke dalam ASI,
kolostrum-plasma dengan rasio 0.67-0.68 terlapor pada jam ke-4 dan 9
jam setelah induksi anestesi.
Ikatan dengan protein plasma: 80% (utamanya dengan albumin). Pada
neonates, ikatan dengan plasma protein menurun.
Metabolisme: Thiopental utamanya dimetabolisme di hepar oleh sistem
enzim CYP. Melalui desulfurasi, thiopental menjadi pentobarbital,
metabolit aktifnya. Baik thiopental maupun pentobarbital, melalui
oksidasi dan hidroksilasi menjadi berturut-turut metabolit asam
karboksilat dan alkohol, yang merupakan metabolit inaktif.
Eliminasi: Diekskresi utamanya melalui urine sebagai metabolit inaktif,
dengan sejumlah kecil sebagai unchanged drug.
Waktu paruh: Pemberian secara intravena dosis kecil, konsentrasi
menurun dalam monoexponential (orde satu) dengan waktu paruh
eliminasi sekitar 3-22 jam. Pemberian secara intravena bolus, konsentrasi
dalam triexponential. Pada orang dewasa, rerata waktu paruh plasma
pada awal fase distribusi dan fase distribusi lambat berturut-turut 1.7-
13.2 dan 39.5-161.4 menit. Pada konsentrasi tinggi, farmakokinetikanya
dikarakterisasi oleh kinetika Michaelis-Menten, dengan waktu paruh
eliminasi orde ke satu sebesar 9.7-49.4 jam. Pada pasien anak usia 5
bulan sampai 13 tahun, waktu paruh eliminasi sekitar 6 jam. Pada
neonatus, waktu paruh eliminasi meningkat 2 kali lipat dibanding ibunya
menjadi sekitar 15 jam.
Stabilitas; Serbuk injeksi disimpan pada suhu 15-30C. Thiopental
inkompatibel dengan larutan atau obat asam. Berikut daftar larutan yang
kompatibel dan inkompatibel dengan thiopental:
Kompatibel
Alkohol 5%, dekstrosa 5%
Dextran 6% dalam dekstrosa 5%
Dextran 6% dalam sodium klorida 0.9%
Dekstrosa 2.5% dalam sodium klorida 0.45 atau 0.9%
Dekstrosa 5% dalam sodium klorida 0.225 atau 0.45%
Dekstrosa 2.5 atau 5% dalam air
Larutan multielektrolit
Normosol R
Sodium klorida 0.45 atau 0.9%
Sodium laktat (1/6) M

Inkompatibel
Kombinasi injeksi dekstrosa-Ringer
Kombinasi injeksi dekstrosa-Ringer laktat
Dekstrosa 5% dalam injeksi Ringer laktat
Dekstrosa 10% dalam sodium klorida 0.9%
Dekstrosa 10% dalam air
Fruktosa 10% dalam sodium klorida 0.9%
Fruktosa 10%
Fruktosa 10% dalam air
Invert sugar 5 and 10% dalam sodium klorida 0.9%
Invert sugar 5 and 10% dalam air
Produk ionosol
Larutan normosol (kecuali R)
Injeksi Ringer
Injeksi Ringer laktat

Anda mungkin juga menyukai