Anda di halaman 1dari 6

HARD SYSTEM

METHODOLGY
Oleh

Marsilia

NIM: 201301012
HARD SYSTEM METHODOLOGY

A. Pendahuluan
Daellenbach (2005) membagi penyelesaian masalah dan
peluang dengan system thinking menggunakan berbagai teknik yang
dapat dibagi menjadi Hard System Methodology dan Soft Sytem
Methodology (SSM).

Hard System (HS) melibatkan komputasi yang kompleks,


model yang relatif baku, simulasi, sering menggunakan komputer
dan teknik yang digunakan dalam riset operasi atau management
science, Hard System berfokus pada metoda sehingga menjawab
pertanyaan bagaimana, bagaimana melakukan pengembangan dan
analisis agar mencapai yang terbaik dengan menguji opsi yang
dipilih. Metodologi Hard System (HSM) memiliki tujuan eksplisit,
cenderung kuantitatif, diatur oleh aturan baku dan sangat berguna
untuk masalah yang benar-benar dapat dikuantifikasi. Namun
demikian, di sisi lain HSM tidak dapat dengan mudah (atau bahkan
tidak bisa) memperhitungkan variabel unquantifiable (pendapat,
budaya, politik, dll) dan cenderung memperlakukan manusia sebagai
bagian dari masalah bukan pelaku/aktor. Karenanya, seringkali
pendekatan ini dianggap terlalu kaku dan tidak mencerminkan
kondisi nyata. Hal ini memunculkan metodologi SSM yang
dikembangkan oleh para pakar HSM seperti Peter Checkland

Metodologi Soft System (SSM) digunakan untuk mengatasi


sistem yang lebih kompleks dan melibatkan aspek yang sulit diukur.
Hal ini dikarenakan dalam SSM dimensi yang dikaji lebih luas dan
meliputi aspek dimensi manusia yang kompleks seperti aspek
sosiologis politis dll yang mempengaruhi elemen dalam sistem dan
sistem itu sendiri. SSM berguna untuk memahami motivasi, sudut
pandang, dan interaksi tetapi di sisi lain tidak memberikan jawaban
yang eksak dan terukur. Berkebalikan dengan HSM yang fokus pada
tools atau pada bagaimana soft system berfokus pada pertanyaan
yang lebih fundamental "Apa?".
B. Hard System Methodology
Hard System Methodology adalah pendekatan penyelesaian
dengan sistem dalam kondisi:

1 Masalah telah didefinisikan secara jelas, menyiratkan bahwa


Tujuan pembuat keputusan diketahui dan terdapat kriteria
untuk memastikan ketika mereka telah tercapai,
Jika ada tujuan yang saling bertentangan, trade-off dapat
didefinisikan,
Alternatif tindakan yang dikenal, baik sebagai daftar pilihan
atau set variabel keputusan,
Kendala pada pilihan keputusan diketahui, dan
Input data yang diperlukan tersedia;
2 Masalah relatif terstruktur dengan baik, yang berarti bahwa
Hubungan antara variabel yang berkorelasi,
Perilaku sistem dapat ditangkap dalam model matematika, dan
Upaya komputasi untuk menentukan solusi layak secara
ekonomi;
3 Masalah dapat terisolasi cukup baik dari sistem yang lebih luas.
4 Optimalisasi tujuan, bila memungkinkan adalah ideal.
5 Masalahnya bersifat teknis tanpa politik; orang terutama dilihat
sebagai objek pasif.
6 Jika ada beberapa pemangku kepentingan, konsensus dapat
dicapai dari semua aspek yang mempengaruhi seberapa baik
tujuan dapat dicapai.
7 Pembuat keputusan memiliki kekuatan dan otoritas untuk
menerapkan 'solusi' atau menegakkan pelaksanaan melalui rantai
hirarki komando.

Meskipun dalam prakteknya tidak semua sifat ini


memuaskan untuk masalah tertentu, pendekatan HSM mungkin
masih memberikan masukan dan pandangan berharga untuk pembuat
keputusan, asalkan sifat perkiraan dan asumsi cukup mendekati
kenyataan sehingga hasil kuantifikasi dapat memberikan implikasi
yang jelas dan dipahami serta dapat diimplemetasikan

Secara khusus, Dalam HSM, masalah yang muncul tidak


dapat sepenuhnya tersaji dalam bentuk yang terdefinisikan dengan
baik dan siap untuk dibangun menjadi sebuah model matematika.
Seringkali perlu dilakukan ekstraksi dan identifikasi dari situasi
masalah yang ada, diterjemahkan dalam model konseptual yang
lebih mudah dipahami agar siap dikembangkan dalam bentuk model
matematika.

Dengan paparan kondisi tersebut, setiap proyek HSM perlu


melewati tiga fase utama: (1) perumusan masalah atau masalah
scoping, (2) pemodelan masalah, dan (3) pelaksanaan rekomendasi.
Setiap fase terdiri dari beberapa langkah. Hal ini digambarkan pada
Error: Reference source not found yang juga menunjukkan proses
dalam HSM bukan merupakan proses linear satu arah, dimulai
dengan 'meringkas masalah situasi' dan berakhir di 'menindaklanjuti
penerapan solusi'.

Pada prakteknya,Langkah dilakukan secara berulang-ulang


(iteratif) yang membuat kita mungkin harus kembali ke fase
sebelumnya atau menyusun ulang langkah-langkah untuk mengatasi
kesulitan yang tak terduga, mengisi atau memperbaiki kelalaian yang
ditemukan pada tahap berikutnya, dan mengurangi atau
menghilangkan dampak yang tidak diinginkan. Dalam metode ini,
terdapat hubungan ke depan (forward linkages) pada setiap langkah,
pengamat perlu terus memikirkan langkah-langkah ke depan. Tak
jarang dengan sifatnya yang iteratif, solusi akhir merupakan solusi
yang benar-benar berbeda dibandingkan solusi awal.

Proses dimulai di dunia nyata yang membutuhkan solusi.


Untuk fase pemodelan, kita bergerak ke dalam dunia sistem - sebuah
dunia yang abstrak. Saat kita melanjutkan ke implementasi, kita
kembali lagi ke dunia nyata. Pada beberapa kasus, analisis berangkat
dari dunia kualitatif dan mungkin kurang-terstruktur pada tahap awal
dari perumusan masalah ke dunia kuantitatif dan lebih terstruktur di
pemodelan fase, dan kemudian kembali ke dunia kualitatif untuk
implementasi.
Bagan 1. Metodologi Hard System

Secara lebih khusus, dalam sistem ini terdapat beberapa langkah


yaitu

1 Analisis situasi yang berfungsi untuk menggambarkan situasi


secara lebih jelas dan membantu perumusan masalah, dapat
dibantu dengan rich picture diagram
2 Identifikasi masalah yang bertujuan memilih masalah inti yang
perlu diselesaikan
3 Mendeskirpisikan sistem relevan untuk membatasi penyelesaian
masalah dan membantu membangun model matematis
4 Mencari solusi dari model matematis yang telah dikembangkan
5 Validasi atas model yang dikembangkan
6 Analisis sensistivitas
7 Perencanaan Implementasi
8 Menciptkan mekanisme kontrol
9 Mengimplementasikan solusi yang dibangun
10 Melakukan evaluasi

Dalam HSM, analisis sensitivitas memegang peranan penting,


karena tidak seluruh variabel dikendalikan dalam model. Perubahan
nilai parameter di dunia nyata akibat kekeliruan saat membuat
asumsi dapat mengakibatkan kinerja sistem menjadi berantakan.
Oleh karena itu, sebelum tahapan implementasi perlu dilakukan
analisis sensitivitas, untuk mengetahui seberapa kokoh model atas
dinamika dunia nyata yang ditandai dari perubahan-perubahan nilai
parameter. Bila sensitf, model cenderung rentan terhadap perubahan
dan karenanya tidak kokoh. Sebaliknya bila tidak sensitif, artinya
perubahan besar pada parameter hanya berpengaruh kecil terhadap
nilai optimum, model yang dibuat cukup kokoh dan karenanya dapat
dikatakan siap menghadapi dunia nyata.

Analisis sensistivitas memberikan keyakinan bagi analis


terutama analis yang belum berpengalaman bahwa model yang
disiapkan sudah bisa diimplementasikan di dunia nyata

C. Jenis dan Contoh


Dalam HSM, mencakup tiga ruang lingkup, yaitu:
1. Serba sistem alam, ini adalah sistem yang berasal dari alam,
yang merupakan hasil dari proses kekuasaan alam. Ini
merupakan serba sistem yang tidak dapat menjadi selain dirinya
sendiri.
2. Serba sistem buatan fisik, merupakan sistem buatan manusia
yang mewujud dalam bentuk apa adanya. Contohnya sebuah
mobik, motor, kapal laut, dan pesawat terbang.
3. Serba sistem buatan abstrak, merupakan ciptaan manusia yang
mencerminkan hasil kesadaran yang teratur dari hasil olah pikir
manusia. Contohnya gambar atau lukisan, film, puisi, karya tulis,
dan lain sebagainya

Anda mungkin juga menyukai