Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN POLA MAKANAN JAJANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES

GIGI DI SEKOLAH SDN 18, 23 DAN 27 ANTAPANI BANDUNG TAHUN 2017

Hj. Cucu Rokayah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J1, Oktarian Pratama, S.Kep., Ners.,M.KM2,
Odiliana Tening, S.Kep3 123Program studi S1 Ilmu Keperawatan
STIKes Dharma Husada Bandung
Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Karies gigi merupakan penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, email, dentin,
dan pulpa. Prevalensi kejadian karies tertinggi di Sekolah SDN 18, 23 dan 27 Antapani Bandung,
diketahui jumlah siswa kelas V sebanyak 160 orang yang diperiksa, sebesar 43,7% memiliki riwayat
kejadian karies Gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan sebesar (4,6%), email (13,5%), dentin
(14,1%), dan pulpa (11,5%), rata-rata usia anak sekolah yang diperiksa yaitu 10-12 tahun. Faktor
yang dapat mempengaruhi kejadian karies gigi tersebut adalah makanan jajanan Kariogenik dan
kebiasaan menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pola Makanan
jajanan Kariogenik dengan kejadian karies gigi. Jenis penelitian berupa deskriptif korelasional
dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian sebanyak 160 orang, dengan teknik total
sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi (Indeks DMF-T). Hasil
penelitian menunjukan sebagian besar 114 orang (71,3%) pola makanan jajanan Kariogenik buruk,
kebiasaan menggosok gigi sebanyak 120 orang (75,0%) berada pada kategori buruk. Kejadian Karies
Gigi didapatkan sebagian besar 85 orang (53,1%) siswa berada pada kategori sedang dengan Indeks
DMF-T Rata-rata (2,7 4,4). Hasil analisis uji chi square menunjukan ada hubungan yang signifikan
antara Pola Makanan jajanan Kariogenik (p-value 0,001), kebiasaan menggosok gigi (p-palue 0,000)
dengan kejadian karies gigi. Bagi puskesmas diharapkan dapat membuat jadwal pemeriksaan gigi dan
mulut secara rutin terhadap anak sekolah, sehingga dapat mengurangi angka kejadian karies gigi.
Dental caries is tooth tissue disease characterized by tissue damage, email, dentin, and pulp. The
highest prevalence of caries in school SDN 18, 23 and 27 Antapani Bandung, an unknown number of
students of class V of 160 people examined, 43.7% had a history of tooth caries incidence
characterized by tissue damage amounted to (4.6%), email (13.5%), dentin (14.1%) and pulp
(11.5%), the average age of the examined school children are 10-12 years old. Factors that may
affect the incidence of dental caries are snack foods cariogenic. This study aims to determine the
relationship pattern cariogenic food snacks with the incidence of dental caries. Type of research is
descriptive correlation with cross sectional approach. The study population of 160 people, with a
total sampling technique. Research instruments using questionnaires and observation sheets (DMF-T
Index). The results showed the majority of 114 votes (71.3%) pattern snack foods cariogenic bad,
Genesis Dental caries is obtained mostly 85 people (53.1%) of students in middle category with
DMF-T index average (2.7 - 4.4). The results of the analysis of chi square test showed no significant
correlation between the pattern of cariogenic food snacks with the incidence of dental caries (p-value
0.001). Suggestions health center can perform checks to each school coverage area which is to be
held dental and oral examination schedule routine of school children, so as to reduce the incidence of
dental caries.

Kata Kunci : Jajanan, Pola Makanan, Kariogenik, Kejadian Karies Gigi

STIKes Dharma Husada Bandung 1


PENDAHULUAN dan melewati beberapa proses dengan adanya
Anak merupakan individu yang berada dalam proses demineralisasi dan remineralisasi pada
satu rentang perubahan perkembangan yang gigi (Gunawan, 2013).
dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak Pada umumnnya anak diperbolehkan
merupakan masa pertumbuhan dan memakan makanan yang manis tetapi setelah
perkembangan yang mulai dari bayi (0-12 itu sesegera mungkin menyikat gigi sehingga
bulan), usia balita (1-3 tahun), pra sekolah (3-5 tidak ada lagi sisa makanan yang menempel
tahun). Menurut Potter usia sekolah 6-12 tahun pada gigi. Karies pada anak merupakan
adalah usia anak duduk disekolah dasar. Pada penyebab yang paling sering terjadi.
pemulaan usia 6 tahun anak mulai masuk Pemicunya adalah : Kombinasi faktor pola
sekolah, sehingga anak-anak mulai masuk ke makanan anak (misalnya permen, coklat, es
dalam dunia baru, dimana mulai banyak krim, donat), lamanya sisa makanan di mulut,
berhubungan dengan orang-orang diluar dan cara membersihkan mulut (Setiawati,
keluarganya dan berkenalan dengan suasana 2010).
dan lingkungan baru dalam hidupnya (Perry Menurut data WHO karies gigi di Negara-
2014). negara Eropa, Amerika, Asia, termasuk
Pada usia sekolah rentan timbulnya masalah Indonesia, ternyata 80-95% dari anak-anak
kesehatan yaitu masalah gigi yang paling dibawah umur 18 tahun yaitu 6-12 tahun
utama adalah karies gigi. Karies gigi adalah terserang karies gigi. Anak usia sekolah di
penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan seluruh dunia diperkirakan 90% pernah
kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan menderita karies, prevalensi terendah terdapat
gigi mulai dari email, dentin, dan meluas ke di Afrika. Karies gigi merupakan penyakit
arah pulpa. Karies dikarenakan berbagai kronis anak-anak yang sering terjadi dan
sebab, diantaranya adalah karbohidrat, tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma di
mikroorganisme, air ludah, permukaan dan Amerika Serikat. Analisis dilakukan oleh
bentuk gigi, serta bakteri yang menyebabkan WHO pada tahun 1997-2014 tentang kejadian
gigi berlubang adalah Streptococcus mutans karies gigi pada 6 regio Negara, yaitu America
dan Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, Africa. Sounth East Asia. Europe. Eastern
penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, Mediterranean dan Westren pacific, yang
kehilangan gigi, dan infeksi (Tarigan, 2013). hasilnya di Region South East Asia memiliki
Pada anak sekolah, karies gigi merupakan Indeks rata-rata 1,95 dan median 1,65. India
masalah yang penting karena tidak saja dan Thailand memiliki Insiden tertinggi,
menyebabkan keluhan rasa sakit, tetapi juga sebanyak 101,84% dan 89,55%. Indonesia dan
menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya Korea termasuk kategori risiko tinggi (RR>1)
sehingga mengakibatkan menurunnya (Ekayanti, 2014 dan Annisa, 2014 ).
produktivitas. Kondisi ini tentu akan Persentase penduduk di Indonesia yang
mengurangi frekuensi kehadiran anak ke mempunyai masalah gigi dan mulut menurut
sekolah, mengganggu konsentrasi belajar, data dari Riset Kesehatan Dasar
memengaruhi nafsu makan dan asupan (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
makanan sehingga dapat memengaruhi status nasional masalah gigi dan mulut adalah
gizi dan pada akhirnya dapat mengakibatkan 25,9%. Sama halnya dengan dengan Effective
gangguan pertumbuhan fisik. Umumnya anak- Medical Demand (EMD) yang didefinisikan
anak memasuki usia sekolah mempunyai sebagai persentase penduduk yang bermasalah
risiko karies yang tinggi karena pada usia dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir
sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan dikali presentase penduduk yang menerima
makanan dan minuman sesuai keinginannya perawatan atau pengobatan gigi dari tenaga
(Worotitjan dkk, 2013). medis gigi (dokter gigi spesialis, dokter gigi
Pada anak Sekolah Dasar, secara umum yang dan perawatan gigi) (6,9%) meningkat dari
mengalami karies gigi mulai dari umur 6-12 tahun 2014, menjadi 8,1% tahun 2015 (Info
tahun. Pemilihan anak 6-12 tahun karena perlu Datin, 2014).
diketahui bahwa terjadinya karies tidak Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2015
berlangsung dalam hitungan detik, melainkan melalui kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah
dalam hitungan bulan ataupun tahun. Dimana yang meliputi penyuluhan dan pemeriksaan
karies terjadi melewati beberapa tahap dan gigi dengan 14 provinsi mempunyai prevalensi
dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalamnya masalah gigi dan mulut di atas angka nasional

STIKes Dharma Husada Bandung 2


yaitu DKI Jakarta 29,1%, Jawa Barat 28%, kembali. Sedangkan faktor kebiasaan
Yogyakarta 32,1%, Jawa Timur 27,2%, menggosok gigi juga mempengaruhi
Kalimantan Selatan 36,1%, Sulawesi Utara terjadinya karies gigi karena perilaku
31,6%, Sulawesi Tengah 35,6%, Sulawesi menggosok gigi berpengaruh terhadap
Selatan 36,2%, Sulawesi Tenggara 28,6%, terjadinya karies. Hal ini berkaitan dengan
Gorontalo 30,1%, Sulawesi Barat 32,2%, proses terjadinya karies itu sendiri, di mana
Maluku 27,2%, Maluku Utara 26,9% (Dikes apabila sukrosa tinggal dalam waktu yang
Jabar, 2015). lama dalam mulut dan tidak segera
Menurut Dinkes Kota Bandung tahun 2015 di dibersihkan akan menyebabkan kemungkinan
Puskesmas Kota Bandung prevalensi karies terjadinya karies (Irhama, 2012).
sebesar 37,6% dan yang mempunyai Anak usia sekolah memiliki kegemaran untuk
pengalaman karies sebesar 58,1%. Jenis makan makanan yang manis, sedangkan orang
perawatan yang paling banyak diterima tua kurang mempedulikan kebiasaan untuk
penduduk yang mengalami masalah gigi- menyikat gigi, jika seorang anak tidak mau
mulut, yaitu pengobatan (83,6%), disusul menggosok gigi maka sebagai orang tua
penambalan, pencabutan, dan bedah gigi sebaiknya dapat memaksa anaknya untuk
(46,8%). Konseling perawatan, kebersihan gigi menggosok gigi terutama saat menjelang tidur
dan pemasangan gigi tiruan lepasan atau gigi malam. Bila seorang anak tidak terbiasa
tiruan cekat relatif kecil, masing-masing menggosok gigi maka dari kebiasaan tersebut
10,7% dan 4,8%. dapat menyebabkan anak yang mengalami
Tingginya prevalensi karies gigi, serta belum karies. Selain itu kebiasaan minum susu
berhasilnya usaha untuk mengatasi, mungkin menjelang tidur serta kebiasaan mengulum
disebabkan oleh faktor-faktor distribusi permen dan makan-makanan manis juga dapat
penduduk, lingkungan, prilaku, dan pelayanan menjadi penyebab terjadinya karies gigi
kesehatan gigi, serta keturunan dalam (Irhama, 2012).
masyarakat Indonesia. Usaha untuk Hasil penelitian Ratnaningsih (2016) tentang
mengatasinya sampai sejauh ini pun belum hubungan pola makan dengan kejadian karies
menunjukkan hasil nyata bila diukur dengan gigi pada anak sekolah yang menemukan hasil
indikator kesehatan gigi yaitu prevalensi karies bahwa terdapat hubungan antara hubungan
gigi. Penyebab karies gigi adalah adanya pola makan dengan kejadian karies gigi, pola
interaksi dari berbagai faktor, diantaranya makan baik sebanyak 1 anak (3,1%), pola
adalah faktor perilaku dalam memelihara makan sedang 7 anak (21,9%), pola makan
kebersihan gigi dan mulut, faktor diet, atau kurang 10 anak (31,2%), dan pola makan
kebiasaan makan dan faktor ketahanan dan defisit sebanyak 14 anak (43,8%). Karies gigi
kekuatan gigi. Pada umumnya anak sangat dengan hasil yaitu karies gigi ringan sebanyak
mengemari makanan manis seperti permen, 7 anak (21,9%), karies sedang 9 anak
gulali dan coklat yang diketahui sebagai (28,1%),dan karies gigi berat sebanyak 10
subtsrak dan disukai oleh bakteri yang anak (50,0%).
selanjutnya dapat melarutkan struktur gigi. Perawat perlu menjalankan tugas dan
Keadaan ini diperburuk oleh kemalasan anak peranannya terkait kesehatan gigi di sekolah
dalam membersihkan giginya (Nanda, 2012). yaitu, perawat sebagai peran promosi
Kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan dilingkungan sekolah yaitu
kesehatan gigi dibanding orang dewasa meningkatkan kebiasaan menggosok gigi pada
mempengaruhi mereka dalam menjaga siswa agar mengurangi prevalensi kejadian
kebersihan gigi, sedangkan pola makan yang karies, serta perawat dapat mempertahankan
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi status kesehatan dalam pencegahan penyakit
yaitu makanan yang mengandung gula terutama kesehatan gigi pada siswa. Selain itu
(kariogenik) yang melekat di permukaan gigi. perawat dapat memeberikan promosi
Pola makan makanan yang mengandung kesehatan kepada orang tua agar orang tua
konsentrasi gula melebihi batas minimum, dapat mengajarkan dan menerapkan kebiasaan
akan menghasilkan banyak asam yang kesehatan yang baik kepada anak Sekolah usia
merubah gula menjadi asam, terjadi 10-12 tahun (Setiawati, 2010).
pembuatan polisakarida ekstraselluler yang Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan
menyebabkan asam melekat pada permukaan pada tanggal 20 September 2016. Angka
gigi, sehingga plak tidak mudah dinetralisir kejadian karies di sekolah yang diketahui

STIKes Dharma Husada Bandung 3


berdasarkan data tahun 2015-2016 dari jumlah variabel diikuti oleh variasi variabel yang lain
sekolah yang diperiksa, yang ada di cakupan (Nursalam, 2014). penelitian ini untuk
wilayah kerja puskesmas tersebut diketahui mengetahui hubungan antara pola makanan
sebanyak 23 sekolah dasar, dan 3 sekolah jajanan Kariogenik dengan kejadian karies
diantaranya yaitu SDN 18, 23, 27 dengan gigi di Sekolah SDN 18, 23 dan 27 Antapani
angka kejadian karies gigi pada anak sekolah Bandung
sebesar 43,7% memiliki riwayat kejadian Pendekatan waktu yang digunakan pada
karies Gigi yang ditandai dengan kerusakan penelitian ini yaitu pendekatan waktu Cross
jaringan sebesar (4,6%), email (13,5%), dentin Sectional. Merupakan rancangan penelitian
(14,1%), dan pulpa (11,5%). Dibandingkan dengan melakukan pengukuran atau
dengan kejadian karies gigi disekolah lainya pengamatan pada saat bersamaan (sekali
yaitu hanya 12,5%. Berdasarkan angka waktu) (Aziz, 2014). Penelitian ini melibatkan
kejadian tersebut peneliti tertarik untuk subjek yang akan diteliti dalam pembagian
melakukan penelitian tersebut. kuesioner dalam pengambilan data pola
Hasil wawancara terhadap 10 siswa hampir 8 makanan jajanan, juga dilakukan observasi
orang diantaranya menyukai makanan yang dalam pengambilan data kepada siswa yang
manis seperti permen, coklat, biskuit, roti, dalam waktu yang bersamaan.
cake dan kebiasaan anak 2x sehari dalam
melakukan gosok gigi, selain itu akan Populasi dan Sampel
berdampak buruk pada kesehatan gigi, Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh
sedangkan 2 orang siswa diantaranya terdapat Siswa kelas 5 di SDN 18, 23 dan 27 Antapani
karies gigi dan merasakan sakit gigi, dari Bandung sebanyak 160 orang .
kejadian tersebut berdampak pula terhadap Teknik sampling yang digunakan dalam
keefektifan belajar mengajar, karena pada penelitian ini Proportional Random Sampling.
siswa yang mengalami karies gigi merasakan Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan
sakit gigi maka ia kurang konsentrasi dalam dengan mengambil subyek dari setiap strata
pelajaran yang disampaikan gurunya, sehingga atau setiap wilayah ditentukan seimbang
pernyataan guru tersebut siswa yang sakit gigi dengan banyaknya subyek dalam masing-
diijinkan untuk pulang. masing strata atau wilayah (Arikunto, 2014).
Adapun peneliti untuk memilih tempat di Kemudian dilakukan tehnik Simple Random
Sekolah SDN 18, 23 dan 27 Antapani Sampling yaitu pengambilan sampel secara
Bandung, karena jika dilihat dari prevalensi acak sederhana, tehnik ini dibedakan menjadi
studi pendahuluan yang dilakukan di SDN 18, dua cara yaitu dengan mengundi (lottery
23 dan 27 Antapani Bandung bahwa ditempat technique) atau dengan menggunakan tabel
tersebut merupakan data angka kejadian karies bilangan atau angka acak (random number)
gigi tertinggi sebesar 43,7% dibandingkan (Notoatmodjo, 2010).
sekolah lain yaitu hanya 12,5%, dari angka Dengan menggunakan tehnik Proportional
kejadian tersebut penulis ingin melakukan Random Sampling didapatkan siswa anak
penelitian tentang hubungan pola makanan sekolah dasar yaitu SDN 18 sebanyak 57
jajanan Kariogenik dengan kejadian karies gigi orang, SDN 23 sebanyak 55 orang dan SDN
di Sekolah SDN 18, 23 dan 27 Antapani 27 sebanyak 48 orang, sehingga diperoleh
Bandung . jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 160
siswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam Variabel Penelitian
penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel Pada penelitian ini terdapat 2 variabel
Penelitian korelasional mengkaji hubungan yaitu :
antara variabel. Peneliti dapat mencari, 1. Variabel Independen
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, Variabel ini sering disebut sebagai variabel
dan menguji berdasarkan teori yang ada. stimulus, prediktor, antecedent, dan dalam
Sampel perlu mewakili seluruh rentang nilai bahasa Indonesia sering disebut sebagai
yang ada. Penelitian korelasional bertujuan variabel bebas. Variabel independen
mengungkapkan hubungan bahwa variasi merupakan variabel yang mempengaruhi
suatu variabel. Hubungan korelatif mengacu atau yang menjadi sebab perubahannya atau
pada kecenderungan bahwa variasi suatu

STIKes Dharma Husada Bandung 4


timbulnya variabel dependen (Sugiyono, tentang Indeks DMFT setiap responden,
2014). jumlahkan seluruh nilai Indeks DMFT semua
2. Variabel Dependen responden yang diteliti, kemudian membagi
Variabel ini sering disebut sebagai variabel total jumlah Indeks DMFT tersebut dengan
output, kriteria, konsekuen. bahasa jumlah seluruh responden untuk memperoleh
Indonesia sering disebut sebagai variabel rata-rata Indeks DMFT (Nishi dkk, 2013).
terikat. Indeks DMF-T = D + M + F
Variabel dependen merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas Klasifikasi angka kejadian karies gigi (Indeks
(Sugiyono, 2014). Variabel dependen DMF-T) menurut WHO, adalah sebagai
dalam penelitan ini adalah kejadian karies berikut (WHO, 2014 dan P,Axelsson) :
gigi 1) Sangat Rendah : 0,8 1,1
2) Rendah : 1,2 2,6
3) Sedang : 2,7 4,4
Hipotesis 4) Tinggi : 4,5 6,5
Hipotesis adalah jawaban sementara dari 5) Sangat Tinggi : > 6,5
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian
(Nursalam, 2014). Uji Validitas dan Reliabilitas
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha= ada hubungan pola makanan jajanan Uji validitas dilakukan untuk menguji
Kariogenik dengan kejadian karies gigi pada ketepatan setiap item dalam mengukur
anak sekolah. instrumennya. Teknik uji yang digunakan
Ho= tidak terdapat hubungan pola makanan adalah teknik Korelasi Item-Total melalui
jajanan Kariogenik dengan kejadian karies gigi Koefisien Korelasi Product-Moment dengan
pada anak sekolah. ketentuan : bila r hasil > r tabel, maka
pertanyaan yang diuji kevalidannya
Instrumen Penelitian korelasikan dengan skor total seluruh item
Instrumen penelitian ini yang digunakan Instrumen (Notoatmodjo, 2012). Teknik
adalah kuesioner. Kuesioner merupakan alat korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi
ukur berupa angket atau keusioner dengan product moment yang dirumuskan sebagai
beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan berikut :
bila responden jumlahnya besar dan tidak buta ( ) ( )
huruf (Azis, 2014).
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini { ( ) } { ( ) }
dibuat berdasarkan teori-teori yang ada dengan
Keterangan :
menggunakan skala Likert dimana kuesioner
rxy : Indeks dua variable yang
tersebut menyatakan sebagai perwakilan dari
dikorelasikan
pertanyaan pola makanan jajanan yang disusun
X : Skor rata rata dari X
oleh peneliti dengan jumlah pertanyaan terdiri
Y : Skor rata rata dari Y
dari 18 soal diketahui berdasarkan skor
Keputusanya Uji Validitas adalah apabila r
jawaban 1=1 kali/sehari, 2=2 kali/sehari, 3= 3
hitung lebih besar atau sama dengan r tabel
kali/sehari dan cara menilai untuk tiap-tiap
maka dikatakan valid, dimana nilai koefisien
jawaban tersebut peneliti menghitung hasil
atau nilai baku ditentukan jika diujikan kepada
jawaban responden, kemudian peneliti
30 orang dengan taraf signifikan 5% yaitu
menentukan nilai jawaban tersebut
sebagai berikut jika r tabel >0,361= dikatakan
berdasarkan nilai kategori yaitu 1=pola
Valid, dan jika < 0,361= dikatakan tidak valid
makanan baik dan 2=pola makanan buruk.
(Sugiyono, 2014). Uji validitas pada penelitian
Menentukan pengukuran tersebut dititentukan
ini dilakukan di SDN Negeri 32 Antapani
berdasarkan jumlah jawaban yang ditentukan
Bandung, dengan tempat tersebut memiliki
nilai mean atau median. Sedangkan untuk
kesamaan/kemiripan yang peneliti cari dan
kejadian karies gigi, peneliti langsung
sesuai dengan pada karaktaristik dalam
memeriksakan gigi responden dengan cara
penelitian ini yaitu terdapat kejadian karies
mendignosa yang dilihat berdasarkan rata-rata
gigi pada anak sekolah, banyak penjual
Indeks DMFT adalah mengumpulkan data

STIKes Dharma Husada Bandung 5


makanan jajanan manis yang dapat (Pengkodean), Data Entry (Pemasukan Data),
menyebabkan karies gigi. Pada uji validitas ini Cleaning Data (Pembersihan Data)
terdiri dari 30 orang.
Berdasarkan hasil uji validitas yang telah Analisa Data
dilakukan terhadap 30 orang diketahui hasil Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap
keputusan uji validitas yang telah dilakukan variabel dan dari hasil penelitian ini
terhadap 30 orang dengan ketentuan r menghasilkan distribusi frekuensi dengan
tabel>0,361=valid. Pertanyaan yang telah di variabel pola makanan jajanan dan karies gigi
ujikan sebanyak 18 soal diketahui nilai r tabel dalam bentuk persentase.
tertinggi sebesar 0,960 dan nilai terendah Pada penelitian ini menggunakan rumus
sebesar 0,794, dari hasil yang diketahui tidak sebagai berikut:
ada yang menunjukan kurang dari 0,361
= %

makan keputusanya adalah valid dan
Keterangan:
pertanyaan tersebut sudah layak untuk
P : Persentase responden
digunakan penelitian.
F : Jumlah responden yang termasuk kriteria
N : Jumlah keseluruhan responden
Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah Indeks yang menunjukan
Analisis Bivariat analisa ini digunakan untuk
sejauh mana suatu alat pengukur dapat
menguji hubungan pola makanan jajanan dan
dipercaya atau dapat diandalkan. Uji
kejadian karies gigi. Pengujian data dilakukan
reliabilitas dilakukan untuk menguji
dengan pengujian statistic chi square adalah
kehandalan/konsistensi instrument. Item
pengujian hipotesis mengenai perbandingan
item yang dilibatkan dalam uji reliabilitas
antara Pola makanan jajanan observasi atau
adalah seluruh item yang valid atau setelah
yang benar-benar terjadi atau aktual dengan
item yang tidak valid disisihkan
pola makanan jajanan harapan, ang dimaksud
(Notoatmodjo, 2012).
dengan pola makanan jajanan harapan adalah
Untuk mengukur reliabilitas secara statistik
pola makanan jajanan yang nilainya dapat
digunakan koefisien reliabilitas alpha
dihitung secara teoritis, sedangkan dengan
cornbach yang dirumuskan sebagai berikut:
pola makanan jajanan observasi adalah pola
makanan jajanan yang nilainya didapat dari
[ ] [ ]
hasil percobaan dengan tingkat kepercyaan
Dimana : 95% : 0,05 % dengan ketentuan sebagai
: Koefisien reliabilitas alpha berikut :
K : Banyaknya item pernyataan (0 )2
s2j : Varians skor setiap item 2 =

s2x : Varians skor total Keterangan:
Keputusanya Uji Reliabilitas adalah jika r x2 : Nilai Chi kuadrat
hitung lebih besar atau sama dengan r tabel fo : Frekuensi yang diobservasi
maka dikatakan reliabel. Dimana koefisien fh : frekuensi yang diharapkan
atau nilai baku untuk uji reliabilitas adalah jika dimana :
r tabel >0,6=reliabel, dan jika <0,6=tidak
reliabel (Riyanto, 2011). Berdasarkan fe =
hasil reliabilitas yang telah dilakukan
diketahui nilai r tabel sebesar 0,990 artinya fe = frekuensi yang diharapkan
nilai r tabel>0,6 yang berarti sudah reliabel fk = jumlah frekuensi pada kolom
dan sudah layak untuk digunakan penelitian fb = jumlah frekuensi pada baris
T = jumlah keseluruhan baris atau
Teknik Pengolahan dan Analisa Data kolom
Sebelum melaksanakan analisa data beberapa
tahapan harus dilakukan terlebih dahulu guna Hasil akhir uji statistik adalah untuk
mendapatkan data yang valid sehingga saat mengetahui apakah keputusan uji Ho ditolak
menganalisa data tidak mendapat kendala. atau Ho diterima. Syarat uji chi square adalah
Langkah-langkah pengolahan data yaitu : tabel harus menggunakan 2x2, digunakan
Editing (Penyuntingan Data), Coding tingkat kepercayaan 95%. Ketentuan

STIKes Dharma Husada Bandung 6


pengujian dengan Chi Square adalah jika p Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kebiasaan
value alpha (0,05) maka ada hubungan yang Menggosok Gigi di Sekolah SDN 18, 23 dan
signifikan antara kedua variabel, tetapi jika p 27 Antapani Bandung (n=160)
value > alpha (0,05) maka tidak ada hubungan
yang signifikan antara keduanya No Kebiasaan Menggosok Gigi f %
1. Baik 40 25,0
(Notoatmodjo, 2010). 2. Buruk 120 75,0

HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 4.3 diketahui dari total 160


Tabel 4.1 Karakteristik Responden di SDN siswa anak sekolah di Sekolah SDN 18, 23 dan
18, 23 dan 27 Antapani Bandung 2017 27 Antapani Bandung, didapatkan bahwa
(n=160) kebiasaan menggosok gigi pada anak
Usia Jenis Kelamin
No
Nama
9-10 Th 11-12 Th Laki-laki Perempuan
menunjukan sebagian besar 120 orang (75,0%)
Sekolah
f % f % f % f % menunjukan berada pada kategori buruk.
1. SDN 18
5 8,8 52 91,2 26 45,6 31 54,4 57
Antapani
2. SDN 23
39 81,3 9 18,8 16 33,3 32 66,7 48
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kejadian
Antapani
3. SDN 27
Karies Gigi pada siswa sekolah di Sekolah
48 87,3 7 12,7 13 23,6 42 76,4 55
Antapani SDN 18, 23 dan 27 Antapani Bandung
(n=160)
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa
karakteririk responden yang dijadikan subjek NO Kejadian Karies
Gigi
f %

penelitian yaitu terdiri dari SDN 18 Antapani 1. Sangat Rendah 38 23.8


didapatkan usia 11-12 tahun sebanyak 52 2. Rendah 16 10.0
3. Sedang 74 46.3
orang (91,2%), sedangkan untuk jenis kelamin 4. Tinggi 24 15.0
didapatkan perempuan sebanyak 31 orang 5. Sangat Tinggi 8 5.0

(54,4%).
Karakteristik SDN 23 Antapani Bandung Berdasarkan tabel 4.4 diketahui dari 160 siswa
didapatkan usia 9-10 tahun sebanyak 39 orang sekolah di SDN 18, 23 dan 27 Antapani
(81,3%) sedangkan untuk jenis kelamin Bandung didapatkan kejadian karies gigi
didapatkan perempuan sebanyak 32 orang menunjukan sebagian besar siswa sekolah ada
(66,7%) pada kategori sedang 74 orang (46,3%).
Karakteristik SDN 27 Antapani Bandung
didapatkan usia 9-10 tahun sebanyak 48 orang Tabel 4.5 Hubungan Antara Pola makanan
(87,3%) dan untuk jenis kelamin didapatkan Jajanan Kariogenik Dengan Kejadian
perempuan sebanyak 42 orang (76,4%). Karies Gigi di SDN 18, 23 dan 27 Antapani
Bandung (n=160)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pola
makanan Jajanan Kariogenik di Sekolah
SDN 18, 23 dan 27 Antapani Bandung
(n=160)

No Pola makanan
f %
Jajanan Kariogenik
1. Baik 46 28,8
2. Buruk 114 71,3
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa terdapat
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui dari total 160 hubungan antara pola makanan jajanan
siswa anak sekolah di Sekolah SDN 18, 23 dan Kariogenik yang buruk dengan kejadian
27 Antapani Bandung , didapatkan pola karies gigi dalam berada pada kategori sedang
makanan jajanan Kariogenik sebagian besar yaitu sebanyak 70 (94,4%). Uji chi squre
114 orang (71,3%) menunjukan berada pada menunjukan p-value 0,001< (0,05). Artinya
kategori buruk. terdapat hubungan yang signifikan antara pola
makanan jajanan Kariogenik dengan kejadian
karies gigi.

STIKes Dharma Husada Bandung 7


Tabel 4.6 Hubungan Menggosok Gigi Pada penelitiannya juga menjelaskan bahwa
dengan kejadian karies gigi di SDN 18, 23 kebiasaan menggosok gigi yang baik dapat
dan 27 Antapani Bandung (n=160) mencegah terjadinya karies gigi meskipun
sering mengkonsumsi makanan kariogenik
Pola makanan yang baik yaitu pola makanan
yang tidak melekat pada gigi seperti
karbohidrat dimana makanan jajanan
memegang peranan penting dalam
memberikan kontribusi tambahan untuk
memenuhi kecukupan gizi, khususnya energi
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa terdapat dan protein. Jenis makanan jajanan yang
hubungan antara kebiasaan menggosok gigi baik dan sehat adalah mengandung zat gizi
yang buruk dengan kejadian karies gigi dalam lengkap yaitu protein, lemak, vitamin dan
berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 70 mineral. Makanan jajanan memegang peranan
(94,6%). Uji chi squre menunjukan p-value penting dalam memberikan kontribusi
0,000< (0,05). Artinya terdapat hubungan tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya
yang signifikan antara kebiasaan menggosok energi dan protein. Kebiasaan jajan di
dengan kejadian karies gigi. sekolah disarankan dapat memilih makanan
yang baik dan sehat seperti : Makanan yang
Pembahasan mengandung Kalsium, fosfor dan vitamin
Distribusi Frekuensi Pola makanan Jajanan terutama vitamin Central dan D jenis-pola
Kariogenik di Sekolah SDN 18, 23 dan 27 makanan yang mengandung bahan tersebut
Antapani Bandung antra lain susu, telur dan buah-buahan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pola (Sunardi, 2012).
makanan jajanan Kariogenik menunjukan Hasil penelitian yang sejalan yang telah
berada pada kategori buruk yaitu sebanyak dilakukan oleh 3 jurnal yang terkait yaitu
114 orang (71,3%). Hal tersebut makanan Gunawan (2016) menyebutkan konsumsi
yang menyebabkan terjadinya karies gigi yaitu jajanan beberapa kali dalam seminggu. Status
sifatnya yang mengandung makanan karies gigi siswa termasuk dalam kategori
kariogenik adalah banyak mengandung rendah dengan rata-rata DMF-T 1,82 yang
karbohidrat, seperti saus juga daging dan artinya siswa mengalami karies rata-rata 2
sayuran yang diawetkan, lengket dan mudah gigi. Kiswaluyo (2010) menyebutkan Pola
hancur di dalam mulut. makan murid Sekolah Dasar yang lebih
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan menyukai makanan yang manis-manis
oleh Ratnaningsih (2016) tentang hubungan (penmen, coklat, dll) dibandingkan dengan
pola makan dengan kejadian karies gigi pada murid sekolah yang lebih tinggi. Kurangnya
anak sekolah yang menemukan hasil bahwa pengetahuan, kesadaran dan kemandirian anak
terdapat hubungan antara hubungan pola dalam menjaga kesehatan dan kebersihan
makan dengan kejadian karies gigi. Karies gigi dirinya sendiri. Anak seusia 11-12 tahun
dapat dicegah secara dini yaitu dengan cara sebanyak 52 orang (91,2%) dan biasanya
menjaga kebersihan gigi dan mulut, serta masih sangat tergantung pada orang tua.
melakukan pemeriksaan berskala 6 bulan Diperkuat oleh hasil penelitian Noviantika
sekali hingga 1 tahun sekali, selain itu (2013) hasil penelitian menunjukan ada
pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara hubungan yang signifikan antara frekuensi
memperhatikan pola makan. konsumsi makanan ringan kariogenik dengan
Peneliti dapat menyimpulkan dari hasil karies rampan (p = 0,000)
tersebut bahwa persamaan pada penelitian ini Menurut Rahmadhan (2010) hubungan antara
memperoleh hasil sama-sama memiliki nilai konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies
hubungan yang signifikan bahwa pada siswa gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak
dengan kejadian karies gigi diantaranya pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-
mempunyai kebiasaan menggosok gigi yang sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi
buruk, kebiasaan yang mereka lakukan yaitu dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi
menggosok gigi minimal dua kali sehari pada bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi
waktu yang tepat dimulai pada pagi hari asam sehingga pH rongga mulut menurun
setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian

STIKes Dharma Husada Bandung 8


maka struktur email gigi akan terlarut. tinggi 0 orang artinya kesehatan mulut
Pengulangan konsumsi karbohidrat yang merupakan komponen integral dari kesehatan
terlalu sering menyebabkan produksi asam umum. Hal ini juga menjadi jelas bahwa
oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga faktor-faktor penyebab dan risiko penyakit
keasaman rongga mulut menjadi lebih asam gigi dan mulut diantaranya banyaknya
dan semakin banyak email yang terlarut. konsumsi asupan makanan Kariogenik .
Menurut kuesioner yang diketahui dari hasil Hasil kuesioner yang diperoleh dari hasil
jawaban responden paling banyak observasi menggunakan lembar cheklis rata-
mengonsumsi bersoda yaitu hampir 3xsehari rata siswa terhadap kejadian karies gigi Indeks
responden mengkonsumsi makanan yang DMF-t berada pada kategori sedang. Hal
bersoda, Pandangan peneliti terhadap jenis tersebut sebagian besar anak selalu
jajanan makanan kariogenik akan lebih mengkonsumsi makanan Kariogenik serta
berbahaya dari pada saat waktu makan utama, tidak melakukan gosok gigi pada saat sesudah
karena makanan kariogenik merupakan melakukan sarapan dan makan.
karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan Pandangan peneliti terhadap siswa yang
yang bersifat lengket serta mudah hancur di memiliki kejadian karies gigi yang berada
dalam mulut lebih memudahkan timbulnya pada kategori tinggi diharapkan mampu
karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat melaksanakan upaya pemeliharaan dan
seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, pembinaan kesehatan gigi dan mulut terutama
susu, permen dan lain-lain. pada kelompok usia sekolah perlu mendapat
perhatian khusus sebab pada usia SD (11-12
Distribusi Frekuensi Kejadian Karies Gigi tahun) sebanyak 52 orang (91,2%) anak
pada siswa sekolah di Sekolah SDN 18, 23 sedang menjalani proses tumbuh kembang.
dan 27 Antapani Bandung Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh
Berdasarkan hasil penelitian Kejadian Karies terhadap perkembangan kesehatan gigi pada
Gigi pada siswa sekolah di SDN 18, 23 dan 27 usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai
Antapani Bandung didapatkan pada kategori upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan
sedang 74 orang (46,3%). Hal tersebut karies Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
gigi dapat dialami oleh setiap orang termasuk seharusnya pada anak usia sekolah dasar
siswa sekolah, salah satu penyebab utama memiliki angka karies rendah.
diantaranya adalah karbohidrat,
mikroorganisme, permukaan dan bentuk gigi, Hubungan Antara Pola makanan Jajanan
sehingga dapat timbul pada suatu permukaan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi
gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian di SDN 18, 23 dan 27 Antapani Bandung
yang lebih dalam dari gigi, misalnya email Berdasarkan hasil penelitian uji chie square
edentin atau ke pulpa. menunjukan p-value 0,001<(0,05) artinya
Secara teori Karies gigi adalah penyakit terdapat hubungan antara pola makanan
jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jajanan Kariogenik dengan kejadian karies
jaringan, dimulai dari permukaan gigi mulai gigi. Kejadian karies gigi dipengaruhi oleh
dari email, dentin, dan meluas ke arah pulpa. pola makanan jajanan Kariogenik yang
Karies dikarenakan berbagai sebab, mengandung karbohidrat yang tertinggal di
diantaranya adalah karbohidrat, dalam mulut dan tertempel pada gigi, sehingga
mikroorganisme dan air ludah, permukaan dan mikroorgsnisme dan salah satu penyebab
bentuk gigi, serta dua bakteri yang paling karies gigi yang tidak langsung adalah
umum bertanggungjawab untuk gigi berlubang permukan dan bentuk gigi tersebut.
adalah Streptococcus mutans dan Hasil penelitian Wawointana (2016) tentang
Lactobacillus. Jika dibiarkan tidak diobati, Hubungan konsumsi jajanan dan status karies
penyakit dapat menyebabkan rasa sakit, gigi siswa. Hasil penelitian menunjukan karies
kehilangan gigi, dan infeksi (Tarigan, 2013). gigi siswa termasuk dalam kategori rendah
Sejalan dengan hasil penelitian oleh Sukmana dengan rata-rata DMF-T 1,82 yang artinya
(2016) tentang hubungan tingkat pengetahuan siswa mengalami karies rata-rata 2 gigi.
kesehatan gigi dan mulut terhadap angka Perbedaan dengan hasil pada penelitian ini
karies gigi. Hasil penelitiannya menunjukan yaitu pada siswa yang memiliki karies rendah
Indeks DMF-t sangat rendah 19 orang, rendah karena status karies berada pada kategori
9 orang, sedang 1 orang, tinggi 2 orang, sangat rendah dapat dipengaruhi oleh status sosial-

STIKes Dharma Husada Bandung 9


ekonomi yang mayoritas pekerjaan orang tua yaitu diantaranya mereka sering mengonsumsi
sebagai buruh serabutan, sedangkan pada minuman bersoda, mengkonsumsi cilok,
penelitian di SDN 18, 23 dan 27 Antapani cireng, serta mengonsumsi permen karet.
Bandung dipengaruhi oleh pola makanan Sedangkan untuk kejadian karies gigi yang
jajanan Kariogenik yang mengandung diketahui dari Indeks DMF-T berada pada
karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut kategori sedang.
sehingga bakteri pada gigi menyebabkan Pandangan peneliti terhadap kejadian karies
karies gigi sedang. gigi yang berada pada kategori sedang.
Menurut Listiono (2012) karies gigi Walaupun berada pada kategori sedang akan
merupakan sebuah penyakit infeksi yang tetapi seiring dengan perilaku dan sikap anak
merusak struktur gigi, penyakit ini terhadap jajanan berpotensi tinggi dan sedang
menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak penyebab karies dengan pengalaman karies
ditangani, penyakit ini akan menyebabkan DMF-T meningkat apabila frekuensi
nyeri, gangguan tidur, penanggalan gigi, mengonsumsi jajanan tinggi sebaliknya
infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan menurun pada frekuensi konsumsi yang jarang
kematian. Penyebab penyakit tersebut karna atau tidak pernah sama sekali. jajanan
komsumsi makanan yang manis dan lengket, berpotensi tinggi, sedang, rendah dengan
malas atau salah dalam menyikat gigi dan pengalaman karies. Pengalaman karies lebih
mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali tinggi pada responden yang mengonsumsi
memeriksa kesehatan gigi. jajanan kariogenik berpotensi tinggi
Gigi berlubang dapat disebabkan oleh keadaan menyebabkan karies dengan frekuensi sangat
gigi tersebut, makanan dan minuman yang sering.
dikonsumsi diantaranya jenis jajanan makanan
yang mengandung Kariogenik , keadaan dalam Hubungan Menggosok Gigi dengan
mulut yang melibatkan mikroorganisme dan kejadian karies gigi di SDN 18, 23 dan 27
waktu yang diperlukan sampai terjadinya gigi Antapani Bandung
berlubang. Keadaan tersebut apabila dibiarkan Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan
terus menerus dapat menyebabkan gigi bahwa uji chi squre menunjukan p-value
menjadi nekrosis. 0,000< (0,05). Artinya terdapat hubungan
Secara teori pola makanan jajanan dan yang signifikan antara kebiasaan menggosok
minuman tidak hanya menimbulkan erosi, dengan kejadian karies gigi. Hal ini pada anak
tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. dengan kebiasaan menggosok gigi yang tidak
Konsumsi makanan manis pada waktu benar atau buruk akan memiliki karies gigi
senggang jam makan akan lebih berbahaya sedang. Karena pada dasarnya menggosok gigi
daripada saat waktu makan utama. Terdapat merupakan hal yang penting bagi kesehatan
dua alasan, yaitu kontak gula dengan plak gigi pada anak.
menjadi diperpanjang dengan makanan manis Sejalan dengan hasil penelitian yang telah
yang menghasilkan pH lebih rendah dan dilakukan oleh 3 jurnal yang terkait yaitu
karenanya asam dapat dengan cepat Gunawan (2016) menyebutkan konsumsi
menyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula jajanan beberapa kali dalam seminggu. Status
konsentrasi tinggi yang normal terkandung karies gigi siswa termasuk dalam kategori
dalam makanan manis akan membuat plak rendah dengan rata-rata DMF-T 1,82 yang
semakin terbentuk (Rahmadhan, 2010). artinya siswa mengalami karies rata-rata 2
Diperkuat oleh Jamil (2011) bahwa kejadian gigi. Kiswaluyo (2010) menyebutkan Pola
karies paling banyak berada pada kelompok makan murid Sekolah Dasar yang lebih
yang rentan terkena masalah gigi berlubang menyukai makanan yang manis-manis
yaitu anak-anak. Anak-anak rentan terkena (penmen, coklat, dll) dibandingkan dengan
masalah gigi berlubang karena sifat maupun murid sekolah yang lebih tinggi. Kurangnya
sikap yang dimiliki anak-anak tersebut yang pengetahuan, kesadaran dan kemandirian anak
belum mengetahui tentang pentingnya dalam menjaga kesehatan dan kebersihan
menjaga keadaaan gigi tersebut. dirinya sendiri. Anak seusia tersebut biasanya
Berdasarkan hasil kuesioner yang didapatkan masih sangat tergantung pada orang tua.
dari hasil jawaban responden diketahui pola Diperkuat oleh hasil penelitian Noviantika
makanan jajanan Kariogenik buruk yang (2013) hasil penelitian menunjukan ada
mereka sering lakukan setiap 3 kali sehari hubungan yang signifikan antara frekuensi

STIKes Dharma Husada Bandung 10


konsumsi makanan ringan kariogenik dengan membersihkan seluruh bagian gigi, gerkan
karies rampan (p = 0,000). vertikal, dan gerak lembut (Wong, 2014).
Menurut Rahmadhan (2010) hubungan antara Menjelaskan bahwa seluruh permukaan gigi
konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies dalam, luar dan pengunyah harus menggosok
gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak dengan teliti dan menggosok gigi dengan
pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa- sekuat tenaga tidak dianjurkan karena dapat
sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi merusak email dan gusi dan akan
dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi menyebabkan perkembangan lubang karena
bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi vabrasi.
asam sehingga pH rongga mulut menurun Menggosok gigi perlu memperhatikan
sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian penggunaan sikat gigi yang baik agar dapat
maka struktur email gigi akan terlarut. membersihkan seluruh bagian gigi dengan
Pengulangan konsumsi karbohidrat yang ujung sikat gigi adalah pilihan yang tepat
terlalu sering menyebabkan produksi asam karena dapat menjangkau seluruh bagian gigi
oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga (Setiawati, 2012). Bagi anak usia sekolah yang
keasaman rongga mulut menjadi lebih asam masih belajar menggosok gigi dengan baik,
dan semakin banyak email yang terlarut sikat gigi yang paling baik digunakan adalah
Menggososok gigi adalah membersihkan gigi sikat gigi dengan bulu sikat nilon yang lembut
dari sisa makanan, abakteri, dan plak. Dalam yang mengungkapkan bahwa menggosok
membersihkan gigi harus memeperhatikan gigi merupakan cara paling efektif untuk
pelaksanaan waktu yang tepat dalam mencegah karies gigi. Kebiasaan menggosok
membersihkan gigi, penggunaan alat yang gigi sebelum tidur penting dilakukan karena
tepat untuk membersihkan gigi dan cara yang produksi saliva kurang efektif selama waktu
tepat untuk membersihakan gigi dari sisa tidur dimana saliva berfungsi untuk
makanan yang dilakukan secara terus menerus menetralkan kondisi asam pada mulut
(Potter & Perry 2014) sehingga menghambat pertumbuhan bakteri
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya 2 kali perusak gigi di mulut (Hollins, 2008).
sekali(setalah makan dan sebelum tidur) Disamping itu, interaksi bakteri dan sisa
adalah dasar program hygiene mulut yang makan yang berasal dari makan malam dapat
efektif (Potter dan Perry, 2014). Kebiasaan terjadi ketika tidur malam hari. Dengan
menggosok gigi adalah tindakan konsisten demikian, kebiasaan menggosok gigi
yang dilakukan secara terus menerus hingga sebelum tidur malam dapat turut
membentuk suatu pola dilevel pikiran bawah mempengaruhi terjadinya karies gigi.
sadar. Ada kebiasaan baik dan ada kebiasaan Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan
buruk. Menggososk gigi adalah membersihkan keras gigi, yaitu pada email, dentin, dan
dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. sementum, yang disebabkan oleh aktivitas
Dalam membersihkan gigi, harus suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dapat difermentasikan. Tandanya adalah
dalam membersihkan gigi, penggunaan alat adanya deminerasilisasi jaringan keras gigi
yang tepat dalam membersihkan gigi, dan cara yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
yang tepat untuk membersihkan gigi (Potter & organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri,
Perry 2014). bila proses pengrusakan ini berlanjut terus
Menggosok gigi yang baik yaitu dengan maka akan menyebabkan infeksinya ke
gerakan yang pendek dan lembut serta dengan jaringan periapeks, sehingga dapat
tekanan yang ringan, pusat kan pada daerah menyebabkan nyeri.
yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi Pencegahan kerusakan gigi seseorang harus
(perbatasan gigi dan gusi). Permukaaan mengubah kebiasaan makan, mengurangi
kunyah gigi dimana terdapat fissure atau asupan karbohidrat, terutama kudapan manis
celah-celah yang sangat kecil dan sikat gigi diantara waktu makan. Makanan manis atau
yang paling belakang (Rahmadhan, 2014). yang mengandung tepung akan menempel
Menggosok gigi harus memiliki pegangan pada permukaan gigi. Setelah memakan yang
yang lurus, dan memiliki bulu yang cukup manis seorang harus menggosok gigi dalam
kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. waktu 30 menit untuk mengurangi aksi plak.
Sikat Gigi harus diganti tiap 3 bulan. Cara Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
menggosok gigi yang baik adalah minuman yang mengandung gula diantara jam

STIKes Dharma Husada Bandung 11


makan pada saat makan berhubungan dengan jajanan yang mengandung kariogenik
peningkatan karies yang besar. Faktor berlebihan.
makanan yang dihubungkan dengan terjadinya 2. Bagi Sekolah
karies adalah jumlah fermentasi, konsumsi dan Diharapkan pihak sekolah lebih
bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari memperhatikan kantin bersih, menjual
karbohidrat yang di konsumsi retensi di mulut, jajanan yang sehat tanpa adanya kariogenik
frekuensi makan dan snack serta lamanya berlebihan, sehingga anak sekolah tidak
interval waktu makan. Anak yang beresiko jajan sembarangan.
karies tinggi sering mengkonsumsi makanan 3. Bagi Pihak Puskesmas
minuman manis diantara makan, dari hasil Diharapkan bagi puskesmas dapat
penelitian yang dilakukan oleh suyuti, terdapat melakukan penyuluhan tentang cara
50% yang suka makanan manis dan lengket. menggosok gigi terhadap anak di setiap
sekolah cakupan wilayahnya, sehingga
Keterbatasan Peneliti dapat menaggulangi karies gigi.
Pada penelitian ini masih ada keterbatasan 4. Peneliti Selanjutnya
dalam hal pengumpulan data, sehingga jumlah Diharapkan untuk penelitian selanjutnya
sampel yang diteliti data yang dilakukan hanya dapat meneliti tentang faktor lain yang
160 orang terdiri dari 3 sekolah yaitu SD 18, dapat mempengaruhi karies gigi
23 dan SDN 23 Antapani Bandung, karena diantaranya yaitu pengaruh menggosok gigi
jika seluruh SD yang ada di Wilayah Giya terhadap kejadian karies gigi.
Antapani Bandung dijadikan subjek penelitian
akan memerlukan waktu yang cukup lama dan DAFTAR PUSTAKA
memerlukan biaya yang mahal, sehingga pada Angela, 2012. Pencegahan Primer pada Anak
penelitian hanya dilakukan pada 3 sekolah saja yang Berisiko Karies Tinggi, Dent.J
yang mewakili dari sampel yang diteliti. Aziz, 2014. Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknik Analisis. Data.Jakarta:
Simpulan Salemba Medika
1. Pola makanan Jajanan Kariogenik di Bahar, 2011. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Sekolah SDN 18, 23 dan 27 Antapani Edisi Ketiga. Jakarta : Balai penerbit
Bandung didapatkan sebagian besar 114 FKUI.
orang (71,3%) menunjukan berada pada Bataha, 2016. Hubungan Frekuensi Konsumsi
kategori buruk. Makanan Kariogenik Dan Kebiasaan
2. Kebiasaan menggosok gigi didapatkan Menggosok Gigi Dengan Kejadian
sebanyak 120 orang (75,0%) menunjukan Karies Gigi Pada Siswa Kelas III SDN
berada pada kategori buruk. 1 & 2 Sonuo. Diakses Dari
3. Kejadian Karies Gigi pada siswa sekolah Http://Ejournal.Unsrat.Ac.Id. Diunduh
didapatkan sebagian besar siswa sekolah Pada Tanggal 20 Januari 2017
menunjukan ada pada kategori sedang Devi, 2012. Makanan Jajanan Dan Kelebihan
yaitu sebanyak 74 orang (46,3%) . Konsumsi Gula. Jakarta: EGC
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara Ekayanti, 2014 dan Annisa, 2014. Kejadian
pola makanan jajanan Kariogenik dengan Karies Gigi di Dunia. Diakses dari
kejadian karies gigi p-value 0,001< http://repository.unand.ac.id/17643/1/
(0,05). HUBUNGAN_WAKTU.pdf. Diunduh
5. Terdapat hubungan antara kebiasaan pada tanggal 20 Agustus 2016
menggosok gigi dengan kejadian karies Gunawan, 2016. Status karies gigi dengan
gigi p-value 0,000<(0,05). makanan kariogonik. Diakses dari
https://chirpstory.com. Diunduh pada
Saran tanggal 20 Januari 2017
1. Bagi Orang Tua Info Datin, 2014. Pusat Data Dan Informasi
Diharapkan bagi orang tua dapat Kementerian Kesehatan Masalah Gigi.
memperhatikan pola jajanan makanan 2014-2015
untuk anak siswa sekolah dasar, baik Jamil JA. Hubungan antara Kebiasaan
didalam lingkungan sekolah maupun luar Mengonsumsi Jajanan dengan
sekolah dengan cara orang tua Pengalaman Karies pada Gigi Susu
memperingati untuk anak tidak memilih Anak Usia 4-6 Tahun di TK Medan

STIKes Dharma Husada Bandung 12


[Skripsi]. Medan: Universitas Rasinta, 2013. Karies gigi. Juwono L, editor.
Sumatera Utara; 2011. Edisi 2.Jakarta: Penerbit Buku.
Jovina, 2010. Perawatan Gigi Dimulai Dari Kedokteran EGC
Gigi Susu. Diakses dari http://pdgi- Riyanto, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
online.com. Diunduh pada tanggal 20 Kesehatan. Yogyakarta : Nuha
Agustus 2016. Medika.
Kiswaluyo, 2010. Hubungan Karies Gigi Sukmana, 2016. Hubungan Tingkat
Dengan Umur Dan Jenis Kelamin Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan
Siswa Sekolah Dasar Di Wilayah Mulut Terhadap Angka Karies Gigi.
Kerja Puskesmas Kaliwates Dan Diakses dari http://ppjp.unlam.ac.id.
Puskesmas Wuluhan Kabupaten Diunduh pada tanggal 20 Januari
Jember. Diakses dari 2017.
http://jurnal.unej.ac.id. Diunduh pada Sunardi, 2012. Makanan Jajanan Kariogonik.
tanggal 20 Januari 2017. Jakarta : EGC.
Murray, 1991 Dalam Bahar,2011. Paradigma Suyuti, 2010. Kebiasaan Konsumsi Makanan
Baru Pencegahan Karies Gigi. dan Minuman. Jakarta: Salemba
Muttaqin dkk 2010. Gangguan Gigi dan Medika.
Mulut: Aplikasi Asuhan Keperawatan Wawointana, 2016. Hubungan konsumsi
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba jajanan dan status karies gigi siswa.
Median. Diakses dari
Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian http://download.portalgaruda.org.
Kesehatan.jakarta:PT. Rineka Cipta. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2017
Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Winarno, 2012. Pangan Gizi. Panjaitan M.
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Etiologi Karies Gigi Dan Penyakit
Noviantika, 2013. Analisis Hubungan Jenis Periodontal. Medan: USU
Dan Frekuensi Mengkonsumsi Jajanan Yusuf, 2011 Dalam Sudarmawan, 2013.
Kariogenik Dengan Kejadian Rampan Tingkatan Umur Dengan Kejadian
Karies Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Karies Gigi. Yogyakarta: Salemba.
Kota Padang. Diakses dari
http://repo.unand.ac.id. Diunduh pada
tanggal 20 Januari 2017.
Nursalam, 2014. Manajemen keperawatan
aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional edisi 4. Jakarta : Salemba
Medika.
Oktarianda, 2011. Hubungan Waktu, Teknik
menggosok Gigi Dan Jenis Makanan
Yang Dukomsumsi Dengan Kejadian
karies Gigi Pada Murid SDN 66
Payakumbuh Di Wilayah Kerja
Puskesmas Lampasi Payakumbuh
Panna, 2012. Hubungan Antara Jenis Makanan
Jajanan Konsumsi Makanan
Kariogenik Dan Tingkat Keparahan
Karies Gigi Molar Satu Permanen.
Diakses dari
https://ml.scribd.com/document/19529
8431. Diunduh pada tanggal 27
September 2016.
Potter & Perry, 2014. Fundamental
keperawatan buku 3. Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika.
Pratiwi, 2013. Faktor Penyebab Karies Gigi.
Jakarta : EGC

STIKes Dharma Husada Bandung 13

Anda mungkin juga menyukai