Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena
atas karunia dan kasihnya, Buku Dasar Nutrisi Kedokteran ini dapat terwujud. Buku
ini merupakan dasar khasanah keilmuan gizi yang dapat dijadikan sebagai sumber
dalam mempelajari ilmu Gizi. Buku ini ditujukan kepada siapa saja yang ingin
mempelajari tentang dasar dari gizi kedokteran.

Buku ini masih merupakan perintis dari terbentuknya dasar ilmu gizi berbagai
jilid lainnya. Penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
buku ini. Oleh karena itu kami tim penulis ingin meminta saran dan kritikan demi
membangun kembali buku yang lebih sempurna.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih. Apabila ada kata yang tidak berkenan,
kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Makassar, 26 Desember 2016

Tim MONSPUB15
DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan Ilmu Gizi Kedokteran 1


BAB 2 Daftar Analisis Bahan Makanan 7
BAB 3 Bahan Makanan Penukar 9
BAB 4 Penilaian Status Gizi 12
BAB 5 Konsistensi Makanan 16
BAB 6 Menyusun Menu 19
Tambahan :
BAB 7 Diet pada Sistem Respirasi 21
BAB 8 Diet pada Sistem Kardiovaskular 23

Daftar Pustaka 28
BAB 1
Pendahuluan Ilmu Gizi Kedokteran

Dalam perkembangan ilmu kedokteran, ilmu gizi merupakan salah satu pilar dari
proses penyembuhan suatu penyakit. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang kandungan bahan makanan dalam hubungannya dengan
kesehatan tubuh yang optimal. Dalam Bahasa Inggris, kata gizi berasal dari kata
nutrition yang berarti jumlah total dari proses yang dibutuhkan dalam penyerapan
dan pemanfaatan makanan yang digunakan untuk pertumbuhan, perbaikan, dan
perawatan tubuh. Dalam bahasa Arab, gizi berasal dari kata ghidza yang berarti
makanan. Makanan menyuplai energi dan berbagai substansi materal yang sangat
esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup seseorang. Gizi menjadi bagian
integral tubuh dan berkontribusi langsung terhadap proses fisiologi dan biokimia
tubuh.

A. Istilah 4 Sehat 5 Sempurna dan Prinsip Pedoman Gizi Seimbang


Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna pertama kali diperkenalkan oleh Prof dr.
Poerwo Soedarmo pada tahun 1950. Namun, pedoman tersebut sudah tidak
sesuai dan diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang(PGS). PGS diharapkan
dapat memperbaiki pedoman empat sehat lima sempurna dengan prinsip
susunan makan sesuai kebutuhan tubuh. Kebutuhan jumlah gizi disesuaikan
dengan usia, jenis kelamin, kesehatan serta aktivitas fisik. Tak hanya itu, perlu
diperhatikan variasi jenis makanan. Bahan makanan dalam konsep gizi seimbang
terbagi atas 3 kelompok, yaitu :
1. Sumber Energi/Tenaga, seperti padi, umbi umbian, tepung, sagu, jagung,dll.
2. Sumber Zat Pengatur, seperti sayur dan buah buahan
3. Sumber Zat Pembangun, yaitu ikan, ayam, telur, daging, susu, kacang, dll.

Contoh :
Sumber Energi : 3 5 piring nasi
Sumber Zat Pengatur : 1 2 mangkok sayur dan 2 3 potong buah

1
Sumber zat Pembangun : 2 3 potong lauk hewani, 3 potong lauk nabati

B. Kelompok Gizi
Para ahli gizi membagi zat zat gizi ke dalam 6 kelompok besar, yaitu :
1. Karbohidrat, tersusun atas unsur unsur karbon, hidrogen dan oksigen.
Karbohidrat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Karbohidrat sederhana, terdiri dari monosakarida, disakarida, gula alkohol
dan oligosakarida
- Karbohidrat kompleks, terdiri dari polisakarida dan serat
Contoh :
Monosakarida = buah manis
Disakarida = Jenis gula, madu
Polisakarida = Beras, singkong
Oligosakarida = Biji bijian, kacang kacangan
2. Lemak, tersusun atas unsur unsur karbon, hidrogen dan oksigen, namun
kandungan oksigen lebih kecil daripada karbohidrat. Lemak dibagi menjadi
lemak jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh :
Susu, minyak kelapa, alpukat.
3. Protein, tersusun atas unsur unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kadang sulfur yang tersusun atas bentuk asam asam amino.
Protein dibagi menjadi 2, yaitu :
- Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan, seperti telur,
daging, ikan
- Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuhan, seperti tahu dan
tempe
4. Vitamin, yaitu ikatan ikatan organik yang membantu berbagai reaksi
biokimia dalam tubuh. Banyak terdapat pada sayur dan buah buahan.
Setiap vitamin mempunyai nama tersendiri, seperti :
- Vitamin A = Retinol
- Vitamin B1 = Tiamin
- Vitamin B2 = Riboflavin
- Vitamin B3 = Niasin
- Vitamin B4 = Adenin

2
- Vitamin B5 = Asam pantotenat
- Vitamin B6 = Piridoxin
- Vitamin B8 = Biotin
- Vitamin B9 = Asam folat
- Vitamin B12 = Sianokobalamin
- Vitamin C = Asam askorbat
- Vitamin D = Kalsiferol
- Vitamin E = Tokoferol
Pembagian vitamin :
1) Vitamin larut air Vitamin C, B kompleks
2) Vitamin larut lemak Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E, dan Vitamin K
Contoh :
Vit B1 pada kacang kedelai, kuning telur
Vit C pada jeruk dan bayam
Bit B12 pada makanan dari daging
Vit D dari makanan fortifikasi dan sinar matahari
5. Mineral, yaitu ikatan ikatan anorganik yang memegang peranan penting
dalam reaksi metabolisme dan sebagai bagian struktural jaringan tubuh.
Terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Makromineral seperti natrium, klorida, kalium, kalsium, magnesium dan
sulfur
2) Mikromineral/trace element seperti besi, seng, iodium, tembaga, mangan,
krom, selenium, molibden, flour dan kobalt
Contoh :
Karoten pada wortel, bayam dan kangkung
Zat besi pada hati sapi
Kalsium pada ikan teri dan susu
6. Air, yaitu pelarut dan sebagai alat transpor zat zat gizi serta sisa
metabolisme.
Makanan sehari hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Fungsi zat gizi ini dikelompokkan
berdasarkan tiga hal, yaitu :
1. Berdasarkan fungsi :

3
a. Sumber Tenaga = Karbohidrat, protein dan lemak
b. Sumber Zat Pengatur = Protein, air, vitamin dan mineral
c. Sumber zat Pembangun = Protein, air, lemak, vitamin dan mineral
2. Berdasarkan jumlah :
a. Makronutrien = Karbohidrat, lemak dan protein
b. Mikronutrien = Vitamin dan Mineral
3. Berdasarkan sumbernya :
a. Berasal dari hewan = Hewani
b. Berasal dari tumbuhan = Nabati

C. Defisiensi Gizi
Penyebab primer
Intake yang tidak adekuat

Penyebab sekunder
Malabsorpsi
Utilisasi tidak adekuat (mis : kekurangan enzim)
Peningkatan kebutuhan (mis : kehamilan)
Peningkat Ekskresi (mis : kelainan hati)
Pengangkutan yang tidak adekuat (mis : kekurangan Feritin)

Grafik 1.1. Patogenesis Defisiensi Gizi

4
Zat Gizi Waktu Penyimpanan Cadangan

Asam amino Beberapa Jam


Karbohidrat 13 jam
Lemak 27 hari
Thiamin 30-60 hari
Asam Askorbat 60-120 hari
Niacin 60-180 hari

Riboflavin 60-180 hari


Vitamin A 90-365 hari
Iodin 2500 hari
Tabel 1.1. Waktu penyimpanan Cadangan Gizi
D. Malnutrisi pada rumah sakit (Hospital Malnutrition)
Malnutrisi yang terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit sering kali
dianggap sebagai hal yang tidak terlalu penting. Namun, penyakit penyakit
akibat malnutrisi ini disebabkan akibat peningkatan kebutuhan nutrisional karena
aktivitas katabolisme yang meningkat. Malnutrisi yang paling sering terjadi pada
pasien rawat inap adalah kurang kalori protein yang pada gambaran klinis
didapatkan kwarshiorkor maupun marasmus. Secara spesifik, terjadi pula
defisiensi vitamin, terutala vitamin yang larut dalam air (misalnya vitamin B 1 dan
C). Vitamin B1 sering mengalami kekurangan dengan predisposisi terutama pada
pasien yang memiliki masalah alkohol maupun muntah yang berlangsung lama
(lebih dari 3 minggu). Defisiensi Vitamin B1 dapat menyebabkan enselofati
Wenicke. Selain Vitamin B1, terjadi pula defisiensi vitamin C (Scurvy) yang dapat
menyebabkan perlambatan penyembuhan luka.

E. Malnutrition Related Disease


Malnutrisi dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Undernutrition, contoh :
- PEM : Marasmus & Kwarshiorkor
- Defisiensi vitamin : Beri-Beri (B1), Scurvy (C), Xerophthalmia (A)
- Defisiensi mineral : Anemia (Fe), Osteoporosis (Ca)
2. Overnutrition, contoh :

5
- Penyakit yang berelasi dengan obesitas : Sindrom metabolik (diabetes,
penyakit vaskular, Hiperlipidemia, Hipertensi), osteoarthritis, gour, kanker
- Hipervitaminosis
- Toksisitas mineral
Apa perbedaan marasmus dan Kwarshiorkor?
Kwarshiorkor Marasmus
Edema pada anggota gerak dan muka Tidak ada edema
Muscle wasting Hanya sedikit muscle wasting
Lemak subkutan Tidak ada lemak subkutan
Albumin serum rendah Albumin serum normal
Lemak hati meningkat Tidak ada lemak hati
Anemia Kadang anemia
Imunitas turun dan gagal jantung

F. Protein Sparing Action


Protein sparing action adalah metode untuk penghematan protein sebagai
sumber energi dengan cara kombinasi, seperti protein dengan karbohidrat.
Contoh : Telur dan mie, telur dan roti, telur dan nasi, kentang dan telur, roti dan
keju.

6
BAB 2
Daftar Analisis Bahan Makanan

Daftar analisis bahan makanan (DABM) adalah daftar yang memuat kandungan zat
gizi berbagai bahan makanan di Indonesia. Tujuan DABM adalah untuk
merencanakan hidangan makanan yang baik dan memenuhi kecukupan gizi.Dalam
DABM terdapat berbagai komposisi zat makronutrien dan mikronutrien. Namun
dalam penghitungan, kita tidak bisa menggunakan berat kotor dari bahan makanan.
Oleh karena itu, ada istilah yang disebut dengan BYDD (Berat yang Dapat Dimakan).
BYDD adalah berat bagian yang dapat dikonsumsi oleh seseorang, sedangkan
bagian yang tak lazim dimakan akan dibuang/tidak dimakan. Misalnya pada mangga
dikupas kulitnya dan dikeluarkan bijinya.

Untuk menghitung nilai gizi berbagai komponen makronutrien maupun mikronutrien,


ada beberapa rumus yang perlu diketahui, yaitu :

Berat bersih = Berat bahan x BYDD/100


Nilai gizi = Berat bersih x DABM/100

Contoh :
Diketahui biskuit 250 gram mempunyai DABM protein = 6,9 gram dan BYDD = 100.
Berapakah jumlah protein yang terkandung dalam biskuit tersebut?
Jawab :
Berat bahan = 250 gram
DABM protein = 6,9 gram
BYDD = 100

Berat bersih = Berat bahan x BYDD/100


= 250 gram x 100/100
= 250 gram
Kandungan protein = Berat bersih x DABM protein/100
= 250 gram x 6,9/100

7
= 17,25 gram

Jadi, protein yang terkandung dalam 250 gram biskuit adalah 17,25 gram.

Darimana DABM protein biskuit didapat?

8
BAB 3
Bahan Makanan Penukar

Bahan makanan yang dibutuhkan tidak selalu tersedia, oleh karena itu perlu suatu
satuan penukar yang mempunyai komposisi yang mirip dengan bahan makanan
yang dibutuhkan.

Satuan penukar adalah bahan makanan pengganti yang dapat saling menukar,
tetapi fungsinya tetap sama. Untuk menentukan satuan penukar, lihat tabel URT.
Contoh : Daging ayam dapat diganti dengan daging sapi (sumber protein hewani)

Ukuran Rumah Tangga (URT) adalah ukuran takaran makanan yang biasa
digunakan dalam rumah tangga, seperti sendok teh, sendok makan, gelas, dan lain-
lain.

Daftar bahan makanan penukar sangat berkaitan dengan URT. URT ini merupakan
takaran atau ukuran bahan makanan yang umum dan dipahami oleh semua orang.
Hal ini akan memudahkan penggunaan, terutama dalam penyusunan menu
makanannya.

Golongan Zat Penukar


Kalori Protein Lemak HA
No Golongan
(kkal) (gram) (gram) (gram)
Bahan makanan
1 175 4 - 40
sumber HA
Bahan makanan
2 sumber protein 85 10 6 -
hewani
Bahan makanan
3 sumber protein 80 6 3 8
nabari
4 Sayuran 50 3 - 10

9
5 Buah 40 - - 10
6 Susu 110 7 7 9
7 Minyak 45 - 5 -

Rumus Satuan Penukar


Satuan penukar=

Contoh :
Berapakah satuan penukar nasi untuk 300 gram kentang? (Zat penukar 200 gram
kentang = 100 gram nasi)
Jawaban :
300 gram
Satuan penukar nasi = 200 gram x 100 gram = 150 gram

Untuk diubah menjadi bentuk URT, lihat tabel URT (100 gram nasi = gelas)


Satuan Penukar dalam URT =

Berdasarkan soal tadi, maka :


150 gram
URT = 100 gram x gelas = 9/8 gelas

Untuk menentukan kandungan gizinya, tentukan terlebih dahulu golongan zat


penukar (lihat tabel golongan zat penukar)


Nilai gizi =

Pada soal tadi, nasi merupakan golongan hidrat arang (175 kkal, 4 gram protein, 40
gram HA)

150 gram
Energi = 100 gram x 175 kkal = 262,5 kkal
150 gram
Protein = x 4 gram = 6 gram
100 gram

10
150 gram
HA = 100 gram x 40 gram = 60 gram

11
BAB 4
Penilaian Status Gizi

Dalam menilai status gizi, ada 3 instrumen yang dapat digunakan, yaitu :
1. LLA (Lingkar Lengan Atas)
2. TLK (Tebal Lipatan Kulit)
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

A. Lingkar Lengan Atas


Alat yang digunakan
Insertion Tape, yaitu suatu pita pengukur yang terbuat dari fiberglass atau
jenis kertas tertentu berlapis plastik.
Tempat Pengukuran
Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara acromion dan olecranon
Syarat Pengukuran
- Lengan yang diukur adalah lengan yang tidak aktif
- Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutupi kain atau
pakaian
- Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang
- Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah
dilipat lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata
Cara Pengukuran
1. Tetapkan posisi acromion dan olecranon
2. Letakkan pengukur antara acromion dan olecranon
3. Tentukan titik tengah lengan
4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan sampai cukup terukur lingkar
lengan
5. Pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar
6. Cara pembacaan skala yang benar
Nilai Standar
Laki Laki = 29,5 cm
Perempuan : 28,5 cm

12
Rumus Status Gizi

Status Gizi (%) = %

Interpretasi
Baik : >85%
Kurang : 75,1 85%
Buruk : <75%
Kelebihan
- Dapat digunakan pada ibu hamil
- Biaya yang diperlukan tidak mahal
- Perhitungan lebih sederhana
Kekurangan
- Tidak terlalu ideal untuk pengukuran status gizi
- Tidak digunakan untuk memantau perubahan status gizi jangka pendek
- Cara pengukuran sedikit rumit
- Kesalahan pengukuran relatif lebih besar

B. Tebal Lipatan Kulit (TLK)


Alat yang digunakan
Skinfold Caliper
Tempat Pengukuran
- Dada
- Subscapula
- Mid-Axilla
- Suprailiaca
- Abdominal
- Triceps
- Biceps
Nilai Standar
Laki Laki = 12,5 mm
Perempuan = 16,5 mm
Rumus Status Gizi

Status Gizi (%) = %

Interpretasi

13
Baik : >90%
Kurang : 60 90%
Buruk : <60%
Kelebihan
- Mudah digunakan
- Biaya yang diperlukan tidak mahal
- Perhitungan lebih sederhana
Kekurangan
- Dibutuhkan seseorang yang sangat memahami prosedur pengukuran TLK
- Tingkat akurasinya rendah

C. Indeks Massa Tubuh (IMT)



IMT =

Berat badan dalam satuan kilogram (kg) dan tinggi badan dalam satuan meter (m)
Interpretasi :
Status IMT (kg/m2) Resiko ko-morbiditas
Berat Badan Kurang <18,5 Rendah
Normal 18,5 22,9 Normal
Berat Badan Lebih >23 -
Beresiko 23 24,9 Meningkat
Obesitas I 25 29,9 Moderat
Obesitas II >30 Berat

Kelebihan
- Pengukuran yang paling ideal dan akurat
- Biaya yang diperlukan tidak mahal
- Perhitungan lebih sederhana
- Mudah digunakan
- Tidak memerlukan data umur
- Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal, dan kurus)
Kekurangan
- Tidak boleh pada bayi, anak, dan remaja (<18 tahun)
- Tidak bisa digunakan pada ibu hamil

14
- Tidak akurat pada olahragawan
- Tidak akurat pada bangsa tertentu
- Tidak bisa digunakan pada penyakit tertentu (asites, edema, hepatomegali)
- Pengukuran relatif lebih lama karena menggunakan 2 macam alat ukur

15
BAB 5
Konsistensi Makanan

Bentuk makanan yang akan dipilih tergantung dari kemampuan saluran pencernaan
makanan dan keadaan penderita. Makanan cair atau lunak pada umumnya lebih
mudah diserap dibandingkan bentuk makanan padat, akan tetapi bentuk makanan
tersebut memiliki volume yang besar. Volume yang besar ini akan menimbulkan
masalah dalam cara pemberiannya, selain itu dapat juga menurunkan selera makan.
Ada 4 jenis makanan yang dapat diberikan, yaitu :

1. Makanan biasa
Makanan biasa adalah makanan yang memiliki susunan sama dengan
makanan anak sehat. Indikasi pemberian makanan ini adalah orang yang
tidak memerlukan diet khusus sehubungan dengan penyakit.
Syarat :
- Energi sesuai dengan kebutuhan normal
- Protein 10 15% dari kebutuhan total
- Lemak 20 25% dari kebutuhan total
- Karbohidrat 60 65% dari kebutuhan total
- Cukup mineral dan vitamin
2. Makanan lunak
Makanan lunak adalah makanan peralihan dari makanan saring ke makanan
biasa. Indikasi pemberian makanan ini adalah pasien dengan penyakit infeksi
dengan kenaikan suhu tubuh tidak terlalu tinggi dan pada pasien yang sulit
untuk mengunyah/menelan.
Syarat :
- Makanan diberikan dalam porsi sedang, yaitu 3 kali makan lengkap dan 2
kali selingan
- Makanan mudah dicerna dan tidak merangsang
- Makanan diberikan dalam bentuk cincang/lunak
- Energi, protein dan zat gizi lain cukup
3. Makanan saring

16
Menurut keadaan penyakitnya, makanan saring dapat diberikan langsung
kepada penderita atau merupakan perpindahan dari makanan cair ke
makanan lunak. Indikasi pemberian makanan ini adalah post operasi, infeksi
akut, trismus dan peralihan ke makanan lunak.
Syarat :
- Rendah serat
- Mudah dicerna
- Tidak merangsang
- Lemak emulsi
- Porsi kecil
- Hangat
4. Makanan cair
Makanan cair diberikan pada pasien yang mengalami gangguan mengunyah
ataupun menelan. Makanan ini dapat diberikan secara oral.
Syarat umum :
- Tidak merangsang
- Bervariasi warna dan rasa
- Segar
- Temperatur sama dengan suhu tubuh
- Porsi kecil
- Sonde
Makanan cair dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Makanan cair jernih
Makanan ini disajikan dalam bentuk cairan jernih pada suhu ruang dengan
kandungan sisa (residu) minimal dan tembus pandang bila diletakkan
dalam wadah bening
Syarat :
o Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih
o Sangat rendah serat dan tidak merangsang
o Hanya diberikan selama 1 2 hari
o Porsi kecil dan sering
b. Makanan cair penuh

17
Makanan ini disajikan dalam bentuk cair atau semicair pada suhu ruang
dengan kandungan serat minimal dan tidak tembus pandang bila
diletakkan dalam wadah bening.
Syarat :
o Tidak merangsang saluran cerna
o Kandungan energi minimal 1 kkal/ml
o Bila diberikan lebih dari 3 hari, harus dapat memenuhi kebutuhan
energi dan protein

18
BAB 6
Menyusun Menu

Faktor faktor yang memengaruhi menu adalah :


1. Kualitatif : kandungan zat gizi bahan
2. Kuantitatif : Jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, hamil/menyusui,
sehat/sakit, dan aktivitas

Langkah langkah menyusun menu :


1. Ukur berat badan dan tinggi badan
2. Hitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
3. Menghitung berat badan ideal
Berat badan ideal(BBI) = 90% x (Tinggi badan 100)
4. Mengklasifikasi jenis aktivitas
- Kerja ringan = 30 35 kkal/kgBB/hari. Misalnya pada Ibu rumah tangga
dan mahasiswa
- Kerja sedang = 35 40 kkal/kgBB/hari. Misalnya pada tukang kayu dan
tukang besi
- Kerja berat = 40 45 kkal/kgBB/hari. Misalnya pada petani dan militer
- Kerja berat sekali = 60 kkal/kgBB/hari. Misalnya pada kuli bangunan,
tukang batu bara
5. Menghitung kebutuhan Energi Total Harian
Energi Total Harian = BBI x Jenis Aktivitas (Lihat no 4)
Ada juga metode yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan energi,
yaitu rumus Harris Benedict :
Laki laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)
Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) (4,7 x U)
BB = Berat badan (kg)
TB = Tinggi badan (cm)
U = Umur (tahun)
6. Menghitung kebutuhan gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
Karbohidrat = 60 65% dari Energi Total Harian

19
Protein = 10 15% dari Energi total atau 1 1,5 gram/kgBB/hari
Protein nabati = 2/3 dari protein total
Protein hewani = 1/3 dari protein total
Hamil : +12 gram
Laktasi : +12 15 gram
Lemak = 20 25% dari Energi Total Harian

Konversikan satuan dari kebutuhan gizi ke dalam kkal


1 gram karbohidrat = 4 kkal
1 gram protein = 4 kkal
1 gram lemak = 9 kkal

Pada penyakit penyakit tertentu, ada cara pembuatan menu dengan metode
SOAPE, yaitu :
1. Subjective
Informasi yang diperoleh melalui anamnesis mengenai keadaan pasien. Data
yang diperoleh berupa identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, keluhan terkait gizi, pola makan dan food recall 24 jam.
2. Objective
Informasi yang diperoleh melalui observasi dan pemeriksaan fisis pada
kondisi pasien saat ini. Data yang diperoleh berupa data antropometri, hasil
pemeriksaan fisis, hasil pemeriksaan lab, dan tanda tanda vital.
3. Assessment
Menentukan diagnosa pasien berdasarkan data subjective dan objective
(diagnosis klinis dan gizi), kemudian menentukan kebutuhan energi dan zat
gizi pasien.
4. Planning
Perencanaan tindakan perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien (yaitu
menyusun menu sesuai indikasi pasien)
5. Evaluation
Peninjauan kembali hasil perencanaan terapi nutrisi yang telah dilakuakn
untuk menilai efektivitas terapi terhadap kondisi pasien.

20
BAB 7
Diet Pada Sistem Respirasi

Penyakit respirasi mempunyai hubungan yang erat dengan ilmu gizi, karena gizi
merupakan elemen kesehatan penting bagi manusia yang dimana malnutrisi dapat
menurunkan berbagai fungsi pada organ kita, termasuk paru paru. Sebagai contoh
kasus hubungan gizi dan penyakit respirasi, kita mengambil contoh penyakit PPOK
(Penyakit paru obstruksi kronis)

Pada pasien PPOK yang tidak mendapatkan intake makanan yang tidak adekuat
serta akibat penyakitnya menyebabkan metabolisme rate yang meningkat, pasien
mengalami malnutrisi sehingga struktur, elastisitas dan fungsi paru menurun,
kekuatan otot pernapasan menurun serta pertahanan imunitas paru menurun. Hal ini
menyebabkan terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang berujung
pada kegagalan pernapasan (hiperkapnik).

Hiperkapnik adalah kondisi dimana kadar karbondioksida meningkat dalam tubuh


sehingga kerja pernapasan bertambah. Pada pasien hiperkapnik, komposisi
makanan berbeda dengan orang biasa. Komposisi makanan pasien hiperkapnik
adalah :
Kabohidrat 25 30%
Lemak 50 55%
Protein 15 20%

Mengapa lemak tinggi?


Ada istilah yang disebut dengan respiratory quotient (RQ), yaitu perbandingan
banyaknya karbondioksida yang dihasilkan terhadap oksigen yang dikonsumsi pada
saat makanan sedang di metabolisme untuk memperoleh energi. (RQ = V CO2/VO2).
Respiratory quotient untuk karbohidrat adalah 1, protein adalah 0,8 dan lemak
adalah 0,7. Pada pasien hiperkapnik disarankan untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung RQ kurang dari 1, dikarenakan semakin rendah nilai RQ, maka
semakin rendah karbondioksida yang dihasilkan, dan pola makan seperti ini disebut

21
diet tinggi lemak rendah karbohidrat. Makanan tinggi lemak seperti keju, telur, hati
ayam, daging sapi, kelapa, ikan sarden, minyak kelapa dianjurkan untuk pasien ini.
Makanan yang harus dikurangi adalah nasi, jagung, kentang, pasta, roti putih,
singkong, pisang, biskuit.

Ada beberapa mikronutrien yang dapat diberikan kepada pasien dengan penyakit
respirasi, seperti :
1. Vitamin A, C, D, E, Lycopene dan beta karoten untuk membantu memelihara
sel tubuh, antioksidan dan imunitas tubuh.
2. Mg, Ca, PO4 dan K untuk memelihara fungsi otot agar dapat bekerja optimal
3. Fe, Zn,Cu, Mn untuk memelihara tulang, membantu transport oksigen dan
berperan dalam proses kontraksi otot.

Contoh makanan yang mengandung mikronutrien yang diperlukan :


- Vitamin A : Hati sapi, hati ayam, ikan, telur, keju, wortel, oyong, tomat,
pepaya, sawi
- Vitamin C : jeruk, semangka
- Vitamin D : ikan sarden, bayam, jamur
- Magnesium : Gandum, roti, pisang, almond, kedelai, brokoli, alpukar
- Kalsium : susu, jeruk, tahu, tempe, lobak, kol, udang, kerang
- Fosfat : Jagung, kacang kacangan, jambu, mangga, kentang, lobak,
sawi

22
BAB 8
Diet Pada Sistem Kardiovaskular

Faktor resiko penyakit jantung koroner :


1. Faktor resiko mayor
Dibagi menjadi :
- Dapat dimodifikasi : Dislipidemia, hipertensi, merokok, diabetes melitus
- Tidak dapat dimodifikasi : Jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, kelainan
genetik
2. Faktor resiko minor
- Obesitas
- Kurang aktivitas fisik
- Asupan karbohidrat tinggi

A. Diet dislipidemia
Tujuan :
1. Menurunkan berat badan bila kegemukan
2. Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
3. Menurunkan asupan kolesterol makanan
4. Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan
karbohidrat sederhana
Syarat :
1. Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan ideal dan
aktivitas fisik.
2. Lemak cukup
3. Lemak sedang, <30 % dari kebutuhan energi total.
4. Protein cukup, yaitu 10 20 % dari kebutuhan energi total.
5. Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan energi total.
6. Serat tinggi, terutama serat larut air
7. Vitamin dan mineral cukup. Suplemen multivitamin dianjurkan untuk pasien
yang mengkonsumsi < 1200 kkal energi sehari.

23
Klasifikasi :
1. Diet dislipidemia tahap I (diberikan pada pasien yang baru pertama kali
datang)
Lemak jenuh : <10% dari kebutuhan energi total
Lemak tak jenuh : < 10 15%
Kolesterol : <300 mg
2. Diet dislipidemia tahap II (lakukan pemeriksaan 3 bulan setelah diet
dislipidemia tahap I, apabila masih tinggi, diberikan diet tahap II)
Lemak jenuh : <7% dari kebutuhan energi total
Lemak tak jenuh : < 10 15%
Kolesterol : <200 mg

B. Diet Rendah Garam


Tujuan :
Membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
Syarat :
- Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit
- Jumlah Natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau
air dan/atau hipertensi.
Indikasi :
- Penderita dengan udem dan atau hipertensi
- Penyakit Kegagalan Jantung (Decompensatio Cordis)
- Cirrhosis Hepatis
- Penyakit ginjal tertentu
- Toksikemia pada kehamilan (contoh: Eclampsia)
- Hipertensi Esensial

24
Klasifikasi :
I II III
Jumlah natrium 200 400 mg 600 800 mg 1000 1200 mg
Contoh Indikasi - Edema berat - Edema tidak - Edema ringan
- Asites berat terlalu berat - Hipertensi
- Hipertensi - Asites tidak ringan
berat terlalu berat
- Hipertensi
tidak terlalu
berat
Penambahan Tidak sendok teh 1/3 sendok teh
garam dapur ditambahkan garam dapur garam dapur

C. Diet DASH
Pola diet DASH adalah salah satu upaya dalam mencegah peningkatan tekanan
darah pada subjek hipertensi.
Syarat :
o Rendah natrium (<2300 mg/hari),
o Tinggi kalium (4700 mg/hari),
o Magnesium (>420 mg/hari),
o Kalsium(>1000 mg/hari),
o Serat (25 30 g/hari)
o Rendah asam lemak jenuh dan kolesterol (<200 mg/hari)

Contoh makanan tinggi kalium adalah daun pepaya muda, peterseli, pisang,
kelapa, Mortons salt.

D. Diet jantung
Tujuan :
1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memberakan pekerjaan jantung
2. Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk
3. Mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air
Syarat :

25
1. Energi cukup, untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal
2. Protein cukup yaitu 0,8 gr/kgBB
3. Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, 10 % berasal dari
lemak jenuh, dan 10-15% lemak tidak jenuh.
4. Kolesterol rendah, terutama jika disertai dengan dislipidemia
5. Vitamin dan mineral cukup. Hindari penggunaan suplemen kalium, kalsium,
dan magnesium jika tidak dibutuhkan.
6. Rendah garam, 2-3 g/hari, jika disertai hipertensi atau edema
7. Mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.
8. Serat cukup untuk menghindari konstipasi.
9. Cairan cukup, sekitar 2 liter/hari sesuai dengan kebutuhan
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan dalam
porsi kecil.
11. Bila kebutuhaan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan
tambahan berupa makanan enteral parenteral, atau
suplemen gizi.

Klasifikasi :
I II III IV
Indikasi Infark Perpindahan Perpindahan Perpindahan
pemberian myocard, dari diet dari diet dari diet
dekompensatio jantung I atau jantung II atau jantung III
cordis berat setelah fase kepada pasien atau kepada
akut dapat jantung pasien
diatasi dengan jantung
kondisi yang dengan
tidak terlalu keadaan
berat ringan
Bentuk Cairan 1 1 Makanan Makanan Makanan
pemberian liter/ hari saring atau lunak atau biasa
selama 1 2 lunak, secara biasa
hari pertama berangsur
Kandungan Sangat rendah Rendah kalori Rendah kalori Cukup energi

26
Zat Gizi kalori (835 (1325 kalori), (1756 kalori) (2023 kalori)
kalori) dan protein, dan dan zat gizi
semua zat gizi kalsium dan kalsium ,tetapi lain, kecuali
(hanya tiamin cukup zat gizi kalsium
diberikan 1 3 lain
hari)

27
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-PRESS.

Sediaotama, Achmad Djaelani. 2000. Ilmu Gizi. Jakarta: Ian Rakyat.

28

Anda mungkin juga menyukai